Case Colitis
Case Colitis
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama
: Ny. W
Usia
: 60 tahun
Alamat
: Grogol, Sukoharjo
No RM
: 305xxx
Tanggal pemeriksaan
: 7 September 2016
Jenis Pemeriksaan
Foto
Kesan :
sigmoid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah
kolitis
merujuk
pada
peradangan
kolon
yang
dapat
B. Epidemiologi
Prevalensi penyakit ini di Amerika diperkirakan sebanyak 200 kasus
per 100.000 penduduk (Judge & Lichtenstein, 2003). Literatur menyebutkan
angka insiden kolitis ulseratif lebih tinggi pada wanita dibanding laki laki.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada usia dewasa, namun gejala dapat muncul
pada dekade ke lima atau enam. Diet, menyusui, kontrasepsi oral, dan
merokok telah diketahui sebagai faktor risiko kolitis ulseratif.
(John Hopkins Medical Institution, 2013)
C. Etiologi
terjadi dan laju endap darah (klasifikasi Truelove). Perjalanan penyakit kolitis
ulseratif dapat dimulai dengan serangan pertama yang berat ataupun dimulai
ringan yang bertambah berat secara gradual seetiap minggu. Berat ringannya
serangan pertama sesuai dengan panjang kolon yang terlibat. Lesi mukosa
bersifat difus dan terutama hanya melibatkan lapisan mukosa. Secara
endoskopik, penilaian aktifitas penyakit kolitis ulseratif relatif lebih mudah
dengan menilai gradasi berat ringannya lesi pada mukosa dan luas bagian
usus yang telibat.
(Djojoningrat, 2009)
Aktivitas
Pergerakan usus
Suhu (C)
Denyut jantung per menit
Hemoglobin
Laju
sedimentasi
eritrosit
(mm/jam)
Albumin (g per dL)
Hematokrit (%)
Penurunan Berat badan (%)
Ringan
<4
Afebril
<90
>11
<20
Sedang
4-6
37,2 37,8
90-100
10,5-11
20-30
Berat
>6
>37,8
>100
<10,5
>30
Normal
Normal
Tidak ada
3.0-3,5
30-40
1-10
<3.0
<30
>10
Tabel 1. Klasifikasi keparahan kolitis ulseratif Truolove dan Witts (Chang, 2004)
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Riwayat klinis berguna untuk menyingkirkan berbagai macam
etiologi diare kronis pada pasien yang sebelumnya belum didiagnosis
kolitis ulseratif. Sebagai contoh, penggunaan antibiotik dalam waktu
dekat dapat menuju kolitis pseudomembranosa, riwayat perjalanan dapat
mengindikasikan kolitis infeksius, nyeri abdomen yang membaik dengan
pergerakan usus dapat menunjukkan Irritable Bowel Syndrome.
(Robert et al, 2007)
Pasien yang sudah didiagnosis kolitis ulseratif, adanya gejala
konstitusional dan manifestasi ekstraintestinal khususnya arthtritis dan
lesi kulit dapat sebagai petunjuk keparahan penyakit (Carter, 2004).
2. Pemeriksaan fisik
Temuan fisik pada kolitis ulseratif biasanya nonspesifik, bisa
terdapat nyeri abdomen atau nyeri sepanjang perjalanan kolon. Pada kasus
Gambar 2. Pasien wanita 32 tahun dengan kolitis ulseratif . Foto polos abdomen
menunjukkan area thumbprintingmengarah ke edema dinding kolon
(Deepak & David, 2014)
Penebalan
lipatan
haustral
menimbulkan
gambaran
b. Barium enema
Merupakan alat evaluasi pasien kolitis ulseratif paling efektif
dan aman yang dapat menunjukkan ulserasi dan fistula (Yamada,
2005). Sebelum dilakukan pemeriksaan barium enema, dilakukan
persiapan meliputi memakam makanan rendah serat atau rendah rsidu
selama 2 hari berturut turut, dan minum air putih yang banyak, dan
jika diperlukan dapat diberikan laksatif peroral (Murna, 2005).
