Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS

Disusun Oleh:

Penulis :
George Raden Mas Said
(1061050186)

Pembimbing :
dr. Wendy Hendrika, Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE 25 JULI 27 AGUSTUS 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL :
REFERAT FRAKTUR 1/3 DISTAL RADIUS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah.

Pembimbing :

dr. Wendy Hendrika, Sp.OT

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia
Periode 25 JULI 27 AGUSTUS 2016

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan yang Mahakuasa, karena atas kehendakNya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Fraktur 1/3 Distal Radius.
Refarat ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Ilmu
Penyakit Bedah. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu
yang tersedia untuk menyusun referat ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun
sangat harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Wendy Hendrika ,Sp.OT. Selaku pembimbing kepaniteran ilmu
penyakit Bedah di RSU FK UKI, yang telah memberikan masukan yang berguna
dalam proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada rekan rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian
referat ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya dan khususnya tentang masalah
Fraktur 1/3 Distal Radius.

Jakarta, Agustus 2016

Penulis

BAB I
LATAR BELAKANG

Ekstremitas (anggota gerak) mempunyai fungsi lokomotris. Dibedakan


antara ekstremitas atas dan bawah karena manusia sebagai insan yang berdiri
tegak memerlukan anggota gerak bawah yang kokoh dan; sedangkan anggota
gerak atas mempunyai fungsi yang halus, sehingga bentuk dan susunan anggota
gerak yang terdiri dari tulang/otot dan persendian mempunyai gerakan yang
berbeda pula sesuai dengan fungsi tiap bagian tersebut. Dengan meningkatnya
mobilitas disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai salah satu
penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur.
Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.
Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya
disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan
hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks
jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk seperti
gaya jatuhnya atlit atau penerjun payung.
Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak,
Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah
metafisis tulang radius distal, dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah
diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-stick. Fraktur tulang radius
dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah atau 1/3 distal. Fraktur radius distal
adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan.
Umumnya sering terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan
biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan
tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian
menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi
akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan
menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari
seluruh kejadian fraktur pada dewasa.

Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur


radius distal pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles.
Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang
tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu
pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal
yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm
dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius
dapat terjadi dislokasi ke arah dorsal maupun volar, radial dan supinasi. Gerakan
ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna,
sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial
menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal. Komplikasi yang sering terjadi
adalah kekakuan dan deformitas (perubahan bentuk), jika pasien mendapat
penanganan terlambat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPIDEMIOLOGI
Fraktur distal Radius adalah salah satu fraktur yang paling umum dari
ekstremitas atas. Pada kesempatan ini akan dilaporkan hasil dari 3 penelitian yang
telah di lakukan di Swedia, Korea dan sumber buku.
Insidensi terjadi nya fraktur pada distal radius di Swedia pada tahun 2014
dibagi atas gender, pria dan wanita. Pada pria, terjadi peningkatan angka kejadian
hingga umur 12 tahun, sekitar 140 insiden per 10.000 orang per tahun. Menurun
drastis setelahnya, kemudian meningkat sesuai dengan penambahan umur pada
usia 75 tahun, dengan puncak insidensi kejadian pada pria umur 100 tahun dengan
65 insiden per 10.000 orang per tahun. Pada wanita, terjadi peningkatan kejadian
hingga usia 10 tahun, sekitar 105 insiden per 10.000 orang per tahun. Menurun
drastis setelahnya, kemudian meningkat sesuai dengan penambahan umur pada
usia 45 tahun, dengan puncak insidensi kejadian pada wanita umur 90 tahun
dengan 120 insiden per 10.000 orang per tahun.

Pada laporan penelitian yang dilakukan oleh Journal of Korean Medical


Science (JKMS) di Korea Selatan tahun 2008 hingga 2012 dan dilaporkan pada
tahun 2016, dilaporkan peningkatan jumlah kejadian fraktur distal radius serta
perbedaan rentang yang signifikan antara kejadian pada pria dan wanita.
Didapatkan angka jumlah fraktur untuk pria 14.055, wanita 62.185 dengan total
76.240 pada tahun 2012.

Pada grafik perbandingan antar umur, dilakukan pengelompokkan


terhadap kelompok umur 50-59 (kelompok 1), 60-69 (2), 70-79 (3), 80-89 (4), 90100 (5). Didapatkan hasil kelompok umur 5, memiliki angka kejadian paling
banyak dibandingkan kelompok umur lainnya, sesuai urutan kelompok umur 4, 3,
2, dan 1. Paling tinggi insidensi pada tahun 2011 dengan angka 775,8 per 100.000
orang.

Pada grafik perbandingan antar gender, dilakukan pengelompokkan


berdasarkan gender pria dan wanita. Didapatkan data pada tahun 2012 kejadian
fraktur distal radius pada pria sebanyak 162,9 orang per 10.000 kejadian, serta
pada wanita sebanyak 744,3 orang per 10.000 kejadian.

Pada laporan Lancet insidensi radiografik dari fraktur vertebral, hip dan
distal forearm fractures tahun 2006, didapatkan laporan yang dikelompokkan
menjadi dua grafik. Grafik age-spesific dan sex spesific. Berdasarkan grafik agespesific didapatkan peningkatan angka kejadian fraktur distal radius pada wanita
saat umur 65 tahun, meningkat hingga umur 85 dengan jumlah kejadian 400 per
10.000 kejadian per tahun. Pada pria, didapatkan peningkatan angka kejadian
fraktur distal radius saat usia 75 meningkat hingga umur 85 tahun dengan jumlah
kejadian 20 per 10.000 kejadian per tahun.

B. EMBRIOLOGI dan ANATOMI


1. Embriologi
Pada akhir minggu ke empat perkembangan, tunas ekstremitas mulai
tampak sebagai kantong kantong yang keluar dari dinding tubuh
ventrolateral. Pada awalnya tunas-tunas ini terdiri dari inti mesenkim yg
berasal dari lapisan somatik mesoderm lempeng lateral yang akan
membentuk tulang dan jaringan ikat ekstremitas, dilapisi oleh suatu lapisan
ektoderm kuboid. Ektoderm di batas distal ekstremitas menebal dan
membentuk apical ectodermal ridge (AER). Bubungan (ridge) ini
menimbulkan pengaruh induktif pada mesenkim sekitar, menyebabkannya
tetap bertahan sebagai populasi sel yang tidak berdiferensiasi dan cepat
berproliferasi,

yaitu

progress

zone.

Seiring

dengan

pertumbuhan

ekstremitas, sel-sel yang terletak jauh dari pengaruh AER mulai


berdiferensiasi menjadi kartilago dan otot. Dengan cara ini perkembangan
ekstremitas berlangsung secara proksimodistal.

Pada mudigah 6 minggu, bagian terminal tunas ekstremitas menjadi


pipih untuk membentuk lempeng tangan (handplate) dan lempeng kaki
(footplate) dan dipisahkan dari segmen proksimal oleh suatu konstriksi
melingkar. Kemudian kontriksi kedua membagi bagian proksimal menjadi
dua bagian, dan bagian-bagian utamaekstremitas kini dapat dikenali. Jari
tangan dan kaki terbentuk saat kematian sel dia AER memisahkan hubungan

ini menjadi lima bagian. Pembentukan lebih lanjut jari-jari bergantung pada
pertumbuhan selanjutnya dibawah pengaruh lima segmen ektoderm
bubungan, kondensasi mesenkim untuk membentuk pancaran jari-jari
kartilaginosa, dan kematian jaringan diantara jari-jari tersebut.

Perkembangan ekstremitas atas dan bawah serupa kecuali bahwa


morfogenesis ekstremitas bawah tertinggal 1-2 hari dibandingksn dengan
ekstremitas atas. Selama minggu ke-7 gestasi, ekstremitas juga berputar
dalam arah yang berlawanan. Ekstremitas atas berputar 90 derajat kelateral
sehingga otot-otot ekstensor terletak di permukaan lateral dan posterior dan
ibu jari terletak di lateral, sedangkan ekstremitas bawah berputar sekitar 90
derajat ke medial sehingga otot ekstensor terletak di permukaan anterior dan
ibu jari di medial.
Sementara bentuk luar sedang mewujud, mesenkim di tunas ekstremitas
mulai mengalami pemadatan, dan sel-sel ini berdiferensiasi menjadi
kondrosit. Pada minggu ke-enam perkembangan, kondrosit ini telah
membentuk model kartilago hialin pertama, mengawali pembentukan tulang
ekstremitas.

Sendi-sendi

terbentuk

di

kondensasi

kartilago

saat

kondrogenesis benhenti, dan terbentuklah zona antarsendi. Sel-sel di regio


ini meningkat jumlah dan kepadatannya, dan kemudian terbentuk rongga
sendi akibat kematian sel. Sel-sel di sekitar berdiferensiasi menjadi kapsul

sendi. Faktor-faktor yang mengendalikan posisi sendi belum diketahui,


tetapi sekresi molekul WNT14 tampaknya merupakan sinyal induktifnya.

Penulangan tulang ekstremitas, osifikasi endokondral, dimulai pada


akhir periode mudigah. Pusat pusat osifikasi primer terdapat di semua tulang
panjang ekstremitas pada minggu ke -12 perkembangan. Dari pusat primer
di batang atau diafisis tulang,osifikasi endokondral secara bertahap meyebar
ke ujung-ujung model kartilago.
Saat lahir, diafisis tulang biasanya telah mengalami osifikasi sempurna,
tetapi kedua ujungnya epifisis. Tetap berupa kartilago. Namun, segera
sesudahnya, di epifisis muncul pusat-pusat osifikasi. Untuk sementara,
lempeng kartilago tetap berada diantara pusat-pusat osifikasi epifisis dan
diafisis. Lempeng ini, lempeng epifisis, berperan penting dalm pertambhan
panjang tulang. Osifikasi endokondral berlangsung di kedua sisi lempeng.
Ketika tulang telah mencapai panjang penuhnya (maksimalnya), lempeng
epifisis lenyap, dan epifisis menyatu dengan batang tulang.
Di tulang panjang, lempeng epifisis ditemukan di masing-masing
ekstremitas; di tulang yang lebih kecil, misalnya falang, lempeng tersebut
ditemukan di salah satu ekstremitas; dan di tulang irregular, misalnya

vertebra, terdapat satu atau lebih pusat osifikasi primer dan biasanya lebih
dari satu pusat osifikasi sekunder.

2. Tulang
Antebrachii terdiri dari dua tulang, yaitu ulna dan radius. Dimana dalam
posisi anatomi tulang ulna adalah yang paling dekat dengan tubuh.
Gerakan utama dari lengan bawah adalah rotasi: kemampuan untuk
mengubah telapak tangan ke atas atau bawah. Ulna tidak bergerak
sementara radiuslah yang berputar. Patah tulang lengan bawah dapat
mempengaruhi kemampuan

untuk memutar lengan, serta menekuk dan

meluruskan pergelangan tangan.

Anatomi tulang radius dan ulna


Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/036/366720550x0475.jpg

3. Saraf

Nervus ulnaris
Saraf ulnar memanjang di belakang epikondilus medial. Saraf ini
menginervasi m. flexor carpi ulnaris, bagian medial m. flexor digitorum
profundus dan otot-otot intrinsic tangan.

Nervus ulnaris
Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/4611-0550x0475.jpg
Nervus Medianus
Nervus medianus masuk ke lengan bawah melalui celah antara caput ulna
dan radius. Berjalan turun ke m. flexor digitorum superficialis. Cabangnya
nervus interosseus anterior menginervasi index, dan juga m. flexor
digitorum profundus, m. flexor pollicis longus dan m. pronator quadratus.

Nervus medianus
Diunduh dari:
http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/051/516390550x0475.jpg

Nervus Radialis
Di dalam fossa cubiti nervus radialis bercabang menjadi dua superfisial
(sensorik) dan dalam (motorik). Nervus radialis superfisial menginervasi
sensorik pada punggung pergelangan tangan dan tangan. Cabang yang
dalam menginervasi otot-otot ekstensor pada lengan bawah. Berjalan ke
dalam menginervasi m. supinator dan keluar sebagai n. interosseus
posterior.

Nervus radialis
Diunduh dari: http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/004/44520550x0475.jpg
4. Pembuluh Darah
Tedapat dua arteri utama pada daerah lengan bawah yaitu a. radialis dan a.
ulnaris.

Pembuluh darah daerah antebrachii


Diunduh dari: http://radiographics.rsna.org/content/28/1/e28/F1.large.jpg

C. PATOGENESIS PENYAKIT
1. Fraktur Colles
Sejak jaman Hipocrates sampai awal abad 19, fraktur distal radius
masih disalah artikan sebagai dislokasi dari pergelangan tangan. Abraham
Colles (1725 1843) pada tahun 1814 mempublikasikan sebuah artikel
yang berjudul On the fracture of the carpal extremity of the radius. Sejak
saat itu fraktur jenis ini diberi nama sebagai fraktur Colles sesuai dengan
nama Abraham Colles.
Fraktur Colles adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius bagian
distal yang berjarak 1,5 inchi dari permukaan sendi radiocarpal dengan
deformitas ke posterior (dorsal), yang biasanya terjadi pada umur di atas 4550 tahun dengan tulangnya sudah osteoporosis. Kalau ditemukan pada usia
muda disebut fraktur tipe Colles.
Epidemiologi
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum
insidennya kira-kira 8 15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang
gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang dilakukan di Swedia,
didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan
fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5.
Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama di
mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius. Sisi
kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%.
Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun.
Mekanisme cedera
fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan
posisi terkadang dan meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pada
saat terjatuh sebahagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan
persendian tangan, kemudian baru diteruskan ke distal radius, hingga dapat

menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang
kortikal dan tulang spongiosa.
Gambaran Klinis
Biasanya penderita mengeluh deformitas pada pergelangan tangan
dengan adanya riwayat trauma sebelumnya. Pada penemuan klinis untuk
fraktur distal radius terutama fraktur Colles akan memberikan gambaran
klinis yang klasik berupa dinner fork deformity, dimana bagian distal
fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna
menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi,
dan gerakan aktif pada pergelangan tangan tidak dapat dilakukan. Pada
fraktur dengan peranjakan yang berat akan dapat menimbulkan extra vasasi
darah hingga pergelangan tangan dan tangan bahkan bagian distal lengan
bawah akan cepat membengkak.
KLASIFIKASI MENURUT FRYKMAN
(Frykmann, 1967) Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji
klinik, juga memisahkan antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya
fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini nomor yang lebih besar
menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih
jelek.
1. Tipe 1 : Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra articular.
2. Tipe 2 : Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius.
3. Tipe 3 : Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.
4. Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius.
5. Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio ulnar
distal.
6. Tipe 6 : Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius.
7. Tipe 7 : Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia.

2. Fraktur Smith
Fraktur Smith
Smith (orang Dublin, seperti Colles) mendeskribsikan fraktur yang
sama sekitar 20 tahun kemudian. Tetapi, pada cedera ini fragmen distal
bergeser ke anterior (volar), (inilah mengapa fraktur ini kadang-kadang
disebut dengan kebalikan Colles ). Fraktur ini akibat jatuh pada punggung
tangan.
Gambaran Klinik
Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat,
deformitas garpu-makan malam (dinner-fork deformity) melainkan
deformitas

sendok

tanaman

(garden

spade

deformity)

3. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi ini dinamai Galeazzi Ricardo (1866-1952), seorang ahli
bedah di Italia Instituto de Rachitici di Milan, yang menggambarkan fraktur
pada tahun 1934.3 yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi
sendi radio-ulna distal.
Epidemiologi
Fraktur Galeazzi 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah, paling sering
pada laki-laki. Walaupun pola fraktur Galeazzi dilaporkan jarang, mereka
diperkirakan 7% dari seluruh patah tulang lengan bawah pada orang dewasa.
Mekanisme cedera
Penyebab lazimnya adalah jatuh pada tangan; mungkin disertai daya rotasi.
Fraktur radius pada sepertiga bagian bawah dan sendi radioulnar inferior
bersubluksasi atau berdislokasi. Cedera ini hampir merupakan pasangan
fraktur-dislokasi Monteggia.

Gambaran klinik
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung
bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.

