Ta DBD
Ta DBD
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968
hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.1
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan
luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali
ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang
terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK):
41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den2, Den-3, Den-4.1
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sejak pertama
kali ditemukan pada tahun 1968, Indonesia pernah mengalami kejadian luar biasa
(KLB) DBD selama beberapa kali yaitu pada tahun 1973, 1977, 1978, 1983, 1988,
1996, 1998, 2007, dan 2009. Kasus KLB DBD yang paling tinggi selama kurun
waktu sepuluh tahun terakhir adalah pada tahun 2009 dengan jumlah kasus
sebanyak 154.855 dan jumlah penderita yang meninggal sebanyak 1.384 orang.
Peningkatan jumlah kasus ini dua kali lipat lebih banyak bila dibandingkan
dengan KLB DBD tahun 1998 sebanyak 72.133 dan penderita yang meninggal
sebanyak 1.414 orang.2,3
Berdasarkan kajian dari Kementerian Kesehatan RI diperoleh kesimpulan
bahwa KLB DBD di Indonesia diakibatkan oleh beragam faktor. Pertama, pada
dasarnya penyakit menular termasuk DBD masih endemik di beberapa wilayah
karena terdapat vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya 4
sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan sewaktuwaktu mungkin dapat terjadi KLB. Faktor kedua adalah lemahnya sistem
kewaspadaan dini sehingga penanganan dan pengobatan kasus sebagai intervensi
belum dilakukan sebagaimana mestinya. Ketiga, kemudahan alat transportasi
memungkinkan pergerakan/perpindahan alat angkut, penumpang, bahan/barang,
dan alat dari satu wilayah ke wilayah lain yang merupakan daerah endemik.
Ketiga faktor tersebut didukung dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat
akan paradigma hidup sehat dan kesadaran pada kondisi lingkungan sekitar
sebagai faktor risiko penyebaran penyakit.1-3
DBD merupakan penyakit berbasis lingkungan. Kepadatan penduduk sangat
berpengaruh pada kejadian kasus DBD, semakin padat penduduk semakin tinggi
kasus DBD di kota tersebut. Hal ini berkaitan dengan penyediaan infrastruktur
yang kurang memadai seperti penyediaan sarana air bersih dan sarana
pembuangan sampah sehingga terkumpul barang-barang bekas yang dapat
menampung air dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp, vektor
penular DBD. Mobilitas masyarakat juga merupakan faktor risiko perpindahan
virus DBD pada individu dari satu kota ke kota lain yang memengaruhi
penyebaran penyakit DBD. Selain itu, adanya kebiasaan masyarakat menampung
air untuk keperluan sehari-hari seperti menampung air hujan, menampung air
sumur atau membeli air di penjual air sehingga bak mandi atau drum/tempayan
jarang dikuras berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Ada pula
kebiasaan masyarakat menyimpan barangbarang bekas tetapi kurang rajin
memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang tertampung di dalam tempat
penampungan air (TPA) serta kurang melaksanakan kebersihan lingkungan.
Akibatnya, anjuran 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mengubur Plus
masalah
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman
menurut
Notoatmodjo,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
holometabola yaitu dari telur, jentik (larva), kepompong (pupa) dan nyamuk
dewasa. 8
1. Stadium Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang dan
mempunyai permukaan poliglonal, bewarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm,
dan tidak memiliki alat pelampung. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan
telur-telurnya satu per satu pada permukaan air, biasanya pada tepi air di
tempat-tempat penampungan air bersih dan sedikit di atas permukaan air.
Nyamuk Aedes aegypti betina dapat menghasilkan hingga 100 telur
apabila telah mengisap darah manusia. Telur pada tempat kering (tanpa
air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini kemudian akan menetas
menjadi jentik setelah sekitar satu sampai tiga hari pada suhu 30 oC tetapi
membutuhkan waktu tujuh hari pada suhu 16oC. 8,9,10
2. Stadium Larva
Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki siphon
yang pendek, besar dan bewarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing,
bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat
membentuk sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air. Selain itu,
ciri dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada segmen
terakhir. Pada corong udara tersebut memiliki gigi pectin serta sepasang
rambut dan jumbai. Pada segmen abdomen tidak dijumpai adanya rambut
berbentuk kipas (palmate hairs). Pada setiap abdomen segmen kedelapan
ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1-3. Larva menuju ke
permukaan air dalam waktu kira-kira setiap - 1 menit, guna
mendapatkan oksigen untuk bernapas. Larva nyamuk Aedes aegypti dapat
berkembang selama 6-8 hari.9,10
Larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup dan tumbuh normal pada air
got yang didiamkan dan menjadi jernih, sedangkan pada air sumur dan
PAM ketahanan hidupnya dangat rendah dan tidak dapat tumbuh normal.