Pemeriksaan barium enema dapat dilakukan dengan teknik
kontras tunggal maupun dengan kontras ganda yaitu barium sulfat dan
udara. Teknik double contrast sangat baik untuk menilai mukosa
kolon dibandingkan teknik single contrast, walaupun prosedur
pelaksanaannya
cukup
sulit.
Teknik
double-contrast
ini
Gambar 5. Foto barium enema single-contrast pada anak 8 tahun dengan kolitis
ulseratif menunjukkan hilangnya lipatan haustral di bagian distal dan
colon asenden dengan gambaran tubular (Iannaccone et al, 2005)
c. CT scan
CT scan dapat mengevaluasi langsung keadaan intralumen dan
ekstralumen, serta mengevaluasi sejauh mana komplikasi ekstralumen
kolon yang telah terjadi. Gambaran CT scan pada kolitis ulseratif
tampak dinding usus menebal secara simetris dan jika terpotong
melintang maka terlihat gambaran target sign. Komplikasi di luar usus
dapat terdeteksi dengan baik, seperti adanya abses atau fistula atau
keadaan abnormalitas yang melibatkan mesenterium.
(Murna, 2005)
Gambar 7. CT scan transversal pada wanita 35 tahun dengan kolitis ulseratif dan
toxic megakolon menunjukkan kolon transversus distended dengan
mukosa yang kasar (Ruedi & John, 2006).
5. Gambaran Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan prosedur yang membutuhkan waktu 30-60 menit
dan dapat memeriksa keseluruhan usus besar dari rektum melalui kolon
ke ileum terminalis. Zat sedatif diperlukan sehingga pasien tidak
mengalami ketidaknyamanan. Kolon harus kosong sebelum dilakukan
pemeriksaan kolonoskopi. Pasien harus diet cairan selama 1-2 hari
sebelum pemeriksaan dan dapat diberikan laksatif atau enema untuk
membersihkan kolon.
10
Gejala khas
Lesi perianal, hematokezia lebih
Kolitis infeksius
Kolitis iskemik
Kolitis pseudomembranosa
H. Komplikasi
Dalam perjalanan penyakit ini, dapat terjadi komplikasi perforasi usus,
terjadinya stenosis usus akibat proses fibrosis, megakolon toksik, perdarahan,
dan dgenerasi maligna. Diperkirakan risiko terjadinya kanker pada IBD
kurang lebih 13%.
(Djojoningrat, 2009)
I. Tatalaksana
Kolitis ulseratif tidak dapat disembuhkan dengan pengobatan, tujuan
pengobatan dengan obat adalah untuk 1) menginduksi remisi, 2)
mempertahankan remisi, 3) meminimalkan efek samping pengobatan,
4) meningkatkan kualitas hidup, dan 5) meminimalkan risiko kanker (Marc
D, 2011).
Pengobatan kolitis ulseratif dilakukan dengan pemberian obat-obatan
yang secara luas atau selektif efektif dalam mengontrol keakutan penykit dan
menghambat remisi gejala dalam jangka waktu yang lama. Pengobatan kolitis
ulseratif juga menerapkan prinsip stepladder menggunakan regimen yang
lebih
poten
hanya
diberikan
pada
pasien
yang
gagal
berespon
11
crohn,
pengunaan
kortikosteroid
jangka
panjang
tidak
12
KESIMPULAN
Kolitis merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar
mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
13
dan demam. Kolitis bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya dimulai
antara umur 15-30 tahun.Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa tidak
selalu
memperngaruhi
seluruh
ketebalan
dari
usus
dan
tidak pernah
Menginduksi remisi
Mempertahankan remisi
Meminimalkan efek samping pengobatan
Meningkatkan kualitas hidup
Meminimalkan risiko kanker
Prognosis dipengaruhi oleh ada tidaknya komplikasi atau tingkat respon
DAFTAR PUSTAKA
Autenrieth, D. M., Baumgart D. C. 2012. Toxic Megacolon. Inflamm Bowel
Dis;18:58491.
Avunduk, C. 2002. Inflammatory Bowel Disease, Manual of Gastroenterology:
Diagnosis and Therapy. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins p. 239-56
14
D.
Basson.
2011.
Ulcerative
Colitis.
http://emedicine.medscape.com/article/183084-overview. diakses 14
September 2016
15
16