D. PEMERIKSAAN FISIK
Piano Key Test merupakan tes untuk menentukan adanya ketidakstabilan pada
radius dan ulna. Berguna untuk mendiagnosa adanya robekan pada Triangular
Fibrocartilage Complex (TFCC). Spesifikasi tes hingga 96% dan sensitivitas
mencapai 59% (Lindau, Adlercreutz & Aspenberg, 2000). Cara melakukan tes ini,
pasien di duduk kan dengan nyaman, dengan tangan di persiapkan dengan posisi
pronasi. Pemeriksa memeriksa dengan cara menekan radius ke arah dorsal dan
palmar. Pemeriksaan ini dinilai positif apabila terdapat perbedaan yang jauh bila
dibandingkan dengan tangan yang sehat.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. MRI3,4
a. Soft tissue >
b. Saggital, Frontal, Transversal >
c. CNS
2. CT scan3,4
a. Soft tissue <
b. Slices

c. Houndsfield Unit
3. X-ray 3,4

F. DIAGNOSIS
Working Diagnosis5-7
1. Fraktur Colles (dinner fork deformity) 5-7
a. Fraktur pada radius sepertiga distal dengan pergeseran fragmen distal ke
arah dorsal.
b. Fraktur ini digolongkan berdasarkan kalsifikasi Frykman 1967.

Differential Diagnosis5-7
1. Fraktur radius distal kalsifikasi Frykman5-7
a. Type I: Fraktur distal radius dan tidak memiliki asosiasi dengan fraktur
styloid ulna
b. Type II: Fraktur distal radius disertai fraktur styloid ulna.
c. Type III: Intraartikular fraktur meliputi sendi radiokarpal namun tidak
memiliki asosiasi dengan fraktur styloid ulna.
d. Type IV: Intraartikular fraktur meliputi sendi radikarpal disertai fraktur
styloid ulna.
e. Type V: Fraktur distal radius meliputi sendi radioulnar distal namun tidak
f.

memiliki asosiasi dengan fraktur styloid ulna.


Type VI: Fraktur distal radius meliputi sendi radioulnar distal disertai

fraktur styloid ulna.


g. Type VII: Fraktur distal radius meliputi sendi radiokarpal dan radioulnar
distal namun tidak memiliki asosiasi dengan fraktur styloid ulna.
h. Type VIII: Fraktur distal radius melipti sendi radiokarpal dan radioulnar
distal disertai dengan fraktur styloid ulna.
2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Fraktur sepertiga distal radius yang disertai dengan dislokasi sendi
radioulnar distal
3. Fraktur Smith (reverse fracture Colles) 5-7
a. Fraktur pada radius sepertiga distal dengan pergeseran fragmen distal ke
arah volar.

Biomekanik5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Jatuh dengan tangan terbuka dan pronasi sedangkan tubuh dan lengan
endorotasi
b. Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah eksorotasi.
c. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal.

2. Fraktur radius distal5-7


a. Jatuh secara kompresi dengan posisi pergelangan tangan dorsofleksi.
b. Derajat kominutif proporsional dengan energi yang diteruskan pada
tulang.
c. Energi tinggi akan menyebabkan konfigurasi yang lebih kominutif dan
fraktur yang kompleks
3. Fraktur Galeazzi5-7
a. Jatuh dengan tangan terbuka menahan badan rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.
4. Fraktur Smith5-7
a. Jatuh dengan posisi tangan volar fleksi yang menahan badan.
b. Jatuh pada permukaaan tangan sebelah dorsal yang menyebabkan
dislokasi fragmen distal ke arah volar.

Manifestasi Klinik5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm dari permukaan
sendi distal radius.
b. Dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior atau dorsal.
c. Subluksasi sendi radioulnar distal.
d. Avulsi prossesus stiloideus ulna.
e. Penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi ke depan.
f.

Nyeri tekan local dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.

Gambaran Radiologi:

Fraktur transverse pada sambungan kortiko-canselosa dan prosessus


stiloideus ulnar sering putus.

Fragmen distal kadang remuk dan kominutif.

Fragmen radius:
o

Bergerser dan miring ke belakang.

Bergeser dan miring ke radial.

Terimpaksi.

