Ningsi
Roland Ngeolima
Sutamin Hamzah
Lestari Handayani
ISBN 978-602-1099-07-0
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis
dari penerbit.
ii
Buku seri ini merupakan satu dari dua puluh buku hasil
kegiatan Riset Etnografi Kesehatan Tahun 2014 di 20 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan oleh tim sesuai Surat Keputusan
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat Nomor HK.02.04/1/45/2014, tanggal 3 Januari 2014,
dengan susunan tim sebagai berikut:
Pembina
Penanggung Jawab
iii
Koordinator wilayah
iv
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
v
vii
xi
xii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1
11
12
17
17
23
23
29
38
47
47
54
59
61
73
73
78
83
83
vii
2.6. Bahasa
2.7. Kesenian
2.8. Mata Pencaharian Hidup
2.8.1. Kondisi Sosial Ekonomi
2.9 Teknologi dan Peralatan
91
93
97
97
108
115
115
115
115
127
137
140
viii
146
148
151
151
153
157
160
164
165
165
168
172
173
175
175
179
188
190
197
201
201
203
206
208
ix
209
210
213
216
221
223
229
231
236
239
241
243
244
246
248
254
257
260
262
267
BAB V KESIMPULAN
279
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
279
282
INDEKS
GLOSARIUM
DAFTAR PUSTAKA
285
291
299
DAFTAR TABEL
xi
28
32
98
183
184
192
204
206
DAFTAR GRAFIK
xii
128
133
DAFTAR GAMBAR
19
20
25
25
27
31
35
36
38
40
41
56
57
65
66
80
101
101
103
104
105
109
111
124
132
150
154
156
159
161
167
177
210
211
212
215
216
219
222
245
245
xv
249
250
258
259
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100.000
penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100.000 penduduk,
bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal
(http//gejalapenyakit tuberculosis.com).
Penyakit TBC mulai merebak dan meluas setelah tahun
1985, saat HIV/AIDS mulai dikenal dan diketahui menyebar di
masyarakat. HIV/AIDS adalah penyakit yang mengganggu sistem
kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan
tidak mampu melawan kuman yang jinak sekalipun. Kuman yang
biasanya menjadi sahabat manusia pun dapat berbalik menjadi
musuh pada orang yang terinfeksi HIV/ AIDS. TBC juga lebih
mudah menyerang orang dengan kekebalan tubuh lemah lainnya,
seperti penyandang diabetes, lansia, bayi dan anak-anak.
Penderita penyakit kronik, kanker, minum obat-obatan steroid
atau pencegah reaksi transplantasi, dan kekurangan gizi
(malnutrisi) juga rentan tertular. Pada orang-orang ini, kontak
lama dan dekat dengan penderita TBC dapat segera membuat
mereka tertular dan biasanya lebih sulit diobati.
Prevalensi nasional Tuberkulosis Paru (berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah
0,99%. Sebanyak 17 Provinsi mempunyai prevelansi nasional
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, Di Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara
Barat, NTT, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua.
(MediaKom, Edisi XV, Desember, 2008)
Hasil survei Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
menggambarkan kasus TB paru yang terdeteksi secara nasional
tahun 2012 periode Juni di Provinsi Gorontalo menduduki
peringkat 3 dengan presentase 43,40. Sedangkan menurut
Indikator Sehat 2010 mengharapkan angka kesembuhan TB Paru
tahun 2010-2015 mencapai 85%. Persentase TB Paru sembuh
5
14
15
16
BAB 2
ASPEK SOSIAL BUDAYA
ETNIK GORONTALO DI DESA DULUPI
Gambar 2.1.
Nama-nama mantan pemimpin kampung/Desa Dulupi,
mulai tahun 1864-2013 sekarang
Sumber: Arsip Desa
19
Gambar 2.2.
Jembatan Peninggalan Belanda di Wilayah Kecamatan Dulupi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
20
22
Gambar 2.3.
Peta Provinsi Gorontalo
Sumber: www.gorontaloprov.go.id
Gambar 2.4.
Peta wilayah Kabupaten Boalemo
Sumber: www.boalemokab.go.id
25
Gambar 2.5.
Peta Desa Dulupi
27
Nama
Lama Bertugas
1.
Mahyudin Ahmad, SP
2.
Sumardi Kamumu
3.
4.
5.
Mursalin Saidi
6.
7.
8.
9.
iklim Oldeman tipe E1, curah hujan rata-rata tahunan 1.508 mm,
curah hujan rata-rata bulanan 160,50 mm, suhu harian rata-rata
26,50 C, suhu maksimum 27,10 C (bulan Juni), suhu minimum
25,80 C (bulan Desember-Januari), kelembaban minimum 75,9%
(www.selayang pandang. kab Boalemo).
2.2.2. Kependudukan dan Keadaan Lingkungan Desa Dulupi
Awal cerita Desa Dulupi dimulai dari 150 tahun yang lalu
pada waktu itu masih oayuwa (hutan belantara), rimbun dan
warna hijaunya pohon yang melintang luas di desa kecil ini,
penghuninya masih dapat dihitung dengan jari. Setiap kehidupan
terus berputar mengikuti perkembangan jaman, namun adat dan
budaya masyarakatnya masih belum berubah. Kekayaan alam
masih nampak dan jarang tersentuh dengan keragaman
modernisasi disaat sekarang ini, terbayang desa ini dahulu kala
tentunya nampak asri nan indah.
Perjalanan menuju Desa Dulupi dari arah Kota Gorontalo
dapat ditempuh selama 3 jam 20 menit dengan jarak tempuh
160 Km melalui jalan Trans Sulawesi. Antrian kendaraan yang
panjang sepanjang 20 km lebih menjadi perhatian peneliti,
dengan kondisi jalan yang rusak, berdebu akibat perbaikan,
pelebaran jalur sisi kiri dan kanan bahu jalan.
