Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Koartasio Aorta merupakan stenosis atau penyempitan lokal atau segmen hipoplastik yang
panjang. Pertama kali ditemukan oleh Morgagni pada tahun 1760 pada autopsi dari seorang
rahib, kemudian dijelaskan secara rinci patoanatominya oleh Jordan (1827) dan Reynaud (1828).
Pada dewasa lokasi tersering koartasio aorta ditemukan pada pertemuan arkus aorta dan
aorta desenden, segera sesudah muara dari arteri subklavia kiri. Pada keadaan tertentu, tetapi
jarang dapat juga ditemukan pada aorta abdominalis.
Koartasio aorta dapat berupa kelainan tersendiri (Koartasio Aorta simple), tanpa kelainan
jantung lain. Dapat berupa koartasio aorta kompleks yang disertai kelainan intra kardiak seperti
katup aorta bicuspid, defek septum ventrikel, kelainan katup mitral, serta ekstra kardiak berupa
aneurisma sirkulus dari Willisi atau sindrom Turner.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Coarsico Aorta (CA)
Aorta adalah arteri utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah yang kaya akan oksigen ke
seluruh bagian tubuh, kecuali paru-paru. Cabang pertama dari aorta mengalirkan darah ke tubuh
bagian atas (lengan dan kepala) kemudian cabang kedua mengalirkan darah ke tubuh bagian
bawah (perut dan tungkai).
1.

Koartasio Aorta adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat
percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.

2.

Koartasio aorta adalah suatu keadaan dimana terdapat konstriksi atau penyempitan dari aorta.
Darah tidak sacara bebas mengalir keseluruh tubuh, sehingga terjadi penigkatan tekanan darah.

3. Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik dimana duktus
arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke bawah.

4. Koartasio Aorta adalah penyempitan lubang aorta saat keluar dari ventrikel kiri, penyempitan ini
dapat terjadi sebelah proksimal (kuartasio praduktus) dan atau distal (koartasio pascaduktus)
arteriosus.
Koartasio aorta harus dilakukan operasi, tanpa harus membuka jantung saat operasi. Koartasio
aorta sering ditemukan pada wanita dengan Turner Syndrome.

2.2 Klasifikasi
Ada 2 bentuk dari koartasio aorta yaitu:
1. Preduktal
Koartasio Aorta dimana penyempitan lubang aorta saat keluar dari ventrikel kiri, penyempitan ini
terjadi di sebelah proksimal arteriosus (kuartasio praduktus).
2. Postduktal
Koartasio Aorta dimana penyempitan lubang aorta saat keluar dari ventrikel kiri, penyempitan ini
terjadi di sebelah distal arteriosus (koartasio pascaduktus).

2.3 Etiologi
Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik,
usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita DM.
Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik, seperti
sindroma Turner. Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup aorta
(misalnya katup bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang. Biasanya
terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.

2.4 Patofisiologi
Pada penyakit jantung dan pembuluh darah bawaan sejak lahir atau yang disebut koarktasio
aorta juga dapat menyebabkan hipertensi pada bayi maupun anak. Penyakit ini ditandai dengan
tekanan darah pada lengan atas lebih tinggi dari tekanan darah pada tungkai, denyut nadi perifer
melemah atau sulit diraba dan terdengar suara bising jantung. Koartasio aorta dan stenosis arteri

renalis, menimbulkan hipertensi melalui perangsangan sistem renin-angiotensin-aldosteron.


Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh enzim pengubah angiotensin (angiotensin
comperting enzim = ACE). Angiotensin comperting enzym menyebabkan degradasi metabolik
kinin penyebab vasodilatasi. Anngitensin II adalah vasokosntriktor kuat dan merangsang sekresi
aldosteron. Keduanya berpegaruh dalam kenaikan tekanan darah.
Hipertensi pada bagian atas tubuh yang disebabkan oleh koarktasio aorta. Satu dari setiap
seratus ribu bayi dilahirkan dengan aorta yang mengalami hambatan atau konstriksi patologis
pada titik disebelah distal cabang arteri dari aorta ke kepala dan lengan tetapi disebelah
proksimal arteri renalis, suatu kondisi yang di sebut koartasio aorta. Bila hal ini terjadi, darah
yang mengalir ke tubuh bagian bawah akan di bawa oleh berbagai arteri kolateral yang kecil
pada dindind tubuh, dengan tahanan vaskular yang besar antara bagian atas aorta dan bagian
bawah aorta. Akibatnya, tekanan arteri di tubuh bagian atas dapat mencapai 40-50 persen lebih
tinggi daripada tekanan tubuh di bagian bawah.
Peranan autoregulasi pada hipertensi yang disebabkan oleh koartasio aorta. Gambaran
penting dari hipertensi yang disebabkan oleh koartasio aorta adalah aliran darah di lengan yang
tekanannya dapat mencapai 40 hingga 60 persen diatas normal, memiliki nilai yang hampir tepat
normal.
Demikian pula, aliran darah pada tungkai, yang tekanannya tidak meningkat, memiliki nilai
yang hampir tepat normal. Pada keadaan seperti ini terjadi autoregulasi jangka panjang yang
hampir sempurna sehingga mekanisme pengaturan aliran darah setempat terkompensasi hampir
100 persen untuk perbedaan tekanan. Akibatnya pada kedua area tersebut, baik yang bertekanan
tinggi maupun yang bertekanan rendah, aliran setempatnya diatur hampir sesuai dengan
kebutuhan jaringan dan bukan disesuaikan dengan nilai tekanan. Salah satu pertimbangan yang
menjadikan berbagai pengamatan ini sangat penting adalah bahwa sepengamatan ini
memperlihatkan bagaimana hampir sempurnanya proses autoregulasi jangka panjang dapat
terjadi.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat bayi,
tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah.

Gejalanya berupa:
- Pusing
- Pingsan
- Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas
- Tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas)
- Kaki atau tungkai teraba dingin
- Kekurangan tenaga

- Sakit kepala berdenyut


- Perdarahan hidung
- Nyeri tungkai selama melakukan aktivitas.
Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus ateriosus menutup, beberapa bayi
mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernafasan yang berat, bayi tampak sangat pucat
dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di dalam darah (asidosis metabolik).

2.6 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik pada koartasio aorta dapat ditemukan :
- Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
- Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
- Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
1. Pada arteri radialis lebih kuat
2. Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
- Auskultasi :
1. Terdengar bising koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
2. Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.

2.7 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan:

- Tekanan darah tinggi dilengan, dengan perbedaan tekanan yang signifikan antara lengan dan
tungkai
- Denyut nadi femoralis (selangkangan) lebih lemah dibandingkan dengan denyut nadi karotis
(leher) atau denyut nadi femoralis sama sekali tak teraba
- Dengan bantuan stetoskop bisa terdengar murmur (bunyi jantung abnormal)
- Mungkin ditemukan tanda-tanda gagal jantung kiri (terutama pada bayi) atau tanda-tanda dari
regurgitasi aorta.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) dada dan computed tomography
Dapat memberikan gambaran seluruh aorta dan merupakan pemeriksaan pilihan non
invasive untuk koartasio aorta. Dengan MRI dan CT dapat ditentukan lokasi dan derrajat
penyempitan aorta.
- Ekokardiografi
Tidak terlalu mudah untuk mendeteksi isthmus aorta, pengambilan sudut dari supra
sternaldapat membantu. Dengan ekokardiografi dapat dilihat kelainan akibat koartasio atau
adanya kelainan intra kardiak yang menyertai.
- Rontgen dada
Ukuran jantung pada radiografi toraks biasa normal, dilatasi aorta desenden, kinking atau
gambaran double contour di daerah aorta asenden, sehingga terlihat gambaran seperti angka tiga
dibawah aortic knob (figure 3 sign), serta pelebaran bayangan jaringan lunak arteri subklavia
kiri.
-

Rib notching
Dari daerah posteroinferior kosta ketiga dan keempat, terjadi akibat kolateral arteri sela iga,
jarang tterlihat sebelum umur 50 tahun.
- EKG (menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri)
Dapat memberikan gambaran berbagai derajat beban tekanan pada atrium dan ventrikel kiri,
secara fungsional akibat hipertensi, berupa hipertrofi atrium dan ventrikel kiri.
- Kateterisasi jantung

Merupakan baku emas untuk evaluasi anatomi koartasio aorta serta pembuluh supraaortik,
dapat ditentukan gradien tekanan yang menggambarkan derajat koartasio aorta, fungsi ventrikel
kiri dan status arteri koroner.

