Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
Supervisor:
dr. Iman Dwi Winanto, Sp.OT
PENYUSUN:
Fatma Diana
(110100147)
(110100329)
(110100353)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Pada makalah ini, penulis menyajikan kasus mengenai ArtritisReumatoid.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik Departemen Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi, Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Iman Dwi Winanto, Sp.OT, atas kesediaan beliau
sebagai supervisor dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga
laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1.
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2.
Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.3.
Manfaat Penulisan.....................................................................................2
Definisi......................................................................................................3
2.2.
Klasifikasi..................................................................................................3
2.3.
Epidemiologi.............................................................................................4
2.4.
Etiologi......................................................................................................4
2.5.
Patologi......................................................................................................5
2.6.
Manifestasi Klinis.....................................................................................8
2.7.
Pemeriksaan Fisik...................................................................................10
2.8.
Pemeriksaan Penunjang...........................................................................15
2.8.1.
Imaging............................................................................................15
2.8.2
Pemeriksaan Darah..........................................................................16
2.8.3
Biopsi...............................................................................................16
2.9.
Diagnosis.................................................................................................16
2.10.Diagnosis Banding.....................................................................................17
2.11.Komplikasi.................................................................................................19
2.12.Prognosis....................................................................................................20
2.13.Penatalaksanaan.........................................................................................20
BAB 3 KESIMPULAN........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronis yang belum
diketahui pasti sebabnya yang ditandai dengan poliarthritis simetris dan perifer.
Hal itu merupakan akibat dari inflamasi arthritis kronis dan sering menimbulkan
kerusakan sendi dan kelemahan fisik. Karena AR merupakan penyakit sistemik,
AR dapat menimbulkan berbagai manifestasi dari ekstraartikulasi, termasuk
kelemahan, nodul subkutaneus, pericarditis, neuropati perifer, vaskulitis, dan
abnormal hematologi.1
Potensi dari inflamasi yang terjadi pada cairan sendi dapat menyebabkan
kerusakan kartilago, erosi pada tulang, dan perubahan yang lebih lanjut pada
integritas sendi sebagai tanda khas pada penyakit ini. Walaupun berpotensi
merusak, artritis reumatoid cukup bervariasi. Beberapa penderita hanya
menunjukkan penyakit oligoartikular yang ringan dengan durasi yang singkat
disertai dengan kerusakan sendi yang minimal, sedangkan pada penderita yang
lain dapat menunjukkan poliartritis progresif yang ditandai kerusakan fungsional.2
Penyakit artritis reumatoid merupakan suatu penyakit yang telah lama
dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok
etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan
wanita denga pria sebesar 3 : 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis
reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.3
Artritis Reumatoid (AR) salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah
suatu penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi.
Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap, suatu sinovitis
proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya waktu, dapat terjadi erosi
tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total sendi. Akhirnya,
kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.3,4
Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang
timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas
bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon seks, infeksi dan umur
telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit
ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.
4,5
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami mengenai Artritis Reumatoid. Tulisan ini juga dibuat untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Ilmu Bedah Orthopaedi & Traumatologi.
1.3.
Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih
mengetahui dan memahami mengenai Artritis Reumatoid.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi kronik yang tidak diketahui
pasti penyebabnya yang ditandai dengan poliarthritis perifer dan simetris.
Keduanya pada umumnya merupakan akibat dari inflamasi arthritis dan kerusakan
sendi, serta gangguan fisik. Karena AR merupakan penyakit sistemik, AR
menimbulkan berbagai manifestasi ekstraartikular, termasuk kelelahan, nodul
pada lapisan subcutaneous, lung involvement, pericarditis, neuropati perifer,
vaskulitis, dan keabnormalan dari hematologi.1
Artritis reumatoid adalah dua sampai tiga kali lebih banyak pada wanita
dibandingkan pada pria dan umumnya terjadi antara usia 40 dan 60. Tapi
rheumatoid arthritis juga dapat menyerang anak muda dan dewasa yang lebih tua.
