Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun Oleh :
Sinta Wening Nur Sahara
NIM. SN161119

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN
A. DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan
menjadi sehat, sistem pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi
dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi
menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya (Alimul, 2006).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang
dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.
Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga
komdisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu,
latihan fisik dapat membuat fungsi fungsi gastrointestinal dapat bekerja
lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan
aktivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif
(Mubarak, 2008).
B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL
DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan,
maka diperlukan serangkaian proses fisiologis yang komplek yang
melibatkan metabolisme dari sel-sel tubuh dan terutama sistem
lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka (Gunawan, 2006).

Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy. Energi untuk sel-sel


tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang
diperoleh dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan
dipecah menjadi energi dan hal ini terutama ditenntukan oleh suplai
oksigen. Ketiga oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme
aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel melaului 4 proses: glikosis,
dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam sitrat, dan transport
elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida, dan uap air. Jika oksigen
tidak terpenuhi, maka katabolisme energi akan dilakukan secara anaerobic
dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun produksi ATP
dari metabolisme anaerobic jauh lebih sedikit dibanding metabolisme
aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12 ATP). Karena
oksigen amat penting bagi konservasi energi tubuh, maka aktivitas dan
latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem kardiovaskuler,
respirasi, hematologi untuk penyediaan oksigen, dan pembuangan
karbondioksida dan uap air. Beberapa kondisi seperti anemia, syok
hipovolemik, hipertensi, pemyakit jantung, dan penyakit pernafasan dapat
mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia (Ganong, 2006).
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan
sebagai alat gerak pasif, memberikan kestabilan dalam postur tubuh dan
memberi bentuk tubuh. Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif
dimana tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk
menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh
matriks organik dan anorganik. Tulang secara histologist dapat dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang
rawan (kartilago). Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa
kartilago lebih elastis dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga
cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih keras tapi
mudah patah. Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
kartilago hialin, kartilagi fibrosa, dan kartilagi elastic. Tiap-tiap tipe tulang

rawan membentuk bagian tubuh yang berbeda. Tulang rawan hialin


terutama menyusun bagian bagian persendian sebagai sistem bantalan
untuk melindungi friksi jika terjadi pergerakan. Kartilago fibrosa terutama
menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago elastic
menyusun daun telinga. Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang
osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan
pada sistem harvest. Sistem harvest adalah suatu saluran yang di dalamnya
terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.
Matriks anorganik tulang tersusunoleh mineral-mineral terutama kalsium
dan phospat. Matriks anorganik inilah yang memberikan massa dan
kekuatan pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan
kalsium dan fosfor dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang
kehilangan kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang
mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormon
kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D (Guyton,
2006).
Jaringan otot merupakan sistem yang berperan sebagai alat gerak
aktif. Hal ini karena kemampuan otot untuk berkontraksi dan relaksi. Di
balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerka
mekanik, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot. Otot pengisi atau otot yang menempel pada
sebagian besar skeletal tampak bergaris-garis atau berlurik-lurik jika
dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri dari banyak kumpulan
(bundel) serabut paralel panjang yang disebut serat otot. Dalam tiap-tiap
myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dari 4
jenis, yaitu : aktin, myosin, troponin, dan tropomiosin. Mekanisme
kontraksi otot memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein.
Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses pergeseran aktomiosin
dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan sebagai
kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser di
sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi

pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin myosin harus hilang dan
hal ini memerlukan peran aktomiosin. Aktivitas aktomiosin ini
dipengaruhi oleh adanya ion kalsium dan neurotransmitter asetilkolin.
Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan
kontraksi otot (Gunawan, 2006).
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS DAN LATIHAN
Beberapa faktor yang dapat mempegaruhi aktivitas dan latihan antara lain
(Mubarak, 2008):
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status nutrisi
4. Budaya
5. Penyakit terutama yang menyerang sistem nervosa, sistem
mulkuloskeletal
6. Penyakit kardiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis
D. DAMPAK MOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobilisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan meyebabkan serangkaian komplikasi
pada berbagai sistem tubuh, antara lain (Alimul, 2006):
1. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh
jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan
kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis
kolagen diperlukan rangsangan pergerakan.
2. Difusi atrofi
Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya
lapisan aktin dan myosin dan myofibril.
3. Konstipasi
Imobilisasi menyebabkan peristaltik menururn sehingga menyebabkan
absorpsi cairan berlebihan pada intestinum.
4. Pressure ulcer
Pasien imobilisasi beresiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat
adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat,
lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.

5. Gastritis
Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung.
E. NILAI-NILAI NORMAL
1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Tingkat

Kategori

Aktivitas/Mobilitas
0
1
2
3

Mampu merawat diri sendiri secara penuh


Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan

peralatan
Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

2. Rentang gerak (Range of motion-ROM)


Gerak sendi
Bahu

Adduksi : gerakan lengan ke lateral

Derajat rentang
normal
180

dari posisi samping ke atas kepala,


telapak tangan menghadap ke posisi
Siku

yang paling jauh.


Fleksi : angkat lengan bawah ke arah

150

Pergelangan

depan dan ke arah atas menuju bahu


Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah

80-90

bagian dalam lengan bawah


Ekstensi : luruskan pergelangan tangan

80-90

dari posisi fleksi


Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke

70-90

arah belakang sejauh mungkin.


Abduksi : tekuk pergelangan tangan ke

0-20

tangan

sisi ibu jari ketika telapak tangan


menghadap keatas.
Adduksi : tekuk pergelangan tangan ke
arah kelingking telapak tangan
menghadap keatas.

30-50

Tangan dan

Fleksi : buat kepalan tangan

90

Ekstensi : luruskan jari


Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan ke

90
30

belakang sejauh mungkin


Abduksi : kembangkan jari tanagn
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan dari

20
20

jari

posisi abduksi
3. Derajat kekuatan otot
Skala

Persentase kekuatan

Karakteristik

normal (%)
0
1
2
3
4

0
10

Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot

25

dapat dipalpasi atau dilihat


Gerakan otot penuh melawan gravitasi

50

dengan topangan
Gerakan yang normal melawan

75

gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan

100

minimal
Kekuatan normal, gerakan penuhyang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

4. Katz index
AKTIVITAS

MANDI

KEMANDIRIAN
(1 poin)
TIDAK ADA

KETERGANTUNGAN
(0 poin)
Dengan pemantauan, perintah

pemantauan, perintah

pendampingan personal atau

ataupun didampingi
(1 poin)
Sanggup mandi sendiri

perawatan total
(0 poin)
Mandi dengan bantuan lebih

tanpa bantuan, atau

dari satu bagian tubuh, masuk

hanya memerlukan

dan keluar kamar mandi.

bantuan pada bagian

Dimandikan dengan bantuan

tubuh tertentu

total.

(punggung, genital, atau


BERPAKAIAN

TOLETING

PINDAH POSISI

ekstremitas lumpuh).
(1 poin)
Berpakaian lengkap

(0 poin)
Membutuhkn bantuan dalam

mandiri. Bisa jadi

berpakaian, atau dipakaikan

membutuhkan bantuan

secara keseluruhan.

untuk memakai sepatu.


(1 poin)
Mampu ke kamar kecil

(0 poin)
Butuh bantuan menuju dan

(toilet), mengganti

keluar toilet, membersihkan

pakaian, membersihkan

sendiri atau menggunakan

genital tanpa bantuan.


(1 poin)
Masuk dan bangun dari

telepon.
(0 poin)
Butuh bantuan dalam

tempat tidur/kursi tanpa

berpindah dari tempat tidur ke

bantuan. Alat bantu

kursi, atau dibantu total.

berpindah posisi bisa


KONTINENSIA

MAKAN

diterima
(1 poin)
Mampu mengontrol

(0 poin)
Sebagian atau total

secara baik perkemihan

inkontinensia bowel dan

dan buang air besar


(1 poin)
Mampu memasukkan

bladder.
(0 poin)
Membutuhkan bantuan

makanan ke mulut tanpa

sebagian atau total dalam

bantuan. Persiapan

makan, atau memerlukan

makan bisa jadi

makanan parenteral.

dilakukan oleh orang


lain.
Skor :
A = Mandiri dalam semua fungsi
B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain

F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1


fungsi lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi
5. Indeks ADL Barthel (BAI)
NO.
1.

FUNGSI
Mengendalikan
rangsang pembuangan

SKOR
0

KETERANGAN
Tak terkendali/ tak teratur

(perlu pencahar)
Kadang-kadang tak terkendali

tinja
2
2.

Mengendalikan
rangsang berkemih

0
1
2

3.

Membersihkan diri
(seka muka, sisir

4.

rambut, sikat gigi)


Penggunaan jamban,
masuk dan keluar

0
1
0

Tergantung pertolongan orang

lain
Perlu pertolongan pada
beberapa kegiatan tetapi dapat

celana, membersihkan,

5.

Makan

2
0
1
2

6.

Berubah sikap dari


berbaring ke duduk

0
1
2

7.

Berpindah/berjalan

kateter
Kadakng-kadang tak terkendali
(hanya 1x/24 jam)
Mandiri
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri

(melepaskan, memakai
menyiram)

(1x seminggu)
Terkendali teratur
Tak terkendali atau pakai

0
1
2

mengerjakan sendiri beberapa


kegiatan yang lain.
Mandiri
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong
makanan
Mandiri
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
Mandiri
Tidak mampu
Bisa (berpindah) dengan kursi
roda
Berjalan dengan bantuan 1

3
8.

Memakai baju

0
1
2

9.

Naik turun tangga

10.

Mandi

0
1
2
0
1

orang
Mandiri
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
Mandiri
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri

Total Skor BAI :


20
: Mandiri
12-19
: Ketergantungan ringan
9-11
: Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
1.4
: Ketergantungan total
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik
NOC :
a. Joint Movement : Active
b. Mobility Level
c. Self care : ADLs
d. Transfer performance
Kriteria Hasil :
a. Aktivitas fisik klien meningkat
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
NIC :
Exercise Therapy : Ambulation
a. Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan respon pasien saat
latihan

b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah


terhadap cedera.
c. Ajarkan pasien terhadap teknik ambulasi
d. Kolaborasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC :
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort Level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualias dan faktor presipitasi)
b. Observasi reaksi nonverbal klien
c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
d. Kolaborasi pemberian analgetik
H. EVALUASI
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
a. Vital sign dalam rentang normal setelah aktivitas.
b. Klien mampu melakukan ambulasi
c. Klien mampu menggunakan alat bantu mobilisasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
a. Nyeri dapat berkurang
b. Wajah tampak rileks
c. Klien dapat beristirahat

DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek, G.M. et.al. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.
Ganong, William F. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, AC & Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta
: EGC.
Gunawan, Adi. 2006. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot vol. 6 no. 2.
Jakarta : EGC.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis :
Definition and Classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Moorhead, S. et al. 2008. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.

Anda mungkin juga menyukai