Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
bersepakat menambah kewenangan BPOM. Satu kewenangan BPOM yang
ditambah adalah lembaga ini bisa mengawasi rumah sakit, apotek, dan puskesmas. Menurut Bapak Arustiono selaku Direktur Pengawasan Distribusi Obat BPOM mengatakan, penambahan kewenangan itu akan diawali dengan revisi tiga peraturan menteri kesehatan terkait pengawasan obat. Dimana hal tersebut sudah dirapatkan dan disepakati bahwa nantinya BPOM akan memiliki akses untuk mengawasi di rumah sakit melalui revisi permenkes tersebut. Kesepakatan tersebut telah di bahas pada bulan Juli 2016. Dimana pada hasil pembahasan memutuskan bahwa, nanti yang mengawasi rumah sakit, apotek, dan puskesmas adalah Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten dan kota dan ditambah dengan BPOM. Permenkes yang dimaksud adalah, Permenkes Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Permenkes Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Apotek, serta Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Pada ketiga aturan yang berlaku sejak 2014 itu, tidak tercantum BPOM sebagai pengawas. Selama ini, lembaga yang bertugas untuk membina dan mengawasi rumah sakit, apotek, dan puskesmas adalah Menteri Kesehatan, kepala dinas kesehatan provinsi, serta kepala dinas kesehatan kabupaten dan kota yang melibatkan organisasi profesi. Tapi dengan revisi permenkes tersebut, BPOM akan ikut mengawasi rumah sakit. Hal ini disambut baik oleh bapak Bapak Arustiono selaku Direktur Pengawasan Distribusi Obat BPOM, menurut beliau selama ini BPOM lebih bekerja dalam hal administrasi. Ia berujar, ketika vaksin impor sampai ke Indonesia, bea cukai biasanya mengabari BPOM. Lalu BPOM menguji vaksin di setiap batch vaksin impor sebelum diberi izin edar ke masyarakat. Hal ini untuk memastikan kualitas vaksin tidak berubah selama perjalanan dari daerah produksinya seperti Amerika hingga sampai di Indonesia. Selain itu BPOM juga menguji fasilitas penyimpanan yang wajib dimiliki distributor dalam negeri. Tujuannya, untuk memastikan kualitas vaksin dalam
keadaan baik selama disebarkan ke masyarakat. Menurut bapak Arustiono vaksin
impor adalah target utama para penjahat vaksin palsu. Mereka mengoplos vaksin asli dan membaginya ke dalam ampul-ampul bekas yang dibuang oknum rumah sakit selaku pengguna vaksin. Saat ini pola pemalsuan sudah lebih canggih dari cara terdahulu, dimana pada saat belum secanggih sekaranga pemalsuan dilakukan pada vaksin atau obat kadaluarsa yang diganti labelnya, sehingga dijual dan digunakan kembali sekarang mereka memproduksinya secara tidak steril.