Sesampai di ibu kota Kabupaten Boalemo maka yang akan
kita akan melihat jembatan dengan konstruksi besi meruncing
menjulang tinggi yang di bagian atas bertuliskan Selamat
Datang di Kabupaten Boalemo, menyambut setiap kendaraan
yang melewatinya. Sebutan khas untuk Kabupaten Boalemo
adalah kota idaman yang merupakan slogan Kabupaten
Boalemo, singkatan dari Indah, Damai, Amanah, Mandiri, Agamis
dan Nyaman. Udara kota Boalemo terasa panas di bulan Mei-Juli
2014 saat penelitian dilaksanakan.
29
30
Gambar 2.6.
Tugu sebagai Tempat Interaksi Sosial Masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti
31
Dulupi
Dusun
I (Teratai)
II (Jambura)
III (Sambati)
IV (Batu
Potong)
V (Langge)
VI (Huata)
Jumlah
Jumlah
Penduduk
Berdasarkan
Jenis Kelamin
657
799
526
1024
L
283
391
280
506
P
374
408
246
518
425
418
3849
222
211
1893
203
207
1956
Jmh
KK
Jumlah
Rumah
233
235
143
345
205
193
107
165
117
118
1191
82
95
847
Gambar 2.7.
Tempat Mandi Warga pada Umumnya di Dusun Batupotong -Langge-Sambati
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.8.
Sarana MCK dan Air Minum di Dusun Langge
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.9.
Bangunan Poskesdes di Dusun Batupotong yang Belum Difungsikan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.10.
Rumah dengan Sebutan Rumah Surabaya
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.11.
Bentuk Rumah Huruf A
Sumber: Dokumentasi Peneliti
43
woka yang disebut Pitate dinding terbuat dari Katu (kayu pohon
enau).
Tata cara pembangunan rumah di Desa Dulupi sebagai
berikut.
1) Peletakan batu pertama pembangunan sebuah rumah di
awali dengan Doa Shalawat.
2) Pembangunan pondasi rumah biasanya dibiayai dengan
menyisihkan uang koin-logam Rp.500,-, 1.000,- atau emas
(anting-anting emas bekas yang tidak terpakai lagi/patah)
atau isi kelapa yang sudah bercampur dengan gula merah
yang di letakan di setiap sudut rumah huk-huk rumah
dengan maksud agar supaya rejeki bisa masuk. Maksud dari
kelapa yang sudah dicampur dengan gula merah tujuannya
adalah, manis dicampur dengan gula merah, manis supaya
semut mendekat, di mana ada gula disitu semut ada.
Artinya rumah memiliki daya tarik orang akan senang
melihatnya.
3) Tiang Raja merupakan tiang utama atau tiang induk rumah
yang posisinya berada di atas bumbungan rumah, atau
penyangga utama atap. Tiang raja tidak boleh sejajar dengan
pintu masuk (pintu depan rumah) atau tepat berada di atas
tengah-tengah pintu karena dapat menyebabkan orang
dalam rumah itu semuanya kurang sehat.
4) Letak kamar wanita diharuskan berada di sebelah kiri pintu
masuk rumah dengan asumsi kiri itu kedudukan
perempuan, sebaliknya letak kamar laki-laki di posisi kanan
yang melambangkan pekerja keras.
5) Pintu utama rumah (pintu depan) harus menghadap ke jalan
6) Setelah pembangunan rumah selesai, sebelum tuan rumah
(pemilik rumah dan keluarga) masuk/tinggal di dalam rumah
tersebut ungkap informan TY:
44
(adat untuk anak gadis yang baru pertama haid), dan ritual adat
lainnya.
Salah satu aspek sosial budaya yang memiliki dampak
positif terhadap perilaku masyarakat di Desa Dulupi yakni nuansa
agama/religinya. Suasana Islami di Desa Dulupi dapat
tergambarkan lewat kegiatan atau acara memperingati hari-hari
besar Agama Islam yang sering dilaksanakan oleh masyarakat
seperti yang diutarakan oleh Informan IP selaku Tokoh Agama di
Desa Dulupi. Beliau mengutarakan,
Masyarakat disini masih sangat antusias dalam rangka
memperingati hari-hari besar agama, masih tetap
dilestarikan dari jaman nenek moyang .
50
c)
d)
e)
f)
g)
h)
dalam irama yang sama oleh banyak orang yang dimulai oleh
pemimpin Agama setelah sholat Isya dan berakhir sebelum sholat
Dzuhur atau lebih kurang 15 jam. Bagi warga yang mengiktui zikir
ini mereka menikmatinya dengan penuh kerinduan dan berdoa
semoga Allah dapat memberikan kebaikan dunia akhirat.
Kegiatan perayaan Isra Miraj dan Maulid Nabi dilaksanakan
secara tradisional oleh masyarakat Dulupi, khususnya pada acara
dikilli (zikir) bersama, di mana setiap masjid yang ada di Desa
Dulupi memiliki jadwal masing-masing dalam melakukan zikir ini.
Jika acara Maulid Nabi dikilli dilakukan sebelum atau satu hari
sebelum menjelang perayaan Maulid Nabi. Zikir ini dipandu oleh
pengurus-pengurus masjid dan warga lainnya yang sering terlibat
dalam acara puncak dikilli. Setiap warga yang mengikuti zikir
diberikan sedekah dengan jumlah Rp. 25.000 Rp. 50.000,- .
Pelaksanaan dikilli untuk perayaan Isra Miraj di mulai setelah
selesai mengerjakan shalat Isha, dilanjutkan dengan pencerahan
agama (tauziah), kemudian zikir bersama, waktunya sampai jam 3
subuh, adapula yang melaksanakan zikir ini sampai pagi. Begitu
pula dalam perayaan Maulid Nabi dikilli dilakukan mulai jam 9
malam sampai jam 10 pagi.