Air limbah sabun mandi tidak memungkinkan untuk hidup larva Aedes
aegypti. 10
Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva
tersebut: 9,10,11
a. Instar I
Tubuhnya sangat kecil , warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri
(spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernapasan
(siphon) belum menghitam.
b. Instar II
Ukurannya bertambah besar yaitu 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas,
dan corong pernapasan sudah bewarna hitam. Larva instar II
mengambil oksigen dari udara, dengan menempatkan corong udara
(siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada
posisi membentuk sudut dengan duhu permukaan air sekitar 30 oC,
larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif.
c. Instar III
Ukurannya lebih besar sedikit dari larva II dan lebih aktif bergerak.
d. Instar IV
Struktur anatominya telah lengkap dan jelas tubuh dapat dibagi jelas
menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax) dan perut (abdomen).
Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya langsing
dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan waktu.
Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25oC-30oC.
3. Stadium Pupa
Pupa nyamuk Aedes aegypti mempunyai bentuk tubuh bengkok, dengan
bagian kepala dada (cephalothorax) lebih besar bila dibandingkan dengan
bagian perutnya, sehingga tampak seperti tanda baca koma. Tahap pupa
pada nyamuk Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-4 hari. Saat
nyamuk dewasa akan melengkapi perkembangannya dalam cangkang
pupa, pupa akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan
permukaan air untuk persiapan munculnya nyamuk dewasa. 9,10
4. Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa yang baru muncul akan beristirahat untuk periode
singkat diatas permukaan air agar sayap-sayap dan badan mereka kering
dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk jantan dan betina
muncul dengan perbandingan jumlah 1:1. Nyamuk jantan muncul 1 hari
sebelum nyamuk betina, menetap dekat tempat perkembangbiakan, makan
dari sari buah tumbuhan dan kawin engan nyamuk betina yang muncul
kemudian. Setelah kemunculan pertama nyamuk betina makan dari sari
bauh tumbuhan untuk mengisi tenaga, kemudian kawin dan menghisap
darah manusia. Umur nyamiuk betinanya dapat mencapai 2 sampai 3
bulan. 9,10
Nyamuk dewasa Aedes aegypti sebagai vektor utama DBD cenderung
menggigit orang dan beristirahat di dalam rumah atau bangungan. Habitat
yang paling disukai oleh nyamuk ini adlaah pada benda-benda
menggantung bewarna gelap dengan intensitas cahaya rendah. Menurut
beberapa penelitian, ciri kontainer yang lebih disukai nyamuk Aedes
aegypti adalah bewarna gelap hitam atau coklat; bahan dari tanah liat,
kayu, keramik dan kaleng bercat gelap yang berisi air jernih berasal dari
sumur dan air hujan. Nyamuk ini menggigit orang pada pagi hari antara
pukul 07.00-12.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00. tempat
(nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala
lainnya.7
Viremia biasanya muncul pada saat atau sebelum gejala awal
penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih lima hari. Saat-saat
tersebut penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang
berperan dalam siklus penularan, jika penderita tidak terlindung terhadap
kemungkinan digigit nyamuk. Hal tersebut merupakan bukti pola
penularan virus secara vertikal dari nyamuk-nyamuk betina yang terinfeksi
ke generasi berikutnya.6,7
adanya
efusi
pleura,
asites
atau
hipoproteinemia
(hipoalbuminemia)
b. Derajat Beratnya Penyakit DBD
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat:
Derajat I
: Demam dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji
Derajat II
Tourniquet positif.
: Terdapat perdarahan spontan antara lain perdarahan kulit
(petekie), perdarahan gusi, epistaksis atau perdarahan lain.
Derajat III
Derajat IV
darah,
trombosit,
dan
faktor
pembekuan.