Tidak ada obat untuk pengobatan artritisreumatoid. Dengan perawatan yang tepat
dan perubahan gaya hidup, anda dapat hidup, panjang dan produktif dengan
rheumatoid arthritis.3,4.
2.2.
Klasifikasi
Artritis reumatoid dibagi menjadi 4 tipe, berdasarkan ARA 1987: 4
1. Artritis Reumatoid deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerud, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
2. Probable reumatoid atritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda adan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
3. Possible rematoid atritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan.
2.3.
Epidemiologi
Artritis reumatoid merupakan penyakit yang jarang pada laki-laki dibawah
umur 30 tahun. Insiden penyakit ini memuncak pada umur 60-70 tahun. Pada
wanita, prevalensi penyakit ini meningkat dari pertengahan abad ke-20 dan
konstan pada level umur 45-65 tahun dengan masa puncak 65-75 tahun.6
Prevalensi dari artritis reumatoid mendekati 0,8 % dari populasi (kisaran
0,3 - 2,1%), wanita terkena tiga kali lebih sering dibandingkan dengan laki-laki.
Prevalensi penyakit ini meningkat dengan umur, dan jenis kelamin, perbedaannya
dikurangi pada kelompok usia tua. Penyakit ini menyerang orang-orang di seluruh
dunia dari berbagai suku bangsa. Onset dari penyakit ini sering pada dekade keempat dan ke-lima dari kehidupan. 1,7
Faktor resiko genetik tidak sepenuhnya dihitung pada insiden terjadinya
artritis reumatoid, hanya menyatakan bahwa faktor lingkungan juga berperan
penting pada penyebab dari penyakit ini. Hal ini ditekankan pada penelitian
epidemiologi di Afrika yang mengindikasikan cuaca dan urbanisasi merupakan
pengaruh utama pada insiden dan tingkat keberatan dari artritis reumatoid pada
kelompok dengan latar belakang genetik yang serupa.2
2.4.
Etiologi
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui. Dikatakan bahwa
artritis reumatoid mungkin merupakan manifestasi dari respon terhadap agen
infeksius pada orang-orang yang rentan secara genetik. Karena distibusi artritis
reumatoid yang luas, hal ini menimbulkan hipotesis bahwa jika penyebabnya
adalah agen infeksius, maka organisme tersebut haruslah tersebar secara luas.
Beberapa
kemungkinan
agen
penyebab
tersebut
diantaranya
termasuk
2.5.
Patologi
Artritis reumatoid adalah penyakit sistemik tetapi kebanyakan lesi
karakteristik terlihat di sinovium atau dalam nodul rheumatoid. Sinovium ini
membesar dengan pembuluh darah baru dan dipenuhi oleh sel-sel inflamasi.8
4. Kelemahan otot
Kelemahan otot sering dijumpai. Hal ini disebabkan oleh miopati atau
neuropati.8 Pada elektromiografi menunjukkan adanya degenerasi
serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan fragmentasi serabut
otot serta gangguan reticulum sarkoplasma dan partikel glikogen.
Selain itu, umumnya pada artritis rheumatoid terjadi pengecilan/atrofi
otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot (disuse
artrophy) aibat inflamasi sendi yang ada.9
5. Kelainan visera
Paru, jantung, ginjal, traktus gastrointestinal dan otak dapat terlibat.
Penyakit jantung iskemik dan osteoporosis merupakan komplikasi
yang sering dijumpai.8
2.6.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari artritis reumatoid bervariasi tergantung dengan
onset, distribusi, derajat keparahan dan progresivitas penyakit. Onset penyakit ini
biasanya tersembunyi tetapi dapat episodik atau akut. 10Manifestasi klinis artritis
reumatoid dibagi menjadi :
a) Manifestasi awal
Gejala awal biasanya berupa nyeri, pembengkakan dan hilangnya
mobilitas pada sendi proksimal jari. Keluhan biasanya dimulai pada banyak
sendi/poliartritis reumatoid seperti sendi pergelangan tangan, sendi siku, sendi
panggul, sendi kaki, sendi lutut dan sendi bahu yang bersifat bilateral/simetris.
Tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada satu sendi dan disebut monoartritis
reumatoid.8
Pada stadium awal, karakteristik keterlibatan sendi yaitu pada sendi tangan
dan sendi kaki, yaitu sendi metakarpofalangeal pada ibu jari, jari telunjuk dan
jari tengah; sendi interfalangeal proksimal ibu jari, jari telunjuk dan jari manis;
dan sendi metatarsofalangeal pada jari ke 2,3,4 dan 5. Kadang-kadang sendi
besar
terlibat
terlebih
dahulu
sebelum
sendi-sendi
perifer
yang
b) Manifestasi lanjutan
Pada stadium lanjutterjadi kerusakan sendi dan deformitas yang bersifat
permanen,
selnajutnya
timbul
ketidakstabilan
sendi
akibat
ruptur
c) Manifestasi ekstra-artikuler
Manifestasi ini biasanya muncul pada pasien dengan penyakit berat.
Manifestasi
tersering ialah
10
Manifestasi Klinis
Carpal tunnel syndrome, neuropati
perifer (glove and stocking sensory
Kulit
loss)
Nodul subkutan (umumnya dibagian
ekstensor dari lengan bawah dekat
Pembuluh darah
Mata
secondary
2.7.
Toraks
Jantung
Ginjal
perikardiak
Amyloidosis,
fungsi
ginjal
yang
Pemeriksaan Fisik
a) Stadium awal
Pemeriksaan fisik minimal, tetapi biasanya dijumpai pembengkakan
simetris dari sendi metakarpofalangeal, sendi interphalangeal dan pergelangan
tangan. Tenosinovitis sering dijumpai pada komparteen ekstensor pergelangan
tangan dan pembungkus fleksor jari, yang di diagnosis dengan adanya
penebalan, terasa lembut dan krepitasi saat pergerakan pasif. Jika sendi besar
11
Gambar 2.3. Pembengkakan dan kaku pada sendi proksimal jari dan sendi
pergelangan tangan8
Gambar 2.4. Gambaran tenosinovitis pada sendi besar (pada sendi lutut kanan)8
b) Stadium lanjut
12
13
metakarpofalangeal
(MCP)
dan
pergelangan
tangan
14
15
2.8.
Pemeriksaan Penunjang
2.8.1. Imaging
a) X Ray
Pada awal penyakit, gambaran x-ray hanya menunjukkan tanda tanda
synovitis; pembengkakan jaringan dan osteoporosis pada peri-aurikular.
Stadium lebih lanjut ditunjukkan oleh penampakan erosi tulang dan
penyempitan ruang articular, terutama pada sendi proksimal di tangan dan
kaki. Posisi fleksi dan ekstensi pada bagian servikal tulang punggung sering
16
menunjukkan sublukasi, namun hal ini jarang menjadi gejala yang dikeluhkan
pada sebagian besar kasus.8
2.8.2
Pemeriksaan Darah
Dari pemeriksaan darah rutin dapat dijumpai gambaran anemisa
normositik hipokrom yang merupakan tanda dari eritropoiesis akibat efek dari
RA. Dapat juga diperparah oleh karena perdarahan saluran cerna akibat
penggunaan NSAID. Pada fase aktif biasanya kadar LED dan CRP meningkat.8
2.8.3
Biopsi
Biopsi yang dilakukan adalah biopsy dari jaringan synovial, yang
2.9.
Diagnosis
Untuk RA sendiri sebenarnya tidak memiliki kriteria diagnostik yang definitive.
Biasanya kriteria yang digunakan adalah dijumpainya poliartritis yang bilateral
dan simetris, menlibatkan sendi tangan dan kaki, dan menetap sampai sedikitnya 6
minggu. Jika telah dilakukan pemeriksaan x-ray dan dijumpai nidul subkutan dan
17
erosi peri-aurikular, maka diagnosis dapat ditegakkan (apley). Salah satu kriteria
yang biasanya digunakan adalah kriteria dari ACR-EULAR (American College of
Rheumatology - European League Against Rheumatism), kriteria ini ditujukan
kepada pasien dengan syarat:13
1
2.10.
