Anda di halaman 1dari 4

Resensi Buku

Nama: Arya
Fakultas: Teknik Sipil
NIM: 325160037

Identitas Buku:
Judul Buku: Kritik Terhadap Kebudayaan Modern dan Perspektif Postmodernisme
Nama Pengarang: Urbanus Ura Weruin
Nama Penerbit: Pustaka Mandiri
Jumlah Halaman: 65 Halaman + 4 Halaman Pengantar
Tahun Terbit: 2015

Ikhtisar Buku:
Buku ini mempunyai garis besar mengenai Zaman Kebudayaan Modern pada
saat ini dan juga Pandangan Postmodernisme mengenai kebudayaan yang telah
terjadi pada masa sekarang. Pada masa sekarang, masyarakat selalu mencari
dan mencari hal-hal yang menurut mereka benar dan menyelamatkan. Seperti
contohnya Pengacara dan Hakim, Agama dan Kepercayaan dsb. Di satu sisi, hal
ini memunculkan berbagai ide positif, kreasi, inovasi untuk selalu
mengembangkan kebudayaan tersebut. Namun, hal ini juga bisa menjadi pisau
yang bermata dua, bisa menjadi menguntungkan dan juga bisa merugikan diri
sendiri. Tidak sedikit juga masyarakat pada zaman sekarang dalam mencapai
apa yang menurut mereka menyelamatkan, mereka melakukan cara yang
tidak benar, curang, dan penuh rekayasa/manipulasi. Hal ini tentu dapat
menimbulkan keliru diantara masyarakat dan dapat terjadi fanatisme mengenai
pendapat/apa yang menurut seorang atau sekelompok masyarakat benar
sehingga dapat memunculkan sifat mengintimidasi, merendahkan pendapat
orang lain yang diluar dari kelompok tersebut.
Menurut Kaum Postmodernisme, hal-hal semacam itu harus ditinggalkan. Pada
masa ini, kita harus mengedepankan hal-hal yang lebih positif seperti toleransi
terhadap pendapat orang lain, hidup dalam keberagaman (tidak homogen) dsb.
Namun,
terlihat
masih
saja
segelintir
orang
yang
tidak
mau
menghargai/mendengarkan pendapat orang lain. Seperti pada Pilgub Jakarta,
terlihat sekelompok orang yang kurang senang terhadap keputusan pilgub
tersebut
sehingga
melahirkan
Gubernur
Tandingan
sebagai
bentuk

ketidakterimaan terhadap keputusan tersebut. Hal ini berlawanan dengan ajaran


Postmodernis yang mengedepankan sifat menghargai pendapat orang lain.
Dalam buku ini, kita juga akan mengenal istilah Fondasional. Adalah
kebudayaan seseorang yang menganggap kebiasaan, keyakinan, prinsip hidup
dirinya sendiri sebagai pedoman dalam menilai kebiasaan/kebudayaan yang
berlaku di dalam khayalak luas.
Banyak juga peran kaum Intelektual yang mempertanyakan arti kebenaran. Pada
buku Maurice R.Berube yaitu Beyond Modernism and Postmodernism : Essays
on the Politics of Culture, ia menggangap bahwa Kaum Intelektual AS justru
seperti anti-intelektual karna ketidak-konsistenan dalam memerangi AntiIntelektualisme. Kaum Intelektual lebih sibuk dengan masalah disiplin-disiplin
teoritis
dibanding
mencerdaskan
masyarakat.
Buku
ini
bermaksud
mengedepankan visi baru tentang kebudayaan yang dilihat dari sudut pandang
postmodernisme tentang pemahaman kebudayaan modern
Pemikiran Postmodenisme menyebarkan pemahaman dalam berbagai bidang
dari bidang seni sampai filsafat dan juga agama. Maider Marana, dalam laporan
kertas kerja UNESCO, bahwa kemajuan masyarakat bukan sekedar evolusi
perkembangan kebudayaan melainkan juga bahwa model kebudayaan tertentu
justru melahirkan kemajuan masyarakat. Lalu juga ada kutipan dari L.S Senghor
yaitu Culture is the be all and end all of development.
Ben Agger juga merepresentasikan sebuah teori mengenai Postmodernisme,
merupakan teori mengenai masyarakat, kebudayaan, dan sejarah. Inti pokok
pandangan postmodernisme adalah penolakan terhadap gagasan yang
mentotalisasi pemahaman kebudayaan masyarakat dalam bidang seni,
arsitektur, politik, dsb.
Baudrillard, ia menjelaskan bahwa masyarakat pada masa sekarang, membeli
barang bukan karna nilai tukar atau nilai guna melainkan nilai tanda.
Masyarakat membeli suatu produk hanya karena status sosial saja. Tanda
bukanlah realitas namun hanya mewakili realitas. Dan celakanya, masyarakat
sekarang tidak mampu membedakan antara simulasi dan realitas.
Kebenaran itu bersifat relatif. Kaum Postmodernisme bahkan tidak mau
membicarakan definisi dari kebenaran. Kaum Postmodernisme mengganti kata
kebenaran menjadi kata persepektif. Karena kebenaran itu bersifat relatif,
maka kita menggambarkan kebenaran dunia berdasarkan sudut pandang
masing-masing orang. Meskipun tidak seluruh ide atau cita-cita postmodernisme
benar-benar baru, kritik-kritik frontal pemikira dan praktik budaya modern
mendorong kearah perubahan kebudayaan yang baru juga. Buku ini mau
menjawab visi-visi yang disuarakan postmodernisme mengenai kebudayaan
yaitu teori, aktivitas, tindakan, hasil, produk, politik dsb

Keunggulan Buku:
Menurut saya, keunggulan buku ini sangatlah terlihat. Penjabaran buku ini
mengenai Postmodernisme sangat mendetail. Terlihat dari bagian pengantar

yang membahas mengenai perspektif postmodernisme yang dimana benarbenar teruraikan hingga sampai ke pandangan mengenai akar permasalahan
dari praktik-praktik sosial pada zaman sekarang. Lalu juga menjelaskan
mengenai ide yang tertuang dalam visi Postmodernisme terhadap bidang-bidang
tertentu seperti contohnya budaya, seni, arsitektur, filsafat dan agama, politik
dan hukum. Lalu buku ini tidak hanya menjelaskan mengenai pandangan dari sisi
Postmodernisme saja, melainkan juga apa yang menyebabkan Postmodernisme
itu ada hingga saat ini. Buku ini pun menjelaskan latar belakang lahirnya
Postmodernisme. Sehingga menurut saya, informasi yang dituang kedalam buku
ini khususnya mengenai kebudayaan modern dan pandangan Postmodernisme
itu sendiri dapat terangkum secara jelas dan lugas di buku ini.
Tidak hanya mengenai itu saja, buku ini juga merangkum artikel secara lengkap
dan jelas. Dilengkapi oleh buku-buku referensi dan juga tokoh-tokoh yang
berperan pada proses perkembangan Postmodernisme. Saya ambil contoh, yaitu
Maurice R.Berube. Ia menjelaskan mengenai kaum intelektual di AS yang
menurut dia justru bukanlah kaum yang intelektual (Beyond Modernism and
Postmodernism : essays on the politics of culture). Menurutnya, kaum intelektual
AS tidak benar-benar memerangi secara serius untuk mencerdaskan masyarakat
yang ada, ia lebih sibuk terhadap disiplin teoritis dibandingkan dengan
mengedukasi masyarakat khususnya dalam visi Postmodernism.
Lalu, buku ini juga menjabarkan penjelasan-penjelasan yang berkait dengan
judul namun dikemas dengan pembagian sub-judul-sub-judul sehingga para
pembaca dapat mengerti apa yang mau dijelaskan dalam bab tersebut, dan
antar satu sub-bab ke sub-bab setelahnya memiliki kesinambungan sehingga
ketika pembaca membaca sub-judul setelahnya, pembaca tidak merasa bingung.

Kelemahan Buku:
Menurut saya, kelemahan buku ini ialah kata-kata serapan yang terlalu banyak
digunakan (Seperti: Epistemologi, Ekspresi Literer, Intuitif, Dikontinuitas dsb)
sehingga beberapa pembaca yang tidak mengetahui arti kata tersebut, akan
cukup kesulitan untuk menerjemahkan atau untuk mengerti apa isi dari kalimat
tersebut. Sebenarnya menurut saya bagus untuk menambahkan kata serapan ke
dalam sebuah artikel, namun terkadang tidak semua orang dapat mengerti dan
memahami apa yang dimaksudkan pada kalimat tersebut.
Kelemahan terakhir, yaitu terkadang kalimat yang dipakai dalam teks tersebut
sedikit sulit untuk dicerna dalam sekali baca. Maksudnya, pembaca khususnya
saya, kurang begitu mengerti maksud teks tersebut ketika saya membaca hanya
1x dan terkadang harus mengulang lagi kalimat-kalimat yang sebelumnya
sehingga dapat diambil makna yang tersirat dalam teks tersebut.

Kesimpulan:
Dapat saya simpulkan, bahwa buku ini layak untuk dibaca. Terlepas dari
kelemahan yang dimiliki buku tersebut, banyak juga manfaat yang kita dapat
setelah membaca buku tersebut dalam proses kehidupan kita serta juga

memberi gambaran khususnya dari sudut pandang Postmodernisme. Serta dapat


mengedukasi pembaca agar dapat mempelajari atau menanamkan visi
mengenai kebudayaan yang dilihat dari sudut pandang Postmodernisme di
kehidupan sekarang dan juga nanti.

Saran:
Dari kelemahan yang ada pada buku tersebut, saya memiliki saran yaitu
penggunaan kata-kata serapan yang disertai Glosarium agar pembaca dapat
melihat arti dari kata-kata serapan tersebut tanpa harus melihat dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia, juga penggunaan bahasa yang lebih mudah dicerna
agar dapat langsung ditarik benang merah dari teks yang disuguhkan kepada
pembaca.

Penutup:
Sekian resensi buku yang saya buat, semoga dapat menjadi referensi bagi para
pembaca dan juga bisa menjadi evaluasi bagi pengarang untuk semakin lebih
baik lagi kedepannya, juga saya mohon maaf bila ada salah kata atau kata yang
menyinggung dalam penulisan resensi ini. Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai