Disusun Oleh:
Penulis :
George Raden Mas Said
(1061050186)
Pembimbing :
dr. Wendy Hendrika, Sp.OT
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :
REFERAT FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah.
Pembimbing :
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Mahakuasa, karena atas kehendakNya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Fraktur 1/3 Distal Radius.
Refarat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Bedah. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu
yang tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun
sangat harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Wendy Hendrika ,Sp.OT. Selaku pembimbing kepaniteran ilmu
penyakit Bedah di RSU FK UKI, yang telah memberikan masukan yang berguna
dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada rekan rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian
referat ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya dan khususnya tentang masalah
Fraktur 1/3 Distal Radius.
Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal Radius adalah salah satu fraktur yang paling umum dari
ekstremitas atas. Pada kesempatan ini akan dilaporkan hasil dari 3 penelitian yang
telah di lakukan di Swedia, Korea dan sumber buku.
Insidensi terjadi nya fraktur pada distal radius di Swedia pada tahun 2014
dibagi atas gender, pria dan wanita. Pada pria, terjadi peningkatan angka kejadian
hingga umur 12 tahun, sekitar 140 insiden per 10.000 orang per tahun. Menurun
drastis setelahnya, kemudian meningkat sesuai dengan penambahan umur pada
usia 75 tahun, dengan puncak insidensi kejadian pada pria umur 100 tahun dengan
65 insiden per 10.000 orang per tahun. Pada wanita, terjadi peningkatan kejadian
hingga usia 10 tahun, sekitar 105 insiden per 10.000 orang per tahun. Menurun
drastis setelahnya, kemudian meningkat sesuai dengan penambahan umur pada
usia 45 tahun, dengan puncak insidensi kejadian pada wanita umur 90 tahun
dengan 120 insiden per 10.000 orang per tahun.
Pada laporan Lancet insidensi radiografik dari fraktur vertebral, hip dan
distal forearm fractures tahun 2006, didapatkan laporan yang dikelompokkan
menjadi dua grafik. Grafik age-spesific dan sex spesific. Berdasarkan grafik agespesific didapatkan peningkatan angka kejadian fraktur distal radius pada wanita
saat umur 65 tahun, meningkat hingga umur 85 dengan jumlah kejadian 400 per
10.000 kejadian per tahun. Pada pria, didapatkan peningkatan angka kejadian
fraktur distal radius saat usia 75 meningkat hingga umur 85 tahun dengan jumlah
kejadian 20 per 10.000 kejadian per tahun.
yaitu
progress
zone.
Seiring
dengan
pertumbuhan
ini menjadi lima bagian. Pembentukan lebih lanjut jari-jari bergantung pada
pertumbuhan selanjutnya dibawah pengaruh lima segmen ektoderm
bubungan, kondensasi mesenkim untuk membentuk pancaran jari-jari
kartilaginosa, dan kematian jaringan diantara jari-jari tersebut.
Sendi-sendi
terbentuk
di
kondensasi
kartilago
saat
vertebra, terdapat satu atau lebih pusat osifikasi primer dan biasanya lebih
dari satu pusat osifikasi sekunder.
2. Tulang
Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam
posisi anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.
Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk
mengubah telapak tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak
sementara radiuslah yang berputar. Patah tulang lengan bawah dapat
mempengaruhi kemampuan
3. Saraf
Nervus ulnaris
Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini
menginervasi m. flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum
profundus dan otot-otot intrinsic tangan.
Nervus ulnaris
Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-0550x0475.jpg
Nervus Medianus
Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna
dan radius. Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya
nervus interosseus anterior menginervasi index, dan juga m. flexor
digitorum profundus, m. flexor pollicis longus dan m. pronator quadratus.
Nervus medianus
Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/516390550x0475.jpg
Nervus Radialis
Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial
(sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi
sensorik pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang
dalam menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke
dalam menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus
posterior.
Nervus radialis
Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/44520550x0475.jpg
4. Pembuluh Darah
Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a.
ulnaris.
C. PATOGENESIS PENYAKIT
1. Fraktur Colles
Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius
masih disalah artikan sebagai dislokasi dari pergelangan tangan. Abraham
Colles (1725 1843) pada tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel
yang berjudul On the fracture of the carpal extremity of the radius. Sejak
saat itu fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur Colles sesuai dengan
nama Abraham Colles.
Fraktur Colles adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian
distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan
deformitas ke posterior (dorsal), yang biasanya terjadi pada umur di atas 4550 tahun dengan tulangnya sudah osteoporosis. Kalau ditemukan pada usia
muda disebut fraktur tipe Colles.