Diagnosis Banding
a) Seronegatif poliartritis inflamasi
18
19
Penyakit ini bermula dari lesi kulit dan gejala mirip flu, lalu menyebar ke
banyak organ. Jika lesi kulit dibiarkan, maka akan timbul keluhan nyeri
sendi yang asimetris dan menyerang sendi besar.8,14,15
g) Arthritis viral
Pada kasus tertentu (seperti infeksi Parvovirus B19), biasanya mengenai
polisinvitis (biasanya pada sendi jari tangan) dan morning stiffness, gejala
yang bertahan hingga berbulan bulan dan muncul kembali dalam
beberapa tahun. Ketiadaan akan rematik pada pemeriksaan x-ray akan
menjadi penanda akan penyakit ini.8
h) Osteoarthritis
Poliartikular ostreoarthitis, dimana menyerang persendian jari, sering
disalah artikan sebagai RA. OA selalu menyerang bagian distal dari sendi
interphalangeal dan menunjukkan nodul artritis pada pemeriksaan
radiologis, dan RA menyerang bagian proksimal sendi dan menunjukkan
gambaran erosif pada pemeriksaan radiologis.8,14,15
i) Polymyalgia Rheumatica
Penyakit ini biasanya dijumpai pada pasien dengan usia dewasa atau
lanjut, ditandai dengan rasa tidak nyaman pada bagian pelvis dan pectoral,
kaku jika tidak beraktifitas dan kelemahan pada otot. LED dan CRP
biasanya meningkat.8
d) Relapsing Polychondritis
e) Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
2.11.
Komplikasi
a) Deformitas
Penatalaksanaan dan perencanaan yang lebih awal dapat mencegah
komplikasi ini, mengingat sebagian besar masalah dari RA berasal dari
anggapan bahwa penyakit ini merupakan penyakit biasa sehingga terjadi
pembiaran.8
b) Kelemahan otot
Inaktivitas dari pasien dapat menyebabkan kelemahan dari otot, hal ini
dapat dicegah dengan fisioterapi dan control dari nyeri.8
c) Ruptur sendi
Biasanya ruptur dari sendi dan isi dari synovial akan tertampung pada
jaringan sekitar, pencegahan ditujukan pada synovitis yang ada, dengan
pemberian bidai dan suntikan pada sendi tersebut.8
d) Infeksi
Pasien dengan RA akan diberikan kortikosteroid yang akan dikonsumsi
seumur hidup, dan hal ini akan membuat pasien rentan terhadap infeksi.8
e) Kompresi tulang belakang
Jika didapati adanya kelemahan pada ekstremitas bawah dapat dicurigai
adanya kompresi dari tulang belakang. Hal ini dapaat dicegah dengan
tindakan pembedahan (spinal fusion) dan imobilisasi dari leher.8
21
f) Amiloidosis
Hal ini merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat menjadi fatal pada
RA yang sudah lama. Pasien mengalami gagal ginjal progresif dengan
proteinuria positif. Untuk diagnosisnya harus ditemukan amyloid melalui
pemeriksaan rektal atau biopsy rektal. Pengendalian inflamasi dapat
mencegah komplikasi ini.8
2.12.
Prognosis
Diperkirakan pada sekitar 30% pasien, penyakit ini sangat ringan sehingga
tidak berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatannya. Namun, pada sebagian
besar pasien penyakit ini berjalan baik subakut atau kronis selama bertahun-tahun
dengan beberapa fase eksaserbasi dan remisi.Dari yang telah diperkirakan
sebelumnya, pasien dengan proses yang aktif dalam beberapa tahun atau lebih
cenderung memiliki prognosis yang kurang baik. Namun demikian, sekitar 50%
dari pasien yang diobati, hanya 10% yang mengalami kecacatan dan sebagian
besar terbatas pada tempat tidur atau kursi roda. Pasien dengan penyakit sistemik
berat dan luas, seperti keterlibatan system kardiovaskular dan paru, memiliki
angka kehidupan yang lebih singkat.10
2.13.
