Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH
FORMAT DATA-KOMPOSIT WARNA

Ardana Denta Dyaksa


3511100071

TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Ph. 031-5929486, 5929487


SURABAYA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar dan
tepat waktu.
Laporan praktikum yang berjudul FORMAT DATA-KOMPOSIT WARNA ini
menyajikan penjelasan tentang bagaimana pengolahan citra (komposit warna)
yang dilaksanakan dalam 3 format penyimpanan citra yaitu BIL,BSQ, dan BIP.
Laporan ini disusun selain bertujuan sebagai bahan penunjang pada mata kuliah
Fotogrametri Digital, juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembacanya, khususnya mahasiswa Teknik Geomatika.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis
berharap adanya kritik dan saran terhadap laporan ini agar penyusunan laporan
selanjutnya lebih baik dan sempurna.

Surabaya, 8 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

LAMPIRAN

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
BAB II DASAR TEORI
2.1 Format Data
2.2 Komposit Warna
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Flowchart
BAB IV HASIL DAN ANALISA
4.1 Hasil
4.2 Analisa
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan

1
1
2
4
5
5
5
6
11
13

DAFTAR PUSTAKA
14

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai proses perolehan informasi
tentang suatu obyek tanpa adanya kontak fisik secara langsung dengan
obyek tersebut (Rees, 2001; Elachi, 2006). Informasi diperoleh dengan cara
deteksi dan pengukuran berbagai perubahan yang terdapat pada lahan
dimana obyek berada. Proses tersebut dilakukan dengan cara perabaan atau
perekaman energi yang dipantulkan atau dipancarkan, memproses,
menganalisa dan menerapkan informasi tersebut. Informasi secara potensial
tertangkap pada suatu ketinggian melalui energi yang terbangun dari
permukaan bumi, yang secara detil didapatkan dari variasi-variasi spasial,
spektral dan temporal lahan tersebut (Landgrebe, 2003).
Rentang panjang gelombang (wavelength band) yang dimiliki oleh suatu
image atau citra merupakan karakter utama dari citra. Beberapa radiasi yang
mampu terdeteksi oleh sistem remote sensing adalah : radiasi cahaya
matahari (panjang gelombang dari visible dan near-middle infrared), panas
atau dari distribusi spasial energi panas yang dipantulkan permukaan bumi
(thermal), serta refleksi gelombang mikro. Setiap material pada permukaan
bumi juga mempunyai reflektansi yang berbeda terhadap cahaya matahari.
Sehingga material-material tersebut akan mempunyai resolusi yang berbeda
pada setiap band panjang gelombang. Oleh karena itu, diperlukan adanya
roses identifikasi dan interpretasi objek yang dapat memudahkan dalam
menganalisa citra. Identifikasi merupakan proses menentukan objek secara
pasti. Sedangkan, interpretasi berdasarkan pada perkiraan pengamat yang
didasari pada tujuh kunci interpretasi. Dalam pengolahan data citra, proses
komposit warna berhubungan erat dengan interpretasi citra. Komposit warna
ini digunakan karena adanya keterbatasan mata yang kurang mampu dalam
membedakan gradasi warna, sehingga pemberian warna dapat dipahami
dengan lebih mudah.

1.2

Tujuan
Praktikum Penginderaan Jauh bertujuan sebagai berikut :
a. Bisa membedakan jenis format data BSQ,BIP, dan BIL
b. Melakukan penelitian tentang komposit warna di Citra satelit pada Multispec
c. Dapat menganalisa dan membandingkan hasil Komposit Warna antara jenis format
BSQ,BIP dan BIL

BAB II
DASAR TEORI
2.1. Format Data
Citra digital adalah citra yang diperoleh, disimpan, dimanipulasi dan di tampilkan
dengan berasis logika biner. Citra ini meliputi citra yang dihasilkan melalui
pelarikan (pemindaian) atau scanner, dihasilkan dengan bantuan perangkat
lunak CAD (Computer-aided Design) maupun citra yang diperoleh dari sistem
perekaman melalui sensor yang dipasang pada pesawat terbang atau satelit.
[Projo, 1996].
Citra digital diperoleh malalui proses peniruan atas kenampakan nyata.
Kenampakan dapat berupa kenamapakan dipermukaan bumi dan juga peta hasil
penggambaran tangan. Untuk mengubah kenampakan bukan digital menjadi
citra digital adalah scanner (pemindai). Scanner adalah suatu alat optik
elektronik yang dapat dipakai untuk menangkap informasi pantulan atau
pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu permukaan yang direkam
(diindera) oleh sensor secara berurutan sebagai fungsi waktu.

Suatu objek dapat dicitrakan dengan dua cara, yaitu dengan cara fotografis dan
pelarikan. Pada proses perekaman oleh sistem kamera fotografis seluruh bagian
yang terpotret direkam secara bersamaan. Dalam selang waktu yang sama
seluruh informasi pantulan cahaya dari objek masuk kedalam kamera melalui
lensa yang membuka dan direkam oleh lapisan perak halide pada film. Proses
perekaman inilah yang disebut proses perekaman serentak.

Bagian demi bagian objek diindera direkam melalui pelarikan (pemindaian) lalu
informasi pantulan tiap bagian tersebut dicatat oleh komputer. Tiap baris pada
gambar yang dihasilkan terdiri atas sekumpulan sel-sel penyusun gambar yang
disebut piksel atau pixel (picture element). Tiap piksel mewakili satu luasan
tertentu pada permukaan yang terindera dan tiap piksel ini punya nilai pantulan
tertentu. Jadi, dengan kata lain piksel ini merupakan data yang punya aspek
spasial dan sekaligus aspek spektral.Penyimpanan citra digital dapat dilakukan
dengan menggunakan sistem pengimpanan raster. Sistem tersebut menyimpan
dimana tiap unsur data disimpan dengan alamat yang jelas, menurut posisinya
dalam baris dan kolom. Sistem penyimpanan ini boros dalam menggunakan
tempat untuk menyimpan, tetapi keunggulan dari sistem ini, di antaranya
kemudahan dalam hal pengalihan format (dari satu software ke software lain),
pengaksesan,
dan
manipulasi
(tumpang
susun).
Oleh
karena
itu,
dikembangkanlah variasi dalam cara penyimpanannya meskipun masih dalam
format raster.

Kebutuhan akan sistem penyimpanan yang efisien semakin terasa dengan


digunakannya sensor multisaluran (multispektral). Melalui sensor semacam ini,
dihasikan beberapa citra yang menggambarkan objek yang sama. Namun
menyajikan variasi rona/nilai piksel yang berbeda. Variasi ini tergantung saluran
2

yang digunakan. Hasil dari citra multispektral ini adalah liputan gambar wilayah
yang sama pada saluran spektral (band atau kanal) yang berbedabeda. Apabila
suatu wilayah direkam oleh satelit dengan sensor yang mengoperasikan 3
saluran (k, l, dan m) dengan coding 8 bit, maka pada posisi wilayah yang sama
pada citra raster, suatu posisi piksel (misal baris i, kolom j) mempunyai 3 macam
nilai spektral, yang masingmasing terdapat dalam julat 0 255, yaitu , , dan .
Berbagai perangkat lunak menyimpan keempat saluran citra ini dengan cara
yang berbedabeda. Cara pertama adalah penyimpan tanpa kompres
(pemampatan), dimana setiap piksel menempati ruang dalam komputer sebesar
1 byte. Apabila terdapat 4 saluran citra yang masing masing tersusun atas m
kolom dan n baris, maka tempat (space) yang dihabiskan dalam computer adalah
4 x m x n byte. Cara ini disebut dengan full raster structure. Cara kedua adalah
melalui kompresi, dimana deretan piksel dengan nilai yang sama pada suatu
saluran dapat diringkas penyimpanannya. Semakin homogen nilai piksel pada
suatu liputan citra, semakin efektif kompresinya. Cara ini disebut compressed
raster structure. [Projo, 2002].
Format penyimpanan BSQ (band sequential), citra yang dihasilkan dari setiap
saluran disimpan sebagai sebagai file yang terpisah. Urutan penyimpanan data
pun dilakukan dengan mulai dari baris pertama saluran 1, baris kedua, baris
ketiga . baris terakhir. Data ini disimpan sebagai berkas (file) saluran 1.
Kemudian mulai dari garis pertama, untuk saluran 2, sampai dengan baris
terakhir. Jadi, pada system 4 saluran, dihasilkan 4 berkas citra.