Jenis
konjungtiva.
Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk
membedakannya: lakukan penekanan pada bintik merah yang
dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau
dengan meregangkan kulit. Jika bintik merah menghilang saat
penekanan/peregangan kulit berarti bukan petekie. Perdarahan lain
yaitu epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis. Pada
anak yang belum pernah mengalami mimisan, maka mimisan
merupakan tanda penting. Kadang-kadang dijumpai pula perdarahan
trombosit
mendahului
peningkatan
hematokrit.
Demam
Berdarah
Dengue
oleh
Masyarakat
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu
masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang
mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut.
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda DBD, maka
pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut12:
1) Tirah baring selama demam
2) Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10-15
mg/kgBB/kali
untuk
anak.
Asetosal,
salisilat,
ibuprofen
jangan
diaplikasikan
dengan
cara
pengabutan
panas/Fogging
dan
pengabutan dingin/ULV
Sasaran pra dewasa (jentik) : Organophospat (Temephos).
b. Biologi
Pengendalian
vektor
biologi
menggunakan
agent
biologi
seperti
c. Manajemen Lingkungan
Lingkungan fisik seperti tipe pemukiman, sarana-prasarana penyediaan air,
vegetasi
dan
musim
sangat
berpengaruh
terhadap
tersedianya
habitat
PSN-DBD
adalah
semua
tempat
sekurang-kurangnya
tiap
bulan
(penyuluhan
dan
seperti
gentong
atau
tersangka
dan
rumah-rumah
sekitarnya
dalam
radius
Ukuran Epidemiologi
Ukuran (parameter) frekuensi penyakit yang paling sederhana adalah
ukuran yang sekedar menghitung jumlah individu yang sakit pada suatu populasi,
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1.
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang
diberikan kepada masyarakat RT 54 di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
pada tanggal 16 dan 22 agustus 2016. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan
data yang berasal dari petugas kesehatan yang memegang program Kesling di
Puskesmas Kenali Besar.
3.2.
BAB IV
HASIL KEGIATAN PUSKESMAS
4.1.
Profil Puskesmas Kenali Besar
4.1.1 DATA UMUM
4.1.1.1 Data Geografis
Puskesmas Kenali Besar terletak di Wilayah Kelurahan Kenali besar
Kecamatan Kota Baru tepatnya berada di ujung perbatasan Kota Jambi
dengan Kabupaten Muaro Jambi. Wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
meliputi 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Kenali Besar dan Kelurahan Bagan
Pete.
Luas wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar adalah
1. Kelurahan Kenali Besar :
816,0 km2
596,2 km2
Jumlah Penduduk
Kenali Besar
N
20838
Bagan Pete
Jumlah
19834
40672
a.Lingkungan
Laki-laki
Perempuan
Kepala
Keluarga
RT
17048
61
13884
30932
31
92
1. Sarana Pendidikan
Tabel 4.2
Data Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi tahun 2015
No.
1.
2.
3.
4.
Sarana Pendidikan
TK
SD / MI
SLTP / MTS
SLTA / MAN
Kenali Besar
Bagan Pete
22
5
1
1
10
3
1
0
2. Sosial Ekonomi
Tabel 4.3
Data Mata Pencarian Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2015
K.BESAR
No. Mata Pencaharian
BAGAN PETE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
12.
13.
14.
Petani /Buruh
Tukang
PNS
Wiraswasta/
Pedagang
Peternak
Pengangkut/ Jasa
Pensiunan
ABRI
Sopir
Montir
Penjahit
Pengusaha
1352
522
3153
568
2807
89
139
200
290
135
98
234
115
812
314
1092
167
1685
43
110
173
132
184
43
112
69
Tabel 4.4
Persentase Penduduk berusia 10 Tahun keatas menurut tingkat pendidikan
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi tahun 2015
No.
Jenis Pendidikan
Jumlah
1. Universitas
923
2. Diploma
200
3. SLTA Sederajat
1569
4. SLTP Sederajat
1050
4. Tamat SD Sederajat
1045
6 Tidak Tamat SD
267
7. Tidak Pernah Sekolah
723
(Sumber : Kantor Kelurahan Kenali Besar dan Bagan Pete)
a. Agama
: 37745
Kristen Protestan
773
Kristen Katolik
329
Budha
17
Hindu
: 12
42
28
Gizi
Laboratorium
Tata usaha
SMA
LCPK
DI Komputer
Jumlah
3
3
1
1
1
1
40
peningkatan
pengembangan
wawasan
dan
keterampilan
dengan
7.
