Laporan Kestan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan
kulit bumi, yang tersususn dari bahan-bahan mineral hasil
pelapukan batuan da bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa
tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan
tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan
dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah
dan lainnya waktu pembentukan.
Tanah yang kekurangan suatu unsur hara akan menampakkan
gejala

(performance)

secara

visual.

Tiap

hara

umumnya

menunjukkan gejala tertentu yang bersifat spesifik. Dilihat gejala


yang tampak pada tanaman, maka dapat diperkirakan adanya
kekurangan hara tertentu dalam tanah. Untuk mendukung hasil
pada pengamatan visual maka perlu dilakukan analisis untuk tanah
yang diambil secara acak dan analisis tanaman. Untuk mengamati
gejala kekahatan hara secara visual ini maka dilakukan praktikum
kesuburan. Agar dapat mengetahui dan mengamati keadaan sekitar
dengan cepat dan tepat, dapat mengamati gejala-gejala yang
ditunjukkan oleh tanaman yang tumbuh di daerah tersebut.
Sebidang tanah yang kita peroleh (baik dari hasil pembukaan
hutan secara sah dan tanah-tanah pemiliknya secara tradisional)
untuk di manfaatkan sebagai lahan pertanaman perlu mendapatkan
penelitian yang saksama agar pertanaman itu berhasil dengan baik,
untuk pertanaman apa yang cocok untuk tanah itu, kandungan
bahan-bahan pada tanah apakah mencukupi ataukah masih terdapat
kekurangan, atau ada di antara bahan-bahan yang terkandung itu
yang mengandung racun, sehingga tanaman akan mati kalau di
tanaman pada lahan itu. Selain itu, apakah tanah itu terlalu masan
atau mengandung kadar keasinan yang tinggi. Tanah sebagai salah
satu unsur habitat perlu diketahui kapasitas kemampuannya jika
kita hendak melakukan pertanian pada tanah itu.

Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam


yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan
biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh
tanah yang bersangkutan, dan/atau di imbas oleh keadaan bagian
lain dari tanah dan/atau diciptakan pengaruh dari keadaan lain
lahan seperti lahan, iklim dan musim. Kesuburan tanah merupakan
mutu suatu tanah atau lahan melainkan bukan sifat tanah maka
kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati melainkan hanya
dapat ditaksir. Penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan atas
dasar sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah
tersebut. Dilihat sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi
tanah penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan secara kangsung
dengan cara melihat keadaan tanaman yang berada diareal
tersebut. Kedua cara penaksiran diatas cara penaksiran pertama
lebih efektif digunakan dalam menaksir kesuburan tanah, karena
dengan cara penaksiran pertama dapat diketahui faktor-faktor yang
dapat menentukan kesuburan tanah. Penaksiran dilakukan dengan
cara kedua maka kita hanya dapat mengetahui bahwa tanah
tersebut memiliki kesuburan tanah yang baik atau tidak, tanpa bisa
mengetahui faktor-faktor yang menentukan kesuburan dari tanah
tersebut.
Kesuburan tanah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu
kesuburan tanah aktual dan juga kesuburan tanah potensial.
Kesuburan tanah aktual adalah kesuburan tanah yang hakiki.
Kesuburan tanah potensial adalah kesuburan tanah maksimum
yang

dapat

dicapai

dengan

intervensi

teknologi

yang

mengoptimalkan semua faktor. Intervensi teknologi yan gdapat


mengoptimalkan semua faktor tersebut diantaranya:
(1) terdapat keseimbangan antara tambahan hasil panen atau nilai
tambah ekonomi dari komoditi sesuai yang diharapkan dengan
tambahan biaya yang harus dikeluarkan,

(2) kemampuan masyarakat untuk membiayai intervensi tersebut,


(3) keterampilan masyarakat dalam menerapkan teknik intervensi
tersebut secara berkesinambungan.
Ketiga faktor intervensi tersebut tidak dapat diterapkan apabila
salah satu dari ketiganya tidak dimiliki oleh petani sendiri, karena
ketiga

faktor

intervensi

tersebut

saling

mempengaruhi.

Kemampuan itu sendiri dipengaruhin oleh dua faktor yaitu petani


itu sendiri termasuk koperasinya dan juga pemerintah dengan
subsidi atau kreditnya. Keterampilan teknik melaksanakan
intervensinya dipengaruhi oleh keterampilan petani dan bantuan
pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana teknik yang
meliputi jalan, bendungan, saluran irigasi, drainase dan juga
bimbingan teknologi. Semua faktor diatas dapat dilaksanakan
dengan baik maka sifat dan kelakuan tanah menjadi penentu
tanggapan tanah terhadap intervensi teknologi yang diberikan.
Tingkat dan juga macam intervensi yang diberikan ditentukan oleh
jenis tanah dan keadaan lingkungan yang mempengaruhi sifat
tanah tersebut. Setiap wilayah memilik kriteria yang berbeda- beda
dalam pemberian intervensi teknologinya.
Kesuburan tanah di tentukan oleh keadaan fisika, kimia dan
biologi tanah. Keadaan fisika tanah meliputi kedalaman efektif,
tekstur, struktur, kelembapan dan tata udara tanah. Keadaan kimia
tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa,
bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan
ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan biologi
tanah antara lain meliputi analisa ketersediaan hara makro primer
(N,P dan K) di dalam tanah.
Mahasiswa perlu mengetahui secara benar mengenai halhal
seperti yang telah disebutkan di atas yang mempengaruhi sifat
sifat kimia maupun fisika tanah dan keadaaan tanah serta
perkembangan tanaman. Masingmasing sifat yang berbedabeda
antara tanah satu dengan tanah yang lainnya sehingga cara

penanganan dan pelaksanaan dari tanah tersebut dalam hal


penggarapannya berbeda pula. Praktikum ini diharapkan kita dapat
mengerti jenis tanah beserta sifatnya sehingga dalam hal
penggarapannya diharapkan dapat mencapai hasil yang maksimal.
B. Tujuan praktikum
Praktikum Kesuburan Tanah ini bertujuan :
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah.
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan
atau pengolahan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman.
C. Waktu dan Tempat praktikum
Praktikum kesuburan tanah ini dilaksanakan di dua tempat
yaitu Acara Percobaan Penanaman di Lahan dilaksanakan di
Jumantono, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar
setiap minggu pada hari Sabtu pukul 07.00 sampai selesai, dimulai
dari tanggal 4 Maret 2016 panen dan Acara Analisis di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Universitas Sebelas
Maret sesuai dengan shift kelompok.