2.9 Penatalaksanaan
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan
pelebaran arteri subklavia dan pangkal duktus arterious battoli yaitu dengan Open Heart.
Kelainan ini sebaiknya segera diperbaiki pada awal masa kanak-kanak untuk mengurangi beban
kerja pada ventrikel kiri. Pembedahan biasanya dilakukan pada usia prasekolah (biasanya umur
3-5 tahun).

Jika terjadi gagal jantung, segera diberikan prostaglandin untuk membuka duktus arteriosus
dan obat lainnya untuk memperkuat jantung serta pembedahan darurat untuk memperbaiki aorta.
Bagian aorta yang menyempit dapat dibuang melalui pembedahan atau kadang dilakukan
tindakan non-bedah berupa kateterisasi balon untuk melebarkan bagian yang menyempit. Pada
pembedahan, bagian aorta yang menyempit dibuang. Jika bagian yang terbuang hanya sedikit,
kemudian dibuat anastomisis (penyambungan kembali kedua ujung aorta) atau kedua ujung aorta
dijembatani oleh pencangkokan dakron.
Kekambuhan koartasio aorta jarang terjadi jika:
- Pembedahan dilakukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak
-

Sampai masa dewasa tidak ditemukan perbedaan tekanan darah antara lengan dan tungkai.

Koartasio kambuhan biasanya diatasi dengan pelebaran balon non-bedah atau dengan
pencangkokan suatu bahan melalui prosedur kateterisasi.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNg koartasio aorta
1.1 Identitas
Nama Klien
Tgl Lahir
Jenis Kelamin
Suku/bangsa
Agama

: Xy
: 9 Juli 2010
: laki-laki
: Jawa/Indonesia
: Islam

Nama Orang Tua


Umur
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
Agama

: Tn. Y.E
: 45 tahun
: Laki-laki
: Jawa/Indonesia
: Islam

Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

::-

pendidikan
Pekerjaan

: SLTA
: Karyawan Pabrik

: krian

I.2 RIWAYAT KEPERAWATAN


P (Provocative)
: genetik
Q (Quality)
: Keluhan dari ringan sampai berat.
R (Region)
: Semua sistem tubuh akan terganggu.
S (Severity)
: Dari Grade I, II, III sampai IV.
T (Time)
: Nyeri 5 8 hari, ruam 5 12 jam.
1.

Keluhan Utama
Pusing berdenyut

2.

Riwayat Keperawatan Sekarang


Nyeri berat, dari grade 1-4 , Ruam.
Nyeri tungkai selama melakukan aktivitas.

3.

Riwayat Keperawatan Sebelumnya

4.

Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas


Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya kematian yang disebabkan oleh stroke mendadak

5.

Riwayat Kesehatan Lingkungan


PEMERIKSAAN FISIK

1.3 Tanda tanda Vital, TB dan BB


S

: 38 C

: 100-120 x/menit

TD

:140 / 80 mmHg

RR

: 23 x/menit

TB

: 100 cm

BB

: 12 Kg

1.4 PEMERIKSAAN PER SISTEM


A. Sistem pernafasan / respirasi
Hidung
Inspeksi

: Pemberian O2 (nasal)

Palpasi

: Nyeri tekan (-)

Mulut:
Inspeksi

: Mukosa bibir (Sianosis)

Leher
Inspeksi

: Trakheostomi

Palpasi

: Nyeri tekan (+)

Faring
Inspeksi

: (-)

Area Dada
Inspeksi

: Dada tidak simetris

Palpasi

: Nyeri tekan (+)

Perkusi

: Resonansi (+)

Aukultasi

: Krepitasi (+)

B. Cardiovasculer Dan Limfe


Anamnesa

: Sesak saat istirahat

: nyeri

: Gangguan seluruh sistem

: Angina grade IV

: 10 menit

Inspeksi

: Dada tidak simetris

Palpasi

: pericardium: apex bergeser (+)

Aukultasi

: Murmur (+)

Wajah
Inspeksi

: Sianosis, gelisah

Ekstremitas Atas
Inspeksi
Palpasi

: chorea (+)
: Arteri radialis lebih kuat (+)

Ekstremitas Bawah
Inspeksi
Palpasi

: chorea (+)
: Arteri femoralis lebih lemah (+)

C. Sistem Persyarafan / neurologi


Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan
terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
D. Sistem perkemihan
Genetalia eksternal
Inspeksi

: (-)

kandung kemih
Inspeksi

: (-)

