Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MASYARAKAT MADANI DAN

KESEJAHTERAAN UMAT
Tugas Matakuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :
Arif Munandar Sarumpaet
13/348341/PN/13263

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera

sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur


bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan
muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai
tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Namun masih banyak
permasalahan bagi bangsa Indonesia, permasalahan yang timbul tersebut
mengakibatkan banyaknya konflik ataupun kekacauan yang terjadi dimasyarakat.
Permasalahan ini tidak bisa dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat
buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Masih adanya budaya
KKN dan budaya malas mungkin menjadi masalah yang utama di negeri ini.
Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani
asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang
dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang
harus dilalui. Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi
masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju masyarakat madani itu
sendiri.

BAB II
PERMASALAHAN
Permasalahan sosial merupakan sebuah gejala atau fenomena yang muncul
dalam realitas kehidupan bermasyarakat. Dalam mengidentifikasi permasalahan
sosial yang ada di masyarakat berbeda-beda antara tokoh satu dengan lainnya.
Dalam kehdiupan sehari hari kita selalu disuguhkan dengan permasalahan
permasalahan di lingkungan masyarakat antara lain seperti pencurian, bentrok
antar warga dan lain lain, hal hal tersebut tidak akan terjadi apabila masyarakat
memiliki adab dan toleransi antar satu dengan yang lainnya, dan masalah yang
dibahas pada makalah ini antara lain :
1. Apa pengertian Masyarakat Madani menurut Istilah dan Bahasa?
2. Bagaimana karakteristik Masyarakat Madani?
3. Bagaimanakah peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani?

4. Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi islam?


5. Bagaimana konsep islam tentang kesejahteraan umat?

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Pengertian Masyarakat Madani


Madani, merupakan istilah dari bahasa arab mudun,atau madaniyah,

yang mengandung arti peradaban. Dalam bahasa inggris istilah tersebut


mempunyai padanan makna dengan kata civilization. Secara terminologis
masyarakat madani menurut An-Naquib Al-Attas adalah mujtama madani
atau masyarakat

kota. Secara

etimologi

mempunyai

dua

arti,

Pertama,

masyarakat kota karena madani berasal dari kata bahasa arab madinah yang
berarti kota, dan kedua masyarakat berperadaban karena madani berasal dari
kata arab tamaddun atau madinah yang berarti peradaban, dengan demikian
masyrakat madani mengacu pada masyarakat yang beradab. Istilah masyarakat
madani selain mengacu pada konsep civil society juga berdasarkan pada konsep
negara mzadinah yang dibangun Nabi Muhammad saw pada tahun 622M.
Istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil
society, tetapi jika dilacak secara empirik istilah civil society adalah terjemahan
dari istilah latin, civilis societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero (seorang
orator dan pujangga dari Roma), pengertiannya mengacu kepada gejala budaya
perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil disebutnya sebagai sebuah
masyarakat politik (Political Society) yang memiliki kode hukum sebagai dasar
hidup.

3.2

Karakteristik Masyarakat Madani


Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian

mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat)
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat,
menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi
rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (at-Taubah:
71).

Masyarakat modern mendambakan sebuah sistem kehidupan dimana


elemen-eleman dalam masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam
menata kehidupan yang mereka inginkan. Masyarakat yang demikian kerap
disebut masyarakat sipil (Civil Society), namun beberapa cendikiawan Muslim di
Asia Tenggara lebih suka menggunakan istilah masyarakat madani sebagai
gantinya. Dan ada beberapa karakteristik mengenai masyarakat madani yaitu :
1. Masyarakat

