Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI

Di Laboratorium core terdapat dua jenis analisa core, yaitu analisa


dasar dan analisa special. Analisa dasar (Basic Core Analysis) meliputi:
sampel, deskripsi core, porositas, permeabilitas dan saturasi fluida. Dan
Special Core Analysis meliputi: sifat kelistrikan batuan, tekanan kapiler, sifat
kebasahan batuan, relatif permeabilitas dan kompressibilitas batuan.
Analisa core rutine diperlukan sebagai data awal agar pemboran
dilapangan dapat terus berlanjut. Sedangkan analisa core special dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebih spesifik.
Ada dua jenis sample yang dipakai untuk analisa di laboratorium yaitu
fresh sample dan restored sample. Fresh sample yaitu contoh batuan inti
yang dijaga keasliannya agar sifat-sifatnya mendekati kondisi di reservoir.
Sedangkan restored sample yaitu contoh batuan inti yang telah mengalami
pencucian dan pengeringan di laboratorium
2.1 Tahapan Analisa Dasar Sifat Fisik Batuan Reservoir (Basic Core
Analysis)
Pada proses analisa di laboratorium core rutin terdapat
beberapa langkah yaitu :
2.1.1 Spectral Gamma Ray
Spectral

Gamma

Ray

adalah

bertujuan

untuk

menentukan kandungan mineral radioaktif, seperti Uranium (U),

Kalium (K) dan Thorium (Th), dari alat ini akan dihasilkan berupa
log (chart).
Dari pembacaan chart log dapat diketahui jenis dari
batuan tersebut. Jika memiliki radiasi gamma ray yang tinggi
maka termasuk jenis batuan shale/clay, jika radiasinya sedang
maka termasuk jenis sandstone dan jika radiasinya rendah
maka termasuk jenis limestone. Untuk mendeteksi radiasi sinar
gamma dipakai alat spectral core gamma ray.
2.1.2 CT-Scan
CT-Scan adalah alat yang menggunakan media X-ray
untuk mendeteksi batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui lapisan-lapisan batuan agar memudahkan saat
proses plugging.
Tujuan dari dilaksanakan CT-Scan :

Membantu routine core untuk menentukan posisi plug dan


arahnya.

Untuk mengetahui laminasi

bedding (perlapisan) dan

butiran.

Sebagai acuan data pada routine core.

2.1.3 Plugging
Plugging adalah proses pembuatan plug sample yang
berbentuk silinder yang awalnya merupakan conventional

core, kemudian dibor dengan mata bor [drill bit] yang berukuran
1.0 atau 1.5 diameter.
2.1.4 Cleanning
Cleanning adalah proses pencucian atau pembersihan
core menggunakan larutan toluena dan methanol. Toluen
digunakan

untuk

membersihkan

minyak

dan

methanol

digunakan untuk membersihkan garam yang terkandung pada


plug. Alat yang digunakan adalah soxhlet extractor.
2.1.5 Drying
Drying

adalah

proses

pengeringan

core

dengan

menggunakan oven pada temperature sekitar 60 - 70C


(batuan non clay) atau dalam humidity oven (batuan yang
mengandung

clay)

pada

temperature

65C

dengan

kelembaban udara sekitar 45% selama proses pengeringan.


2.1.6 Mengukur

Saturasi

Menggunakan

Retort

Summation

Method dan Dean Stark


Saturasi Fluida
Saturasi fluida adalah perbandingan antara volume pori
batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan
volume pori batuan. Adapun jenis- jenis dari saturasi batuan
reservoir yaitu :
1. Saturasi gas adalah volume pori yang diisi gas dibagi
dengan volume total yang dinyatakan dengan Sg.

2. Saturasi minyak adalah volume pori yang diisi minyak


dibagi dengan volume pori total yang dinyatakan dengan
So.
3. Saturasi air adalah volume pori yang diisi air dibagi volume
pori total yang dinyatakan dengan Sw.
Persamaan

untuk

saturasi

suatu

fluida

dapat

dirumuskan sebagai berikut :


.................................................(Persamaan 2.1)
..................................................(Persamaan 2.2)
..................................................(Persamaan 2.3)
Dimana

Vw

= Volume Air, cc

Vp

= Volume pori, cc

Vg

= Volume gas, cc

Jika pori pori batuan diisi oleh fluida minyak, gas, dan
air, maka berlaku hubungan :
............................................(Persamaan 2.4)
Jika diisi oleh minyak dan air saja, maka berlaku
hubungan :
So +Sw=1 ......................................................(Persamaan 2.5)