II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah alfisol
Tanah Alfiols adalah tanah dimana terdapat penimbunan liat
dihorison bawah (argilik) dan mempunyai kejenuhan basa
(berdasarkan jumlah kation) yang tertinggi yaitu lebih dari 35%
pada kedalaman 150 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun
dari horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke
bawah bersama dengan gerakan air (Hardjowigeno, 2003).
Pada tanah alfisol, kata Alf berarti pedalfer Al-Fe. Tanah
alfisol ini juga merupakan tanah yang mempunyai epipedon okrik

dan horizon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi.


Pada umumnya tanah alfisol ini berupa tanah tidak kering
(Sutanto, 2011).
Tanah

Alfisol

memiliki

pH

yang

berubah

dengan

meningkatnya kedalaman dengan cenderung lebih tinggi pada


bagian bawah profil dan pada sejumlah bahan-bahan glacial sampai
ke suatu zona karbonat bebas dengan pH 8,0 atau lebih tinggi. Hal
ini menyebabkan berubahnya mobilitas elektroporetik koloidkoloid hasil pelapukan. Koloid ini akan bergerak lambat pada pH
yang lebih tinggi dibanding di bagian atas horizon B yang secara
umum mempunyai pH sangat rendah (Lopulisa, 2004).
Alfisol terbentuk dari bahan induk yang mengandung
karbonat dantidak lebih tua dari pleistosin. Di daerah dingin
hampir semuanya berasal daribahan induk berkapur yang masih
muda. Di daerah basah bahan induk biasanya lebih tua daripada di
daerah dingin.Alfisol merupakan tanah yangsubur, banyak
digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanahini
mempunyai kejenuhan basa tinggi, kapasitas tukar kation tinggi,
cadanganunsur hara tinggi (Suci, 2002).
Penggunaan tanah alfisol tidak terus-menerus hanya untuk
satu jenis, tetapi dilakukan perputaran jenis tanaman pada lahan
yang sama. Awalnya, para ahli beranggapan bahwa perputaran
tanaman pada tanah alfisol ini diperlukan agar zat-zat yang menjadi
nutrisis untuk tanaman tertentu tidak habis. Habis karena terus
dikonsumsi oleh tanaman yang sama, sementara zat lain yang tidak
dikonsumsi tetap tidak berguna. Ternyata, hal ini tidak benar justru
sisa tanaman tersebut dapat menjadi racun bagi tanaman itu sendiri.
Oleh karena itu, diperlukan perputan jenis tanaman pada tanah
alfisol mengingat pentingnya tanah alfisol untuk memenuhi
kebutuhan pangan kita (Ahira, 2010).
B. Pupuk Kompos, Urea, NPK, pupuk SP

SP36 adalah pupuk yang mengandung 36% phosphor dalam


bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari phosphate alam dan sulfat.
Pupuk SP36 berbentuk butiran dan berwarna abu-abu serta
memiliki sifat agak sulit larut ddalam air dan bereaksi lambat
sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimia
pupuk SP36 ini tergolong netral, tidak higroskopis dan tidak
bersifat membakar (Novitan, 2002).
Pada unsur hara K daun dari hasil uji Duncan 5% yang
memberikan nilai daun tertinggi adalah daun sampel ke-4 pada
umur 5 bulan. Sedangkan nilai korelasi tertinggi antara K daun
sampel ke-3 terhadap produksi bobot kering daun dan bobot
asiatikosida diperoleh pada umur 5 bulan. Oleh karena itu bahan
diagnostik penetapan kebutuhan pupuk K sebagai bahan untuk
analisis hara K daun yang terbaik dilakukan pada umur 5 bulan
diposisi daun sampel ke-3. (Hermanto dkk, 2011).
Pupuk urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen
(N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang
sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir
kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2(CONH)2,
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat
mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan
di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur
hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea
mengandung 46 kg Nitrogen. Unsur hara nitrogen yang terkandung
dalam pupuk urea memiliki kegunaannya bagi tanaman yaitu,
membuat daun lebih banyak mengandung butir hijau daun
(chlorophyl), dapat mempercepat pertumbuhan tanaman, dapat
menambah kandungan protein tanaman dan dapat dipakai untuk
semua jenis tanaman, baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman
perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
(Muhfandi 2011).

Rekomendasi pemupukan NPK majemuk 20:10:10 sebaiknya


400 kg/ha diberikan satu kali dan disertai pemberian 100 kg
urea/ha. Jika modal terbatas dapat memilih biaya produksi yang
termurah yaitu 300 kg NPK majemuk 20:10:10 diberikan 1 kali
dan dikombinasi dengan 100 200 kg urea/ha.
(Syafruddin dan Zubachtirodin, 2010)
Penggunaan pupuk urea yang semakin tinggi dosisnya
berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan tanaman (tinggi
tanaman, jumlah anakan, jumlah rimpang induk, bobot rimpang
kering dan bobot kering batang + daun/rumpun). Warna daunnya
terlihat lebih hijau gelap dan pertumbuhannya pada tinggi tanaman
lebih tinggi pada tanaman yang dipupuk urea dosis 300
kg/ha.Rendahnya status hara N tanah, menyebabkan respon
tanaman terhadap komponen pertumbuhan meningkat dengan
pemberian pupuk urea dosis 300 kg/ha (Rahardjo, 2010).
Ketersediaan P ini berperan dalam pembelahan inti sel untuk
membentuk sel-sel baru dan memperbesar sel itu sendiri.
Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman meningkat.
Bahwa pemberian pupuk P meningkatkan secara nyata serapan P
dan N tanaman pada umur 28HST tanaman jagung. Sejalan dengan
hal tersebut,bahwa P mampu meningkatkan proses fotosintesis
yang selanjutnya akan berpengaruh pula pada peningkatan berat
kering tanaman (Noorjannah, 2012).
Salah satu fungsi unsur K adalah sebagai transportasi hasil
fotosintat menuju ketempat penyimpanan seperti biji, buah, umbi,
dan rimpang(sink). Tanaman penghasil rimpang mengakumulasi
hasil fotosintat cukup besar, maka peranan K sangat penting.
Kalium terdapat banyak dalam jaringan meristem, sedikit didalam
biji dan buah. Kandungan K dalam kloroplas diperkirakan tiga kali
lipat