8.
TINGKAT PENDIDIKAN
Kepala Puskesmas
Dokter Umum
Dokter Gigi
SI Perawat, Nurse
D IV Bidan
Sarjana Muda Kesehatan
AKPER
AKZI
AKL
AKBID
AKFAR
AKG
AAK
Bidan / D1
Perawat/SPK
JUMLAH
1
3
1
2
1
2
1
0
11
2
1
1
7
4
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
SMF/SAA
SPAG
SMAK
SPRG
SPPH
SLTA Sederajat
LCPK
1
2
2
2
2
2
1
Kota Jambi
49
(satu) Pusling yang juga berperan dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
Puskesmas Kenali Besar, untuk menunjang kelancaran dari penyelenggaraan
upaya kesehatan, Puskesmas Kenali Besar juga dilengkapi oleh beberapa sarana
diantaranya :
1. Kendaraan roda 4 (Empat) sebanyak
2. Kendaraan roda 2 (Dua ) sebanyak
3. Komputer
: 2 unit
: 4 unit
:4u
Tata Usaha
A.Fahri
Bend.
Rutin
Widya
Karcis
Sopina
h
UNIT I
PROMKES
Nova
Primadona
No
1
2
UNIT II
UNIT III
KESGA
Gizi
Widya
KIA
Mainarni
KB
Fatmawati
MTBS/Tumba
ng
Zainurmi
Kespro
Desmayetty
Usila
Ernis
Yasneli
Zainurmi
KESLING
Sumarni
Siti Supur
Bend.
BPJS
Neli
Bend
BOK
UNIT V
UNIT IV
UNIT VI
RAWAT JALAN
P2M
SP2TP
Poli Umum
Imunisasi
Juni Ruspida
dr .Sri yuriko
H.Bujang MT
Pelaporan
dr.Juli Susanti
Choldchain
Askes
Enarianti
Dince
D.Haryadi
Erdanenswati
a.Horin
Laporan
Leni Marlina
P2TB Paru
Tahunan
Depi Syafrianti
Ena Rianti
Prima Syutio
Poli Anak
Malaria/Dia
dr.Feri Cardiana
re
Kusuma
Leni Marlina
Karniati
Kusuma
Poli Gigi
P2 Ispa
drg.Afrini
Ena Rianti
Rohaya
P2Rabies &
Tenti
Kusta
UKGS/UKGMD
Karniati
Tenti
Neli Diana
Ka.Pustu Simpang
Rohaya
Surveiland
Rimbo
Kesehatan
s
Yulia Etika
Jiwa & Mata
Depi
Pustu,
Leni Marlina
Desmanetty
Noviana
Seni Fitriyanti
PHN
Hasmon Yonne
Rita Dewi
Laboratorium
Rokiah
Meri hartati
Prima Syutio
4.2.
Cakupan Penyelidikan EpidemiologiRini
di Kelurahan Wilayah Kerja
Apotek
Puskesmas Kenali Besar
Nurepida
Siti Hajar
Tabel 4.2. Pencatatan Kasus DBDJuni
di Puskesmas
Ruspida Kenali Besar 2016
RostianaBulan
DBD
Fogging
(focus)
Rumah
92
243
45
112
100
152
26
187
3
4
dilakukan
pemeriksaan
jentik
Rumah yang
ada jentik
Kematian
akibat DBD
4.3.
18
49
12
No
Nama
Penderita
Nama KK
Umur
1.
M. biam z
Arianto
7 tahun
2.
Naomi Lydia
Andreas
comi
4 tahun
3.
Wanda Satina
Fitrah
13 tahun
4.
Ahmad fahri
David
pabunta
15 tahun
5.
Hanifah azahra
Suardi
12 tahun
6.
Rahmat
Kurniadi
Mawardi
17 tahun
7.
Dindra Pawon
Dindra
pawon
23 tahun
8.
Pamuhalan
taraqih
Pamuhalan
taraqih
43 tahun
Alamat
RT. 45, Kel.
Kenali
Besar
RT. 60, Kel.