Di laboratorium ada dua metode pengukuran saturasi


yaitu dengan menggunakan metode penjenuhan (retort) dan
dean stark. Pada metode retort kandungan air ditentukan
dengan memanaskan batuan pada suhu 400F air yang
dimonitor sebagai initial water, sedangkan minyak diperoleh
dengan memanaskan batuan pada suhu 1200F yang dicatat
sebagai Observed Oil dan total air yang tertampung setelah
pemanasan selesai disebut Final Water.
Pada metode dean stark adalah dengan memanaskan
core sample yang telah dijenuhkan, sehingga air dan minyak
yang ada didalamnya menguap dan kemudian terkondensasi.
Kondensasi dari air ini dikumpulkan dalam tabung penampung
kecil (tabung bersekala) kemudian dibaca volume air, sedang
minyaknya akan bercampur dengan toluene. Kemudian plug
sample dikeringkan dan diukur volume pori (pv) nya. Volume oil
bisa dihitung dari pengurangan jumlah volume pori dikurangi
dengan jumlah air yang di tampung tadi
Vp = Vo + Vw.....................................................(Persamaan 2.6)
2.1.7 Pengukuran Porositas, Permeabilitas dan Grain Density
A. Porositas ()
Porositas adalah perbandingan antara volume total
pori terhadap volume total batuan. Prinsip dasar pengukuran
porositas ini adalah menggunakan metode Boyles Law,

10

dimana analisa dilakukan dengan menginjeksikan gas


helium kedalam pori-pori batuan tersebut .
..............................................(Persamaan 2.7)
............................................(Persamaan 2.8)
B. Permeabilitas (K)
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan
yang menunjukkan kemampuan dari suatu batuan untuk
mengalirkan fluida. Permeabilitas batuan merupakan fungsi
dari tingkat hubungan ruang antar pori-pori dalam batuan.
Definisi

kuantitatif

permeabilitas

pertama-tama

di

kembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan


empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
....................................................(Persamaan 2.9)
Sehingga
....................................................(Persamaan 2.10)
Keterangan :
Q = Laju Produksi (cm3 / sec)
K

= Permeabilitas (D)

= Luas Penampang Aliran (cm2)

= Viskositas Fluida (cp)

p = Beda Tekanan (atm)


L

= Panjang (cm)

11

Definisi satu Darcy adalah fluida dengan viskositas 1


cp mengalir melalui batuan dengan penampang 1 cm 2
sepanjang 1 cm dengan laju alir 1 cm 3 / sec dan adanya
beda tekanan 1 atm.
C. Grain Density
Densitas

batuan

dari

batuan

berpori

adalah

perbandingan antara berat terhadap volume (rata-rata dari


material tersebut). Besarnya Grain Density pada setiap jenis
batuan berbeda-beda, seperti yang terdapat pada table
dibawah ini
Tabel 2.1
Typical Grain Density Values

Rock/ Clay Type


Halite

Grain Density (gr/cc)


2.16

Sandstone

2.65

Kaulinite

2.62

Monlmorillonite

2.63

Quart

2.65

Calcite

2.71

Illite

2.78

Glautonite

2.85

Dolomite

2.87

Anhydrite

2.96

Pyrite

5.01

12

2.2 Analisa Core Special (SCAL)


Analisa special batuan inti dibedakan menjadi dua yaitu analisa
statis dan analisa dinamis. Analisa statis terdiri dari pengukuran seperti:
kompresibilitas

batuan,

kecepatan

rambat

suara,

wetabilitas

pengukuran sifat kelistrikan batuan (faktor resistivitas formasi dan


resistivity index) dan tekanan kapiler.
Analisa dinamis terdiri dari liquid permeability, effective
permeability, relative permeability, residual gas dan water flood
susceptibility.
Analisa special core biasanya dilakukan pada sumur-sumur
eksploitasi dan sumur-sumur pengembangan. Sebelum melakukan
analisa, terlebih dahulu perlu mengevaluasi data yang didapat dari
routine core analysis yaitu porositas dan permeabilitasnya, kemudian
dikelompokan menurut kualitas batuan yang dilihat dari penyebaran
porositas dan permabilitas, dari yang mempunyai nilai porositas dan
permeabilitas yang besar sampai yang kecil.

