Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher
langsung ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan
pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi diindikasikan untuk
membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea
serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya
discharge bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit (keadaan)
yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca
trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan
tujuan akhir trakeostomi. Perawatan pasca trakeostomi yang baik
meliputi pengisapan discharge,
Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan,
perawatan luka operasi, pencegahan infeksi sekunder dan jika
memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure
cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut.
Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang
terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang dapat
disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis
dan fisiologis jalan napas pasca trakeostomi. Selain itu, pasien juga
harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan mengganti
kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga
kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea
masih terpasang. Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai
educator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien
trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan
berbagai macam hal mengenai trakheostomi.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi trakeostomi
2. Mengetahui fungsi dari trakeostomi
3. Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
4. Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
5. Mengetahui klasifikasi dan jenis trakheostomi
6. Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan
trakheostomi
7. Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan
trakheostomi
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi
C. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terpasang
trakeostomi?

D. Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan
asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi dengan
tepat dan benar.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin
kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea
berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke anterior
pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi
dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher
berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus
dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di
setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior,
biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus
rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan
subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra
sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.
B. Definisi
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar
udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian
atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan tindakan operatif yyang
memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan
mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan
untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan
kata kata yang dipergunakan dalam membedakan ostomy dan
otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang
diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Apabila kanula telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang
tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu minggu. Jika dilakukan
dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan
menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea
yang dibuka dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang
dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika diperlukan,
pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat

dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi


dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua jenis prosedur
pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari
trakeotomi.
C. Fungsi Trakeostomi
1. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya
mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan
udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan
ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi
cukup besar (paling sedikit pipa 7)
2. Proteksi terhadap aspirasi
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat
penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
4. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk
pembersihan
5. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke
traktus respiratorius
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan
secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi
pada fase inspirasi batuk yang norma.
D. Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi dari trakeostomi antara lain:
a. Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
b. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara
fisiologis, misalnya pada pasien dalam keadaan koma.
c. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
d. Apabila terdapat benda asing di subglotis
e. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina
ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik
yang timbul melalui mekanisme serupa
f. Obstruksi laring
karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut,
laryngitis difterika, laryngitis membranosa, laringotrakheobronkhitis akut, dan abses laring
karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma
jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme
pita suara, dan paralise Nerus Rekurens
g. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital,
traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor.
h. Cedera parah pada wajah dan leher
i. Setelah pembedahan wajah dan leher

j. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan


sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
k. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada
tetanus, trauma kapitis berat, Cerebro Vascular Disease
(CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi
laring
2. Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah
yang tidak terkontrol, seperti hemofili.
E. Klasifikasi
1. Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
a. Trakeostomi elektif
: Insisi horisontal
b. Trakeostomi emergensi
: Insisi vertikal
2. Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan
menjadi
a. trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana
sangat kurang
b. trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat
dilakukan secara baik
3. Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi
a. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy
permanen. Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit,
dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan
stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy
tube (canule).
b. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan
tracheostomy temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas
masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan
tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal
(terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan
selama pelaksanaan MRI Scanning)
F. Penatalaksanaan
1. Jenis Tindakan Trakeostomi
a. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di
dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea
kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.
b. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit
gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin
trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang
dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih

cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian


timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil
c. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan
trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan
dilator.
2. Jenis Pipa Trakeostomi
a. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga
memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
b. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang
tidak mempunyai risiko aspirasi.
c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan
dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan
diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
d. Silver Negus Tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi
jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan
penderita dapat merawat sendiri.
e. Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah
posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa
bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.
3. Alat-Alat Trakeostomi
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah
semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting
panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil
yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.
4. Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil
sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian
atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan
trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit
leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan
ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di
pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi.
Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah
krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan
horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid
dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid

orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima


sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di
bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan
pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan
susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini
dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini
mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral.
Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea
jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua
tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan
ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan
cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan
akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong
cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang
kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali
pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan
insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea
dan mencegah terjadinya emfisema kulit.
G. Komplikasi
1. Waktu tindakan operasi
a. Perdarahan
b. Cardiac arrest
c. Perforasi
d. Emboli udara
e. Ruptur pleura servikalis
f. Apneu
g. Sumbatan darah / sekret
2. Setelah operasi
a. Infeksi
b. Perdarahan
c. Sumbatan kanul
d. Pergeseran stenosis
e. Pembentukan jar. granulasi
f. Aspirasi, atelektasis
g. Pneumotoraks
h. Pipa trakeostomi tercabut
i. Emfisema subkutis

3. Komplikasi Jangka panjang


a. Obstruksi jalan nafas atas

b.
c.
d.
e.

Infeksi
Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
Iskemia atau nekrosis trakea

H. Indikasi Pelepasan Trakeostomi


Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan
kondisi atau kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang
membaik ditandai dengan :
1.

Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru.

2.

Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.

3.

Tidak terdapat infeksi lanjutan.

4.

Tanda-tanda vital klien normal.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tuan A umur 45 thaun sehari-hari bekerja sebagai nelayan, didiagnosa
Ca Nasofaring stadium 2. Dua hari tealah terpasang trakeostomy,
keluhan saat ini sesak dan gelisah serta terlihat menarik diri dari
interaksi sosial.
Askep kasus:
PENGKAJIAN
Anamnesa:
1. Identitas pasien

Nama

TTL

: Surabaya , 19-06-1965

Alamat

: Jl. Cucut 76

Usia

: 45 Tahun

Jenis Kelamin

Pekerjaan

Nama Ayah/Ibu

: Tuan A

: Laki-laki
: nelayan
: Mr. M / Mrs. W

Pekerjaan Istri

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Jawa

Pendidikan terakhir

Diagnosa

: buruh cuci

: SD
: Ca. Nasofaring

2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tuan A merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain
karena tidak berbicara dengan normal.
4. Riwayat penyakit keluarga : 5. Riwayat penyakit masa lalu : Pemeriksaan Fisik:
1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada),
riwayat trauma dada
2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
3. B3 (Brain) : dizziness, cemas
4. B4 (Bladder) : 5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
6. B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
1. Tanda-tanda vital
2. Bukti adanya hipoksia
3. Frekuensi dan pola pernafasan
4. Bunyi nafas
5. Status neurologis
6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
7. Kebutuhan pengisapan

8. Upaya ventilasi spontan klien


9. Status nutrisi
10.

Status psikologis

Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan


trakeostomi yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10.

Aliran-volume

11.

Sinar X dada

12.

Status nutrisi / elektrolit.

3.2 Analisa Data

Data

Etiologi

Masalah

DS:
DO: RR menurun, pola
nafas tidak teratur,
pucat, ketidaknormalan
frekuensi, irama dan
kedalaman nafas,
hipoksia, tachycardia,
tekanan O2 dan CO2
menurun. Pada
lapangan paru bawah
bilateral terdapat
bercak-bercak nodular

Trakeostomy

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

Akumulasi secret pada


jalan jalan nafas yang
menjadi daerah insisi
trakeostomy
Jalan nafas terganggu
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

DS :

Trakeostomy

DO : klien terpasang
trakeostomi

insisi trakeostomy

Resiko infeksi

kondisi daerah insisi


yang tidak bersih
kuman, bakteri
berkembang

resiko infeksi
DS : Klien tidak bisa
Trakeostomy
mengeluarkan suaranya
saat mencoba bicara
Daerah insisi
DO: suara klien tidak
trakeostomy
terdengar. Hanya
terdengar suara
Membuka saluran baru
hembusan. Klien
berkomunikasi dengan yang dilalui udara
sebelum pita suara
isyarat
Suara yang dihasilkan
tidak bisa sampai

Gangguan komunikasi
verbal

menggetarkan pita suara


Suara tidak keluar

Gangguan komunikasi
verbal
DS : -

Trakeostomy

Gangguan citra tubuh

DO: klien menjadi sangat


murung, pendiam dan
Gangguan komunikasi
terlihat membatasi diri dengan orang lain
Merasa berbeda dengan
orang lain
Rendah diri
Gangguan citra tubuh

Diagnosa
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
sekret
Tujuan : Tidak ada sekret pada jalan nafas
Kriteria hasil : Ronchi dan wheezing tidak terdengar
Intervensi
1. Mengauskultasi paru setiap 4
jam
2. Menganjurkan klien untuk tarik
nafas dalam dan batuk
3. Melakukan fisioterapi nafas jika
tidak ada kontraindikasi

Rasional
1. Jika ditemukan crackles dan
wheezing dapat
mengintrepretasikan adanya
sekret pada jalan nafas
2. Pasien dapat mengeluarkan
sekret dengan tarik nafas dalam
dan batuk tanpa suctioning

4. Membersihkan trakheostomy
tube klien sesuai dengan
kebutuhan. Berdasarkan jumlah
akumulasi secret
5. Melakukan suctioning bila perlu
6. Melakukan nebulizing

3. Untuk membantu pasien


mengeluarkan sekret dengan
batuk
4. Dengan membersihkan
trakheostomy, menghindari
terjadinya penumpukan sekret
dan agar jalan nafas bersih
5. Suctioning membersihkan jalan
nafas dari sekret
6. Nebulizer membantu untuk
mengencerkan secret sehingga
lebih mudah untuk dikeluarkan

2.

Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari


mekanisme pertahanan respirasi.
Tujuan : Memperkecil adanya infeksi sehingga kemungkinan komplikasi
tidak ada
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
1. Cuci tangan sebelum melakukan
prosedur
2. Monitor dan laporkan adanya
tanda-tanda infeksi, misalnya
demam, penurunan RR
(Respiratory Rate), dahak kental,
peningkatan jumlah sel darah
merah
3. Jaga pemaparan trakheostomy
terhadap benda asing
4. Gunakan teknik steril dalam
melakukan perawatan
trakheostomi dan suctioning

Rasional

5. Anjurkan untuk diet tinggi kalori


tinggi protein
1. Dengan tangan yang bersih
saat melakukan prosedur,
memperkecil kemungkinan
terjadinya infeksi
2. Mengidentifikasi adanya
infeksi dan memperkecil
komplikasi
3. Pemaparan terlalu sering
pada trakheostomy
mengakibatkan pneumonia
4. Agar mikroorganisme tidak
dapat masuk ke jalan nafas
5. Untuk meningkatkan sistem
imun

3.

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya


trakheostomy tube
Tujuan : Klien mampu berkomunikasi
Kriteria hasil : Interaksi sosial klien berkembang
Intervensi
1. Beri kesempatan klien untuk
berkomunikasi
2. Amati gerak non verbal klien
3. Sediakan kertas dan bolpoin jika
pasien lemah tidak mampu
berbicara banyak
4. Ajarkan pada pasien yang
terpasang trakheostomi tentang
cara menutup lubang

Rasional

trakheostomi dengan jari yang


bersih atau tutup yang khusus jika
ingin berbicara
1. Memberikan klien untuk
mengungkapkan apa yang
klien butuhkan
2. Gerak non verbal
mengintepretasikan
perasaan klien
3. Pasien bisa berkomunikasi
dengan menulis di kertas
jika lemah
4. Menutup jalur masuknya
udara melalui trakheostomi
maka pasien dapat
berbicara

4.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy


tube
Tujuan : Mengembalikan kepercayaan diri klien
Kriteria hasil : Klian tidak lagi merasa harga dirinya rendah
Intervensi
1. Kaji perasaan klien terhadap
trakheostomi yang terpasang
pada dirinya
2. Dekati pasien dengan komunikasi

Rasional

teraupetik
3. Minta pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
saat dipasang trakheostomi
4. Bantu pasien untuk menemukan
cara yang efektif untuk mengatasi
penampilan trakheostomi agar
tidak mengganggu pandangan
1. Pengkajian adalah hal dasar
sebelum menentukan
perawatan
2. Untuk meningkatkan sikap
kooperatif klien
3. Untuk mengetahui masalah
yang dialami klien agar
mudah menemukan solusi
4. Dapat meningkatkan harga
diri pasien

BAB II
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan


untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata
kata yang dipergunakan dalam membedakan ostomy dan otomy
tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang diciptakan cukup
bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya.
Terdapat 2 macam tracheostomy
1. Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy
permanen. Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit,
dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma
tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube
(canule).
2. Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy
temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi
terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat
dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang
mendapat radiasi dan selama

4.2 Saran
Setelah membaca makalah kami ini, kami berharap kepada pembaca,
khususnya pada mahasiswa keperawatan dapat lebih memahami lebih
dalam mengenai pemasangan trakeostomy.

DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba
Medika.

Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC


Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007

Anda mungkin juga menyukai