Anda di halaman 1dari 4

Al-Wajiz: Bab Thoharoh (Bagian 4)

Adab adab buang hajat


1. Disunnahkan bagi seseorang yang hendak masuk WC untuk membaca :
Bismillah, Allohumma inni audzu bika minal khubutsi wal khobaits. yang artinya,
Dengan menyebut nama Alloh. Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan
setan laki-laki dan setan perempuan.
Hal ini berdasarkan hadits yang dibawakan oleh Ali rhodiallahuanhu bahwa Nabi
shollahualaihiwasallam bersabda, Penghalang sehingga jin tidak bisa melihat aurot
manusia ketika ada salah seorang di antara kalian yang masuk WC adalah dengan
mengucapkan bismillah. (Shohih Jamiush Shoghir no.3611, diriwayatkan oleh Tirmidzi
2/59/603, Ibnu Majah 1/109/297. Redaksi hadits ini dari riwayat Tirmidzi).
Selain itu juga berdasarkan hadits yang dibawakan oleh Anas rhodiallahuanhu, beliau
menceritakan, Jika Rosululloh hendak masuk WC maka beliau membaca : Allohumma
inni audzu bika minal khubutsi wal khobaits. (Muttafaq alaihi, diriwayatkan oleh
Bukhori 1/242/142, Muslim 1/283/375, Abu Dawud 1/21/4, Ibnu Majah 1/109/298,
Tirmidzi 1/7/6 dan Nasai 1/20).
2. Disunnahkan ketika keluar dari WC untuk membaca :Ghufronaka., artinya : Aku
minta ampunan-Mu. Hal ini berdasarkan hadits yang dibawakan oleh Aisyah
rodhiyallohu anha, beliau berkata, Jika Nabi shollahualaihiwasallam keluar dari WC
maka beliau membaca : ghufronaka. (Shohih Jamiush Shoghir no.4714, diriwayatkan
oleh Abu Dawud 1/52/30, Tirmidzi 1/7/7, Ibnu Majah 1/11/300).
3. Disunnahkan untuk mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan mendahulukan kaki
kanan ketika keluar, karena mengutamakan bagian kanan adalah perbuatan yang
terpuji. Selain itu terdapat dalil yang menunjukkan hal tersebut secara umum (As Sailul
jaror 1/64).
4. Apabila buang hajat di tempat terbuka hendaknya menjauh sehingga tidak terlihat
oleh siapapun. Jabir rhodiallahuanhu berkata, Kami berpergian bersama Rosululloh
shollahualaihiwasallam dan beliau tidak buang hajat sampai menjauh sehingga tidak
terlihat oleh siapapun. (Shohih Sunan Ibnu Majah no.268, diriwayatkan oleh Ibnu
Majah 1/121/335, Abu Dawud 1/19/2 dengan redaksi yang sama).
5. Disunnahkan untuk tidak melepas pakaian sampai pantat dekat dengan tanah. Ibnu
Umar rodhiyallohu anhuma menceritkan bahwa Rosululloh shollahualaihiwasallam jika
hendak buang hajat beliau tidak menanggalkan pakaiannya sampai pantat beliau dekat
dengan tanah (Shohih Jamiush Shoghir no.4652, diriwayatkan oleh Abu Dawud
1/31/14, Tirmidzi 1/11/14 dari hadits Anas). Hadits ini berlaku apabila kita buang hajat di
tempat terbuka agar aurot lebih tertutup. Pent