2.3 Sample Preparasi untuk Analisa SCAL


Pembuatan Air Formasi (Brine)
Brine adalah air formasi buatan (air garam) yang salinitasnya
disamakan dengan salinitas pada kedalaman conventional core nya.

13

Resaturasi
Sebelum plug sample di gunakan untuk SCAL sample disaturasi
dengan brine sehinggga tersaturasi 100% dengan brine.

2.4 Pengukuran Sifat Kelistrikan Batuan


Sifat kelistrikan batuan yang ada kaitannya dengan masalah
formasi adalah sifat tahanan listrik (resistivity). Dalam batuan reservoir,
air formasi berfungsi sebagai media penghantar listrik. Dimana
penghantar listrik dalam batuan tergantung dari pergerakan ion-ion
dalam fluida terserbut. Sehingga semakin tinggi konsentrasi ionnya
maka

kemampuan

menghantar listriknya

akan semakin

besar.

Sehingga air formasi dengan kandungan garam yang tinggi memiliki


tahanan listrik yang rendah.
Temperature juga mempengaruhi pergerakan ion, semakin tinggi
temperature maka pergerakan ion dalam fluida akan semakin besar,
sehingga penghantaran listrik fluida juga akan semakin besar.
Beberapa parameter sifat kelistrikan batuan yang terkait dalam
evaluasi suatu formasi antara lain, formation factor (FF), resistivity
index (RI), cementation factor (m), saturation eksponen (n) dan sifat
unik dari batuan (a).
.........................................................................(Persamaan 2.11)

14

..........................................................................(Persamaan 2.12)
m =

log FF
log

.............................................................(Persamaan 2.13)

n =

log RI
log Sw

............................................................(Persamaan 2.14)

Dimana :
Ri

= Resistivity Indeks

Ro

= Resistivity Sample

Rw = Resistivity Water
Rt

= True Resistivity

= cementation factor

= saturation eksponen

Sw = water saturation

2.5 Tekanan Kapiler


Tekanan kapiler (Pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan
yang ada antara permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairancairan atau cairan-gas) sebagai akibat dari terjadinya pertemuan
permukaan yang memisahkan kedua fluida tersebut. Besarnya tekanan
kapiler dipengaruhi oleh tegangan permukaan, sudut kontak antara
minyakairzat padat dan jari-jari kelengkungan pori.
Pengaruh tekanan kapiler dalam sistem reservoir antara lain
adalah :

15

1.

Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir menunjukkan


kurva distribusi fluida yang merupakan hubungan antara saturasi
fluida dengan tekanan kapiler pada beberapa permeabilitas batuan

2.

Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk


bergerak atau mengalir melalui pori-pori secara vertikal.
Dalam distribusi ukuran pori, hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah penyebaran ukuran pori dari batuan dalam formasi reservoir.


Ukuran pori diasosiasikan sebagai pipa kapiler, dimana ukuran pori
merupakan fungsi dari tekanan kapiler. Tekanan kapiler berbanding
terbalik dengan ukuran pori-pori batuan, oleh karena itu hubungan
tekanan kapiler dengan ukuran pori batuan dinyatakan sebagai berikut:
......................................................(Persamaan 2.15)
Dimana :
Pc

= Tekanan Kapiler (psi)

= Tegangan antara muka (minyak/air) (dyne/cm)

= Sudut Kontak (minyak/air) (Derajat)

Ri

= Radius Pori-pori Batuan (mikron)

Tekanan kapiler di definisikan sebagai perbedaan tekanan yang


terjadi diantara permukaan dua fluida yang tidak saling bercampur
(cairan-cairan atau cairan-gas) dimana keduanya dalam keadaan statis
di dalam sistem kapiler. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah
perbedaan tekanan antara fluida non wetting ( Pnw) dengan fluida
wetting ( Pw ). Tekanan kapiler secara matematis dapat dituliskan :

16

................................................(Persamaan
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi
pertemuan permukaan fluida immiscible yang cembung. Air pada
umumnya merupakan fasa yang membasahi (fasa wetting) di dalam
suatu reservoir, sedangkan minyak dan gas sebagai fasa tidak
membasahi ( fasa non wetting ).
Metode pengukuran tekanan kapiler antara lain:
1. Restored Stated Methode
2. Centrifugal Technique
3. Mercury Injection Technique
Di laboratorium digunakan sistem dua fasa fluida untuk
pengukuran tekanan kapiler, yaitu :
a. Sistem Oil-Brine
b. Sistem Air-Brine
c. Sistem Air-Hg

Anda mungkin juga menyukai