daripada

kandungan

di

dalam

sitoplasma

dan

vakuola.Sedangkan 40 - 45% dari K di daun merupakan unsur


yang mobil di dalam tumbuhan dan merupakan ion monovalen

terbanyak yang terdapat di dalam jaringan tumbuhan.Fungsi K di


dalam metabolisme tumbuhan adalah sebagai katalisator dan
memegang peranan penting di dalam sintesa protein dari asamasam amino dan hidrat arang. Peranan lain dari K adalah memacu
translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain tanaman
(Rahardjo, 2010).
Pengaruh kelebihan hara N dapat dikurangi dengan
pemberian unsur hara dan P yang cukup. Pemberian pupuk K dan
P yang cukup selain dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
juga akan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman
lingkungan dan organisme pengganggu tanaman terutama yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur (Ruhnayat 2011).
C. Kesuburan Tanah
Alternatif usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan
kesuburan tanah pertanian secara berkelanjutan adalah dengan
pemberianbahan organik. Penambahan bahan organik sangat
membantu dalam memperbaiki tanah yang terdegradasi, karena
pemakaian pupuk organik dapat mengikat unsur hara yang mudah
hilang serta membantu dalam penyediaan unsur hara tanah
sehinnga efisiensi pemupukan menjadi lebih tinggi. Selain itu,
bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah
dan mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan melalui
pemupukan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan.
Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan
dengan pemberian sisa atau limbah tanaman dan kotoran hewan.
Pemanfaatan

limbah

tersebut

dapat

mengurangi

dampak

pencemaran lingkungan dan menekan biaya produksi.


(Hairiah, 2000).
Nitrogen adalah senyawa yang tersebar secara luas di biosfir.
Atmosfir bumi mengandung sekitar 78% gas nitrogen yang inert.
Pada sistem perairan senyawa nitrogen dapat berupa nitrogen
organik dan anorganik. Nitrogen terdiri atas amonia (NH 3),
amonium (NH4+), nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-), jumlah secara

kuantitas dari nitrogen yang terakumulasi oleh tiap mahluk hidup


baik hewan maupun tumbuhan bervariasi 1 sampai 10 persen dari
total berat kering (dryweight). Nitrogen diserap tanaman sebagai
NO3- dan NH4+, yang kemudian dimasukkan ke dalam semua asam
amino dan protein. Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat
banyak sering membatasi hasil tanaman (Kim, 2005).
Fosfor merupakan satu dari enam belas hara esensial bagi
tanaman, sehingga keberadaannya bagi tanaman dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif banyak dan tidak dapat digantikan oleh unsur
lain. Secara umum fosfor di dalam tanah digolongkan dalam dua
bentuk, yaitu: bentuk organik dan anorganik. Sebagian besar
senyawa fosfor inorganik adalah senyawa kalsium, senyawa besi,
dan alumunium, sementara kelompok senyawa organik ialah fitin
dan derivatnya, asam nukleat dan fosfolipida. Bentuk fosfor
organik ini dapat meliputi 3% hingga 75% dari total fofor tanah.
Jumlah kedua bentuk ini disebut dengan P-total. Bentuk yang
tersedia bagi tanaman dalam jumlah yang dapat diambil oleh
tanaman hanya merupakan sebagian kecil dari jumlah yang ada
dalam tanah (Leiwakabessy et al, 2003).
Unsur hara Kalium merupakan salah satu unsur hara esensial
yang sangat di perlukan oleh tanaman, namun kebutuhan kalium
pada setiap tanaman berbeda. Peranan utama kalium (K) dalam
tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim. K merupakan
satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. K
terlibat dalam semua reaksi biokimia yang berlangsung dengan
tanaman dan merupakan batasan yang paling banyak diperlukan
tanaman. K bukan penyusun bagian integral komponen tanaman,
melainkan fungsinya sebagai katalis berbagai fungsi fisiologis
esensial. Adanya K tersedia yang cukup dalam tanah menjamin
ketegaran tanaman. Selanjutnya membuat tanaman lebih tahan
terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan akar. K
dikenal sebagai hara penentu mutu produksi tanaman.

(Soepardi dan Iswandi, 2007).


Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan
suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa
tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus
menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh
faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah
semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan
organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peran
penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung
tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu
bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Bahan organik tanah
juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang
sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Tanah
yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Kesehatan tanah penting untuk menjamin produktivitas pertanian
(Suriadi dan Nizam, 2005).
D. Tanaman Jagung Manis
Jagung merupakan bagian dari sub sektor tanaman pangan
yang memberikan andil bagi pertumbuhan industri hulu dan
pendorong industri hilir yang kontribusinya pada pertumbuhan
ekonomi

nasional

cukup

besar.

Pemupukan

dengan

menggabungkan antara pupuk anorganik dan organik lebih


meningkatkan produksi tanaman jagung baik itu panjang tongkol,
lingkar tongkol dan bobot pipilan kering. Dengan peningkatan
produksi tersebut, maka tanaman jagung menjadi komoditi yang
strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk
dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama
karbohidrat dan protein setelah beras (Dewanto dkk, 2013).