Epidemiologi
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum
insidennya kira-kira 8 15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang
gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang dilakukan di Swedia,
didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan
fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5.
Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama di
mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius. Sisi
kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%.
Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun.
Mekanisme cedera
fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan
posisi terkadang dan meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pada
saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan
persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius, hingga dapat
menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang
kortikal dan tulang spongiosa.
Gambaran Klinis
Biasanya penderita mengeluh deformitas pada pergelangan tangan
dengan adanya riwayat trauma sebelumnya. Pada penemuan klinis untuk
fraktur distal radius terutama fraktur Colles akan memberikan gambaran
klinis yang klasik berupa dinner fork deformity, dimana bagian distal
fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna
menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi,
dan gerakan aktif pada pergelangan tangan tidak dapat dilakukan. Pada
fraktur dengan peranjakan yang berat akan dapat menimbulkan extra vasasi
darah hingga pergelangan tangan dan tangan bahkan bagian distal lengan
bawah akan cepat membengkak.
KLASIFIKASI MENURUT FRYKMAN
(Frykmann, 1967) Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji
klinik, juga memisahkan antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya
fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini nomor yang lebih besar
menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih
jelek.
1. Tipe 1 : Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra articular.
2. Tipe 2 : Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius.
3. Tipe 3 : Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
4. Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius.
5. Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio ulnar
distal.
6. Tipe 6 : Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius.
7. Tipe 7 : Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
2. Fraktur Smith
Fraktur Smith
Smith (orang Dublin, seperti Colles) mendeskribsikan fraktur yang
sama sekitar 20 tahun kemudian. Tetapi, pada cedera ini fragmen distal
bergeser ke anterior (volar), (inilah mengapa fraktur ini kadang-kadang
disebut dengan kebalikan Colles ). Fraktur ini akibat jatuh pada punggung
tangan.
Gambaran Klinik
Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat,
deformitas garpu-makan malam (dinner-fork deformity) melainkan
deformitas
sendok
tanaman
(garden
spade
deformity)
3. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi ini dinamai Galeazzi Ricardo (1866-1952), seorang ahli
bedah di Italia Instituto de Rachitici di Milan, yang menggambarkan fraktur
pada tahun 1934.3 yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal.
Epidemiologi
Fraktur Galeazzi 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah, paling sering
pada laki-laki. Walaupun pola fraktur Galeazzi dilaporkan jarang, mereka
diperkirakan 7% dari seluruh patah tulang lengan bawah pada orang dewasa.
Mekanisme cedera
Penyebab lazimnya adalah jatuh pada tangan; mungkin disertai daya rotasi.
Fraktur radius pada sepertiga bagian bawah dan sendi radioulnar inferior
bersubluksasi atau berdislokasi. Cedera ini hampir merupakan pasangan
fraktur-dislokasi Monteggia.
Gambaran klinik
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung
bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Piano Key Test merupakan tes untuk menentukan adanya ketidakstabilan pada
radius dan ulna. Berguna untuk mendiagnosa adanya robekan pada Triangular
Fibrocartilage Complex (TFCC). Spesifikasi tes hingga 96% dan sensitivitas
mencapai 59% (Lindau, Adlercreutz & Aspenberg, 2000). Cara melakukan tes ini,
pasien di duduk kan dengan nyaman, dengan tangan di persiapkan dengan posisi
pronasi. Pemeriksa memeriksa dengan cara menekan radius ke arah dorsal dan
palmar. Pemeriksaan ini dinilai positif apabila terdapat perbedaan yang jauh bila
dibandingkan dengan tangan yang sehat.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. MRI3,4
a. Soft tissue >
b. Saggital, Frontal, Transversal >
c. CNS
2. CT scan3,4
a. Soft tissue <
b. Slices
c. Houndsfield Unit
3. X-ray 3,4
F. DIAGNOSIS
Working Diagnosis5-7
1. Fraktur Colles (dinner fork deformity) 5-7
a. Fraktur pada radius sepertiga distal dengan pergeseran fragmen distal ke
arah dorsal.
b. Fraktur ini digolongkan berdasarkan kalsifikasi Frykman 1967.
