Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Waktu Kerja
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (1992), pengukuran waktu adalah metode
penetapan keseimbangan antara jalur manusia yang dikonstribusikan dengan unit output
yang dihasilkan. Pengukuran waktu akan selalu berhubungan dengan usaha-usaha untuk
menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
Kegunaan Tujuan Pengukuran Waktu adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja (man power planning).
2. Estimasi biaya-biaya untuk upah pekerja.
3. Penjadwalan produksi.
4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan insentif bagi pekerja yang berprestasi.
5. Indikasi output yang mampu dihasilkan oleh seorang operator.
Teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi 2 (Wignjosoebroto, 1995):

Pengukuran secara langsung maksudnya adalah pengukuran dilakukan di tempat dimana


pengukuran tersebut dilaksanakan seperti cara jam berhenti dan sampling pekerjaan.
Contohnya: Pengukuran jam henti (stop watch time study) dan pengukuran Work
sampling.

Pengukuran tidak langsung yaitu dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan.
Cara tersebut dilakukan dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui
jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau gerakan seperti data waktu
baku atau data waktu gerakan. Contohnya: data waktu baku (standar data) dan Data
waktu gerakan.

2.1.1 Pengukuran Kerja Langsung


Pengukuran Waktu Kerja Langsung ini merupakan pengukuran waktu kerja yang
dilakukan langsung di tempat dimana pekerjaaan itu dilaksanakan pada saat itu juga.
Pengukuran Waktu Kerja Langusng dibagi menjadi 2 yaitu Pengukuran Waktu dengan Jam
Henti (Stop Watch Time Study) dan Sampling Pekerjaan (Work Sampling) (Wignjosoebroto,
1995).
1. Pengukuran dengan metode Stopwatch time study
Metode ini pertama kali dikemukakan oleh Frederick W. Taylor pada abad ke-19, sesuai
digunakan untuk pengukuran pekerjaan yang berlangsung singkat serta berulang-ulang
(repetitive). Dari hasil pengukurannya didapatkan waktu baku/standar dari pekerja
tersebut dalam melakukan satu kali pekerjaannya. Langkah-langkah dalam pengukuran
waktu kerja dengan SWTS ini adalah sebagai berikut:
-

Definisikan pekerjaan, maksud dan tujuan dari pengukuran kepada pekerja yang
dipilih.

Lakukan pencatatan informasi yang berkaitan dengan penyelesaian elemen kerja


tersebut.

Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah
siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak? Test pula
keseragaman data yang dperoleh.

Tentukan waktu kerja normal berdasarkan penyesuaian waktu pengamatan dengan


performance kerja pekerja. Tetapkan rate of performance dari operator saat
melaksanakan aktifitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of
performance ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yanga ada dan hanya
ditujukan untuk performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh
dilakukan oleh mesin makan performance operatornya dianggap normal (100%).

Tentukan allowance.

Tentukan waktu kerja baku

2. Pengukuran dengan metode sampling kerja (work sampling)


Metode ini dikemukakan oleh L.H.C Tippet seorang sarjana Inggris. Metode sampling
kerja ini berdasarkan hukum probabilitas, sehingga pengamatan suatu objek cukup
dengan mengambil beberapa sample yang diambil secara acak dari populasi yang ada.
Metode ini sesuai digunakan untuk pekerjaan yang bersifat tidak berulang dan memiliki
siklus waktu yang panjang. Work Sampling mempunyai beberapa kegunaan
diantaranya:
-

Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau peralatan kerja.

Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tak langsung

Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.

Untuk mengetahui beban kerja dari pekerjaan tak langsung


Langkah- langkah pengukuran waktu kerja dengan metode work sampling adalah
sebagai berikut :

Lakukan penentuan jumlah sample yang dibutuhkan.

Lakukan uji keseragaman dan kecukupan data.

Tentukan tingkat ketelitian yang dibutuhkan dalam pengamatan.

Lakukan analisa hasil akhir yang bekaitan dengan presentase delay.

Gunakan peta kontrol untuk mengetahui kondisi kondisi kerja yang wajar.