Kenali
Besar
RT. 10,
Kel.Kenali
Besar
RT. 54, Kel.
Kenali
Besar
RT. 54, Kel.
Kenali
Besar
RT. 7, Kel.
Beringin
RT. 35, Kel.
Kenali
Besar
RT. 54, Kel.
Kenali
Besar
Sumber
Laporan
Tanggal
Fogging
Dinkes
Dinkes
Dinkes
Dinkes
Dinkes
Dinkes
Dinkes
Dinkes
9.
Sulaiman
ridarwanto
6 tahun
10.
Salsabila
Admar
Neri
oktriandi
11 tahun
Dinkes
Dinkes
b. Tidak
2. Apakah dalam tiga bulan terakhir ini, anda dan keluarga melakukan
kerja bakti bersama warga lain untuk membersihkan lingkungan dari air
yang tergenang walaupun tidak mendapat anjuran dari petugas
kelurahan ?
a. Ya
b. Tidak
3. Jika anda melihat kaleng bekas, pecahan botol, dan barang bekas lain
yang dapat menampung air hujan berserakan dilingkungan rumah anda,
maka anda akan mengubur barang barang tersebut tanpa menunggu
petugas kebersihan ?
a. Ya
b. Tidak
4. Saya dan keluarga tidak membuang sampah plastic dan kaleng bekas
sembarangan
a. Ya
b. Tidak
BAB V
MASALAH KESEHATAN
5.1.
Identifikasi Masalah
5.1.1. Curah Pendapat (Brain Storming) dan Hasil Pengamatan
Pada makalah ini didapatkan beberapa masalah yang didapatkan dari hasil
pengamatan yang dilakukan di RT 54 Wilayah Kerja Puskemas Kenali Besar, data
primer, dan brainstroming dengan petugas Kesehatan Lingkungan dan masyarakat
RT 54. Adapun beberapa masalah dalam pengetahuan masyarakat tentang
pelaksanaan PSN, yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD dengan
PSN. (OUTPUT)
b. Masyarakat kurang aktif untuk datang menghadiri ke acara penyuluhan
demam berdarah dengue. (PROSES)
c. Masyarakat kurang mengetahui jenis-jenis kegiatan pencegahan DBD
dengan PSN yang dilakukan oleh Puskesmas. (OUTPUT)
d. Masyarakat kurang mengetahui cara penggunaan dari bubuk abate.
(PROSES)
e. Kurangnya
masyarakat
(OUTCOME)
f. Kurangnya motivasi
yang
masyarakat
melaksanakan
untuk ikut
pencegahan
serta
3M
melakukan
6 dari 52
5.2.
Prioritas Masalah
Bobo
t
Kriteria
1.
2.
3.
4.
Pengaruh terhadap
kesehatan masyarakat
Pengaruh terhadap
kesehatan pasien
Teknologi dan SDM yang
dimiliki
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang
pencegahan DBD
dengan PSN.
N
BN
Masyarakat kurang
mengetahui jenis-jenis
kegiatan pencegahan
DBD dengan PSN
yang dilakukan oleh
Puskesmas.
N
BN
10
50
40
32
20
21
18
10
14
Jumlah
Keterangan :
Bobot ditentukan (1-5)
N = Nilai (nilai ditentukan 1-10)
BN = Bobot x Nilai = Skor
113
Komitmen Politis
92
Dari hasil tabel MCUA diperoleh urutan prioritas masalah pada makalah
ini, yaitu:
Bapak/Ibu tidak rutin melaksanakan pembersihan sarang nyamuk (PSN) di
lingkungan rumah di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar, RT 54, Kelurahan
Kenali Besar pada tahun 2016
Sedangkan prioritas masalah dengan menggunakan teknik PAHO (Pan
American Health Organization) adalah:
5.2.2 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Tabel PAHO
Tabel 5.2.
PAHO (Pan American Health Organization)
Masalah
M
S
V
C
Total
(MxSxVxC
)
300
120
M (Magnitude)
: luasnya masalah
S (Severity)
V (Vulnerability)
: ketersediaan teknologi
lokasi,
kelemahan/kekurangan
yang
terjadi
dan
kemungkinan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam tahaptahap kegiatan gerakan PSN-DBD di Puskesmas Kenali Besar.
POKJANAL DBD
tk. Kecamatan
Penyuluhan /
penyegaran
Peran
Jumantik
Peran Warga
PSN Tiap
Bulan dan
Penyuluhan
Abatesasi PSN
Pengendalian
Vektor
Bulan Bakti
3M
Pengontrolan
ABJ
Pencatatan
oleh
Puskesmas
PJB 3 bulan
sekali
PWS dan
koordinasi lintas
sektor
Rapat bulanan RT dgn
POKJA DBD
Rapat dg
Kecamatan
Rapat dg
Kota/Provinsi
Target
ABJ 95%
Material/Dana
Masyarakat tidak
tertarik untuk
menambah
pengetahuan
Manusia
Bapak/Ibu tidak melakukan
PSN
Bapak/Ibu
kurang aktif
untuk ikut
penyuluhan
Rasa ingin tahu
bapak/ibu rendah
bapak/ibu tidak
mendengarkan informasi
tentang PSN
Tingkat motivasi
bapak/ibu rendah
Rendahnya bapak/Ibu
yang melakukan PSN
PSN tidak
dilakukan
Bapak/Ibu tidak
melakukan PSN
Penduduk Sekitar tidak
melakukan jumat bersih
Lingkungan
Proses
Gambar 5.2. Diagram Fish Bone
5.4.
BAB VI
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH DAN
RENCANA USULAN KEGIATAN
6.1.
Masalah
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang
pencegahan
DBD
dengan PSN
6.2.
Penyebab
Alternatif Pemecahan Masalah
Kurangnya
Membuat penyuluhan yang menarik dengan
motivasi
ibu
memanfaatkan media elektronik seperti
untuk melakukan
video atau animasi.
pencegahan DBD Mengadakan kegiatan lain untuk anak-anak
dengan PSN
dari setiap bapak/ibu yang datang untuk
mengikuti penyuluhan, seperti menggambar
atau mewarnai.
Membuat model penyuluhan berupa diskusi
kelompok yang dipimpin oleh kader.
No
Kriteria
Bobot
1.
2.
Dapat
memecahkan
masalah dengan
sempurna
Murah biayanya
Memanfaatkan
media
elektronik
N
NB
Kegiatan
tambahan untuk
anak
N
NB
Model
penyuluhan
diskusi
N
NB
10
50
40
30
32
20
36
3.
Mudah
dilaksanakan
27
15
21
4.
Waktunya singkat
14
12
Jumlah Skor
123
87
95
Dari hasil tabel MCUA diatas diperoleh urutan prioritas cara pemecahan
masalah pada makalah ini yaitu: Membuat penyuluhan yang menarik dengan
memanfaatkan media elektronik seperti video atau animasi.
6.3.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
6.3.1. Faktor Pendukung
a. Tidak memerlukan banyak biaya karena alat dan bahan yang
diperlukan sudah tersedia di Puskesmas.
b. Masyarakat akan tertarik dan mudah ingat pada video atau animasi
yang langsung menceritakan mengenai keadaan tertentu.
6.3.2. Faktor Penghambat
a. Ruangan/tempat di Posyandu untuk melakukan penyuluhan tidak
terlalu mendukung untuk melakukan pemutaran video.
b. Diperlukan transportasi yang memadai untuk membawa alat-alat
pemutaran video.
c. Petugas kesehatan di Posyandu tidak terlalu paham cara pemasangan
proyektor.
6.3.3. Upaya untuk Mengantisipasi Faktor Penghambat
a. Mengkoordinasikan dengan sektor lain seperti Lurah atau RT untuk
memberikan tempat penyuluhan yang memadai dengan pemutaran
video.
b. Diperlukan tenaga tambahan untuk membawa dan memasang alat-alat
pemutaran video.
c. Petugas kesehatan perlu untuk mempelajari cara pemasangan tersebut
sebelum dilakukan penyuluhan.
6.4.
N
o
1.
Kegiatan
Tujuan
Sasaran
Waktu
Mencari
materi
elektronik
yang sesuai
dengan tema
penyuluhan
DBD
Terdapat
materi
elektronik
atau video
animasi
yang dapat
menunjang
penyuluhan
Video
animasi
DBD dari
internet
2 minggu
sebelum
penyuluha
n
Pelaksan
a
Petugas
Promkes
dibantu
petugas
Kesling
Biaya
Target
Swadaya
/ Tanpa
biaya
Mendapatka
n satu video
yang terkait
penyuluhan
DBD
2.