Differential Diagnosis5-7
1. Fraktur radius distal kalsifikasi Frykman5-7
a. Type I: Fraktur distal radius dan tidak memiliki asosiasi dengan fraktur
styloid ulna
b. Type II: Fraktur distal radius disertai fraktur styloid ulna.
c. Type III: Intraartikular fraktur meliputi sendi radiokarpal namun tidak
memiliki asosiasi dengan fraktur styloid ulna.
d. Type IV: Intraartikular fraktur meliputi sendi radikarpal disertai fraktur
styloid ulna.
e. Type V: Fraktur distal radius meliputi sendi radioulnar distal namun tidak
f.
Biomekanik5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Jatuh dengan tangan terbuka dan pronasi sedangkan tubuh dan lengan
endorotasi
b. Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah eksorotasi.
c. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal.
Manifestasi Klinik5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan
sendi distal radius.
b. Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior atau dorsal.
c. Subluksasi sendi radioulnar distal.
d. Avulsi prossesus stiloideus ulna.
e. Penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi ke depan.
f.
Gambaran Radiologi:
Fragmen radius:
o
Terimpaksi.
2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal..
b. Pergelangan tangan teraba tonjolan ujung distal ulna.
c. Sering terjadi lesi N. ulnaris .
d. Bila derajat dislokasi fragmen fraktur ringan, akan terdapat nyeri dan
tegang pada daerah fraktur; apabila berat biasanya terjadi pemendekan
lengan bawah.
Gambaran radiologi:
Fraktur 1/3 distal radius melintang atau oblik dengan angulasi atau
tumpang tindih dan disertai dengan dislokasi sendi radiusulna distal.
3. Fraktur Smith5-7
a. Penonjolan dorsal fragmen proksimal.
b. Fragmen distal di sisi volar pergelangan.
c. Deviasi tangan ke radial.
Gambaran radiologi:
Penatalaksanaan5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Tanpa dislokasi
i. Imobilasi: gips sirkular dibawah siku 4 minggu.
b. Dengan dislokasi
i. Reposisi tertutup pada dorsofleksi fragmen distal, traksi, posisi
tangan:
1. Volar fleksi, deviasi ulna untuk mengkoreksi deviasi
radial.
2. Diputar ke arah pronasi untuk mengkoreksi supinasi.
3. Imobilisasi 4-6 minggu.
c. Fraktur kominutif berat dan tidak stabil
i. Fiksasi internal dengan pen proksimal yang menfiksasi radius
dan pen distal, sebaiknya menfiksasi dasar-dasar metacarpal
kedua dan sepertiga.
2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Memulihkan panjang tulang yang mengalami fraktur untuk menjadi
petunjuk.
Komplikasi5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Dini
i. Gangguan sirkulasi darah pada ibu jari.
ii. Cedera tendon.
iii. Pembengkakkan dengan compartment syndrome.
iv. Cedera saraf.
b. Lanjut
i. Malunion.
ii. Delayed nunion dan non-union.
iii. Distrofi refleks simpatik.
iv. Kekakuan
v. Atrofi Suddeck .
vi. Ruptur tendon pada ekstensor polisis longus.
2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Sinostosis atau jembatan kalus antara radius dan ulna sehingga
kemungkinan supinasi dan pronasi hilang.
b. Deformitas rotasi
c. Delayed union dan non-union.
d. Malunion.
3. Fraktur Smith5-7
a. Cedera tendon.
b. Malunion.
c. Delayed union dan non-union.
Prognosis5-7
1. Terapi yang digunakan
G. Kesimpulan
Fraktur pada antebrachii distal dapat disebabkan oleh trauma yang
berulang atau tunggal seperti jatuh dengan tangan yang menahan berat badan.
Posisi tangan dan posisi badan saat jatuh menentukan jenis fraktur pada
antebrachii distal. Imobilisasi dan reposisi serta traksi dapat dilakukan setelah
trauma fraktur terjadi. Setelah pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi.
BAB III
KEPUSTAKAAN
1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,
2005. h. 865-8.
2. Solomon L, Warwick D. Apleys System of Orthopaedics and Fractures 9th
Edition. Hodder Arnold : 808.
3. Sadler, T.W. 2013. Langmans Medical Embriology 10th edition. USA:
Lippincott Williams&Wilkins.
4. Qlintang S. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC, 2010. h.
169-71
5. Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR. Schwartzs principle of surgery. 8th
edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2007.
6. Mettler. FA. Essentilals of radiology 2nd edition. USA: Elsevier, Inc; 2005.
7. Patel PR. Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga, 2006. h. 230
8. Simon RR, Sherman SC, Koenigsknecht SJ. Emergency orthopedics the
extremities. 5th edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2007.
9. Laniyati. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 2004.
h.677.