Anda di halaman 1dari 3

Love Me, Love Me, Love Me Not

Choi-harabeoji berjalan menanjak rumahnya. Wajahnya terlihar santai dan akrab.


Setiap kali tersenyum, kebahagiaan terpancar dari raut wajahnya yang memiliki
gurat tegas. Ketampanannya tidak pudar meski berumur 70 tahun.
Seperti halnya rumah tradisional korea, rumah harabeoji dibangun dari bahan-bahan
alami. Sehingga orang-orang mengenal rumah harabeoji dengan kata hanok, sebutan
untuk rumah tradisional korea. Cucu choi-harabeoji Choi Jin Ri, gadis berusia 18
tahun memiliki penyakit susac syndrome. Ia tidak ingat dengan kejadian yang
berlangsung dihari kemarin atau hari-hari sebelumnya. Hidup berdua dengan
harabeoji menjadikannya bersikap dewasa. Semangat dan perjuanggannya untuk
hidup membuat Kim Ji Won, sahabatnya, begitu menyayanginya.
Pada suatu hari Jin Ri dan Ji Won turun dari bus dan berjalan bersama memasuki
gerbang sekolah. Setibanya di lapangan Ji Won dikejutkan oleh siswa-siswi dari
kelas lain yang akan disatukan dengannya. Biasanya tiap kelas akan berolahraga
sendirian, tapi kali ini jadwal berubah dan kelas mereka akan disatukan. Lalu Ji Won
melakukan protesnya terhadap guru Song, tetapi guru Song tidak mendengarkan dan
malah memilih untuk memulai pertandingan voli murid pria. Salah satu pesertanya
adalah Hendry. Sejak itu Hubungan pertemana Ji Won, Jin Ri, dan Hery
berlangsung baik. Mereka sudah dapat saling mengenal.
Pada suatu hari saat turun hujan Ji Won tahu hujan tidak akan berhenti dalam
waktu dekat Kau sengaja membawa dua jaket? Membawakannya hanya untukku?
Tanya Jin Ri kepada Hendry dan Terkadang Ji Ri ingin tahu alas an Hery
menyukainya.
Lalu masalah muncul saat kedatangan Park Ji Yeon. Anak tunggal dari perusahaan
games terkenal dan sangat kaya. Ji Won dan Ju Yeon selalu berseteru. Sementara
itu, kakak Ji Won, Jung Hwan justru bekerja di perusahaan ayah Ji Yeon. Hal ini
membuat Ji Won sangat marah .
Pada suatu hari saat Jin Ri berjalan pulang dengan santai. Untuk sampai ke hanok,
tempat tinggalnya, Jin Ri harus melewati empat rumah lagi. Namun entah kenapa,
kakinya mendadak berhenti di depan rumah kosong yang terkenal karena sudah lama

ditinggalkan penghuninya. Pintu rumah dengan beranda yang sangat luas itu terbuka.
Seingatnya saat bermain dengan ji won, pintunya masih tertutup rapat. Lagi pula,
penghuninnya tidak pernah kembali.
Kemudian merasa penasaran, Jin Ri memutuskan untuk masuk. Kini ia berada di
depan pintu. Tadinya ia ingin mengetuk, tapi bercak darah yang terlihat di di bawah
kayu pintu membuat Jin Ri mengurungkan niatnya dan memilih untuk masuk kedalam
Jin Ri berjalan meraba-raba dinding, mencari stop kontak untuk menyalakan lampu.
Betapa terkejutnya Jin Ri melihat sosok gadis yang tengah meringkuk dekat
tumpukan botol minuman dan ternyata itu Ji Yeon. Suasana menjadi hening.
Keheningan menyagrap mereka dalam sekian detik. Ji Yeon berjalan mendekati Jin
Ri. Lalu Ji Yeon membasuhkan darah di tangannya dan ke bajunya Jin Ri. Apa yang
kau lakukan?!! Jin Ri terlihat bingung. Ia tidak mengerti dengan apa yang sedang Ji
Yeon lakukan. Ji Yeon, apa maksudmu?!! Tanya Jin Ri kepada Ji Yeon. Setidaknya
engkau tidak dihukum begitu berat ujar Ji Yeon. Lalu Ji Yeon pergi meninggalkan
Jin Ri. Jin Ri hanya menatap kepergiaan Ji Yeon dengan nanar. Ji Yeon baru saja
melimpahkan kesalahannya kepadanya. Bajunya yang kotor karena darah membuat
orang-orang salah paham dan akhirnya menuduh Jin Ri sebagai pembunuhnya.
Polisi dating ke lokasi 30 menit kemudian setelah salah satu warga, menelphone
polisi. Merekapun memeriksa dan melihat keadaan. Mereka menemukan seorang pria
yang sudah tak bernyawa. Sehingga polisi dapat menyimpukan bahwa tanggal 29
oktober pada jam 10:04 malam hari terjadinya pembunuhan dengan tersangka
bernama Cho Jin Ri.
Pada suatu hari saat Ji Won tengah mengambil foto berpigura itu tanpa sengaja
tangannya menyenggol sebuah cincin . ia ingat betul bahwa cincin ini milik Ji Yeon.
Pada suatu hari di persidanyan hakim hendak memukul palu tanda disahkannya
hukuman, tapi Ji Won masuk ke dalam ruangan dengan sengaja membanting pintu.
Lalu Ji Won berkatapak hakim ada yang mau bicara, ujar Ji Won. yeoboseyo?
sapa hakim . nuguya? aku Park Ji Yeon, ujar Ji Yeon lalu Ji Yeon berkata akulah
yang telah membunuhnya. Malam itu aku memukulnya dengan botol minuman hingga
meninggal,

silakan periksa kamarku. Dibawah kasur ada sebuah peti, ucap Ji Yeon di
dalamnya terdapat sepatu yang sobek karena mengenai pecahaan kaca minuman,
juga mantel yang kugunakan untuk menghapus sidik jariku. Bahkan darahnya masih
ada.
Hari itu ditutup dengan tangisan seorang ibu yang penuh penyesalan.
Empat tahun berlalu. Kini musim semi telah muncul. Keceriaan bunga-bunga
bermunculan dengan berbagai ekspresi. Begitupun dengan Jin Rid an Hendry yang
telah hidu bahagia.

END

Anda mungkin juga menyukai