3.
4.
5.
Menentukan
orang yang
bertanggung
jawab untuk
perlengkapa
n
penyuluhan
Menentukan
jadwal
penyuluhan
DBD di
Posyandu
Memiliki
tenaga
tambahan
untuk
mengurus
alat
penyuluhan
Terdapat
jadwal
penyuluhan
di Posyandu
yang rutin
Mengundang
Semua
setiap
bapak/ibu di
bapak/ibu
wilayah
untuk datang
kerja
penyuluhan Posyandu di
DBD di
undang
Posyandu
penyuluhan
DBD
Menghubun Mendapatka
gi Lurah
n ruangan
atau Ketua
yang
RT untuk
memadai
meminjam
untuk
ruangan
kegiatan
yang
penyuluhan
memadai
berbasis
untuk
media
penyuluhan
DBD
Staff
Puskesmas
bagian
perlengkapa
n
3 hari
sebelum
penyuluha
n
Petugas
kesehatan
Posyandu
Posyandu
di RT 54
Wil. Kerja
PKM
Kenali
Besar
1 bulan
sebelum
ditetapkan
program
penyuluha
n tersebut
Petugas Swadaya
Promkes
/ tanpa
dibantu
biaya
Pemegan
g
program
Posyandu
Petugas
Tanpa
kesehatan
biaya
Posyandu
dibantu
kader
Posyandu
Semua
bapak/ ibu
di wilayah
kerja
Posyandu
1 minggu
sebelum
penyuluha
n
Tempat
yang berada
di wilayah
Posyandu
2 minggu
sebelum
penyuluha
n
Petugas
kesehatan
Posyandu
dibantu
kader
Posyandu
Tanpa
biaya
Tanpa
biaya
Mendapatka
n tiga orang
tenaga yang
mampu
membawa
alat
penyuluhan
Terdapat
jadwal rutin
penyuluhan
DBD di
beberapa
Posyandu
Semua
bapak/ibu di
wilayah
kerja
Posyandu
datang
penyuluhan
DBD
Mendapatka
n ruangan
yang
memadai
6.5.
Monitoring dan Evaluasi
6.5.1. Monitoring
Kegiatan
Mencari video
yang sesuai
dengan tema
Indikator
Video untuk
penyuluhan
sudah
Selisih
-
Keterangan
Terlaksana
100%
penyuluhan
DBD
ditemukan
Menentukan
satu orang yang
bertugas
membawa alat
penyuluhan
Sudah ada
tenaga ahli
yang berasal
dari staff
puskesmas
Terlaksana
Menentukan
jadwal
penyuluhan
DBD di
Posyandu
Jadwal
penyuluhan
DBD di
Posyandu
sudah dibuat
Terlaksana
sesuai
jadwal
Mengundang
setiap bapak/ibu
untuk datang
penyuluhan
DBD di
Posyandu
73 bapak/
ibu datang
penyuluhan
DBD
Setiap
bapak/ibu
datang
penyuluha
n DBD
Menghubungi
Lurah atau
Ketua RT untuk
meminjam
ruangan yang
memadai untuk
penyuluhan
DBD
1 tempat/
ruangan
yang
memadai
untuk
penyuluhan
berbasis
media
Terlaksana
sesuai
jadwal
untuk dapat
ditampilkan pada
penyuluhan
Staff puskesmas
bisa membawa
alat penyuluhan
ke Posyandu
dengan
transportasi
Penyuluhan DBD
diseluruh
Posyandu Wil.