Syaikh Said Al Qohthoni mengatakan, Bila buang air tidak di tempat yang tertutup,
hendaknya kita mengangkat pakaian setelah pantat kita dekat dengan tanah agar aurat
kita tidak terlihat. (Thaharah Nabi, cet. Media Hidayah), Pent
6. Tidak diperbolehkan menghadap dan membelakangi kiblat, baik di tempat terbuka
maupun dalam bangunan tertutup (WC). Abu Ayyub Al Anshori rhodiallahuanhu
menyatakan bahwa Rosululloh bersabda, Jika kalian hendak buang hajat maka
janganlah menghadap qiblat atau membelakanginya, tapi hendaklah menghadap ke
timur atau barat. (Mukhtashor Shohih Muslim no.109, Shohih Sunan Abu Dawud no.7).
Dalam hadits tersebut Rosululloh memerintahkan untuk menghadap ke barat atau ke
timur karena saat itu beliau ada di Madinah. Dan letak Madinah adalah di sebelah
selatan Makkah. Pent.
Abu Ayyub berkata, Tatkala kami tiba di Syam, kami dapati tempat-tempat buang air di
sana dibangun menghadap kabah. Maka kami bergeser dari arah kiblat dan kami
mohon ampun kepada Alloh Taala. (Muttafaq Alaih, diriwayatkan oleh Bukhori
1/497/394, Muslim 1/224/264 dan Tirmidzi 1/8/8).
7. Diharamkan buang hajat di jalan atau tempat yang digunakan banyak orang untuk
berteduh. Abu Huroiroh menuturkan bahwa Nabi shollahualaihiwasallam bersabda,
Janganlah kalian termasuk duaorang yang mendapatkan laknat. Para sahabat
berkata, Siapakah mereka itu wahai Rosululloh shollahualaihiwasallam Rosululloh
bersabda, Mereka adalah orang yang buang air di jalan dan tempat yang digunakan
banyak orang untuk berteduh. (Shohih Jamiush Shoghir no.110, diriwayatkan oleh Abu
Dawud 1/47/25, Muslim 1/226/269).
8. Makruh untuk kencing di tempat mandi. Yang dimaksud adalah kamar mandi yang
resapan atau saluran pembuangannya kurang bagus (Lihat Thaharah Nabi, Media
Hidayah hlm. 53 -pent).
Hamid Al Hamiri berkata, Aku bertemu dengan seseorang yang menemani Nabi
shollahualaihiwasallam sebagaimana Abu Huroiroh menemani Nabi, beliau berkata,
Rosululloh melarang untuk bersisir setiap hari atau kencing di tempat yang digunakan
untuk mandi. (Shohih Sunan An Nasai no.232, diriwayatkan oleh An Nasai 1/130, Abu
Dawud 1/50/28).
9. Diharamkan kencing pada air yang tergenang. Jabir mengatakan bahwa Nabi
shollahualaihiwasallam melarang mengencingi air yang menggenang (Shohih Jamiush
Shoghir 6814, diriwayatkan oleh Muslim 1/235/281, An Nasai 1/34).
10. Diperbolehkan kencing sambil berdiri, akan tetapi kencing dengan duduk itu lebih
baik. Hudzaifah rhodiallahuanhu menuturkan bahwa Nabi shollahualaihiwasallam
berhenti pada tempat pembuangan sampah milik suatu perkampungan, kemudian
beliau kencing sambil berdiri. Akupun menjauhi beliau tapi beliau berkata,
Mendekatlah!. Akupun mendekati beliau sampai aku berdiri di belakang beliau. Beliau
kemudian berwudhu dan mengusap kedua khuf (sejenis sepatu) beliau. (Diriwayatkan