egaliter,

masyarakat

egaliter

atau

masyarakat

yang

mengemban nilai egalitarianisme yaitu masyarakat yang mengakui adanya


kesetaraan dalam posisi di masyarakat dari sisi hak dan kewajiban tanpa
memandang suku, keturunan, ras, agama, dan sebagainya.
2. Penghargaan, bahwa dalam masyarakat madani adanya penghargaan
kepada orang berdasarkan prestise, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan
sebagainya.
3. Keterbukaan (partisipasi seluru anggota masyarakat aktif), sebagai ciri
masyarakat madani adalah kerendahan hati untuk tidak merasa selalu
benar, kemudian kesediaan untuk mendengarkan pendapat orang lain
untuk diambil dan diikuti mana yang terbaik.
4. Penegakkan hukum dan keadilan, hukum ditegakkan pada siapapun dan
kapanpun, walupun terhadap keluarga sendiri, karena manusia sama
didepan hukum.
5. Toleransi dan pluralisme, tak lain adalah wujud civility yaitu sikap
kewajiban pribadi dan sosial yang bersedia melihat diri sendiri tidak selalu
benar, karena pluralisme dan toleransi merupakan wujud dari ikatan
keadaban (Bond of civility), dalam arti masing-masing pribadi dan
kelompok dalam lingkungan yang lebih luas, memandang yang lain
dengan penghargaan, betapapun perbedaan yang ada tanpa saling
memaksakan kehendak, pendapat atau pandangan sendiri.
6. Musyawarah dan demokrasi, merupakan unsur asasi pembentukan
masyarakat madani. Nur cholis madjid menyatakan, maasyarakat madani
merupakan masyarakat demokratis yang terbangun dengan menegakkan
musyawarah, karena musywarah merupakan interpretasi positif berbagai
individu dalam masyarakat yang saling memberikan hak untuk

menyatakan pendapat, dan mengakui adanya kewajiban mendengar


pendapat orang lain.

3.3

Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani


Mewujudkan masyarakat madani merupakan cita-cita yang amat mulia

untuk dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. Model masyarakat madani


pernah dicontohkan pada masa Rasullullah SAW di Madinah. Pada masa itu kota
Madinah dipimpin oleh Rosullullah SAW setelah terjadi perjanjian yang disebut
Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah kesepakatan antara Rosullullah SAW
dan umat muslim lainnya beserta penduduk Yahudi. Di dalam perjanjian tersebut
berisi untuk setiap masyarakat untuk saling tolong-menolong dan menciptakan
kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Quran sebagai landasan
konstitusi, mengangkat Rosullullah menjadi peminpin, dan juga dalam piagam
tersebut memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah dengan
kepercayaan mereka masing-masing. Dalam kepemimpinan Rosullullah SAW,
masyarakat madinah yang sebelumnya sering terjadi konflik berubah menjadi
masyarakat yang damai dan saling tolong-menolong satu sama lain.
Umat Islam di Indonesia merupakan komponen mayoritas bangsa
Indonesia. Sebagai komponen terbesar penyusun bangsa ini, umat Islam dituntut
untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bernegara ini.Umat islam di
Indonesia yang sebagai mayoritas bertanggung jawab atau berperan sangat besar
dalam mewujudkan masyarakat madani. Di negeri ini akan tergantung oleh
bagaimana cara umat Islam dalam menjalani kehidupannya. Maka dari itu umat
islam memiliki tiga peran yang nyata yaitu ;
-

Sebagai Warga Negara


sebagai warga Negara hendaknya umat Islam memenuhi kewajibannya sesuai
pada peraturan-peraturan nagara yang telah dibuat.

Sebagai Pengembang Kehidupan Bangsa

Dalam hal ini,umat Islam diharapkan dapat menawarkan dirinya sebagai


sumber pengembangan dalam segala aspek kehidupan seperti, ekonomi, sosial,
pendidikan, politik dan budaya. Dalam melaksanakan perannya, segala tindakan
harus didasari pada nilai-nilai yang Islami.
-