Dikili (zikir) dilaksanakan setiap tahun selama menjelang
Maulid Nabi selama satu bulan. Setiap masjid yang ada di
Kecamatan Dulupi sudah memiliki jadwal masing-masing untuk
melaksanakan zikir. Orang yang menghadiri zikir tersebut
biasanya berjumlah 100 sampai 200 orang. Selama berzikir
mereka diberi minuman teh dan kue. Setiap warga memiliki
naskah panduan zikir yang mereka dapatkan dari guru/imam
dulu. Menurut informan WR,
Bacaan zikir sudah disediakan oleh guru/imam yang
dulunya bertugas memandu zikir, zikir dimulai satu hari
sebelum Maulid Nabi biasanya jam 10 malam sudah
bazikir sampai jam 10 pagi.
53
Gambar 2.12.
Ritual Mopolihu Lo Limu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.13.
Bahan Adat Mopolihu Lo Limau dan Molubingo
Sumber: Dokumentasi Peneliti
57
59
60
62
64
Gambar 2.14.
Alat yang Digunakan saat Ritual Dayango
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.15.
Bahan yang Gunakan saat Ritual Dayango untuk Mengobati Pasien yang Sakit
Sumber: Dokumentasi Peneliti
66
68
air putih, dari itu sampe sekarang sape anak tidak matimati lagi.
69
72
77
c.
d.
e.
f.
Gambar 2.16.
Huyula pada Saat Berkebun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
Kio Hadi
Taci Neni
Tenga Djei
Ta Suri
Ta Pida
Ta Kena
Tante Eti
Pende Acu
informan yang
Luas
Pemukiman
4500 ha/m2
Perkebunan
3020 ha/m2
Persawahan
Kuburan
2 ha/m2
Pekarangan
400 ha/m2
Perkantoran
3 ha/m2
3 ha/ m2
Total
8000 ha/m2
224 keluarga
152 keluarga
41 keluarga
Petani Kelapa
Pekerjaan sebagai petani dengan mengolah kebun kelapa
diceritakan oleh informan RM. Sebagai petani kelapa (kopra),
bapak RM memiliki kebun kelapa milik sendiri kurang lebih enam
(6) hektar berisi 400 pohon kelapa. Informan juga menyewa
lahan kelapa milik orang lain yang dihitung sewa per panen Rp.
5.000.000,-, dengan banyaknya pohon kelapa (998 pohon) dalam
satu (1) tahun menghasilkan tiga (3) kali panen (4 bulan sekali
panen).
Riwayat sebagai petani kelapa sudah ditekuninya sejak
tahun 1978 dari lahan kelapa milik sendiri. Informan membayar
pajak per tahun sebesar Rp.34.000,- (untuk 1 lokasi Rp. 10.000,-).
Hasil panen saat ini menghasilkan kurang lebih 43.000 buah
kelapa dengan memakai jasa tenaga orang untuk memanjat per
pohon dengan harga Rp.4.000,- untuk satu (1) orang dengan
asumsi pemilik pohon menanggung makan siang. Mereka juga
menyewa tenaga pengumpul kelapa yang telah dipetik dengan
upah Rp.50.000,- per orang per hari. Pengangkutan buah kelapa
dari dalam kebun dilakukan menggunakan jasa orang yang
mengendarai pedati yang ditarik oleh sapi yang disebut (papa
deo) dengan biaya per buah Rp.100,-.
Cara panen buah kelapa dengan melihat cuaca. Jika panen
kelapa antara musim hujan dan panas maka buah kelapa akan
bagus hasilnya. Namun jika panen pada musim panas buah
kelapa kecil (kurus- kurus) yang di sebut kelapa gros. Proses
panen yaitu kelapa dikumpulkan, di kupas, isinya dikeluarkan dan
dijemur, sampai kering. Hasil panen tersebutdiangkut ke kota
menggunakan mobil truk dengan harga angkut per ton Rp.
99
100
Gambar 2.17.
Alat Pertanian Kopra
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.18.
Buah Kelapa Siap Dijadikan Kopra
Sumber: Dokumentasi Peneliti
101
jagung pilihan harga per kilo nya Rp. 2.200,- atau 2.100,berdasarkan kadar air yang terkandung dalam biji jagung. Cara
mendetekasi kadar air pada biji jagung dengan cara
menggigitnya. Hasil panen dari 6 sak (kantong) bibit jagung bisa
mengcapai 8 ton atau 967 kg hasil jagung. Gambar berikut
menunjukkan salah satu aktifitas petani saat bekerja dilahan
jagung:
Gambar 2.19.
Lahan Jagung Warga Saat Musim Tanam
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.20.
Merek Racun Rumput yang Digunakan Petani Jagung
Sumber: Dokumentasi Peneliti
104
Gambar 2.21.
Alat yang Digunakan Petani Jagung
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 2.22.
Tungku Api (Tempat Masak), Lisung (Alat untuk Menumbuk RempahRempah)
Sumber: Dokumentasi Peneliti
110
Gambar 23.
Roda Sapi (Gerobak Sapi)
Sumber: Dokumentasi Peneliti
desa sejak desa ini menjadi ibu kota kecamatan. Begitupun warga
di Dusun Langge sejak awal tahun 2013 sudah menggunakan
lampu listrik PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya).
113
114
BAB 3
POTRET KESEHATAN MASYARAKAT DULUPI
117
120
121
123
Gambar 3.1.
Ramuan Adat Tubolo dan Persiapan Ritualnya
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 3.2.
Ritual Adat Tubolo
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Grafik 3.1.
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2013
Sumber: Puskesmas Dulupi tahun 2014
Grafik 3.2.