Format penyimpanan BIL (band interleaved by line), penyimpanan dilakukan


mulai dari baris pertama saluran 1, kemudian dilanjutkan dengan baris pertama
saluran 2, baris pertama saluran n. Setelah itu dilanjutkan dengan baris kedua
salura 1, baris kedua saluran 2, . baris kedua saluran n. Dengan format BIL,
seluruh data citra pada n saluran akan disimpan sebagai satu berkas. Format BIL
untuk saluran tunggal (n = 1), dengan demikian akan sama dengan format BSQ.

Format penyimpanan BIP (band interleaved by pixel) mirip dengan format BIL,
hanya saja selang-seling bukan per baris melainkan per piksel. Penyimpanan
dimulai dari piksel pertama (pojok kiri atas) baris pertama saluran 1, piksel
pertama baris pertama saluran 2, , pixel pertama baris pertama saluran n.
Sama halnya dengan BIL, pada format ini seluruh data citra pada n saluran
disimpan sebagai satu berkas.
Perubahan format hanya menghasilkan perubahan sistematika penyimpanan
data citra multisaluran pada format sebelumnya, tanpa ada perubahan ukuran
(jumlah byte) data. Pada format RLE (run-length encoding), jumlah byte citra
dapat dimampatkan, tanpa mengurangi kandungan isinya. Karena format-format
yang lain, Aronoff (1989) membedakan struktur data RLE dari struktur dan raster.
Prinsip penyimpanan data dengan format ini adalah mengekspresikan kembali
jumlah piksel yang berurutan dengan nilai yang sama sebagai satu pasangan
nilai. Apabila pada satu baris pelarikan terdapat beberapa piksel dengan nilai
yang sama, maka nilai-nilai ini tidak perlu setiap kali disimpan sebagai byte
terpisah. [Projo, 1996].
3

Metode pelarikan (scanning) dengan scanner meja, pilihan untuk menyimpan


gambar digital pada 256 warna tanpa kompresi selalu dapat diartikan bahwa
gambar tersebut disimpan dengan format genetik BSQ, meskipun nama
formatnya disesuaikan dengan merk dagang perusahaan pembuat perangkat
lunaknya, misalnya *.GIF, *.TIF, *.BMP. Penyimpanan gambar 16,7 juta warna
( atau 256) ke dalam format *.BMP atau *.TIF 24 bit menunjukkan bahwa
gambar tersebut disimpan dalam format BIL atau BIP. Kompresi gambar hasil
pelarikan raster juga dapat dijumpai pada format yang suidah banyak dikenal,
misalnya *.JPG dan TIF with LZW compression. Dengan demikian format BSQ, BIL
dan BIP merupakan format generik pada citra penginderaan jauh, sedankan BMP,
TIF, GIF dan JPG merupakan format nongenerik yang berlaku untuk berbagai jenis
citra, termasuk citra/gambar nonpenginderaan jauh. Format nongenerik lain juga
dapat dijumpai pada berbagai pengolah citra penginderaan jauh, meskipun
masih dapat dikategorikan kedalam BSQ, BIL, atau BIP. Format-format ini antara
lain *LAN (untuk ERDAS sampai dengna versi 7.5) *IMG ( untuk ERDAS image;
ekstensi yang sama namun dengan format berbeda digunakan oleh IDRISI), *MPD
(ILWIS for DOS), *MPR (ILWIS for windows ) dan *ERS (ER- Mapper)

