WWW - Unlock PDF - Com Jurnal Juli 2009sukamto
WWW - Unlock PDF - Com Jurnal Juli 2009sukamto
Sukamto
INTISARI
Las TIG adalah salah satu pengelasan busur listrik berpelindung gas mulia dimana
elektroda tidak diumpankan, dapat menjangkau pada proses pengelasan yang luas dan
mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyatukan logam serta dapat pula mengelas pada
segala posisi pengelasan dengan kepadatan yang tinggi , daya busurnya tidak tergantung pada
bahan tambah yang diperlukan.
Pelaksanaan pengelasan dilakukan masing-masing 3 spesimen dengan pendinginan air laut, 3
spesimen untuk pendinginan air biasa dan 3 spesimen untuk pendinginan udara. masingmasing 1 specimen untuk pengujian tarik, pengujian kekerasan dan pengujian metalografi,
dimana benda uji hasil pengelasan didinginkan menggunakan media pendingin air laut, air
biasa dan udara bebas.
Dari hasil pengujian tarik diketahui bahwa pada logam induk sebelum pengelasan mempunyai
tegangan tarik sebesar 34,63 kg/mm. Pada benda uji setelah pengelasan menggunakan proses
pendinginan air mempunyai tegangan tarik sebesar 20,25 kg/mm, dengan pendinginan udara
mempunyai tegangan tarik 22,75 kg/mm dan dengan pendinginan air laut mempunyai
tegangan tarik 27,07 kg/mm. Kekerasan dengan pendinginan air laut mempunyai nilai lebih
tinggi dibanding dengan pendinginan air dan udara.Pada uji metalografi benda uji dengan
pendinginan air mempunyai struktur butir 35,2 mm/mm, benda uji dengan pendinginan udara
mempunyai struktur butir 32 mm/mm, benda uji dengan pendinginan air laut mempunyai
struktur butir 48 mm/mm.
Kata kunci: Pengelasan, Tungsten Inert Gas, media pendingin, baja karbon
rendah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Las TIG (Las Tungsten Inert Gas) adalah salah satu pengelasan busur
listrik berpelindung gas mulia dimana elektroda tidak diumpankan. Las TIG
dapat menjangkau pada proses pengelasan yang luas dan mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk menyatukan logam serta dapat pula mengelas
pada segala posisi pengelasan dengan kepadatan yang tinggi , daya
busurnya tidak tergantung pada bahan tambah yang diperlukan, sehingga las
TIG dimungkinkan dipakai untuk mengelas berbagai jenis logam.
Salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisis dan mekanis suatu bahan
ialah melalui perlakuan panas (Heat Treatment). Dalam penelitian ini
perlakuan panas yang digunakan ialah dengan proses pendinginan air laut, air
biasa dan pendinginan udara bebas dimana baja setelah proses pengelasan
baja karbon rendah yang langsung didinginkan.
126
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh media pendingin air laut, air biasa dan udara
bebas terhadap hasil pengelasan TIG pada baja karbon rendah.
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada baja setelah proses pengelasan TIG yang
langsung didinginkan.
2. Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon
rendah dengan ketebalan 5 mm.
3. Kampuh V
4. Proses pendinginannya menggunakan media air laut Parangtritis, air
ledeng dan udara bebas.
.
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelat baja karbon
rendah (logam induk), dengan ketebalan 5mm. Pelaksanaan pengelasan
dilakukan masing-masing 3 spesimen dengan pendinginan air laut, 3
spesimen untuk pendinginan air biasa dan 3 spesimen untuk pendinginan
ISSN 1441 - 1152
127
Sukamto
B. Uji Komposisi
Hasil Penembakkan
C. Peralatan Las
Mesin las yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin las TIG
dengan type HANDY-TIG 210 DC, dengan arus yang digunakan 150 Ampere.
D. Prosedur Pengelasan
Pengelasan benda uji dengan tipe eleltroda Wolfram Thorium dan
menggunakan mesin las TIG tipe HANDY-TIG 210 DC Made In Germany
.Arus yang digunakan 150 Ampere kemudian dilakukan penyambungan
dengan pengelasan pada plat baja karbon rendah. Arus yang digunakan pada
saat pengelasan 150A, kemudian dilakukan penyambungan dengan
pengelasan pada baja karbon rendah dengan media pendingin yang berbeda.
IV.