Cakupan Persalinan oleh Dukun Tahun 2013
Sumber : Puskesmas Dulupi 2014
133
138
Ada beberapa
ibu yang diwawancara mengaku
menggunakan alat kontrasepsi KB implant. Saat itu masa berlaku
KB implant tersebut sudah habis dan seharusnya dilepas tapi
belum dilakukan karena tidak memiliki uang untuk biaya melepas
implant. Berikut ungkapan informan ibu SKO,
Saya pasang KB susuk (implant) sejak sape anak umur 1
tahun, sekarang sape anak itu so umur 9 tahun kelas 2
SD, sedangkan batas susuk hanya 3 tahun, ini so lewat 4
tahun saya belum kase keluar, ini saya si tidak dapa haid
somo satu tahun umur baru 44 tahun. Takut saya kong
mo bayar lagi katanya kalau bakase kaluar tidak tahu
berapa mo diminta itu kalau bakase kalura, pestengah
mati uang sape laki tebisa bekerja ada kena penyakit
usus turun, jadi saya yang mencari uang sendiri untuk
keperluan hari-hari.
139
140
141
rata bayi yang baru lahir jika mereka tidur selalu diletakkan Quran, gunting di bawah bantal atau samping bantal guling anaknya,
hal itu dilakukan guna melindungi anak dari gangguan setan atau
mahluk lain seperti pongko (mahluk jadi-jadian).
Pantangan untuk anak bayi adalah tidak boleh diajak pergi
jalan-jalan jika hujan rintik-rintik pada siang, sore atau malam
hari dengan istilah dilanggu. Setiap anak yang keluar rumah pada
saat mendekati magrib akan sering ditegur banyak orang,
menurut orangtua dulu biasanya akan kena Langgu penyakit
keteguran setan, orang hidup atau orang yang sudah meninggal.
Sehingga untuk menjaga anak balitanya dari ilanggu (keteguran
setan) ibu-ibu di Desa Dulupi berusaha untuk menjaga anaknya
dari gangguan mahluk-mahluk halus dengan mengurangi aktivitas
bermain anak balita di luar rumah, kecuali jika ada kegiatan
Posyandu. Informan RM mengungkapkan sebagai berikut,
Tempat pelarian masyarakat sini jika anak sakit seperti
panas, ada tanda tanda sarampa (bintik bintik merah di
kulit di semua tubuh), biasanya ke dukun. Kalau
pengobatan anak anak yang sakit biasa mengobati anak
anak yang ketakutan yang sudah mendalam duito anak
panas karena kaget seperti takut dengan anjing, takut
orang, kaget, biasa diobati dengan cara di pici pici
(pijat) di cari bagian-bagian (pos pos) urut kaki dan
tangan baru dikasih air doa, di minum, dibasuh di bagian
muka, kaki dan tangan. Dukun cuma menolong
tergantung orang yang diobati karena masyarakat tidak
punya uang, dokter mengobati pake uang .
149
Gambar 3.3.
Model Timbangan Saat Kegiatan Posyandu
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 3.4.
Sarana MCK Warga di Desa Dulupi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
155
Gambar 3.5.
Sungai sebagai Tempat MCK Warga di Dusun Langge
Sumber: Dokumentasi Peneliti
156
Gambar 3.6.
Sungai, Air Sumur (Alli), Air Hujan, Sumber Air Bersih Warga Dulupi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
159
160
Gambar 3.7.
Haulalahe Jenis Rokok Tradisional Para Orang Tua (Pria) di Desa Dulupi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
166
Gambar 3.8.
Akses Jalan di Dusun Sambati dan Langge
Sumber: Dokumentasi Peneliti
3.4.1. Kusta
Penyakit Kusta dalam istilah daerah Gorontalo Dulupi
disebut Hutungo. Dusun Batu Potong dengan jumlah jiwa kurang
175
lebih 1024 penduduk terbanyak dari enam dusun Desa Dulupi ini
menjadi satu-satunya dusun yang teridentifikasi terdapat
penderita kusta/hutungo. Masyarakat menganggap sebagai
ancaman besar karena dipercaya penyakit ini bisa menular
melalui kontak langsung dengan para penderita. Penderita kusta
hidup terasing hanya dengan lingkungan keluarganya akibat sikap
masyarakat yang takut tertular. Salah satu penderita kusta sebut
saja bapak AS, menceritakan riwayat penyakit yang dideritanya
sehingga merasa diasingkan oleh tetangga bahkan masyarakat
Dulupi.
Pada tahun 2002 lalu, informan bekerja sebagai penebang
kayu dengan menggunakan mesin chainsaw (gergaji listrik) di
areal pegunungan. Pekerjaan ini dilakukan bersama dengan
beberapa temannya di dalam hutan yaitu di wilayah Paguyaman
Pantai. Jarak tempat kerjanya sangat jauh masuk ke dalam
hutan. Informan bercerita bahwa kejadian sakitnya bermula saat
kakinya tertusuk sepotong kayu tajam sehingga kami terluka dan
bengkak. Kaki kemudian dikompres dengan air panas saja dan ia
tidak bekerja selama empat hari karena bengkak di kakinya
semakin hari semakin besar. Dia selama satu bulan di dalam
hutan tanpa memperoleh pengobatan karena jarak ke Puskesmas
sangat jauh. beberapa waktu berselang Luka yang di deritanya
tak kunjung membaik sampai akhirnya berkat dorongan istri
tercinta, pada tahun 2003 memutuskan untuk berobat ke
Puskesmas Dulupi. Dokter Puskesmas waktu itu mengatakan dan
mendiagnosa bahwa penyakit tersebut sudah terinfeksi kusta.