2.2. Komposit Warna


Citra Komposit adalah gabungan beberapa kanal data inderaja multi-spektral sehingga terbentuk citra
baru dengan kandungan informasi terintegrasi melalui proses pengabungan warna yang berasal dari
kanal-kanal data inderaja yang dikompositkan. (Mulyadi, dkk, 2006).

Penyusunan komposit citra LANDSAT TM, dilakukan dengan memberikan


warna merah, hijau dan biru pada tiga kanal data yang akan dikompositkan.
Warna yang ditampilkan tergantung pada nilai digital number semua piksel
dari tiap-tiap kanal, makin tinggi nilai digital number, makin tinggi
kecerahan warnanya. Demikian pula sebaliknya.
Dasar dari pembuatan komposit citra adalah berdasarkan :
1. Tujuan penelitian keunggulan di setiap saluran. Contoh, apabila dalam
penelitian, kita lebih fokus pada objek air, maka saluran yang kita
gunakan adalah band 1, band 2 dan band 3. Selain dari band tersebut air
memiliki nilai 0 dalam pemantulannya. Jadi komposit citra yang bisa
dibuat adalah citra komposit 123, sehingga air akan berwarna merah.
2. OIF (Optimum Index Factor) yaitu kemampuan citra untuk menampilkan
suatu objek. OIF semakin tinggi maka semakin banyak objek berbeda
yang dapat ditampilkan pada citra komposit tersebut. OIF ini digunakan
apabila kita ingin menonjolkan pengguanaan lahan dari suatu daerah jika
diidentifikasi dari citra.
Komposit citra dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
- Komposit warna asli yaitu gabungan dari warna merah, hijau, biru. Citra
yang dapat menghasilkan komposit warna asli
- Komposit warna tidak asli, terbagi menjadi 2 :
a. Standar yaitu gabungan dari infrared dekat-merah-hijau. Dianggap
standar karena pada awalnya penginderaan jauh lebih banyak
digunakan dalam bidang kehutanan, jadi komposit warna ini dianggap
standar karena citra kompositnya lebih menonjolkan objek vegetasi.
b. Tidak standar yaitu dapat dilakukan penggabungan dengan bebas

Dalam konsepnya, citra komposit dibuat oleh 3 saluran, dimana nilai


piksel pada saluran-saluran tersebut akan direduksi terlebih dahulu yang pada
awalnya nilai piksel berkisar antara 0 255 menjadi nilai piksel yang berkisar
antara 0 5 yang selanjutnya baru bisa dilakukan komposit. Untuk Landsat TM

sendiri mempunyai 7 buah band atau channel dengan masing-masing kegunaan, antara lain:
Band 1 (0.45-0.52 um; biru), berguna untuk membedakan kejernihan air dan
juga membedakan antara tanah dengan tanaman.
-

Band 2 (0.52-0.60 um; hijau), berguna untuk mendeteksi tanaman.

Band 3 (0.63-0.69 um; merah), band yang paling berguna untuk membedakan
tipe tanaman, lebih dari pada band 1 dan 2.
Band 4 (0.76-0.90 um; reflected IR), berguna untuk meneliti biomas tanaman,
dan juga membedakan batas tanah-tanaman dan daratan-air.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada,
Hari
: Selasa
Tanggal : 8 April2014
Tempat : Klampis adji 1/34
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Citra Landsat dalam format BIL,BSQ, dan BMP
2. Software Multispek
3. Software Kingsoft
4. Hardware yang mendukung
3.3