2.1.2

Pengukuran Kerja Tidak Langsung


Pengukuran Waktu Kerja Tidak Langsung merupakan pengukuran kerja yang

dilakukan tidak berada ditempat pengamatan seperti yang ada di pengukuran waktu kerja
langsung. Pengukuran langsung hanya dilakukan sekali yang kemudian waktu yang
dipelukan untuk melakukan elemen-elemen aktivitas itu dicatat dan dibuat suatu daftar
hingga seterusnya dilihat kembali jika ingin melakukan pengukuran sesuai dengan elemen
pekerjaannya. Terdapat 3 macam pengukuran kerja tidak langsung (Wignjosoebroto, 1995):
1. Pengukuran dengan metode standard data

Metode ini biasa digunakan untuk mengukur kerja mesin atau suatu operasi tertentu
saja, dimana data yang diperoleh sama sekali tidak bisa digunakan untuk jenis operasi
lainnya. Oleh karena itu, metode ini khusus diaplikasikan untuk elemen kegiatan
konstan seperti set-up, loading, handling machine dll. Keuntungan dari metode ini
yaitu akan mengurangi aktivitas pengukuran kerja tertentu, mempercepat proses yang
diperlukan untuk penetapan waktu baku yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan. Perhitungan waktu baku dengan metode ini tidak dilakukan dengan
aktivitas time study secara langsung. Melainkan dengan cara perhitungan berdasarkan
rumus rumus yang ada atas elemen pekerjaan tersebut.
2. Pengukuran dengan metode analisa regresi
Digunakan untuk menyederhanakan pengukuran waktu dengan metode standar data.
Hal ini dibutuhkan apabila elemen kerja diukur tidak berupa variabel tertentu.
3. Pengukuran dengan data waktu gerakan (Predetermined Motion)
Pengukuran waktu yang tidak langsung berdasarkan elemen- elemen pekerjaannya,
melainkan berdsarkan elemen- elemen gerakannya. Elemen gerakan timbul dari
gagasan konsep Therbligs yang dikemukakan Frank dan Lilian Gilberth. Menetapkan
waktu baku dengan pengukuran metode ini menggunakan data waktu gerakan yang
terdiri atas sekumpulan data waktu dan prsedur sistematis yang dilakukan dengan
menganalisa dan membagi setiap operasi kerja yang dilakukan secara manual
kedalam gerakan- gerakan kerja, gerakan anggota tubuh. Pengukuran dengan data
waktu gerakan dibagi atas beberapa metode, yaitu:
- Analisa waktu gerakan
- Waktu gerakan baku
- Waktu gerakan dimensi
- Faktor- faktor kerja
- Pengukuran waktu gerakan dasar

2.2
2.2.1

Melakukan Pengukuran Waktu

Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator mesin atau
apapun untuk menyelesaikan satu siklus dari pekerjaan yang dilakukannya termasuk
melakukan pekerjaan yang manual dan sedang berjalan. Atau juga terkadang waktu siklus
ini diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 unit produk , dalam hal
ini ditentukan dari proses yang paling lama (bottleneck), Apakah itu pekerjaan manusia
atau mesin. Waktu siklus merupakan waktu hasil pengamatan secara langsung yang tertera
dalam alat ukur waktu (stop watch). Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemenelemen kerja pada umumnya akan sedikit berbeda dari siklus ke siklus kerja sekalipun
operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform, tiap-tiap elemen dalam siklus yang
berbeda tidak selalu akan bisa diselesaikan dalam waktu yang persis sama. Waktu siklus
dihitung dengan menggunakan rumus (Wignjosoebroto, 1995):

xi
N

................ (1)

Dimana:
Wp = Waktu Siklus
xi = Jumlah nilai waktu pengamatan
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
2.2.2

Performance Rating
Performance rating adalah aktifitas untuk menilai dan
mengevaluasi

kecepatan

operator

untuk

menyelesaikan

produknya.Tujuan dari performance rating adalah untuk menormalkan

waktu kerja yang disebabkan oleh ketidakwajaran.Perancangan sistem


kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif
terbaik.