Sebagai Penata Kehidupan Bangsa dan Negara


Dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk karena Negara ini
memiliki berbagai macam ras, suku, agama, etnik dan lain-lain. Maka umat Islah
harus bener-benar pandai menerapkan gagasan islami yang ke-Indonesia-an. Hal
ini karena untuk terciptannya kedamaian dan ketentraman, seperti yang diajarkan
oleh Rasullullah SAW bahwa umat muslim adalah umat yang penuh kasih sayang,
keadilan, dan kearifan yang sesuai dengan perintah Allah SWT. Dasar-dasar inilah
yang dijadikan oleh umat Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Jika setiap orang
memiliki rasa toleransi dan menghormati, maka kehidupan masyarakat madani
akan tercapai.
Dalam melakukan perannya hendaknya umat Islam didasari pada
pengetahuan dan wawasan yang meliputi:

a) Wawasan Keislaman
b) Wawasan atau pemahaan secara utuh tentang ajaran-ajaran Islam
c) Wawasan Kebangsaan
d) Merupakan peningkatan rasa nasionalisme.
e) Wawasan Kecendikian
f)

Peningkatan dalam kualitas kecendikian.

g) Wawasasan Kepemimpinan
Meliputi usaha dalam peningkatan dan pengembangan jati diri dan kepemimpinan
umat serta wawasan kesejahteraan guna meningkatkan kegiatan ekonomi
kerakyatan.

Banyak yang sudah dilakukan umat Islam dalam menunjukan perannya dalam
membangun masyarakat madani. Tapi akhir-akhir ini pandangan Islam buruk
karena banyak umat Islam di Indonesia yang bersikap dan bertindak tanpa
wawasan keislaman yang benar. Mereka bertindak atas nama umat Islam, oleh
karena ini yang memperburuk pandangan masyarakan tentang Islam.
3.4

Sistem Ekonomi Islam


Menurut ajaran Islam, semua kegiatan manusia termasuk kegiatan sosial

dan ekonomi haruslah berlandaskan tauhid (keesaan Allah). Dengan demikian


realitas dari adanya hak milik mutlak tidak dapat diterima dalam Islam melainkan
hanya milik Allah saja, sedangkan manusia hanyalah memiliki hak milik nisbi
atau relatif. Pernyataan dan batas-batas hak milik dalam Islam sesuai dengan
sistem keadilan hak-hak semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Islam mempunyai dua prinsip utama, yakni pertama, tidak seorangpun
yang berhak mengeksploitasi orang lain; dan kedua, tidak ada sekelompok
orangpun boleh memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi
kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka saja. Sebagaimana dalam QS. alSyuara ayat 183, artinya: Janganlah kamu merugikan manusia pada hakhaknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan.
Dalam komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap persaudaraan,
keadilan ekonomi dan sosial. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi
pendapatan dan kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah
menuntut bahwa semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa memandang
kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi ketidaksamaan pendapatan
sampai tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah sama sifat, kemampuan, dan
pelayanannya dalam masyarakat. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 71 disebutkan, yang
artinya: Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau
memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka
sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.

Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai


dengan

kebutuhannya.

Kelebihan

penghasilan

atau

kekayaannya

harus

dibelanjakan sebagai sedekah karena Alah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS.
An-nisa ayat 114, yang artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikanbisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan perdamaian di antara
manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena mencari keredhaan
Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus
dipelihara, yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia dalam masyarakat. Dengan melaksanakan kedua hubungan itu dengan
baik, maka hidup manusia akan sejahtrera baik di dunia maupun di akhirat kelak.

3.5

Konsep Islam Tentang Kesejahteraan Umat


Pada intinya, kesejahteraan sosial menuntut terpenuhinya kebutuhan

manusia yang meliputi kebutuhan primer (primary needs), sekunder (secondary


needs) dan kebutuhan tersier. Kebutuhan primer meliputi: pangan (makanan)
sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), kesehatan dan keamanan yang layak.
Kebutuhan sekunder seperti: pengadaan sarana transportasi (sepeda, sepeda motor,
mobil, dsb.), informasi dan telekomunikasi (radio, televisi, telepon, HP, internet,
dan lain sebagainya). Kebutuhan tersier seperti sarana rekereasi, hiburan. Kategori
kebutuhan di atas bersifat materil sehingga kesejahteraan yang tercipta pun
bersifat materil.
Kesejahteraan sosial yang didambakan al-Quran menurut Qurasih Shihab
tercermin di Surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat sebelum mereka
turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Seperti diketahui, sebelum Adam
dan isterinya diperintahkan turun ke bumi, mereka terlebih dahulu ditempatkan di
Surga. Surga diharapkan menjadi arah pengabdian Adam dan Hawa, sehingga
bayang-bayang surga itu bisa diwujudkan di bumi dan kelak dihuni secara hakiki