Palpasi

: (-)

Ginjal
Palpasi

: (-)

Perkusi

: (-)

E. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal


Mulut
Inspeksi

: sianosis (+)

Lidah
Inspeksi

: (-)

Abdomen
Inspeksi

: (-)

Palpasi

: Pembesaran liver (+)

F. Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit
(petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
G. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Ekstermitas bawah
H. Sistam Reproduksi

: (+)
: (-)

ANALISA DATA
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Ketidakefektifan pola nafas ( kekurangan O2)
DEFINITION:
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat

DEFINING
CHARACTERISTICS
Penurunan kapasitas vital

Penurunan tekanan ekspirasi

Penuruna tekanan inspirasi

Dipsnea
RELATED

Gangguan kognitif

Gangguan musculoskeletal

Ansietas

Keletihan otot pernafasan

FACTORS:

ASSESSMENT

Subjectiv data entry


Px: mengeluh sesak nafas, ibu pasien mengatakan nafsu makan pasien berkurang.
Objective data entry

Tanda- tanda Vital

Tekanan darah : 90/70 mmHg

Nadi

: 70 x/menit

Suhu

: 38 C

RR

: 24 x/menit

ASSESSMENT

Subjective data entry

DIAGNOSS
Client

Objective data entry

Ns. Diagnosis (Specify):


Kekurangan volume cairan
Diagnostic
Statement
:

Related to:
Perbedaan penyaluran cairan berlebih sekunder akibat demam

DIAGNOSIS
Client
Diagnosc
Statemnt:
Ns. Diagnosis (Specify):
Nyeri dada

Related to: berhubungan dengan penurunan tekanan ekspirasi dan inspirasi

NIC
INTERVENSI

AKTIVITAS
Menjamin
perawatan pasien
analgesik penuh
perhatian

Mengeksplorasi
pengetahuan pasien

1: Manajemen Nyeri

tentang rasa sakit

: 1400
Def: Mengurangi

dan keyakinan

Mengeksplorasi

nyeri atau

dengan faktor-faktor

menurunkan nyeri ke

pasien yang

level kenyamanan

meningkatkan /

yang diterima

memperburuk nyeri

oleh pasien

Mengajarkan
prinsip-prinsip
pengelolaan sakit

Mempertimbangkan
jenis dan sumber rasa
sakit ketika memilih
strategi nyeri

NOC
OUTCOME
2: Mengontrol rasa
sakit.

INDIKATOR
Mengontrol rasa sakit
Mengenali timbulnya
nyeri
Menggunakan langkahlangkah pencegahan
Def : tindakan pribadi
Menggunakan
untuk mengontrol nyeri
analgesik seperti yang
di rekomendasikan
Laporan gejala sakit
perubahan untuk
Laporan nyeri di
kontrol

2. memonitor
pernafasan

(3350)

Def :
Menganalisa
dan
mengumpulkan
data pasien

untuk
memastikan
jalan

pertukaran
udara dan gas.

Respiratory monitoring (3350)


Memonitoring rata-rata kedalaman irama
dan usaha espirasi.
Mencatat pergerakan dada,amati
kesimetrisan,penggunaan otot
tambahan,retraksi otot supraclavicular dan
intercosta.
Memonitor suara nafas seperti dengkur.
Memonitor pola nafas
bradipnea,takipnea,kusmaul,hiperventilasi,c
heyne stokes,biot.
Mencatat lokasi trakea.
Auskultasi suara nafas,catat area
penurunan/tidak adanya ventilasi tambahan.
Menentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultsi crakles dan ronkhi pada
jalan`nafas utama.
Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasil.

2. Status
pernafasan
ventilasi
(0403)

Def :
Udara yang

masuk dan
keluar di
paru-paru

BAB III

Kecepatan
bernafas (5)
Irama
bernafas (5)
Kedalaman
inspirasi (4)
Bunyi
perkusi (5)
Volume tidal
(5)
Kapasitas
vital (4)
Penggunaan
otot aksesori
(5)
Penarikan
kembali dada
(5)
Tes fungsi
pulmonal (4)
Bibir
berkerut saat
bernafas (5)
Sesak nafas
saat tidur (4)
Sesak saat
beraktifitas(5
)
Orthopnea
(4)
Komunikasi
lemah(5)
Akumulasi
dahak (4)
Ekspirasi
lemah (5)
Bising
auskultasi (5)

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik dimana duktus
arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke bawah.