Pemilihan

alternatif

rancangan

sistem

kerja

ini

harus

berlandaskan 4 kriteria utama, yaitu: kriteria waktu, kriteria fisik, kriteria


psikis,dan kriteria sosiologis. Berdasarkan ke-4 kriteria tersebut suatu
sistem kerja dipandang terbaik jika memberikan waktu penyelesaian
pekerjaan dengan wajar dan normal serta menggunakan tenaga fisik
paling ringan, sehingga memberi dampak psikis dan sosiologis paling
rendah.

Performance

rating

terbagi

menjadi

dua

macam,

yaitu

performance rating subjektif dan objektif.


(Sutalaksana, 1979)
a. Performance rating subjektif (westinghouse)
Sistem penilaian ini dipopulerkan oleh

westinghouse

company pada tahun 1972. Sistem ini memiliki tiga faktor yang
berpengaruh, yaitu skill, effort, condition, dan consistency.
Maisng masing faktor memiliki nilai tersendiri, seperti yang
ditunjukkan tabel di bawah ini:

Gambar 2. 1 Gambar Performance rating subjektif (westinghouse)


(Wignjosoebroto,1995)

b. Perfomance rating objektif


Selain dengan cara subjektif (westinghouse), performance
rating juga dapat ditentukan dengan cara subjektif. Klasifikasi
cara subjektif dijabarkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2. 1 Tabel Performance Rating objektif
Tabel Penyesuaian Tingkat Kesulitan Cara Obyektif
Lamba
Keadaan
Penyesuaian
ng
ANGGOTA BADAN TERPAKAI
Jari
A
0
Pergelangan Tangan dan Jari
B
1
Lengan bawah pergelangan tangan dan jari
C
2
Lengan atas, Lengan bawah
D
5
Badan
E
8
Mengangkat beban dari lantai dengan kaki
E2
10
PEDALKAKI
Tanpa pedal atau satu pedal dengan sumbu
F
0
kaki
Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak di
G
5
bawah kaki
PENGGUNAAN TANGAN
Kedua tangan saling bantu atau bergantian
H
0
Kedua tangan mengerjakan gerakan yang
H2
18
sama,waktu yang sama
Lanjutan Tabel 2.1 Tabel Performance Rating objektif
KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN
Sangat sedikit
Cukup Dekat
Konstan dan Dekat
Sangat dekat
Lebih Kecil Dari 0,04
PERALATAN
Dapat ditangan dengan mudah
Dengan sedikit Kontrol
Perlu kontrol dan penekanan

I
J
K
L
M

0
2
4
7
10

N
O
P

0
1
2

Perlu penanganan hati-hati


Mudah pecah atau patah

Q
R

BERAT BEBAN(Kg)
0,45
0,9
1,35
1,8
2,25
2,7
3,15
3,6
4,05
4,5
4,95
5,4
5,85
6,3

B-1
B-2
B-3
B-4
B-5
B-6
B-7
B-8
B-9
B-10
B-11
B-12
B-13
B-14

3
5
Tanga
n
2
5
6
10
13
15
17
19
20
22
24
25
27
28

Kaki
1
1
1
1
3
3
4
5
6
7
8
9
10
10

2.2.3 Waktu Normal


Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan faktor
penyesuaian , yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan faktor penyesuaian. Waktu
normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang
operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada tempo kerja
yang normal. Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan rating
performance kerja operator adalah didasarkan pada satu factor tunggal yaitu operator speed,
space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai performance Rating/speed Rating). Rating
Faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase persentase(%) atau angka decimal
,Dimana Performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang
diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan kerja operator yang berubah-

ubah. Untuk maksud ini , maka waktu normal dapat diperoleh dari rumus berikut
(Wignjosoebroto, 2000):
Waktu Normal=Waktu Pengamatan

Rating factor
100

...............(2)

2.2.4 Waktu Baku


Waktu baku (waktu standar) adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap part harus
dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau untuk
factor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun jangka waktu penggunaannya waktu
standard ada batasnya. Atau bisa dikatakan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan
atau menyelesaikan suatu aktivitas atau pekerjaan oleh tenaga kerja yang wajar pada situasi
dan kondisi yang normal sehingga didapatkan waktu baku atau waktu standar secara umum
(Sutalaksana, 1979).
Standard Time = Normal Time + (Normal Time x % Allowance).........(3)

.............(4)
2.2.5 Allowance
Allowance adalah kelonggaran berupa waktu yang diberikan kepada operator saat
bekerja diluar waktu normal. Untuk menghitung waktu baku maka diperlukan
nilai allowance (kelonggaran) yang didapatkan dari jumlah waktu yang digunakan pekerja
untuk pemenuhan kebutuhan pribadinya di sela-sela waktu bekerja pekerja tersebut
menyelesaikan pekerjaannya di luar jam istirahat para pekerja. Ada 4 macam allowance
yaitu (Wignjosoebroto, 2000):

Personal Allowance merupakan waktu longgar yang diberikan secara personal


kepada masing masing tenaga kerja yang lebih bersifat ke kebutuhan pribadi,

seperti mereka tiba tiba ada urusan untuk menelepon keluarganya dan hal hal lain
yang lebih bersifat pribadi.

Fatigue Allowance adalah waktu longgar yang diberikan kepada tenaga kerja yang
dipakai sebagai waktu istirahat atau waktu untuk melepas lelah baik lelah secara
mental maupun secara fisik

Delay Allowance adalah waktu longgar yang diberikan pada keterlambatan


keterlambatan yang dapat dihindari maupun tidak dapat dihindari.

2.3 Gerakan Fundamental (Therblig)


Frank dan Lilian Gilberth telah berhasil menciptakan simbol/kode dari gerakangerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama Therbligh yang berguna untuk
mempermudah penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yang akan dipelajari. Disini
diuraikan gerakan-gerakan dasar kerja ke dalam 17 gerakan dasar Therbligh. Dimana 17
gerakan dasar adalah sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2000):
1. Mencari (search). Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar pegawai untuk
menemukan lokasi objek, menggunakan mata.
2. Memilih (select). Gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur
menggunakan tangan dan mata, baru berhenti bila objek sudah ditemukan.
3. Memegang (graps). Gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului dengan
gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa.
4. Reach (menjangkau). Gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan
mendekati maupun menjauhi objek.
5. Membawa (move). Gerakan berpindah tangan dimana tangan dalam keadaan dibebani
6. Memegang untuk memakai (hold) adalah memegang tanpa menggerakan objek yang
sedang dipegang.
7. Melepas (release).Terjadi ketika pegawai melepaskan objek yang dipegangnya.
Berawal dari pegawai mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila
seluruh jarinya tidak menyentuh objek lagi.

8. Mengarahkan (position). Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan
merakit (assembling). Misalnya memutar, menggeser ketempat yang diinginkan dan
berakhir pada saat objek sudah dirakit atau mulai dipakai.
9. Mengarahkan sementara (preposition). Elemen gerak menuju pada tempat sementara.
Tujuan mengarahkan sementara adalah memudahkan pemegangan apabila objek akan
dipakai kembali.
10. Pemeriksaan (inspect) . Pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek
telah memenuhi syarat tertentu atau belum.
11. Perakitan (assamble). Gerakan untuk menghubungkan satu objek dengan objek lain
sehingga menjadi satu kesatuan.
12. Lepas rakit (dissamble) . Dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan.
13. Memakai (use). Bila satu tangan atau kedua tangan digunkan untuk menggunakan alat.
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (un avoidable delay). Kelambatan disini
maksudnya adalah kelambatan yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pegawai.
15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay). Disebabkan oleh hal-hal yang
ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pegawai baik disengaja maupun tidak.
16. Merencana (plan). Merupakan proses mental dimana operator berfikir untuk
menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (rest to overcome fatique). Terjadi pada setiap
siklus kerja tetapi secara periodic waktu untuk memulihkan kembali kondisi badan dari
rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya
tetapi juga karena pegawainya.

Gambar 2. 2 Simbol-Simbol Elemen Gerakan Therblig

2.4 Prinsip - Prinsip Ekonomi Gerakan


Didalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja untuk memperoleh metode
kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsipprinsip ekonomi gerakan
(the principles of motion economy) yang dapat menganalisa gerakangerakan kerja
setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatankegiatan
kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang
lainnya.
Prinsip ekonomi gerakan dapat dikelompokkan menjadi 3 :

Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan badan/anggota tubuh


manusia.

Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja langsung


Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang
digunakan.
Ekonomi gerakan adalah analisis yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian

badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat memungkinkan


dilakukannya gerakangerakan yang ekonomis. Ekonomi gerakan sangat berhubungan erat
dengan studi gerakan yang merupakan analisa yang dilakukan pada bagianbagian badan
pekerja dengan harapan agar gerakangerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau juga
dihilangkan agar diperoleh penghematan dalam hal waktu kerja dan menghemat pemakaian
fasislitas fasilitas yang tersedia dari segi ekonomisnya.
(Andhika Adityasurya Aryoko, ST., MT.)
2.5 Peta Kerja
2.5.1 Pengertian Peta Kerja
Peta kerja adalah alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses
kerja dari tahap awal sampai akhir. Melalui peta proses ini kita dapat memperoleh
informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja. Informasi yang
didapat dari peta kerja misalnya bahan baku, rancangan benda kerja, tahapan produksi,
waktu produksi, mesin yang akan digunakan dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2000).
Pada saat sekarang ini, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan 40
buah lambang yang bisa dipakai, kemudian pada tahun berikutnya jumlah lambanglambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya tinggal 4 macam, yaitu (Wignjosoebroto,
2000):
Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik
sifat fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada
suatu keadaan juga termasuk informasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling

banyak terjadi dalam suatu proses. Dan bisanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun
kerja, contohnya : pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut, pekerjaan mengeraskan
logam, pekerjaan merakit. Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk
menyatakan aktifitas administrasi, misalnya : aktifitas perencanaan atau perhitungan.
Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami
pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun segi kuantitas. Lambang ini digunakan
jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan objek
tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan ke arah
menjadi suatu barang jadi, contoh-contohnya : mengukur Dimensi, memeriksa warna
benda, membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap
Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan
mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi.
Contoh : benda kerja diangkut dari mesin bubut ke tempat mesin skerap untuk
mengalami operasi berikutnya, suatu objek dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas
lewat elevator.

Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau perlengkapan tidak
mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar). Kejadian ini
menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai
diperlukan kembali. Contoh :objek menunggu untuk diproses atau diperiksa, peti
menunggu untuk dibongkar, bahan menunggu untuk diangkut ketempat lain
Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu
yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya memerlukan
suatu perijinan tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang
mengalami penyimpanan permanan, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran
tanpa izin tertentu dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan
menunggu dan penyimpan, contoh : dokumen-dokumen / catatan-catatan disimpan
dalam brankas, bahan baku disimpan dalam gudang
Selain kelima lambang diatas, kita bisa menggunakan lambang lain apabila merasa
perlu untuk mencatat suatu aktifitas yang memang terjadi selama proses berlangsung
dan tidak terungkapkan oleh lambang-lambang tadi. Lambang tersebut adalah :
Aktivitas gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan
secara bersama atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

2.5.2 Peta Kerja Menyeluruh


Peta kerja keseluruhan adalah peta kerja yang menganalisis kondisi kerja pada
seluruh area lantai produksi di suatu perusahaan. Macam-macam peta kerja menyeluruh
adalah (Wignjosoebroto, 2000):
1. Peta Proses Operasi
Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai urutan-urutan operasi
dan pemeriksaan dari tahap awal sampai menjadi produk jadi atau komponen, dan
memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisis lebih lanjut seperti
waktu, material, tempat, alat, dan mesin yang digunakan. Informasi-informasi yang
diperoleh dari peta proses operasi memiliki beberapa manfaat antara lain:
a. Mengetahui kebutuhan terhadap mesin dan anggarannya.
b. Memperkirakan kebutuhan terhadap bahan baku dengan memperhitungkan
efisiensi tiap operasi dan pemeriksaan.

c. Menentukan tata letak pabrik.


d. Melakukan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan.
e. Melatih cara kerja.

Gambar 2. 3 Peta Proses Operasi

2. Peta Produk Proses Banyak


Peta kerja ini digunakan untuk menganalisis aliran process dari berbagai macam atau
banyak produk yang menggunakan mesin proses yang sama tapi dengan urutan proses
yang berbeda beda. Tata letak fasilitas dikelompokkan menurut jenis proses (Process
lay-out).

Gambar 2. 4 Multi Product Process Chart

3. FPC Flow Process Chart (Peta Aliran Proses)


Peta aliran proses digunakan untuk mengamati secara lebih lengkap dan rinci setiap
komponen pembentuk suatu produk. Peta ini memuat informasi mengenai urut-urutan
operasi; pemeriksaan; transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi pada suatu
proses berlangsung. Disamping itu juga memuat informasi mengenai waktu yang
dibutuhkan untuk selang jarak perpindahan. Perbedaan utama dengan peta proses
operasi adalah bahwa peta aliran proses memuat seluruh kegiatan/aktivitas dasar, serta
dapat digunakan untuk menganalisis setiap komponen secara lebih lengkap. Artinya peta
ini tidak dapat digunakan untuk menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan.
Kegunaanya yaitu :

Mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu
proses sampai aktivitas terakhir.

Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses

Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama
proses berlangsung.

Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.

2.5.3 Peta Kerja Setempat


Peta kerja setempat adalah peta kerja yang digunakan untuk menganalisa dari tiaptiap stasiun kerja. Berikut adalah jenis-jenis dari peta kerja setempat (Wignjosoebroto,
2000):
1. Man Machine Process Chart (Peta Kerja dan Mesin)
Peta pekerja dan mesin merupakan peta yang menggambarkan koordinasi antara
waktu bekerja dan waktu menganggur dari interaksi antara pekerja dan mesin. Peta
ini merupakan alat yang baik untuk dipakai dalam mengurangi waktu menganggur.
Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin adalah
hubungan yang jelas antara waktu kerja operator (pekerja) dan waktu kerja mesin
yang ditangani. Terdapat hubungan kerja yang mungkin antara pekerja dan mesin,
yaitu:

Operator bekerja mesin menganggur (idle)

Operator menganggur mesin bekerja

Operator bekerja mesin bekerja

Operator menganggur mesin menganggur

Peta kerja digunakan untuk:

Untuk menganalisa keseimbangan waktu kerja antara kerja manusia (operator)


dan kerja mesin

Disebut juga string diagram

Berguna untuk menentukan beban operator/menghitung jumlah mesin yang dapat


dilayani tiap operator dan menentukan strategi pengupahan.

Gambar 2. 5 Peta Pekerja dan Mesin

2. Peta Kelompok Kerja (Gang Process Chart)


Peta ini menunjukkan hubungan antara siklus menganggur dan siklus waktu operasi dari
mesin atau proses dan waktu menganggur serta waktu kerja persiklus dari pekerja-

pekerja yang akan melayani mesin atau proses tersebut. Tujuan utama yang harus
dianalisa dari kelompok kerja adalah dapat meminimumkan waktu menunggu berarti
kita dapat mencapai tujuan lain yang lebih nyata seperti mengurangi ongkos proses atau
mempercepat waktu penyelesaian proses.

Gambar 2. 6 Peta Kelompok Kerja

3. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


Peta ini menggambarkan semua gerakan pada saat bekerja dan waktu menganggur yang
dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara
tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu
pekerjaan. Melalui peta ini, dapat dilihat semua operasi secara cukup lengkap, yang
berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut. Peta ini sangat praktis untuk
memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana tiap siklus dari pekerjaan terjadi dengan

cepat dan terus berulang. Itulah sebabnya, dengan menggunakan peta ini dapat dilihat
adanya pola gerakan yang tidak efisien, dan dapat dilihat adanya pelanggaran terhadap
prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat pekerjaan manual tersebut
berlangsung. Peta kerja tangan kiri tangan kanan ini bertujuan untuk menganalisa
pergerakan tangan agar mendapatkan suatu bekerja yang maksimal dalam melakukan
pekerjaan.

Gambar 2. 7 Peta Tangan Kiri danTangan Kanan

(Luthan & Syafriandi, 2006)

2.6 Presedence Diagram


Presedence diagram atau disebut juga diagram pendahulu adalah suatu gambaran
yang menggambarkan urutan urutan pekerjaan dengan memperlihatkan keseluruhan dan
keterkaitan antara masing masing operasi kerja dimana operasi tertentu tidak dapat
terlaksana apabila operasi kerja yang mendahuluinya dikerjakan terlebih dahulu. Ciri-ciri
dari diagram ini adalah sebagai berikut (Luthan & Syafriandi, 2006):
-

Aktivitas divisualisasikan sebagai node, lingkaran atau kotak.

Anak panah penghubung tidak memiliki durasi, sehingga tidak memerlukan aktivitas
dummy.

Anak panah dari satu node ke node yang lain menunjukkan hubungan ketergantungan
dan urutan aktivitas-aktivitas tersebut.

Beberapa simbol yang dipakai dalam precedence diagram adalah sebagai berikut:
a. Simbol lingkaran / elemen : suatu proses operasi dimana huruf atau nomor di dalam
lingkaran untuk mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi. Simbol ini
merupakan suatu lingkaran yang memberikan identitas terhadap suatu aktvitas produksi
dengan mencantumkan nomor kegiatan elemen di
dalam lingkaran tersebut.

Gambar 2. 8 Simbol dalam Presedence Diagram

b. Tanda panah / Hubungan antar simbol : menandakan ketergantungan dan urutan proses
operasi, dimana operasi yang ada di pangkal panah berarti mendahului operasi kerja
yang ada pada ujung anak panah.
c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap proses operasi.

Gambar 2. 9 Waktu dalam Presedence Diagram

Terdapat dua buah bentuk hubungan didalam pembuatan diagram precedence ini :

Ordered relationship
Menunjukan adanya ketergantungan aktivitas kerja. Bila untuk memulai suatu kegiatan
harus menunggu kegiatan lain selesai

Gambar 2. 10 Ordered relationship Presedence Diagram

Unordered relationship
Menggambarkan dua buah kegiatan atau untuk memulai suatu kegiatan tidak perlu
menunggu kegiatan lain selesai dan kegiatan mulai.

Gambar 2. 11 Unodered relationship Presedence Diagram

Contoh Presendence Diagram

Gambar 2. 12 Contoh Presedence Diagram

Precedence diagram menggambarkan hubungan antara dua atau lebih aktivitas dalam
suatu network. Terdapat dua jenis representasi proyek dalam jaringan, yaitu event-on-node
dan activity-on-node. Precedence diagram merupakan salah satu bentuk dari activityon-node.
Sebagai contoh (lihat Gambar), aktivitas 1 mendahului aktivitas 2, artinya
aktivitas 1 harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum aktivitas 2 dimulai; aktivitas 2
mendahului aktivitas 3 dan 4, aktivitas 5 dikerjakan setelah aktivitas 3 selesai,
sedangkan aktivitas 7 hanya bisa dimulai setelah aktivitas 4, 5, dan 6 selesai
dikerjakan.
Contoh

aktivitas

ialah

penggabungan

dua

part.

Misalnya,

node 2

berisi

penggabungan part 1 dan 2. Untuk node 3 bisa berisi hasil penggabungan di node 2
dengan part 3. Untuk node 4 berisi hasil penggabungan node 2 dengan part 4.
2.7 Assembly Diagram
Assembly chart merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antar komponen
yang saling tersusun untuk membentuk sebuah produk assembly keseluruhan. Diagram ini
bertujuan untuk memperlihatkan urutan perakitan suatu produk dan memperlihatkan
susunan part yang ada dalam produk tersebut. Peta rakitan ( assembly chart) menunjukkan
cara yang mudah dipahami tentang :
a. Komponen-komponen yang membentuk produk
b. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama
c. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian

d. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan


e. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian
f. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan bagian tidak selalu harus
menunjukkan lintasan stasiun kerja, lintasan rakitan, atau lintasan orang, tetapi benar-benar
hanya menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Tujuan dari peta rakitan
terutama untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan
oleh sebuah gambar-terurai. Selain itu, juga dapat digunakan untuk mengajar pekerja
yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit.
Adapun aturan-aturan pemberian lingkaran dalam assembly chart sebagai bentuk
standar pengerjaan dari Assembly chart adalah (Apple, 1990):
1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran
berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut.
2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6
mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen,
jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut.
3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri
dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus
ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm.
4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan
garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang
menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada
langkah 2 dan langlah 3.
5. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah
tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika
perlu), komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah
bagian sub assembly.

Gambar 2. 8 Contoh Assembly Chart

2.8 Bill of Material


Bill of material (BOM) adalah suatu struktur dimana semua komponen yang
digunakan untuk memproduksi suatu produk yang sesuai dengan Master Production
Scheduling. Bill of material merupakan suatu daftar dari bahan baku, material atau

komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir. Bill Of
Material (BOM) adalah langkah atau struktur dimana bagaimana setiap komponen
komponen dapat bergabung menjadi suatu produk dengan proses manufaktur. Setiap
komponen memiliki tahapan yang diolah menjadi subassemblies lalu assemblies dan
menjadi finish product. Level Bill Of Material ada dua yakni :
-

Single level BOM : struktur yang menunjukkan hubungan dari sebuah produk utuh /
induk pada satu level komponen komponen pembentukanya.

Multi level BOM : struktur yang menggambarkan hubungan lengkap dari produk pada
level awal hingga level paling bawah.

Definisi lain mengenai Bill of Matrial (BOM) adalah salah satu dokumen yang paling
sering digunakan dalam perusahaan manufaktur. Beberapa kegunaan dari BOM menurut
Tony A.J.R adalah sebagai berikut:
1. Definisi produk
Menspesifikasi komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membuat produk.
2. Pengendalian teknik perubahan
Karyawan yang merancang produk terkadang merubah rancangan produk dan
komponen-komponen yang digunakan. Perubahan ini harus dicatat dan dikendalikan.
BOM menyediakan metode untuk melakukan hal ini.
3. Service parts
Bagian pengganti yang dibutuhkan untuk memperbaiki komponen yang rusak ditetapkan
dalam BOM.

4. Perencanaan
BOM menentukan jadwal bahan material yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
akhir. BOM menentukan apakah komponen harus dibeli atau dibuat untuk memenuhi
jadwal produksi.
5. Order entry
Ketika sebuah produk memiliki banyak pilihan (seperti mobil), sistem order entry sering
mengkonfigurasi BOM produk akhir. BOM juga dapat digunakan untuk menentukan
harga produk.
6. Manufacturing
BOM menyediakan daftar bagian-bagian yang dibutuhkan untuk membuat atau merakit
sebuah produk.
7. Pembiayaan

Harga produk seringkali dirincikan ke dalam direct material, direct labor, dan overhead.
BOM tidak hanya menyediakan metode untuk menentukan direct material akan tetapi
juga sebuah struktur untuk mencatat direct labor dan juga penyebaran overhead.

Gambar 2. 9 Contoh Struktur Produk


Tabel 2. 2 Contoh Format Tabel Bill of Material (BOM)

Bill Of Material memiliki beberapa jenis yakni (Gaspersz, 2002) :


-

Explosion : struktur / urutan BOM yang diawali dari produk jadi hingga pada
komponen komponen pembentuk produk tersebut dengan menunjukkan
komponen pembentuk yang paling penting yakni dari tingkat atas hingga tingkat
bawah.

Gambar 2. 10 Explosion Bill of Material

Implosion : struktur / urutan BOM yang diawali dari komponen komponen


pembentuk hingga pada produk jadi. Jenis BOM ini juga dapat mengetahui part
number hingga menjadi komponen dari produk dan biasa digunakan untuk mengetahui
pengaruh perubahan rancangan komponen pada produk utuhnya.

Gambar 2. 11 Implosion Bill of Material

Anda mungkin juga menyukai