di akhirat. Masyarakat yang mewujudkan bayang-bayang surga itu adalah


masyarakat yang berkesejahteraan. Kesejahteraan surgawi ini dilukiskan antara
lain dalam QS. Thh/20:117-119, yang berbunyi : Hai adam, sesungguhnya ini
(Iblis ) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali jangan sampai ia
mengeluarkan kamu berdua dari Surga, yang akibatnya engkau akan bersusah
payah. Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di sini (surga), tidak pula akan
telanjang, dan sesungguhnya engkau tidak akan merasakan dahaga maupun
kepanasan. Dari ayat menurut ini jelas bahwa pangan, sandang, dan papan yang
diistilahkan dengan tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan semuanya telah
terpenuhi di sana. Terpenuhinya kebutuhan ini merupakan unsur pertama dan
utama kesejahteraan sosial. Lebih lanjut dalam Undang-undang Kesejahteraan
Sosial, kriteria masalah sosial yang perlu diatasi meliputi kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Dalam islam dijelaskan bagaimana cara agar terbentuk suatu masyarakat
yang madani dan tumbuh toleransi antara satu dengan yang lainnya agar
kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik dan tidak ada masalah antara
satu individu dengan individu lain atau suatu kelompok dengan kelompok lain.
Masih banyak disekitar kita tauran pelajar, tauran antar komplek, tauran antar desa
dan perang terselubung antar agama, hal ini dikarenakan lemahnya iman
masyarakat dan kurangnya pemahaman mengenai masyarakat madani dan belum
mengerti bagaimana pandangan islam mengenai kehidupan bermasyarakat agar
tetap rukun dan damai.

BAB IV
KESIMPULAN
1. Secara Bahasa berarti peradaban, dengan demikian masyrakat madani
mengacu pada masyarakat yang beradab. Sedangkan menurut istilah
masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil society,
pengertiannya mengacu kepada gejala budaya perorangan dan masyarakat.
2. Karakteristik masyarakat madani adalah Masyarakat egaliter,
Penghargaan, Keterbukaan, Penegakkan hukum dan keadilan, Toleransi
dan pluralisme, Musyawarah dan demokrasi.
3. Sebagai warga Negara, sebagai pengemban kehidupan Bangsa, dan
sebagai penata kehidupan Bangsa dan Negara
4. Yang dimaksud sistem Ekonomi Islam adalah sekumpulan dasar-dasar
umum ekonomi yang kita simpulkan dari Al-Quran dan As-Sunnah, dan
merupakan bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan
dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan masa.
5. Kesejahteraan sosial menuntut terpenuhinya kebutuhan manusia yang
meliputi kebutuhan primer (primary needs), sekunder (secondary needs)
dan kebutuhan tersier.

DAFTAR PUSTAKA
1. Al Quran : QS. Thh/20:117-119, An-nisa ayat 114, Q.S. An-Nahl ayat
71, QS. al-Syuara ayat 183, QS. Ali Imran ayat 110, at-Taubah: 71.
2. https://moehs.wordpress.com/2013/11/08/konsep-kesejahteraan-dalamislam-tafsir-tahlily/
3. https://www.academia.edu/7494054/Makalah_Masyarakat_madani_dan_k
esejahteraan_umat
4. https://www.academia.edu/24222171/MAKALAH_MASYARAKAT_MA
DANI_DAN_KESEJAHTERAAN_UMAT

Anda mungkin juga menyukai