Informan AS menjalani pengobatan selama satu tahun
sampai 2004. Informan menerima obat terbungkus dalam
kemasan aluminium berwarna coklat berbentuk kecil seperti biji
lombok (rica). Obat berwarna merah tersebut dikonsumsi tiga
kali 3 butir obat dalam sehari dan diminum setelah makan. Pada
tahun 2005 istri informan membeli obat herbal merek Propolis
176
Gambar 3.9.
Salah Satu Penderita Kusta
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Hasil Pemeriksaan
Dulupi
Tabongo
Kotaraja
Negatif
Positif
27
42
13
13
31
12
14
10
8
5
10
18
203
3
6
2
7
3
2
3
1
2
1
11
3
44
0
1
0
2
0
0
0
1
0
0
0
2
6
28
39
14
19
33
11
13
10
8
6
21
23
225
2
10
1
3
1
3
4
2
2
0
0
0
28
Jumlah
Suspek
Diperiksa
30
49
15
22
34
14
17
12
10
6
21
23
253
7
38
16
61
0
6
7
13
0
0
0
0
7
42
21
70
0
2
2
4
7
44
23
74
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Puskesmas Dulupi
Tahun
Pembangunan
2003
Teratai
Sambati
Pustu
2011
Batu
Potong
Poskedes
2012
Langge
Pustu
2013
Huwata
Sumber: Profil Puskesmas Dulupi 2013
Keterangan
Difungsikan sbg Pusat
Kesehatan Masyarakat
Difungsikan Untuk
Pelayanan Posyandu &
Posbindu
Belum Difungsikan
(Pelayanan Posyandu
dan Posbindu di Rumah
Warga/Kader)
Difungsikan untuk
Pelayanan Posyandu &
Posbindu
-
sebagai
195
dukun seperti sakit perut, sakit kepala dan sakit dada. Menurut
beberapa informan termasuk dukun RM bahwa penyakit iblis itu
hanya bisa di sembuhkan oleh dukun yang mempunyai ilmu
pengobatan dan sudah pernah berhasil mengobati pasien
sebelumnya.
Alternatif lain ketika warga sakit dan membutuhkan
pengobatan adalah ke tenaga kesehatan atau membeli obat di
kios-kios terdekat. Obat yang paling banyak di konsumsi warga
berdasarkan hasil survei di kios-kios dan pasar tradisional Dulupi
adalah M**agrib (batuk-flu), B**rex flu (sakit kepala-flu),
P**amex (sakit kepala), P**er ampuh (obat asam urat bagi warga
yang merasakan nyeri kaki), N**acin (obat hosa-asma),
Paracetamol (obat panas demam), A**icilin (untuk luka-luka
infeksi), I**ana (obat panas untuk anak-anak). Beberapa
informan yang sering menggunakan obat-obatan mampu
menyebutkan nama-nama obat tersebut beserta khasiatnya.
Pengobatan yang memanfaatkan jasa dokter sangat
jarang dilakukan kecuali warga yang memiliki ekonomi lebih.
Penggunaan jasa mantri lebih sering mereka dilakukan dengan
istilah masyarakat Dulupi panggilan Paman. Masyarakat sangat
menginginkan pelayanan oleh dokter saat berobat di Puskesmas.
Dokter adalah orang yang dianggap paling mengetahui keluhan
penyakit yang mereka rasakan.
Kebiasaan masyarakat mencari pengobatan ke dukun juga
didasari oleh tidak adanya tenaga kesehatan yang tinggal
menetap di fasilitas kesehatan yang telah dibangun di dusun
mereka. Seperti ungkapan salah satu petugas kesehatan
setempat AB sebagai berikut,
Pustu Sambati misalnya di bangun pada awal 2011,
Poskesdes Batu Potong pada tahun 2012 dan Pustu
Langge pada bulan juni 2013. Pustu yang dibangun di
dusun lama dibekukan, lama ndak terpakai, tidak
198
199
200
BAB 4
REKAM JEJAK TERENGI DI DESA DULUPI
Warga
yang
menderita terengi memeriksakan
kesehatannya di Puskesmas Dulupi. Terengi memiliki gejala201
202
Dulupi Tabongo
Hasil Pemeriksaan
Kota
Raja
Negatif
Positif
Jumlah
Suspek
Diperiksa
Februari
Maret
11
10
11
April
13
18
20
Mei
10
Juni
Juli
Agustus
September
27
31
34
Oktober
November
9
7
1
3
0
0
9
9
1
1
10
10
Desember
10
125
11
136
Jumlah
104
28
Sumber : Puskesmas Dulupi, 2014
Jumlah Penderita
Persen (%)
Jambura
Teratai
50
Sambati
6,25
Batu Potong
31,25
Langge
12,5
Huwata
Total
16
100
207
Gambar 4.1.
Wadah, Slide Dahak dan Beberapa Botol Cairan yang Ada di Ruangan
Laboratorium TB Puskesmas Dulupi.
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.2.
Tipe Rumah dan Kondisi Kamar Tidur Penderita TB Paru
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.3.
Tipe Rumah Papan dan Lampu Botol sebagai Alat Penerang Malam Hari
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.4.
Kondisi Rumah Penderita TB Paru
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.5.
Tipe Rumah Permanen Penderita TB Paru Saling Berdekatan
Sumber: Dokumentasi Peneliti
217
218
Gambar 4.6.
Aktivitas Penderita TB Paru Saat Dikunjungi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
221
Gambar 4.7.
Petugas Puskesmas Memberikan Pelayanan di Puskesmas Dulupi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
225
228
229
230
232
233
234
235
238
Ungkapan Informan YM :
Saya batuk karena masuk dingin dari tambang mas ikut
suami, sering mandi sore-malam, dipikir cuman batuk
biasa, lantaran sudah parah badan sokurus saya balik ke
kampung (Dulupi) sebelumnya waktu di tambang ada
minum obat kios seperti Konidin, Mextril, Decolsin tapi
tidak sembuh. Baru so kamari sini (Dulupi) ba periksa di
Puskesmas, dokter bilang baru gejala TB, dikasih obat
minum selama 6 bulan, nanti sohabis saya minum obat
naik kamari badan ini .