Flowcart Kerja
(terlampir)

BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1. Hasil

Dalam praktikum ini, dilakukan lima kali pemilihan band untuk pengisian RGB yang
dalam multispec,dan berikut merupakan hasilnya
4.1.1
Pada Format BIL
4.1.1.1 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 4,Green = 3, Blue =2

4.1.1.2 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 5,Green =2, Blue =1

4.1.1.3 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 3,Green = 2, Blue =1

4.1.1.4 RGB Band 1,2,3

4.1.2 Format BSQ


4.1.2.1 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 4,Green = 3, Blue =2

4.1.2.2 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 5,Green =2, Blue =1
4.1.2.3 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 3,Green = 2, Blue =1
4.1.2.4 RGB Band 1,2,3
4.1.3 Format BIP

4.1.3.1 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 4,Green = 3, Blue =2
8

Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 5,Green = 2, Blue =1


4.1.3.3 Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 3,Green = 2, Blue =1
4.1.3.2

4.1.3.4 RGB Band 1,2,3

4.2. Analisa
- Berdasarkan komposit warna tersebut, kenampakan tutupan lahan pada
format BIQ,BIL, dan BIP pada pemilihan Band yang sama menghasilkan
warna yang sama
9

- Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 4,Green = 3, Blue =2


Merah = Lahan Kosong
Hijau tua agak hitam = air
Hijau agak kebiruan = pemukiman

- Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 5,Green = 2, Blue =1


Merah Tua = Lahan kosong
Hijau tua = vegetasi
Hijau muda = pemukiman
Biru
= air
- Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 3,Green = 2, Blue =1
Hijau tua = lahan kosong
Hijau kekuningan = vegetasi
Hijau kebiruan = pemukiman
Biru = air
- Landsat dengan urutan RGB adalah Band Red = 1,Green = 2, Blue =3
Hijau tua = lahan kosong
Hijau kekuningan = air
Hijau kemerahmudaan= pemukiman
Hijau kebiruan = air

10

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Berdasarkan pada hasil praktikum yang telah diperoleh, dapat disimpulkan
bahwa
a. Pemilihan band yang sama dalam Format yang berbeda (BIL,BSQ, dan
BIP) dalam citra dengan software multispek menghasilkan
komposit warna yang sama
b. Dalam proses komposit warna dibutuhkan pemahaman pada tujuh
kunci interpretasi citra (bentuk, pola, warna/corak, posisi, ukuran,
struktur, dan tekstur). Hal ini tentu bergantung pada masing-masing
individu
dalam
menganalisa
karena
berpengaruh
terhadap
kemampuan mata pengamat.
c. Pemilihan dan penggabungan band dilakukan secara acak untuk
mendapatkan hasil interpretasi yang baik dan jelas bagi pengamat
11

d. Berdasarkan pada proses komposit warna, terdapat 4 klas tutupan


lahan yaitu hutan/vegetasi, lahan terbuka, permukiman, dan air.

12

DAFTAR PUSTAKA
Sukojo, Bangun Muljo. 2012. Penginderaan Jauh (Dasar Teori & Terapan).
Surabaya: ITS Press
FLAASH and QUAC are marks of Spectral Sciences, Inc. 2009 ITT Visual
Information Solutions. All rights reserved
http://www.oocities.org/yaslinus/b1_1.html (diakses tanggal 8 April2014 10.04
WIB)
http://PENYUSUNAN%20CITRA%20KOMPOSIT%20WARNA%20_%20pratamaismail.htm
(diakses tanggal 8 April 13.00 WIB)

13

LAMPIRAN
FLOWCHART KERJA
MULAI

INPUT CITRA
(BIL<BSQ<BIP
)

SET DISPLAY
SPESIFICATION
BAND,FORMAT,BIT OF
COLOUR,LINE<COLOUM)

PROS
ES

ANALISA

SELESAI

iii

Anda mungkin juga menyukai