2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal..
b. Pergelangan tangan teraba tonjolan ujung distal ulna.
c. Sering terjadi lesi N. ulnaris .

d. Bila derajat dislokasi fragmen fraktur ringan, akan terdapat nyeri dan
tegang pada daerah fraktur; apabila berat biasanya terjadi pemendekan
lengan bawah.
Gambaran radiologi:

Fraktur 1/3 distal radius melintang atau oblik dengan angulasi atau
tumpang tindih dan disertai dengan dislokasi sendi radiusulna distal.

3. Fraktur Smith5-7
a. Penonjolan dorsal fragmen proksimal.
b. Fragmen distal di sisi volar pergelangan.
c. Deviasi tangan ke radial.
Gambaran radiologi:

Fraktur metafisis radius distal.

Fragmen distal bergeser dan miring ke anterior

Penatalaksanaan5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Tanpa dislokasi
i. Imobilasi: gips sirkular dibawah siku 4 minggu.
b. Dengan dislokasi
i. Reposisi tertutup pada dorsofleksi fragmen distal, traksi, posisi
tangan:
1. Volar fleksi, deviasi ulna untuk mengkoreksi deviasi
radial.
2. Diputar ke arah pronasi untuk mengkoreksi supinasi.
3. Imobilisasi 4-6 minggu.
c. Fraktur kominutif berat dan tidak stabil
i. Fiksasi internal dengan pen proksimal yang menfiksasi radius
dan pen distal, sebaiknya menfiksasi dasar-dasar metacarpal
kedua dan sepertiga.
2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Memulihkan panjang tulang yang mengalami fraktur untuk menjadi
petunjuk.

b. Reposisi dan imobilisasi gips di atas siku selama 6 minggu.


c. Reposisi terbuka pemasangan fiksasi interna (plate screw)
3. Fraktur Smith5-7
a. Reposisi dengan posisi tangan dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, supinasi
maksimal (kebalikan posisi Colles)
b. Imobilisasi: gips diatas siku selama 4-6 minggu.

Komplikasi5-7
1. Fraktur Colles5-7
a. Dini
i. Gangguan sirkulasi darah pada ibu jari.
ii. Cedera tendon.
iii. Pembengkakkan dengan compartment syndrome.
iv. Cedera saraf.
b. Lanjut
i. Malunion.
ii. Delayed nunion dan non-union.
iii. Distrofi refleks simpatik.
iv. Kekakuan
v. Atrofi Suddeck .
vi. Ruptur tendon pada ekstensor polisis longus.
2. Fraktur Galeazzi5-7
a. Sinostosis atau jembatan kalus antara radius dan ulna sehingga
kemungkinan supinasi dan pronasi hilang.
b. Deformitas rotasi
c. Delayed union dan non-union.
d. Malunion.
3. Fraktur Smith5-7
a. Cedera tendon.
b. Malunion.
c. Delayed union dan non-union.

Prognosis5-7
1. Terapi yang digunakan

2. Reposisi dan waktu reposisi.


3. Osetonecrosis.
4. Pergeseran fragmen fraktur.

G. Kesimpulan
Fraktur pada antebrachii distal dapat disebabkan oleh trauma yang
berulang atau tunggal seperti jatuh dengan tangan yang menahan berat badan.
Posisi tangan dan posisi badan saat jatuh menentukan jenis fraktur pada
antebrachii distal. Imobilisasi dan reposisi serta traksi dapat dilakukan setelah
trauma fraktur terjadi. Setelah pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dapat
dilakukan dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi.

BAB III
KEPUSTAKAAN
1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,
2005. h. 865-8.
2. Solomon L, Warwick D. Apleys System of Orthopaedics and Fractures 9th
Edition. Hodder Arnold : 808.
3. Sadler, T.W. 2013. Langmans Medical Embriology 10th edition. USA:
Lippincott Williams&Wilkins.
4. Qlintang S. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC, 2010. h.
169-71
5. Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR. Schwartzs principle of surgery. 8th
edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2007.
6. Mettler. FA. Essentilals of radiology 2nd edition. USA: Elsevier, Inc; 2005.
7. Patel PR. Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga, 2006. h. 230
8. Simon RR, Sherman SC, Koenigsknecht SJ. Emergency orthopedics the
extremities. 5th edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2007.
9. Laniyati. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC, 2004.
h.677.

Anda mungkin juga menyukai