Penatalaksanaan
a) Obat-obatan
Obat-obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok, yaitu :
1. DMARD
Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD) memiliki potensi
untuk mengurangi kerusakan sendi, mempertahankan integritas dan
fungsi sendi dan pada akhirnya mengurangi biaya perawatan dan
22
3. Kortikosteroid
23
4. Agen biologik
Obat obatan jenis ini digunakan untuk menghambat sitokin
inflamasi. Obat obatan ini berupa TNF-neutralizing agents dan juga
recombinant interleukin antagonist, dan berguna untuk pasien RA
yang gagal pengobatan dengan DMARD. Penggunaan obat ini juga
dapat dikombinasikan dengan Methotrexate,atau dengan DMARD
lainnya.14,15Akan tetapi, masing-masing pasien mempunyai gambaran
klinik dan aktivitas penyakit yang berbeda-beda dengan beberapa
pasien tidak menunjukkan respon yang memuaskan bahkan dengan
kombinasi DMARD nonbiologik. Beberapa DMARD biologik dapat
berkaitan dengan infeksi bakterial yang serius, aktif kembalinya
hepatitis B dan aktivasi TB. Mengingat hal ini, perlu pemeriksaan awal
dan pemantauan yang serius untuk infeksi. Khususnya untuk anti TNF
alpha dimana Indonesia merupakan daerah endemis untuk Tb, maka
skrining untuk Tb harus dilakukan sebaik mungkin (termasuk tes
tuberkulin dan foto toraks). Efek samping DMARD biologik yang lain
adalah reaksi infus, gangguan neurologis, reaksi kulit dan keganasan.16
b) Fisioterapi
24
Termasuk dalam hal ini adalah pemasangan splint dan peralatan ortotik
yang dapat mencegah progresivitas penyakit. Tetapi penting juga untuk
menekankan agar pasien tetap aktif bergerak dan beraktivitas, jika hal hal ini
telah dilakukan dan tidak dapat memulihkan dan mempertahankan fungsi,
diindikasikan untuk dilakukan tindakan pembedahan.8
c) Pembedahan
Tindakan bedah pada pasien dengan RA pada dasarnya bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperbaiki deformitas dan peningkatan fungsi dari
ekstremitas yang terlibat.14,15 Pembedahan yang dilakukan pada bahu, baha,
dan lutut cenderung memiliki tingkat keberhasilan lebih dibandingkan
tindakan yang dilakukan pada bagian tubuh lainnya, 16 walaupun begitu, pada
daerah ekstremitas atas tetap dilakukan pembedahan untuk memperbaiki
fungsi dan memperbaiki penampilan secara kosmetik. Tindakan bedah yang
biasanya dilakukan:14,15
Tendon realignment
25
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
27
and
Clinical
Implications.
Austria:
RadioGraphics;
2005.pp.381-398.
8. Edwards C, Solomon L. Inflammatory Rheumatic Disorders. In: Solomon L,
Warwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and Fractures. Ninth
Edition. Bristol: Hodder Arnold; 2010. pp. 59-66.
9. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi Ketiga. Jakarta: Yasrif
Watampone; 2007.
10. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Muskuloskeletal System.
Third Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 1999. pp. 232-40.
11. Ritchie JE. Muscle, Bone and Skin. Third Edition. Philadelphia: Elsevier
Limited; 2008. pp. 103-7.
12. Thompson JC. Netters Concise Orthopaedic Anatomy. Second Edition.
Philadelphia: Elsevier Inc; 2010.
13. ACR
Rheumatoid
Arthritis
http://www.rheumatology.org/Portals/0/Files/2010%20Rheumatoid
28
Howard
R,
et
al.
Rheumatoid
Arthritis
Artritis
Reumatoidhttp://www.reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Panduan_Diagno
sis_dan_Penatalaksanaan_Reumatoid_Artritis.pdf. [diakses 22 Oct 2016]
29