Tanaman jagung yang mengasorpsi P dalam jumlah relatif


sedikit daripada hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung
hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase awal,
pertumbuhan akumulasi P relatif lambat, namun setelah berumur 4
minggu meningkat dengan cepat. Pada saat keluar bunga antan,
akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35% dari seluruh
kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga menjelang
tanaman dapat di panen. Gejala kekurangan P biasanya tampak
pada fase awal pertumbuhan. Tanaman yang kekurangan P,
daunnya berwarna keunguan. Kekurangan P juga menyebabkan
perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya
serta batang menjadi lemah. Selain itu, pembentukan tongkol
jagung menjadi tidak sempurna dengan ukuran kecil dan barisan
biji tidak beraturan dengan biji yang kurang berisi (Sutanto, 2005).
Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah
daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan
satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.
Buah Jagung siap panen Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri) (Nuning, 2012).
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal
pada batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak
antar ruas semakin berkurang. Batang tanaman jagung beruas-ruas
dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak
bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun
dan sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh
pembuluh bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah
dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem membawa
sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.
(Belfield dan Brown, 2008).

Sebagian besar lahan penanaman jagung di Indonesia berupa


lahan kering. Masalah utama penanaman jagung di lahan kering
adalah kebutuhan air sepenuhnya tergantung pada curah hujan,
bervariasinya

kesuburan

lahan

dan

adanya

erosi

yang

mengakibatkan penurunan kesuburan lahan. Selain itu masalah lain


di lahan kering adalah memiliki pH dan kandungan bahan organik
yang rendah (Adisarwanto, 2008).

III.

Analisis Hasil Praktikum dan Pembahasan

A. Analisis Tinggi Tanaman


1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Tinggi Tanaman Jagung pada Perlakuan... (diisi perlakuan
kalian)
Perlakua
n
KP 7
KP 8
KP 9
KP 10
KP 11
KP 12

Rata-rata Tinggi Tanaman Minggu ke(cm)


3
4
5
6
7
8
29,45 49,5
69
88,75 110,6 121,7
6
5
31
58,62 78,97 104,7 127,4 134,3
5
5
5
75
31,75 58,37 78,5 103,2 123,3
142
2
2
31
52
67
96,25 113,5 125,7
5
30,62 58,12 82,82 108,2 134
150,2
5
5
5
5
26,25 32,75
62
86,25 118,2 142,7
5
5

Sumber: Logbook

160
140
120
100
80
60
40

KP 7
KP 8
KP 9
KP 10
KP 11
KP 12

20
0
minggu 3 minggu 4 minggu 5 minggu 6 minggu 7 minggu 8

2. Pembahasan
Melakukan pengukuran tinggi tanaman jagung (Zea Mays) pada setiap
satu minggu sekali. Yaitu melakukan pengamatan meliputi pengukuran
tinggi tanaman dan perawatan (menyiram, menggemburkan tanah dan
pemupukan pada waktunya). Waktu untuk pemupukan yaitu bersama
tanaman, 7 HST, 14 HST dan 30 HST. Pupuk yang digunakan meliputi
pupuk UREA, SP-36 dan KCL. Dosis pemupukan bersama tanaman adalah
0,18 kg/petakan pupuk UREA, 0,09 kg/petakan pupuk SP 36 dan 0,03
kg/petakan pupuk KCL. Pemupukan 14 HST diantaranya 0,18 kg/petakan
pupuk UREA dan 26 HST 0,09 kg/petakan pupuk SP-36.
Pemupukan sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan
tanaman dan akan terlihat ketika tanaman agung bertambah tinggi pada

setiap minggunya. Seperti contohnya pada hasil analisis statistik ini


menunjukkan bahwa berbagai dosis UREA hanya memperlihatkan
pengaruhnya pada komponen pengamatan tinggi tanaman umur 4, 6 dan 8
mst dan hasil tanaman jagung. Secara umum, kalium sangat berperan dalam
merangsang pertumbuhan akar tanaman. Perakaran yang optimal akan
mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan tanaman sehingga akan
mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Selain itu un-sur K sangat
mempengaruhi laju peman-jangan batang terutama pada jaringan yang aktif
membelah pada bagian ujung tanaman (jaringan meristem) (Masdar 2003).
Praktikum ini mengamati tinggi tanaman jagung dari 1 MST sampai 6
MST. Dari hasil pengukuran tinggi tanaman jagung pada perlakuan ini
diperoleh hasil sebagai berikut yaitu untuk sampel 1 dari minggu ketiga
sampai minggu kedelapan (23cm, 43cm, 63cm, 80cm, 118cm dan 139cm),
sampel 2 (26cm, 46cm, 66cm, 89cm, 120cm dan 140cm), sampel 3 (29cm,
43cm, 70cm, 99cm, 125cm dan 150cm) dan sampel 4 (27cm, 39cm, 49cm,
77cm, 110cm dan 142cm ). Dari data tinggi tanaman tersebut telah terbukti
akibat dari pemupukan adalah bertambahnya tinggi tanaman jagung, daun
yang semakin lebar dan besar.
B. Analisis Tanah
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.2 BO, Lengas Tanah, N, P, K Tanah Alfisol Jumantono Blok D
Kelompo
k

KL
(%)

BO
(%)

N
Total
Tanah
(%)

KP 7

4,37

0,54

KP 8

14,5
2
0,7

0,0188
45
0,6676
46
0,3644
25
0,1618
37
0,3560
44

KP 9
KP 10

7,2

KP 11

7,2

0,35
1,96
0,36
0,003

P
Tersedi
a
Tanah
(ppm)
20,097
16
35,825
96
32,582
89
21,548
7
37,968
29

K
Tersedi
a
Tanah
(ppm)
0,1361
3
0,3920
94
0,2160
54
0,4175
23
0,5942
42

KP 12

20

0,3191
45

2,44

55,582
16

0,2412
96

Sumber: Data Rekapan


2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Kadar Lengas

Botol timbang kosong (a)


= 58,610
Botol timbang dan tanah (b)
= 63,725
Botol timbang yang sudah didinginkan
= 62,864

Kadar lengas (KL)

bc
x 100
ca

63,72562,864
x 100
62,86458,610

0,861
x 100
4,254
= 0,20 x 100%
= 20%

b. Bahan Organik
y = 871,08x 4E 14
y = 871,08 (0,017) - 0,00000000000003
y = 14,80836
kadar c = ppm kurva x

100
100%KL

ml ekstrak
1000 ml

100 mg
250 mg

x 0,5

= 4,66 x

50
1000 ml

100 mg
250 mg

= 4,66 x 0,05 x 0,4 x 1,25 x 0,5


= 0,05825%
Kadar bahan organik =
=

100
58

100
58

= 0,1%
c. N Total Tanah
B = 0,3
A=0
NaOH = 0,1

x kadar c

0,05825

100
10020

x 0,5

KL = 20%
Berat tanah = 0,5 gram = 500 mg

N Total Tanah

( B A ) X N NaOH X 14 X 4
x 100
100
X Berat tanah ( mg )
100+ KL

( 0,30 ) X 0,1 X 14 X 4
x 100
100
X 500 mg
100+20

1,68
x 100
416,67
= 0,4 %

d. P tersedia

Ppm P

ppmlarutan tanah x 35
100
x berat tanah
100+ KL
0,2 x 35
100
x 0,5
100+20

= 16,8
e. K Tersedia

ppm K larutan tanahx


Ppm K

100
x berat tanah
100+ KL

0, 0 2 x 10 x 0,5
x 100
100
x 0,5
100+20
= 24

50 50
x
5 100

x 100

PPM C-ORGANIK
0.35
0.3
f(x) = 0x
R = 1
PPM C-ORGANIK

0.25
0.2

Linear (PPM C-ORGANIK)

0.15
0.1
0.05
0
0

50

100

150

200

250

300

P tersedia
2.5

2
f(x) = 2.68x - 0.02
R = 0.99

1.5

P tersedia
Linear (P tersedia)

0.5

0
0

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

3. Pembahasan
a. Kadar Lengas
Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air
(moisture) yang terdapat dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan
kadar lengas tanah dapat berupa persen berat atau persen volume.
Berkaitan

dengan

istilah

air

dalam

tanah,

Handayani

(2009)

mengemukakan bahwa secara umum dikenal 3 jenis, yaitu lengas tanah


(soil moisture) adalah air dalam bentuk campuran gas (uap air) dan
cairan, air tanah (soil water) yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah,
sampai lapisan kedap air, air tanah dalam (ground water) yaitu lapisan air
tanah kontinyu yang berada ditanah bagian dalam.
Di dalam pertumbuhan tanaman juga perlu diketahui keadaan air
tanah atau lengas tanah sehingga perlu ditetapkan kadar air tanah pada
beberapa keadaan, antara lain kadar air total, kapasitas lapang (KL), dan
titik layu permanen. Kadar lengas tanah merupakan kemampuan tanah
untuk mengikat air dalam pori-pori dan hal ini berkaitan dengan
penghitungan KKST, KPK, H+ dan Aldd serta carbon organik, atau
dengan

kata

lain

hampir

semua

pengamatan

yang

dilakukan

menggunakan penghitungan kadar lengas tanah. Kadar lengas bisa


digunakan untuk indikasi seberapa besar tingkat tanah mampu dalam
menjerap hara dan air. Dengan mengetahui kadar lengas kita dapat
memberikan penyiraman dan pemupukan secara benar.
Praktikum ini dilakukan di laboratorium kimia tanah dengan
menimbang terlebih dahulu botol timbang(a). Menimbang 5 gram ctka
0,5 mm kemudian menimbang botol timbang dan tanah(b). Dioven
selama 4 jam pada suhu 105 C dan mendinginkannya dalam eksikator
dan menimbang lagi botol timbang(c). Maka didapatkan kadar lengas
pada perlakuan kelompok 12 yaitu 20%. Hal ini berarti bahwa tanah
menyediakan lengas dalam keadaan lapang optimum (sedang). Kadar
lengas tertinggi sebesar 14,58 % yaitu pada perlakuan kelompok 8 yang
pengharkatannya tinggi. Sedangkan untuk perlakuan kelompok 9
didapatkan hasil yang terendah sebesar 0,7%.

Berdasarkan hasil kadar lengas tanah untuk setiap kelompok yaitu


KP 7 4,37%, KP 8 14,52%, KP 9 0,7%, KP 10 7,2%, KP 11 7,2%, KP 12
20%, untuk hasilnya setiap kelompok hasilnya relatif berbeda karena
masing-masing berbeda dalam perlakuan pupuk. Hasil kadar lengas tanah
kelompok kami yaitu KP 20 mencapai hasil 20%. Alfisol, berdasarkan
teori merupakan tanah yang berbentuk kapur serta memiliki sifat fisika
dan kimia yang cukup baik, selain dari itu tahan terhadap erosi
berdasarkan sifat-sifat tersebut, Alfisol dapat mengikat air dari 9-10%
didalam tubuhnya. Alfisol mempunyai kadar lempung yang tinggi,
namun

bahan

induk

tanahnya

berupa

kapur

sehingga

tingkat

permeabilitasnya lambat sehingga air sulit menyerap kedalam porinya


sehingga kadar lengasnya lebih rendah. Dalam teori disebutkan bahwa
semakin kecil diameter tanah maka kadar lengas yang tersimpan semakin
tinggi karena luas permukaannya lebih besar dan ruang antar partikel
tanah yang terisi udara semakin sedikit, begitu pula sebaliknya.
Besar kecilnya kadar lengas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
sifat tanah, faktor tumbuh dan iklim. besarnya kadar lengas pada suatu
tanah juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti diatas. Ketersediaan
air dalam tanah dipengarhi oleh: banyaknya curah hujan atau irigasi,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, tingginya
muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atu lapisan tanah.
Penting bagi kita untuk mengetahui kadar lengas tanah karena lengas
tanah sangat penting dalam proses genesa tanah.
b. Bahan Organik
Bahan organik dalam tanah menurut Sutanto (2005) dapat
didefinisikan sebagai sisa-sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada
berbagai pelapukan dan terdiri dari organisme yang masih hidup ataupun
yang sudah mati. Didalam tanah, bahan organik bisa berfungsi dan
memperbaiki sifat kimia, fisika, biologi tanah sehingga ada sebagian ahli
menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah memiliki fungsi yang
tak tergantikan. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi

mempunyai

kapasitas

penyangga

yang

rendah

apabila

basah.

Kemampuan tanah untuk menyimpan air salah satunya air hujan


menentukan juga spesies apa yang tumbuh.
Pengujian kandungan bahan organik dilakukan dengan mengisi
Ctka yang ditambah dengan K2Cr2O7 1N untuk memutuskan ikatan CO
pada Bahan Organik dan menambahkan H2SO4 pekat untuk memberikan
suasana asam menjadi jingga yang menunjukkan masih terdapatnya sisa
oksidator kemudian menambahkan H3PO4 85% untuk menghilangkan
sisa oksigen yang tersisa.langkah selanjutnya adalah mengencerkan
aquadest. Setelah itu ditetesi indikator DPA sebanyak 2 tetes untuk
menambah suasana asam kemudian menitrasi dengan FeSO 4 1N hingga
warna hijau cerah dimana warna hijau cerah disini disebabkan karena
adanya titrasi.
Berat tanah yang digunakan yaitu 500 mg. Kadar C yang
dihasilkan yaitu 0,05825 %. Bahan organik yang didapat yaitu 0,32%.
Jadi tanah di lokasi tanaman memiliki kandungan BO sangat rendah
karena didapat 0,32%. Kesehatan tanah juga penting untuk menjamin
produktivitas pertanian agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Bahan
organik tanah awal adalah 1,87% yang termasuk rendah dan setelah
dilakukan perlakuan pemupukan maka bahan organik meningkat.
Peningkatan juga terjadi pada perlakuan lain. Yaitu pada kelompok 8, 9,
11 dan 12 yaitu sebesar 0,667646; 0,364425; 0,356044; 0,319145. Untuk
kelompok 7 dan 10 mengalami penurunan yaitu data yang diperoleh
adalah 0,018845 dan 0,161837.
C. N total tanah
Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan
unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3,
namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea
(CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya, dalam siklusnya, nitrogen
organik di dalam tanah mengalami mineralisasi sedangkan bahan
mineral mengalami imobilisasi.Sebagian N terangkut, sebagian kembali

scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang


melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.Ada yang
hilang atau bertambah karena pengendapan.
N total tanah dilakukan dengan mendestruksi larutan terlebih
dahulu kemudian di destilasi dan yang terakhir adalah dititrasi. Larutan
H2SO4 pekat digunakan untuk mendestruksi untuk mengetahui N total
tanah hal tersebut dilakukan dengan menambahkan serbuk K2SO4 dan
CuSO4 1 sendok kecil. Akhir mendestruksi larutan tersebut yaitu
dengan menunggu hingga asap hilang dan larutan menjadi putih
kehijauan atau tidak berwarna.
Pengamatan ini diperoleh hasil analisa bahwa kadar Nitrogen di
dalam tanah alfisol sebesar 2,24% yang artinya N total dalam tanah
sedang tetapi masih lebih tinggi daripada analisis tanah awal yaitu
hanya 0,115%, hal ini karena tanah mendapatkan N dari pemupukan
sehingga kandungannya bertambah meskipun tidak terlalu signifikan
karena mungkin N terjerap, tercuci ataupun bebas ke udara.
Berdasarkan analisis kelompok lain terdapat hasil yang relative sama
yaitu pada kelompok 8 dan 10 sebesar 0,35 dan 0,36. Perbedaan dimana
kelompok 12 mempunyai nilai N total lebih tinggi dengan kelompok
lainnya sebesar 2,44%. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing
berbeda dalam perlakuan pupuk, jadi sumber N juga berbeda dalam
jumlah kualitas dan kuantitasnya. Menurut Darmawijaya (2000) pada
tiap horizon tanah terjadi perubahan N total disebabkan oleh kehilagan
N total oleh alih rupa, juga dipengaruhi tingkat perombakan bahan
organik. Sedangkan ke horizon bawah menunujukkan kenaikan N total
ini diduga karena perombakan bahan organik yang belum intensif.
D. P Tersedia Tanah
Fosfor (P) merupakan termasuk unsur hara makro, yakni unsur
yang diperlukan dalam jumlah yang besar oleh tanaman. P tersedia
dalam tanah menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002) berada dalam
bentuk - dan . P tanah dapat dibedakan menjadi tak tersedia , potensial
tersedia dan segera tesedia. P segera tersedia adalah bentuk P organik

dan beberapa bentuk P anorganik yang relatif tidak tersedia seperti


bentuk P terendapkan (Al-P, Ca-P, dan Mn-P) dan bentuk ini sering
cenderung terakumulasi dalam keadaan stabil dan dalam keadaan
tertentu dapat menjadi tersedia seperti penggenangan pada tanah sawah.
Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah alfisol sebesar 0,058
ppm yang artinya P yang tersedia dalam tanah rendah, tetapi jika
dibandingkan dengan kandungan P tersedia pada analisis tanah awal
lebih tinggi yaitu 2,088 ppm. Hal itu ada beberapa kemungkinan
berkurangnya unsur P dalam tanah yaitu karena pencucian ataupun
terikat oleh unsur lain. Hal ini mungkin dikarenakan pengaplikasian
pupuk yangsalah sehingga kandungan hara tercuci oleh air hujan. Nilai
P di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
antara lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik,
mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk kandang maupun
pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Namun, keberadaan
unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur
tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia untuk tanaman,
misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur lain
yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar
tanaman.
E. K Tersedia Tanah
Kalium (K) dalam tanah bersumber dari mineral primer tanah
(feldspar, mika, vermikulit, biotit) dan bahan organik sisa tanaman.
Unsur K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, yakni
terbesar kedua setelah hara N. Kalium (K) dalam tanah bersumber pada
pupuk buatan, pupuk kandang, sisa tanaman dan mineral K dalam tanah
(Orthoclas, Mika, Muskovit dan Biotite). K diserap tanaman lebih besar
daripada P, Ca dan Mg, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan N.
K di dalam tanah bersifat mobile sehingga mudah hilang melalui proses
pencucian tau terbawa arus pergerakan air.
Nilai K di dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktorfaktor tersebut antara lain suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan

organik, mikrobia pengikat unsur tersebut dari udara, pupuk kandang


maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Namun,
keberadaan unsur tersebut juga dipengaruhi oleh banyak hal yang
membuat unsur tersebut sedikit atau bahkan menjadi tidak tersedia
untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat
oleh unsur lain yang menyebabkan tanah masam atau tidak dapat
diserap oleh akar tanaman.
Pada kelompok 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 diperoleh data sebagai
berikut: 0,14;0,4;0,22;0,42;0,6;0,24. Data tersebut termasuk dalam
pengharkatan sangat tinggi dan lebih tinggi dari analisis tanah awal
yaitu 0,011. Hal ini dikarenakan setelah pemupukan pada tanah. Dan
terjadi mungkin K yang hilang lebih kecil karena K tidak tercuci atau
terjerap maka didapatkan K tersedia pada tanah sangat tinggi.