242
243
244
Gambar 4.8.
Daun Bohito dan Tembakau di Pasar Dulupi
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.9.
Penderita TB Merokok dengan Daun Bilalahe (Enau)
Sumber: Dokumentasi Peneliti
245
247
Gambar 4.10.
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Penderita TB
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.11.
Obat Anti Tuberkulosis yang sudah Diberi Nama, Umur Penderita dan Kartu
Indentitas Pasien TB
Sumber: Dokumentasi Peneliti
251
253
255
257
Gambar 4.12.
Obat-obat Warung yang Sering Dibeli Masyarakat
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.13.
Obat-obat yang Dijual Bebas di Pasar
Sumber: Dokumentasi Peneliti
ini diungkapkan oleh salah satu informan UMR yang saat ditemui
peneliti sedang menderita luka di bagian telapak kaki. Kodisi
informan tidak bisa jalan dan merasakan sakit di bagian kepala
dan kakinya. Informan menyatakan malas berobat ke Puskesmas
karena jarak ke Puskesmas jauh dan antrian panjang yang
membuatnya bosan menunggu. Obat tradisional buatan istrinya
yang dipakai saat itu berupa kunyit (kuning) yang dipanaskan
dengan minyak kelapa, kemudian didinginkan. Ramuan tersebut
dioleskan ke bagian kaki yang bengkak akibat luka.
Biaya pengobatan di fasilitas kesehatan yang masih
dirasakan cukup mahal, dibandingkan dengan tingkat
pendapatan masyarakat Dulupi yang rata-rata adalah petani
jagung dengan masa durasi panen 5 bulan. Mereka masih
merasakan kesulitan terkait dengan kebutuhan ekonomi
keluarga. Jarak Puskesmas masih dirasakan cukup jauh oleh
sebagian warga Dulupi khususnya warga dusun Langge, Sambati,
Huwata. Masyarakat mengeluhkan biaya pengobatan mahal
meskipun mereka telah memiliki kartu Jamkesmas karena
pengeluaran biaya disebabkan harus membayar ongkos
transportasi ke fasilitas kesehatan. Kekhawatiran para pengguna
jasa kesehatan medis terungkap dari cerita informan RA di bawah
ini.
Lebih suka berobat ke dukun dulu baru ke puskes karna
bapak (dukun) baku dekat, kalo ke puskes butuh doi
basewa akang ojek- Rp.10.000 pulang pergi.
262
Gambar 4.14.
Cara Hulango Mengobati Pasiennya
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.15.
Bahan yang Digunakan Hulango untuk Mengobati Pasiennya Termasuk
Penderita TB Paru
Sumber: Dokumentasi Peneliti
264
Gambar 4.16.
Daun Balacai/Jarak Pagar yang Dipakai Penderita TB Paru
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.17.
Daun Polohung/Daun Mayana Dipakai Penderita TB Paru untuk Ramuan
Pengobatannya
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Gambar 4.18.
Daun Pinahong-Binahong yang Ditunjukan oleh Warga.
Sumber: Dokumentasi Peneliti
272
Gambar 4.19.
Pohon Kayu Jawa dan Hasil Parutan Kayu Jawa Lapisan Kedua, Saringan,
Garam dan Campuran Ramuan yang Siap Diminum Penderita TB Paru
Sumber: Dokumentasi Peneliti
Walasaidina
Gambar 4.20.
Pohon Liawao, daun Liawao, dan cara meramun
Sumber: Dokumentasi Peneliti
275
Gambar 4.21.
Pala yang dibakar, dicampurkan dengan , telur ayam kampung, siap
diminum penderita TB Paru.
Sumber: Dokumentasi Peneliti
277
278
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data etnografi aspek sosial budaya
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dapat
digambarkan bahwa masyarakat Desa Dulupi di Kabupaten
Boalemo sebagian besar adalah dari Etnik Gorontalo, dengan
mayoritas (99%) beragama Islam dan religius. Warga memiliki
mata pencaharian utama adalah sebagai petani jagung dan
kelapa, meski ada pula sebagai pedagang dan PNS. Desa Dulupi
dengan luas 41,77 km2 sebagian besar wilayahnya dataran
rendah meski ada yang berbukit, dihuni hampir 4000 orang,
terdiri dari 6 dusun 2 diantaranya (Dusun Langge dan Sambati)
berada dekat areal pegunungan, sedangkan Dusun Teratai,
Huwatta, Batupotong dan Jambura dekat areal pinggiran pantai.
Masyarakat sangat menghormati para ayahanda dan
bunda, yaitu pejabat atau mantan pejabat desa seperti tokoh
adat, agama, camat, kepala desa, kepala dusun. Masyarakat
Desa Dulupi menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam tetapi
tetap melaksanakan tradisi leluhur. Tradisi turun temurun warga
Dulupi Gorontalo sampai saat ini masih dipegang oleh sebagian warga
Dulupi adalah Huyula, yaitu kerjasama atau system gotong royong
antar sesame warga; Molubingo (sunat/khitan bagi anak /bayi
perempuan), Beati (adat untuk anak gadis baru menjelang haid),
Sadakah (pemberian berupa uang pada tamu yang datang khususnya
ayahanda dan bunda), Mopolihu lo limu (adat mandi lemon) dilakukan
279
pada ibu yang baru pertama hamil dan bayi perempuan setelah di
sunat/khitan).
280
282
283
284
INDEKS
A
adat istiadat 49, 81
air bersih 38, 157, 158, 159,
237
analogi 10
Angka Kematian Bayi 2
angkutan 30
ASI 140, 141, 143, 144, 145,
160, 280, 298
aspek fisik 9, 88
aspek non-fisik 9
Ayahanda 27, 72, 75, 83, 84,
295
B
BAB 1, 2, 17, 34, 35, 36, 110,
115, 152, 153, 154, 155, 156,
159, 201, 213, 214, 232, 237,
279, 280
balita 1, 3, 4, 142, 144, 145,
146, 147, 148, 149, 150, 151,
179, 188
budaya 3, 7, 8, 9, 11, 13, 14,
29, 33, 39, 42, 48, 49, 55, 61,
63, 86, 94, 129, 165, 172,
179, 228, 241, 267, 279
Bunda 27
E
etnografi 6, 12, 13, 14, 279
F
fasilitas 2, 10, 11, 38, 89, 119,
126, 128, 129, 130, 136, 137,
157, 163, 167, 173, 174, 175,
183, 189, 191, 199, 209, 213,
223, 239, 249, 251, 257, 260,
261, 280, 281, 283
fenomena 8, 14
285
H
hamil 6, 13, 49, 59, 63, 68, 69,
115, 117, 118, 119, 121, 122,
123, 124, 125, 126, 127, 128,
129, 130, 131, 132, 133, 134,
135, 136, 138, 139, 142, 146,
150, 179, 187, 195, 280, 295
hipertensi 89, 91, 107
Hulango 135, 280, 281
Huyula 78, 80, 165, 166, 167,
279
I
infeksi 4, 146, 198, 217, 218,
220, 226, 227, 232
IPKM 3, 12
J
jaminan kesehatan 173, 174,
175
Jamkesda 174
Jamkesmas 131, 174, 260
Jampersal 131
K
kandungan 68, 115, 117, 118,
120, 121, 141, 142, 272, 280,
295
kawasan 22, 26, 27
kebiasaan 7, 14, 22, 23, 34,
35, 37, 48, 52, 61, 74, 84, 89,
90, 91, 119, 144, 148, 151,
152, 154, 160, 161, 166, 173,
178, 181, 185, 190, 213, 214,
225, 227, 232, 233, 236, 237,
246, 260, 261
286
kebijakan 6, 10, 11
kebudayaan 8, 9, 10, 12, 20,
33, 39, 78, 84
kebudayaan. 12
kehamilan 6, 68, 117, 118,
119, 120, 121, 126, 127, 128,
129, 135, 280, 295
kehormatan 116
kelahiran 2, 3, 4, 117, 208,
236
keluarga berencana 138
kematian 1, 2, 3, 4, 11, 70, 71,
72, 75, 78, 129, 138, 145,
166, 173, 179, 180, 187, 189,
232, 248, 297
kepadatan pendududuk 24
kepala desa 14, 19, 46, 65, 68,
72, 75, 82, 83, 110, 131, 205,
279, 301
kepercayaan 7, 8, 10, 11, 12,
18, 22, 38, 61, 62, 68, 69, 84,
86, 119, 127, 134, 135, 169,
171, 214, 228, 259, 260, 265,
281, 298
kerabat 36, 42, 43, 68, 74, 76,
79, 92, 218, 219, 231
kerja bakti 21, 53, 78
kesehatan 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 37, 41, 54,
82, 84, 86, 88, 89, 90, 91, 97,
115, 118, 119, 121, 126, 127,
128, 129, 130, 131, 134, 135,
136, 137, 138, 140, 141, 145,
149, 150, 151, 152, 157, 160,
161, 163, 165, 166, 167, 168,
M
makanan 7, 45, 50, 52, 54, 78,
79, 80, 85, 88, 89, 90, 91, 98,
108, 119, 141, 142, 143, 144,
145, 166, 208, 227, 237, 238,
254, 280, 301
malaria 164, 165, 169, 173,
179, 180, 181, 182, 183, 184,
185, 186, 187, 242, 281, 283
masa hamil 115
P
pantangan 7, 63, 118, 171,
256
pelayanan 8, 11, 89, 91, 127,
129, 130, 134, 135, 136, 138,
150, 173, 174, 175, 189, 191,
192, 193, 194, 195, 196, 197,
198, 199, 206, 239, 260, 281,
283
pemahaman 7, 20, 60, 72,
119, 162, 246
pemangku adat 48, 75, 76, 81,
92
pemekaran 23, 24
pemeriksaan 10, 68, 119, 120,
126, 127, 128, 129, 133, 135,
138, 149, 180, 182, 183, 185,
201, 202, 203, 205, 208, 210,
287
R
ramuan 56, 60, 123, 137, 141,
178, 237, 238, 256, 259, 262,
264, 266, 268, 272, 274, 275,
276, 281, 282
resitensi 179
risiko 179, 232, 233
S
SDKI 2, 5, 130
sehat-sakit 7, 87
sejarah 7, 12, 17, 19, 20, 21,
22, 33, 55
T
TB Paru 5, 6, 11, 12, 13, 202,
203, 204, 205, 208, 209, 210,
211, 212, 214, 215, 216, 217,
218, 219, 220, 221, 222, 223,
224, 225, 226, 227, 228, 229,
230, 231, 232, 233, 235, 236,
237, 238, 239, 240, 241, 244,
246, 247, 248, 249, 250, 251,
253, 254, 256, 260, 263, 267,
268, 269, 270, 272, 273, 274,
276, 277, 281, 282, 283
tenaga kesehatan 5, 37, 127,
128, 129, 130, 134, 151, 170,
173, 175, 181, 186, 191, 193,
195, 197, 198, 201, 203, 207,
209, 210, 221, 223, 226, 235,
238, 248, 251, 262, 283
289
290
GLOSARIUM
Adati molubingo
: Berlendir
: Berkeringat
: Sebutan bagi tetuah adat
setempat
: Untuk menghindari
gangguan setan
: Becak motor
: Adik perempuan ibu
291
Bohito
Buhuta wawu
walama
Buruda surunani
Bajoe
Baki
Banthayo
Beati
Bele seni
Bhinte
Bilinthi
Bindolo
Bolo
Butolo
Dayango
Dikili
Dutula
Dabu-dabu
Dadata alao
Daun bindalo
292
Daun polohungo
Duito
Embedu
Gonopu
Goraka
Got
Haulalahe
Hehuhu lolio
Huilou
mopotilantahu
Hutungo
Hileiya
Hui lo tolohui
Huidaa
Huidu
Hulango
Hulude
Ilengi
Ilohulo alibumbu
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Jergen
Jo
Kaccapi, jambrah/
dana, dan saronde
Kain lap
Kakek
Kayu palangi
Kikio
Koala/ dutula
Kuning/alawahu
Kurangi monga
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Daun mayana/miana
Takut
Batuk
Sabut kelapa
Jahe
Selokan- saluran air
Daun enau kering
Demam
Malam
perjodohan/pertunangan
Kusta
Acara pada saat kematian
Hari yang ketiga
Malam hari
Gunung
Dukun bayi atau beranak
Jembatan
Kebun atau lahan pertanian
Pelindung plasenta
(dodomi supaya cept keluar
berupa lumpur)
Jerigen, galon
Ya
Macam-macam tarian
tradisional Gorontalo
Serbet
Opa
Kayu obat saat ritual tubolo
Kecil
Sungai
Kunyit
Kurang makan
293
Kambungu
Kodhi
: Kampung
: Mengepalai golongan
agama
Kolombengi
: Kue tradisional berbahan
tepung
Lemon
: Jeruk nipis
Lisung
: Alat tumbu rempah
Lowanga
: Hari di mana setan
berkeliaran atau hari tidak
baik
Limu tutu
: Jeruk nipis
Liyo
: Dia
Maloluli
: Suatu keadaan di mana
seseorang berada dalam
fase bebas dari sakit yang
dialaminya
Malubo
: Permisi kepada pemimpin
Mamoambua
: Bersatu/berkumpul
Menete/minum
: Memberikan ASI kepada
toto
anak
Mesin lotor
: Mesin perontok jagung
Milu
: Jagung
Mojanjia
patao : Membuat janji, sehabis itu
ma monao samapergi bersama-sama
sama timongolio
Molalahu
: Badan menurun
ilanggango
Molile huwali
: Di tarikan di depan
pelaminan yang bermakna
sebagai alat penangkis
segala godaan selama
mengarungi bahtera rumah
294
Momohudu
Mongambu
manusia
Mopatu
Mopoolipa
dodomi
:
:
Mosanangi
Motuhelo
:
:
Motuo lo duhu
Manggata
Manggiti
Maso
Melito
Modaha wawalo
hulande
:
:
:
:
:
:
Mohile didi
Mohuyula
Monguwatio
Mopolihu
Ngopee
Nanalio
:
:
:
:
:
:
tangga
Menaburkan benih atau
bibit jagung
Mengumpulkan
masyarakat disalah satu
tempat yakni di
perempatan jalan desa
yang sekarang telah
didirikan tugu
Panas
Melancarkan keluarnya
placenta dari rahim ibu
saat melahirkan
Perasaan senang
Bercocok tanam/ bertanam
jagung
Muntah darah
Rumput
Tanaman obat tradisional
Masuk
Jahe
Menjaga kepercayaan
leluhur didalam rumah
dalam bentuk rempah alam
Meminta hujan
Bekerjasama
Berteriak
Memandikan
Kemari/dekat
Sebutan khusus bagi orang
tua yang berada dalam
satu rumpun keluarga
295
Nenek
Ngalaa
Opo-opo
Oayuwa
Ombulo
:
:
:
:
:
Pajeko/popadeo
Paman
Pasunggi
:
Pece/latao
:
Penyakit bantahan :
Pici-pici
Pilitode
Polopalo
:
:
:
Ponggo
Patoa bandera
:
:
Pitate
Pobotula
Polutube
:
:
:
Rica/malita
Rumbia
:
:
Sadakah
296
Oma
Keluarga inti
Guna-guna/santet
Hutan belantara
Gemuk-lemak dalam di
perut
Alat pertanian yang
digunakan untuk membajak
sawah
Om, adik laki-laki ayah atau
ibu
Parutan kelapa
Lumpur hitam
Penyakit ibu setelah
melahirkan
Pijat-pijat
Makanan bersantan
Alat musik tradisional
Gorontalo
Manusia jadi-jadian
Sebutan masyarakat
setempat tentang gunung
bendera
Anyaman dari bambu
Naik/menaiki
Tempat pembakar
tradisional yang digunakan
dalam doa
Cabe
Atap terbuat dari daun
kelapa
Sedekah berupa uang
Sukade
Sumala
Sarampa
Sebe
Sinoman
Tagahu
Tamotota
Tembedu oonuwa
Terengi
Tidi lo polopalo
Timbulungo
Toduollo
motihuloo
Tu tua
Tuangolipu
Tungku api
Tunuhu
Tahuuwo
Talenga
Tewonduwo
Tibunda
Tiloponu
:
:
:
:
:
Tinggabu
Tohe butulu
Tolangga
:
:
:
Tolobalango
Towohu
Toyopo
:
:
:
Tunalio
Tunggudu
Tutulu
Utolia botulo
:
:
:
Utolia wolato
Ungalaa
Walima
:
:
Watopo
Wombohe
Wato
:
:
:
298
DAFTAR PUSTAKA
Penanggulangan
299
Kabupaten
Boalemo.
300
302