oleh Muslim 1/28/273, Tirmidzi 1/11/13, Bukhori 1/329/225, Nasai 1/19, Abu Dawud
1/44/23 dan Ibnu Majah 1/111/305).
Kami katakan bahwa kencing dengan duduk itu lebih baik karena itulah yang paling
sering Nabi shollahualaihiwasallam lakukan, sampai-sampai Aisyah rodhiyallohu anha
mengatakan, Barang siapa yang menginformasikan kepadamu bahwa Rosululloh
kencing sambil berdiri maka jangan percaya. Rosululloh tidak pernah kencing kecuali
sambil duduk. (Shohih Sunan An Nasai no.29, diriwayatkan oleh An Nasai 1/26,
Tirmidzi 1/10/12).
Perkataan Aisyah ini tidaklah kontradiktif dengan hadits yang dibawakan oleh
hudzaifah, karena Aisyah menyampaikan apa yang beliau ketahui dan hudzaifahpun
menyampaikan apa yang beliau ketahui. Sebagaimana telah diketahui dalam kaedah
ushul fiqh bahwa riwayat yang menetapkan suatu hal itu lebih diutamakan daripada
riwayat yang mengingkarinya, karena riwayat yang menetapkan itu mengandung
informasi yang tidak ada dalam riwayat yang mengingkarinya.
11. Wajib bersuci sesudah kencing. Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma menceritakan
bahwa Nabi ? melewati dua makam kemudian berkata, Sesungguhnya dua orang
penghuni kubur ini sedang disiksa, dan tidaklah mereka berdua disiksa karena perkara
yang sulit dihindari. Salah satu dari dua orang ini disiksa karena tidak bersuci sesudah
kencing dan yang lain suka mengadu domba orang lain. (Muttafaq alaih, diriwayatkan
oleh Bukhori 1/317/216, Muslim 1/240/292, Tirmidzi 1/47/70, Abu Dawud 1/40/20 dan
Nasai 1/28).
12. Tidak boleh menyentuh kemaluan dengan tangan kanan ketika kencing dan
bercebok. Abu Qotadahrhodiallahuanhu menceritakan bahwa Rosululloh bersabda,
Jika salah seorang di antara kalian kencing maka janganlah menyentuh kemaluan dan
bercebok dengan tangan kanannya. (Shohih Sunan Ibnu Majah no.25, diriwayatkan
oleh Ibnu Majah 1/113/310, Buhori 1/253/154, Muslim1/225/267, Abu Dawud 1/53/31,
Tirmidzi 1/12/15 dan An Nasai 1/25. Redaksi hadits ini dari riwayat Ibnu Majah).
13. Diperbolehkan bersuci dengan menggunakan air, batu atau sejenisnya, tetapi
bersuci dengan menggunakan air itu lebih utama. Anas rhodiallahuanhu menuturkan,
Rosululloh masuk ke WC, maka aku dan anak kecil yang seusia denganku
membawakan seember air dan tombak kecil untuk beliau. Kemudian beliau bersuci
dengan menggunakan air. (Muttafaq alaih, diriwayatkan oleh Bukhori 1/252/152,
Muslim 1/227/271 dan Nasai 1/42 tanpa disebutkan tombak kecil). Aisyah rodhiyallohu
anha menceritakan bahwa Rosululloh bersabda, Jika salah seorang di antara kalian
buang hajat maka hendaknya ia membawa tiga buah batu. Bersucilah dengan tiga batu
tersebut karena itu sudah mencukupi. (Shohih Sunan An Nasai no.43, diriwayatkan
oleh Nasai 1/42 dan Abu Dawud 1/61/40).
14. Tidak boleh bersuci dengan kurang dari tiga batu. Ada seorang yang mengatakan
kepada Salman Al Farisi rhodiallahuanhu, Nabimu telah mengajarkan segala sesuatu
kepada kalian sampai-sampai tentang adab buang hajat. Beliau menjawab, Benar,
beliau melarang kami untuk menghadap kiblat tatkala buang air besar maupun buang

air kecil. Beliau juga melarang kami bercebok dengan tangan kanan, bercebok dengan
batu yang berjumlah kurang dari tiga buah dan bercebok dengan menggunakan kotoran
hewan atau tulang. (Shohih Sunan Ibnu Majah no.255, diriwayatkan oleh Muslim
1/223/262, Tirmidzi 1/13/16, Abu Dawud 1/24/7, Ibnu Majah 1/115/316 dan An Nasai
1/38).
15. Tidak boleh beristijmar dengan tulang atau kotoran hewan. Istijmar adalah bercebok
dengan tidak menggunakan air. Pent. Jabir rhodiallahuanhu berkata, Rosululloh
melarang bersuci dengan tulang atau kotoran hewan. (Shohih Jamiush Shoghir
no.6827, diriwayatkan oleh Muslim 1/224/263, Abu Dawud 1/60/38).
Anda juga dapat membaca komentar artikel ini melalui RSS 2.0 feed. Anda dapat memberi komentar dan trackback
pada web anda.
Perhatian: Silahkan menyalin dan menyebarluaskan seluruh artikel pada website ini dengan menyertakan sumbernya
serta tidak boleh memodifikasi judul dan materi artikel tanpa seizin muslim.or.id. Pertanyaan untuk Konsultasi Ustadz
silahkan dimasukkan pada link "Tanya Ustadz", jika tidak maka pertanyaan akan diabaikan.

Satu komentar untuk Al-Wajiz: Bab Thoharoh (Bagian 4)


abu musa
December 6th, 2005 18:45
1
assalamu,alaikum warah matullahi wabarakatuh
segala puji syukur kita haturkan kehadirat allah, shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada beliau dan pengikutnya sampai hari pembalasan kelak.
langsung saja , saya disini mau bertanya tentang hukum2 yang berkenaan dengan
rambut secara lengkap dan terperinci. seperti boleh tidak mewarnai rambut, mencabut
uban, menggundul kepala tanpa udzur, dll.
bagaimana model rambut nabi Muhammad?
seberapa batasan rambut itu boleh dipanjangkan untuk laki laki?
dan batasan mencukur rambut untuk wanita?
bolehkah memotong rambut (ditipiskan tidak dicukur habis) hanya bagian sampingnya
saja ?

Anda mungkin juga menyukai