B. Analisis Tanaman
1. Hasil Pengamatan
Tabel 3.3 N, P, K Jaringan Tanaman Jagung Manis
Kelompok
KP7
KP8
KP9

N
P
K
JaringanTanaman JaringanTanaman JaringanTanaman
0,435
27,62015
11,2315
2,912
18,64973
11,2315
1,96
22,69495
21,289

KP10
KP11
KP12

2,24
2,24
2,44

25,2455
33,42485
23,3106

12,409
27,7165
17,119

Sumber: Data Rekapan


2. Analisis Data
a. N total jaringan
N total jaringan =

( B A ) x N HCL x 14 x 4
x 100
berat sampel

4,782
x 100
200

= 2,44 %

b. P jaringan
y = 17,59x - 0,052
= 4,66212
Ppm P

= y x pengenceran

= 4,66212 x 5
= 23,3106
c. K jaringan
y = 0,235x - 0,815
= 3,42
Ppm K = y x pengenceran
= 3,42 x 5
= 17,119

p jaringan
16
14
12

f(x) = 17.59x - 0.05


R = 0.97

10
8
6
4
2
0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

p jaringan
Linear (p jaringan )

3. Pembahasan
a. N jaringan
Unsur fosfor (P) dan kalium (K), nitogen (N) merupakan unsure
hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman.Absorpsi N oleh tanaman
jagung berlangsung selama pertumbuhan. Pada awal pertumbuhan,
akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman
berumur 4 minggu akumulasi N sangat cepat. Pada saat pembungaan
(bunga jantan muuncul) tanaman jagung telah mengabsorpsi N
sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya (Nofizan 2002).
Untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam
tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut.N
berfungsi untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian vegetatif
tanaman, seperti daun, batang dan akar. Selain itu, N juga berperan
penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam
proses fotosintesis atau untuk membentuk protein, lemak dan berbagai
persenyawaan organik serta meningkatkan mutu tanaman penghasil
daun-daunan. Menurut Darmawijaya (2000) defisiensi unsure hara
esensial khususnya N dapat menyebabkan khlorosis pada daun tua,
karena unsure hara ini bersifa mobile.Gejala defisiensi unsure hara N
adalah daun tua berwarna kekuningan, selain itu pertumbuhan
tanaman yang kekurangan unsure N juga terhambat. Sebaliknya jika
kelebihan unsure hara N menurut Hakim (2002) tanaman akan mudah
roboh karena tanaman bersifat sukulen atau berair, jadi tanaman
menjadi lunak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di laboratorium
hasil perhitungan dari N jaringan tanaman rata-rata dari kedua sampel
pada Kelompok 12 yaitu 2,44%. Dengan hasil tersebut kelompok
kami mempunyai rata-rata N jaringan tanaman tertinggi dibandingkan
kelompok 7, 8, 9, 10 dan 11. data yang dihasilkan untuk tujuh
kelompok tersebut sebagai berikut: 0,435; 2,912; 1,96; 2,24; 2,24.
Rata-rata N jaringan tanaman terendah yaitu pada kelompok 7 sebesar
0,435 %. Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwa kandungan

N jaringan lebih banyak jika tanaman dipupuk. Meskipun unsur N


pada tanaman sangat rendah tetapi tanaman tumbuh maksimal dapat
dilihat dari penambahan tinggi yang terus bertambah setiap
minggunya. Namun kemungkinan untuk laju fotosintesis menurun
karna unsur N berfungsi dalam pembentukan protein yang akan
mengakibatkan klorofil pada tanaman rendah maka laju fotosintesis
menurun/rendah.
b. P Jaringan Tanaman
Setiap tanaman sedikitnya membutuhkan 16 unsur hara agar
pertumbuhannya normal. Hara tersebut dapat berasal dari tanah
maupun udara.Phosphor mempunyai kegunaan yang penting bagi
pertumbuhan

tanaman

karrena

pertumbuhan

akar

mempercepat

pembungaan,

terutama

berfungsi
pada

pemasakan

untuk

awal-awal
biji

dan

merangsang
pertumbuhan,
buah.Fosfor

merupakan unsur hara yang mobil pergerakannya di dalam jaringan


tanaman.
Konsentrasi P dalam tanaman umumnya antara 0,1% sampai
0,4%. Dari hasil pengamatan didapatkan rata-rata P jaringan tanaman
sebesar 23,3106 ppm. Rata-rata P jaringan tanaman tertinggi
didapatkan pada kelompok 11 sebesar 33,42 ppm. Hal tersebut karena
perlakuan kelompok 11 menggunakan pupuk SP36 terbanyak ketika
pemupukan 45 HST. Dan terendah rata-ratanya adalah pada kelompok
8 sebesar 18,65 ppm. Unsur P terdapat di seluruh sel hidup tanaman
yang menyusun jaringan tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida
dan fitin. Jaringan tanaman P berperan dalam hampir semua proses
reaksi biokimia.
Peran P yang istimewa adalah proses penangkapan energi
cahaya matahari dan kemudian mengubahnya menjadi energi
biokimia. P merupakan komponen penyusun membran sel tanaman,
penyusun enzim-enzim, penyusun co-enzim, nukleotida (bahan
penyusun asam nukleat), P juga ambil bagian dalam sintesis protein,
terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat,

