duktus
sistikus
tersumbat
oleh
batu
empedu,
kandung
empedu
akan
dan
mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier
disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke
punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan
bertambah hebat dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien
rasa
nyeri
bukan
bersifat
kolik
melainkan
persisten.
Serangan
kolik
bilier
semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan
empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi,
bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah
kartilago kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang
mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan
menghambat pengembangan rongga dada.
2.
Ikterus
Obstruksi
pengaliran
getah
empedu
ke
dalam
dudodenum
akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: gatah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat
kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan
gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses.
Ekskresi
pigmen
empedu
oleh
ginjal
akan
membuat
urine
berwarna
sangat
gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu,
dan biasanya pekat yang disebut Clay-colored
4.
Defisiensi Vitamin
Obstruksi
aliran
empedu
juga
akan
mengganggu
absorbsi
vitamin
A,D,E,K
yang larut lemak. Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi
vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama. Defisiensi vitamin K
dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.(Smeltzer, 2002)
5.
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Radiologi
Pemeriksaan
USG
telah
menggantikan
kolesistografi
oral
sebagai
prosedur
diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus. Disamping
itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi. Prosedur ini
akan membrikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam
harinya sehingga kandung empedunya berada dalam keadan distensi. Penggunaan
ultra
sound
berdasarkan
pada
gelombang
suara
yang
dipantulkan
kembali.
Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koleduktus yang mengalami dilatasi.
2. Radiografi: Kolesistografi
Kolesistografi digunakan
bila
USG
tidak
tersedia
atau
bila
hasil
USG
dan
mengkaji
kemampuan
kandung
empedu
untuk
melakukan
pengisian,
secara
dinding
langsung
yang
hanya dapat dilihat pada sat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop
serat optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars
desendens. Sebuah kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus
pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk
menentukan keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta
5.
b.
Kenaikan fosfolipid
c.
d.
e.
f.
Penurunan urobilirubin
g.
h.
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier
butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk
memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang diarahkan
kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat setelah
arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding abdomen
pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT KOLELITIASIS ( BATU EMPEDU )
I.
PENGKAJIAN
1. Pengkajian
Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
Sirkulasi
Tanda : Takikardia, berkeringat
Eliminasi
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
Tanda : Distensi abdomen.
Teraba masa pada kuadran kanan atas.
Urine gelap, pekat.
Feses waran tanah liat,steatorea.
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia,mual.
Tanda : adanya penurunan berat badan.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan.Kolik epigastrium tengah
sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas
Keamanan
Tanda : Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus).
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b/d agen injuri fisik
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan
5.
III.
INTERVENSI
No
1
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan
agen injuri fisik
Asuhan
keperawatan
.
jam
tingkat
kenyamanan klien
meningkat dg KH:
Klien melaporkan
nyeri berkurang dg
scala 2-3
Ekspresi wajah
tenang
Intervensi
Manajemen nyeri :
Kaji tingkat nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
klien
dapat ruangan, pencahayaan, kebisingan.
istirahat dan tidur Kurangi faktor presipitasi nyeri.
v/s dbn
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologis/non farmakologis)..
Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
jam
klien
menunjukan status
nutrisi
adekuat
dengan KH:
BB stabil,
nilai laboratorium
terkait normal,
tingkat energi
adekuat,
masukan nutrisi
adekuat
Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analogetik;
jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi..
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
Manajemen Nutrisi
Kaji adanya alergi makanan.
Kaji makanan yang disukai oleh klien.
Kolaborasi team gizi untuk penyediaan
nutrisi terpilih sesuai dengan kebutuhan
klien.
Anjurkan klien untuk meningkatkan
asupan nutrisinya.
Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung
cukup
serat
untuk
mencegah konstipasi.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.
Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
dan dg KH:
Tdk ada tandatanda infeksi
AL normal
V/S dbn
Sindrom
defisit Setelah dilakukan
self
care
b.d askep ...... jam
kelemahan
ADLs terpenuhi dg
KH:
Kurang
pengetahuan
keluarga
berhubungan
dengan
kurang
paparan
dan
keterbatasan
kognitif keluarga
Setelah dilakukan
askep
jam
pengetahuan
keluarga
klien
meningkat dg KH:
Keluarga
menjelaskan
tentang penyakit,
perlunya
pengobatan
dan
memahami
perawatan
Keluarga
kooperativedan
mau kerjasama saat
dilakukan tindakan