Koartasio aorta dapat diklasifikasikan menjadi preduktal (KoA + Sistemik LV/RV) dan
postduktal (KoA + Sistemik LV)

Gejalanya dari koartasio aorta berupa Pusing, Pingsan, kram tungkai pada saat melakukan
aktivitas, tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas), kaki atau tungkai
teraba dingin, kekurangan tenaga, sakit kepala berdenyut, perdarahan hidung dan nyeri tungkai
selama melakukan aktivitas.

Kompliksi yang berbahaya dari koartasio aorta adalah perdarahan otak, ruptur aorta dan
endokarditis.

Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik,
usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita DM.

Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan
pelebaran arteri subklavia dan pangkal duktus arterious battoli yaitu dengan Open Heart

DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A.Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland Ed 29.Jakarta:EGC
Guyton, Arthur C.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed 11.Jakarta:EGC
Potter & Perry.2005.Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Lily LS. Pahophysiology of heart disease fourth edition. Lippincott. 2007

Diposkan 13th October 2012 oleh Annisa Sasha


http://nizaraharj.blogspot.co.id/

DEFINISI

Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik dimana
duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke bawah.

Aorta adalah arteri utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah yang kaya akan oksigen
ke seluruh bagian tubuh, kecuali paru-paru.

Cabang pertama dari aorta mengalirkan darah ke tubuh bagian atas (lengan dan kepala).
Kemudian darah mengalir ke tubuh bagian bawah (perut dan tungkai)

PENYEBAB

Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik, seperti
sindroma Turner.

Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup aorta (misalnya
katup bikuspidalis).

Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang. Biasanya terdiagnosis pada masa
kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.

GEJALA
Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat bayi,
tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah.
Gejalanya berupa:

Pusing

Pingsan

Kram tungkai pada saat melakukan aktivitas

Tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas)

Kaki atau tungkai teraba dingin

Kekurangan tenaga

Sakit kepala berdenyut

Perdarahan hidung

Nyeri tungkai selama melakukan aktivitas

Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus ateriosus menutup, beberapa bayi
mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernafasan yang berat, bayi tampak sangat pucat
dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di dalam darah (asidosis metabolik).

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan:

Tekanan darah tinggi dilengan, dengan perbedaan tekanan yang signifikan antara lengan
dan tungkai

Denyut nadi femoralis (selangkangan) lebih lemah dibandingkan dengan denyut nadi
karotis (leher) atau denyut nadi femoralis sama sekali tak teraba

Dengan bantuan stetoskop bisa terdengar murmur (bunyi jantung abnormal)

Mungkin ditemukan tanda-tanda gagal jantung kiri (terutama pada bayi) atau tanda-tanda
dari regurgitasi aorta.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:

Angiografi koroner

CT scan dada

MRI dada

Ekokardiografi

USG Doppler aorta

Rontgen dada

EKG (menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri)

Kateterisasi jantung.

PENGOBATAN

Kelainan ini sebaiknya segera diperbaiki pada awal masa kanak-kanak untuk mengurangi
beban kerja pada ventrikel kiri. Pembedahan biasanya dilakukan pada usia prasekolah
(biasanya umur 3-5 tahun).

Jika terjadi gagal jantung, segera diberikan prostaglandin untuk membuka duktus
arteriosus dan obat lainnya untuk memperkuat jantung serta pembedahan darurat untuk
memperbaiki aorta.

Bagian aorta yang menyempit dapat dibuang melalui pembedahan atau kadang dilakukan

tindakan non-bedah berupa kateterisasi balon untuk melebarkan bagian yang menyempit.

Pada pembedahan, bagian aorta yang menyempit dibuang. Jika bagian yang terbuang
hanya sedikit, kemudian dibuat anastomisis (penyambungan kembali kedua ujung aorta)
atau kedua ujung aorta dijembatani oleh pencangkokan dakron.

Kekambuhan koartasio aorta jarang terjadi jika:


o Pembedahan dilakukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak
o Sampai masa dewasa tidak ditemukan perbedaan tekanan darah antara lengan dan
tungkai

Koartasio kambuhan biasanya diatasi dengan pelebaran balon non-bedah atau dengan
pencangkokan suatu bahan melalui prosedur kateterisasi

Anda mungkin juga menyukai