T
(mm)
L
(mm)
P
( kg )
Lo
(mm)
lp
(mm)
L
(mm)
20
3471
50
82
32
20
3384
50
80,2
30,2
20
3535
50
80,45
30,45
128
T
(mm)
L
(mm)
P
( kg )
Lo
(mm)
lp
(mm)
L
(mm)
20
1884
50
50,8
0,8
Pendinginan
20
1724
50
51,95
1,95
Air
20
2467
50
51,13
1,13
20
2184
50
53,63
3,36
Pendinginan
20
2271
50
51,26
1,26
Udara
20
2370
50
51,28
1,28
20
3042
50
56,5
6,5
Pendinginan
20
3186
50
55
Air laut
20
2467
50
52,7
2,7
Las
TIG
No
F
A
L
=
x100%
Lo
mak
Regangan
() kg/mm2
() %
34,71
64
33,84
60,4
35,35
60,9
Rata rata ( r )
34,63
61,76
Benda uji
Kekuatan tarik
() kg/mm2
Regangan
() %
18,84
7,6
17,24
3,9
24,67
2,26
Rata rata ( r )
20,25
4.58
129
Sukamto
Kekuatan tarik
() kg/mm2
21,84
Regangan
() %
7,26
22,71
2,52
23,70
2,56
Rata rata ( r )
22,75
Benda uji
31,86
10
18,94
5,4
Rata rata ( r )
27,07
9,46
40
20
0
Logam Induk
34,71
33,84
35,35
34,63
Air
18,84
17,24
24,67
20,25
Udara
21,84
22,71
23,7
22,75
Air Laut
30,42
31,86
18,94
27,07
130
putus pada daerah lasan, sebagai hasil akhir dapat bahwa tegangan
tarik dengan pendinginan air laut lebih besar daripada pendinginan air
biasa dan pendinginan udara.
B. Pengujian Kekerasan
Untuk mengetahui dan mendapatkan harga kekerasan las TIG pada
media pendingin air laut, air dan udara maka diambil 15 titik untuk masing
masing specimen. Hasil dari pengujian kekerasan adalah berupa nilai
kekerasan dari benda uji, pengujian dilakukan dengan uji kekerasan Rockwell
dengan beban 60 kg.
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kekerasan
No
Keterangan
Benda
uji
Baja
karbon
rendah
1
Penetrator
yang
digunakan
Beban yang digunakan
Rockwell A
Nilai
Kekerasan
Titik 1
60 Kg
Logam
Induk
39,5
Pendinginan
Air Laut
41
Pendinginan
Air
42,5
Pendinginan
Udara
44
Titik 2
42
34,5
43,5
44
Titik 3
43,5
42
44
43
Titik 4
42,5
43
44,5
42,5
Titik 5
42
42,5
44
44,5
Titik 6
35
40
35,5
44,5
Titik 7
40,5
45,5
39
49
Titik 8
41,5
56
40,5
44
Titik 9
42
32
45
35,5
Titik 10
43
44,5
45
38,5
Titik 11
41,5
43
42
43
Titik 12
40,5
41,5
41,5
40,5
Titik 13
41
44,5
40,5
38
Titik 14
39,5
44,5
40,5
38,5
Titik 15
38,5
43,5
39
38,5
131
Sukamto
44
43
42
Nilai Rata- 41
Rata (HRA) 40
39
38
37
Logam
Induk
HAZ
LAS
Ratarata
Logam Induk
40,8
Pendinginan Air
43,7
40,7
41
41,8
Pendinginan Udara
43,6
39,7
42,3
41,86
40,6
43,4
42,6
42,2
C. Pengujian Metalografi
Hasil pemotretan struktur mikro pada daerah logam induk sebelum
pengelasan.
PERLIT
FERIT
Gambar 4.3. Foto struktur mikro logam induk plat baja karbon
rendah sebelum pengelasan dengan pembesaran 200x
132
PERLIT
FERIT
Gambar 4.4. Foto struktur mikro daerah las pendinginan air laut
pembesar 200x
FERIT
PERLIT
Gambar 4.5. Foto struktur mikro daerah las pendinginan air biasa
pembesar 200x
PERLIT
FERIT
133
Sukamto
FERIT
PERLIT
Gambar 4.7. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan air laut
pembesar 200x
FERIT
PERLIT
Gambar 4.8. Foto struktur mikro daerah HAZ pendinginan air biasa
pembesar 200x
PERLIT
FERIT
134
FERIT
PERLIT
Gambar 4.10. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan air laut
pembesar 200x
FERIT
PERLIT
Gambar 4.11. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan air biasa
pembesar 200x
FERIT
PERLIT
Gambar 4.12. Foto struktur mikro daerah logam induk pendinginan udara
pembesar 200x
135
Sukamto
pengelasan memiliki struktur mikro berupa ferit ( daerah terang ) dan perlit (
daerah gelap ). pada daerah HAZ dengan pendingin air memiliki batas butir
56,04 mm/mm. pada daerah HAZ dengan pendingin udara memiliki batas
butir 35,66 mm/mm dan pada daerah HAZ dengan pendingin air laut
memiliki batas butir 76,4 mm/mm.
Setelah mengetahui jumlah batas butir dari ketiga media pendinginan
yang digunakan pada pengelasan TIG dimana struktur butir dengan media
pendingin air laut mempunyai struktur butir yang lebih rapat dibandingkan
struktur butir dengan media pendingin air dan udara, maka pada pengelasan
TIG dengan media pendingin air laut mempunyai sifat keras dan getas karena
dipengaruhi oleh pendinginan yang cepat sehingga tidak sempat terjadi
pertumbuhan butiran. Untuk pendinginan udara laju pendinginannya paling
lambat dari pendinginan air laut dan air, sehingga pada pengelasan TIG
dengan media pendingin udara mempunyai sifat yang lunak dari pendinginan
air laut dan air.
V. KESIMPULAN
1. Dari hasil pengujian tarik diketahui bahwa pada logam induk sebelum
pengelasan mempunyai tegangan tarik sebesar 34,63 kg/mm. Pada
benda uji setelah pengelasan menggunakan proses pendinginan air
mempunyai tegangan tarik sebesar 20,25 kg/mm, regangan 4,58%. pada
benda uji dengan pendinginan udara mempunyai tegangan tarik 22,75
kg/mm, regangan 5%. pada benda uji dengan pendinginan air laut
mempunyai tegangan tarik 27,07 kg/mm, regangan 9,46%.
2. Dari nilai hasil pengujian kekerasan, dapatlah diketahui bahwa kekerasan
dengan pendinginan air laut mempunyai nilai kekerasan lebih tinggi
dibanding dengan pendinginan air dan udara ,
3. Dari pengamatan metalografi, maka dapat dianalisis dengan melihat dan
membandingkan hasil foto pengujian benda uji yang berbeda media
pendingin yaitu : benda uji dengan pendinginan air mempunyai struktur
butir 35,2 mm/mm, benda uji dengan pendinginan udara mempunyai
struktur butir 32 mm/mm, benda uji dengan pendinginan air laut
mempunyai struktur butir 48 mm/mm.
DAFTAR PUSTAKA
A Brandt Daniel., 1985, Metallurgy Fundamental,The Goodheart-Willcox
Company, Inc. South Holland, Illinois
Adnyana, D.N., 1993, Metalurgi Las. Jakarta.
Adnyana, D.N., 1989, Logam dan Paduan
Avner, Sidney H., 1974, Introduction to Physical Metallurgy, Second Edition,
Mc-Graw-Hill Book Company.
Althouse, turnquist, Bowditch, Bowditch.,1984, Modern Welding, The
Goodheart-Willcox Company,Inc.South Holland, Illinois
Amanto Hari, daryanto., 1999, Ilmu Bahan, Bumi Aksara, Jakarta
E. smallman R, R,J.Bishop., 2000, Metalurgi Fisik Modern & Rekayasa
Material, Erlangga, Jakarta
Gatot Bintoro A., 1999, Dasar-dasar Pekerjaan Las, Kanisius, Yogyakarta
136
H. Van Vlack, Sriati Djaprie., 1991, Ilmu dan Teknologi Bahan, Erlangga,
Jakarta
Schlenker., 1974, Introduction to Material Science, John Wiley & Sons
Australasia Pty Ltd.
Sonawan Hery, Rochim Suratman., 2003, Pengelasan Logam, Alphabeta,
Bandung
Widharto Sri., 2006, Petunjuk Kerja Las, Cetakan keenam, Penebar Swadaya,
Jakarta
W. Kenyon., 1985. Dasar-Dasar Pengelasan. Erlangga, Jakarta.
137