Kerja Puskesmas
Kenali besar
sudah terjadwal
52 bapak/ibu
datang
penyuluhan DBD
ke Posyandu
Mendapatkan
pinjaman
ruangan/tempat
untuk penyuluhan
Terlaksana
100%
Terlaksana
100%
(73-52)/73 x
100 = 28,7%
Tercapai
71,3%
Terlaksana
100%
6.5.2. Evaluasi
Kegiatan
Penyuluhan tentang
DBD berbasis media
elektronik (video
animasi)
Efektivitas
Ket
90-40 = 50%
Ada
Peningkatan
berdampak pada
peningkatan ABJ di
lingkungan
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
Dari hasil analisis penulis menyimpulkan:
a. Masalah yang dihadapi dalam pengetahuan dan sikap masyarakat dalam
melakukan pencegahan DBD dengan PSN di RT 54 Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar adalah Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pencegahan DBD dengan PSN dan Masyarakat kurang mengetahui
jenis-jenis kegiatan pencegahan DBD dengan PSN yang dilakukan oleh
Puskesmas
b. Masalah yang diprioritaskan dalam pengetahuan dan sikap masyarakat
dalam melakukan pencegahan DBD dengan PSN di RT 54 Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar berdasarkan tabel MCUA dan PAHO adalah
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD dengan
PSN
c. Penyebab masalah dominan dalam melakukan pencegahan DBD dengan
PSN di RT 54 Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar yaitu kurangnya
perhatian bapak/ibu selama mengikuti penyuluhan tentang DBD.
d. Alternatif pemecahan masalah dalam makalah ini terdiri dari membuat
penyuluhan yang menarik dengan memanfaatkan media elektronik seperti
video animasi, mengadakan kegiatan lain untuk anak-anak dari setiap
bapak/ibu yang datang untuk mengikuti penyuluhan agar bapak/ibu
terfokus mengikuti penyuluhan, dan membuat model penyuluhan berupa
diskusi kelompok yang dipimpin oleh kader. Alternatif pemecahan
masalah yang dipilih adalah penyuluhan dengan memanfaatkan media
elektronik seperti video animasi.
e. Rencana usulan kegiatan pemecahan masalah yang terpilih adalah mencari
video yang sesuai dengan tema penyuluhan DBD, menentukan satu orang
yang bertugas bertanggung jawab untuk perlengkapan penyuluhan,
menentukan jadwal penyuluhan DBD di Posyandu, mengundang setiap
bapak/ibu untuk datang penyuluhan DBD di Posyandu, dan menghubungi
Saran
Guna kelancaran dalam pelaksanaan peningkatan pengetahuan dan sikap ibu
DAFTAR PUSTAKA
. Kementerian Kesehatan RI. Demam Berdarah Dengue di Indonesia Tahun 1968 2009. Pusat
Data dan Surveilans Epidemiologi. Buletin Jendela Epidemiologi. Agustus 2010;2.2.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Data dan informasi kesehatan [homepage on
the Internet]. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011 [diakses tanggal 1
Maret 2012]. Diunduh dari: http://www.bankdata.depkes.go.id/nasional/public/report.
3. Pratamawati, Diana A. Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2012;6(6): 243248.
4. Marini, Dina. Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai dbd pada keluarga di
kelurahan padang bulan tahun 2009. Medan: FKUSU. 2010
5. Suharti, Sri. Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku kepala keluarga dalam
pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Surakarta: FKUNS. 2010.
6. Sejati, Ery W. Hubungan pengetahuan tentang demam berdarah dengue dengan motivasi
melakukan pencegahan demam berdarah dengue di wilayah puskesmas kalijambe sragen.
Surakarta: STIKES Kusuma Husada. 2015.
7. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Modul Pengendalian Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2011.
8. Mukhsar. Modifikasi Persamaan Logistik Pada Simulasi Laju Pertumbuhan Nyamuk Aedes
aegypti (Skripsi). Kendari: Universitas Haluoleo; 2009
9. Sulina P. Hubungan Keberadaan Jentik Aedes aegypti dan Pelaksanaan 3M Plus dengan Kejadian
Penyakit DBD di Lingkunga XVIII Kelurahan Binjai Kota Medan Tahun 2012 (Skripsi). Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2012.
10. Lidya NS, Nurfaizah, Rikky PSP, Aisyah R, Ilmiaziz M. Tugas Terstruktur Pengendalian Vektor
Epidemiologi Pengendalian Nyamuk Aedes. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman; 2015.
11. Logeswaran G. Jenis-Jenis Larva Nyamuk di Kelurahan Baru-Ladang Bambu, Kecamatan
Medan Tuntungan (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012.
12. Suharti, Sri. Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan perilaku kepala keluarga dalam
pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. [Tesis]. Surakarta: UNS. 2010
13. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk teknis pemberantasan
sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD) oleh juru pemantau jentik (Jumantik).
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2012.
3
4
5.
6