memacu pembentukan bunga dan biji serta menentukan kemampuan


berkecambah biji yang dijadikan benih.
c. K Jaringan Tanaman
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+.Kalium di
dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya
untuk setiap tanaman berbeda-beda. Ion-ion K+ di dalam air tanah dan
ion-ion K+ yang di adsorpsi, dapat langsung diserap. Di samping itu
tanah mengandung juga persediaan mineral tertentu dalm bentuk
berbagai macam silikat, dimana kalium membebaskan diri sebagai
akibat dari pengaruh iklim.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh K jaringan tanaman
sebesar 17,119. Rata- rata tertinggi yaitu kelompok 11 sebesar 27,72
ppm dan rata-rata terendah yaitu kelompok 7 dan 8 sebesar 11,23
ppm. Kita mengerti bahwa unsur K sangat banyak digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sangat wajar jika
kandungan K dalam jaringan cukup tinggi, sehingga mengakibatkan
tanaman menjadi subur.
Hal ini di pengaruhi faktor-faktor tersebut antara lain suhu,
kelembaban tanah, kandungan bahan organik, mikrobia pengikat unsur
tersebut dari udara, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil
fiksasi dan limbah industri. Namun, keberadaan unsur tersebut juga
dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur tersebut sedikit atau
bahkan menjadi tidak tersedia untuk tanaman, misalnya karna
pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur lain yang
menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar tanam.

C. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap beberapa sifat
kimia tanah serta dengan melihat pengaruh dari tindakan
pemupukan atau pengolahan terhadap pertumbuhan atau hasil
tanaman maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanaman jagung di berikan beberapa pupuk yang berbeda-beda
pada beberapa petakan. Dosis pemupukan bersama tanaman
adalah 0,18 kg/petakan pupuk UREA, 0,09 kg/petakan pupuk
SP 36 dan 0,03 kg/petakan pupuk KCL. Pemupukan 14 HST
diantaranya 0,18 kg/petakan pupuk UREA dan 26 HST 0,09
kg/petakan pupuk SP-36. Tinggi tanaman jagung mengalami
kenaikan untuk setiap minggunya.
2. Kadar lengas tanah diketahui bahwa ketersediaan air dalam
tanah sedikit yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,hal ini
ditunjukkan dengan kadar lengas sebesar 20%.
3. Pengamatan ini diperoleh hasil analisa bahwa kadar Nitrogen di
dalam tanah alfisol sebesar 2,44 % yang berarti kadar N tanah
tinggi.
4. Pada pengamatan ini kadar P dalam tanah alfisol sebesar 55,58
ppm.
5. Pada pengamatan ini kadar K dalam tanah alfisol sebesar 0,24
ppm..
6. Hasil analisis Nitrogen jaringan tanaman sebesar 2,44 %. N
berpengaruh pada pembentukan klorofil dan protein.

7. Berdasarkan hasil praktikum didapatkan nilai P pada jaringan


tanaman sebesar 23,31 ppm dengan pengenceran 5. Hal ini
menunjukkan kandungan P dalam jaringan tanaman cukup
tinggi.
8. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh K jaringan tanaman
sebesar 17,119.
B. Saran
Berdasarkan pada rangkaian acara praktikum kesuburan
tanah, kami selaku peserta mempunyai beberapa yaitu :
1. Perlunya pendampingan praktikan secara intensif baik didalam
praktikum lapang, laboratorium dan penyusunan laporan
sehingga para praktikan benar-benar mengetahui inti dari
kegiatan praktikum sehingga para praktikan mendapatkan suatu
pengetahuan baru.
2. Secara keseluruhan praktikum kesuburan tanah tahun 2016 ini
sudah baik, tetapi masih perlu peningkatan menejemen waktu
dan penjadwalannya.
3. Dimohon agar jadwalnya tetap terkoordinir dengan jelas dan
tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., Y. E. Widyastuti 2008. Meningkatkan Produksi
Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Ahira, Anne 2010. Tanah Alfisol. http://www.anneahira.com/tanahalfisol.html. Diakses pada 3 April 2016.
Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual.
Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra.
Dewanto, Frobel G. dkk 2013. Pengaruh Pemupukan Anorganik dan
Organik terhadap Produksi Tanaman Jagung sebagai Sumber
Pakan. Jurnal Zootek Vol. 32 (5).
Hairiah dkk 2000. Pengelolaan Tanah Masam Secara Biologi. Bogor:
ICRAF.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah, Akademika Pressindo, Jakarta.
Hermanto dkk 2011. Penetapan Bahan Diagnosis Status Hara NPK
pada Jaringan Tanaman Pegagan. Jurnal Bul. Littro. Vol. 22 (2).
Kim

2005. Dasar-dasar
Gadjah mada.

Kimia Tanah. Yogyakarta:

Universitas

Leiwakabessy FM, UM Wahjudin, Suwarno 2003. Kesuburan Tanah.


Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lopulisa, C. 2004., Tanah-Tanah Utama Dunia. Lephas. Makassar.
Noorjannah 2012.Pengaruh Macam Dan Dosis Pupuk Npk Majemuk
Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeisguineensis
Jack) Jurnal Media Sains Vol 4 No 1 Hal 49-55.
Nuning Argo Subekti, Syafruddin, Roy Efendi, dan Sri Sunarti
2012.Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Rahardjo Mono 2010. Pengaruh Pupuk Urea, Sp36, Dan Kcl
Terhadap Pertumbuhan DanProduksi Temulawak (Curcuma
Xanthorhiza Roxb) Jurnal Littri Vol 16 No. 3 Hal 98-105.
Ruhnayatagus 2011.Respon Tanaman Lada Perdu Terhadap
Pemupukan Npk Pada Jenis Tanah Inceptisols Dan Ultisols
Jurnal Ilmu Pertanian Vol 22 No.1 Hal 23-32.

Suci Handayani dan Bambang Hendro Sunarminto, 2002. Kajian


Struktur Tanah Lapis Olah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soepardi G dan M Ismunadji. 2007. Harkat Kalium Tanah. Bogor :
ITB Press.
Suriadi A, Nazam M. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan
Kandungan Bahan Organik. Nusa Tenggara Barat : Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Sutanto, Rachman 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah: Konsep dan
Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Sutanto, Rachman 2011. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan
Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius.
Syafruddin dan Zubachtirodin 2010. Penggunaan Pupuk NPK
Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung. Prosiding Pekan
Serealia Nasional hal 174-187. Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai