Anda di halaman 1dari 6

PKN

KASUS PELANGGARAN HAM DAN


PENGINGKARAN KEWAJIBAN

Disusun oleh: Jeremy. L. Engkodoi


Kelas: XIIF
SMAK W.R Soerpratman Samarinda
2016

Nama: Jeremy. L. Engkodoi


Kelas: XIIF

Pembantaian Rawagede
Pada 9 Desember 1947, sehari setelah perundingan Renville dimulai, tentara
Belanda di bawah pimpinan seorang mayor mengepung Dusun Rawagede dan
menggeledah setiap rumah. Namun mereka tidak menemukan sepucuk senjata pun.
Mereka kemudian memaksa seluruh penduduk keluar rumah masing-masing dan
mengumpulkan di tempat yang lapang. Penduduk laki-laki diperintahkan untuk
berdiri berjejer, kemudian mereka ditanya tentang keberadaan para pejuang
Republik. Namun tidak satu pun rakyat yang mengatakan tempat persembunyian
para pejuang tersebut.
Pemimpin tentara Belanda kemudian memerintahkan untuk menembak mati semua
penduduk laki-laki, termasuk para remaja belasan tahun. Beberapa orang berhasil
melarikan diri ke hutan, walaupun terluka kena tembakan. Saih, kini berusia 83
tahun menuturkan bahwa dia bersama ayah dan para tetangganya sekitar 20 orang
jumlahnya disuruh berdiri berjejer. Ketika tentara Belanda memberondong dengan
senapan mesin istilah penduduk setempat: "didrdt"- ayahnya yang berdiri di
sampingnya tewas kena tembakan, dia juga jatuh kena tembak di tangan, namun dia
pura-pura mati. Ketika ada kesempatan, dia segera melarikan diri.
Hari itu tentara Belanda membantai 431 penduduk Rawagede. Tanpa ada
pengadilan, tuntutan ataupun pembelaan. Seperti di Sulawesi Selatan, tentara
Belanda di Rawagede juga melakukan eksekusi di tempat (standrechtelijke
excecuties), sebuah tindakan yang jelas merupakan kejahatan perang. Diperkirakan
korban pembantaian lebih dari 431 jiwa, karena banyak yang hanyut dibawa sungai
yang banjir karena hujan deras.
Faktor penyebab pembantaian ini adalah, tidak ada satupun warga yang mau
menjawab pertanyaan serdady Belanda tentang keberadaan Lukas dan para
pejuangnya, walaupun mereka mengetahuinya.

Tuntutan kepada pemerintah Belanda pertama kali disampaikan oleh Komite


Nasional Pembela Martabat Bangsa Indonesia (KNPMBI) petisi . KNPMBI didirkan
pada 9 Maret 2002.
Karena lingkup kegiatan KNPMBI sangat luas, maka khusus untuk menangani halhal yang sehubungan dengan Belanda, Ketua Umum KNPMBI, Batara R. Hutagalug
bersama aktivis KNPMBI pada 5 Mei 2005 bertempat di gedung Joang '45,
mendirikan Komite Utang Kehormatan Belanda [KUKBPada 15 Desember 2005,
Batara R. Hutagalung, Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda dan Laksamana
Pertama TNI (Purn.) Mulyo Wibisono, Ketua Dewan Penasihat KUKB bersama
aktivis KUKB di Belanda diterima oleh Bert Koenders, juru bicara Fraksi Partij van de
Arbeit (PvdA) di gedung parlemen Belanda di Den Haag.
Dalam kunjungannya ke Belanda, pada 18 Desember 2005, Ketua KUKB Batara R.
Hutagalung meresmikan KUKB Cabang Belanda dan mengangkat Jeffry Pondaag
sebagai Ketua KUKB Cabang Belanda, serta Charles Suryandi sebagai sekretaris.
KUKB di Belanda membentuk badan hukum baru, yayasan K.U.K.B. Anggota Dewan
Penasihat KUKB, Abdul Irsan SH., yang juga mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan
Belanda, memberi sumbangan untuk biaya pendirian yayasan, dan untuk membayar
pengacara di Belanda yang akan mewakili tuntutan para janda korban di Rawagede.
Belakangan, KUKB dan Yayasan KUKB pecah.
Yayasan KUKB bersama para janda, penyintas (survivor), dan saksi korban
pembantaian di Rawagede menuntut kompensasi dari Pemerintah Belanda. Liesbeth
Zegveld dari biro hukum Bohler menjadi pengacara mereka.
Pada 15 Agustus 2006, 15 Agustus 2007 dan 15 Agustus 2008 KUKB pimpinan
Batara R. Hutagalung bersama beberapa janda dan korban yang selamat dari
pembantaian di Rawagede melakukan demonstrasi di depan Kedutaan Belanda di
Jakarta, dan setiap kali menyampaikan lagi tuntutan kepada Pemerintah Belanda.
Parlemen Belanda cukup responsif dan cukup terbuka mengenai pelanggaran HAM
yang telah dilakukan oleh tentara Belanda antara 1945 1950, walaupun kemudian
belum ada sanksi atau tindakan hukum selanjutnya. Juga tidak pernah dibahas,

mengenai kompensasi bagi para korban dan keluarga korban yang tewas dalam
pembantaian akibat agresi militer, yang baru pada 16.8.2005 diakui oleh Menlu
Belanda, bahwa agresi militer tersebut telah menempatkan Belanda pada sisi
sejarah yang salah.

Nama: Jeremy. L Engkodoi


Kelas: XIIF

Tak Bayar Pajak, Pengusaha sepatu di Bekasi dipenjara

Kejaksaan Negeri (Kejari) Bekasi menjebloskan seorang pengusaha sepatu


berinisial RY ke Lapas Bulak Kapal, Bekasi Timur, Kota Bekasi. RY dipenjara
lantaran melakukan tindak pidana perpajakan, dengan kerugian negara sebesar
Rp1,6miliar.
Juru bicara Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat III Edison
mengatakan, telah menyerahkan tersangka ke kejaksaan lantaran sejumlah upaya
Ditjen Pajak sudah buntu untuk meminta pajak perusahaan RY. Kami sudah
menagih yang bersangkutan sejak 2009 lalu, kata Edison, Rabu (16/12/2015).
Menurut Edison, kasus tersebut terungkap dari laporan perusahaan dagang milik RY
yang dulu berada di Bekasi, tak terdaftar sebagai wajib pajak pada 2006. Padahal
omzet perusahaan sudah sesuai dengan Pasal 39 ayat 1 huruf a dan b UU Nomor
3/1983. Omzet perusahaan melebihi Rp600 juta per tahun, itu wajib kena pajak,
ungkapnya.
Sebenarnya, RY masih mempunyai kesempatan membayar pajak sejak dimulai
penyelidikan pada 2009 lalu. Namun, hingga kasus ditingkatkan menjadi penyidikan
oleh

Ditjen

Pajak

tersangka

tak

jugamelakukanpembayaran.

Untuk itu, tersangka diserahkan ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat agar
diproses sesuai dengan hukum yang berlaku. Konsekuensinya kami memang harus
kehilangan

Rp1,6

miliar

dari

pajak

tersebut,

paparnya.

Kepala Kejari Bekasi Didik Istiyanta menambahkan, berkas pelimpahan dari penyidik
Ditjen pajak sudah lengkap. Sehingga, tak lama lagi kasus itu akan disidangkan di
Pengadilan Negeri (PN) Bekasi. Tersangka saat ini sudah dititipkan di Lapas Bulak
Kapal,tambahnya.
Didik mengatakan, meskipun tersangka membayar pajaknya, tak mempengaruhi
proses hukum yang berlaku dan hukumnya terus berlanjut hingga nantinya
diselesaikan sampai adanya keputusan di Pengadilan Negeri.

Anda mungkin juga menyukai