Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
Kanker ovarium merupakan penyabab utama kematian akibat kanker ke-5
terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan
tersering di seluruh dunia. Pada sebagian besar kanker ovarium berbentuk tumor
kistik dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Walaupun kelihatannya
mempunyai respons yang cukup baik dengan pengobatan yang baku, namun
prognosis kanker ovarium ini masih tetap jelek. 1 Kanker ovarium dapat mengenai
semua wanita dari segala usia, mulai dari usia 20 hingga 80 tahun, jarang terjadi
pada wanita di bawah usia 20 tahun. Delapan puluh persen kanker muncul pada
usia di atas 40 tahun, dan bila muncul sesudah menopause maka hampir 30%
adalah ganas.1
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit
ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah
terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut sehingga
penyakit ini disebut juga sebagai silent killer.1 Karsinoma ovarium diIndonesia
sebesar 32% dari kanker Ginekologik dan menyebabkan 55% kematian akibat
keganasan ginekologik. Data statistik American Cancer Society Insiden kanker
ovarium didunia sekitar 4% dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker.2
Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar kerongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan
dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan meninggal karena
malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal. 2 Diagnosis
tumor ganas ini lebih sering dibuat sesudah laparatomi atas indikasi
ditemukannya tumor ovarium. Agar tindakan yang benar tidak terlambat
dilakukan, seharusnya dilakukan pemeriksaan histologik durante operationem
(frozen section atau beku). Pada laparatomi juga tidak boleh dilupakan
pembilasan kavum peritonei untuk diperiksakan tentang ada/tidak adanya sel
ganas (sitologi eksfoliatif cairan ascites atau cairan bilasan kavum peritoneum).3

Kira-kira 15% tumor ovarium adalah ganas dan kanker ovarium


merupakan penyebab kematian wanita nomor lima. Insiden keganasan meningkat
dengan pertambahan usia, rata-rata 50-59 tahun. Lebih dari 80% kematian akibat
kanker ovarium terjadi antara umur 35-75 tahun. Resiko seumur hidup
mengalami kanker ovarium di Amerika Serikat (tidak berubah dalam 30
tahun)adalah 1,4%. Karena tumor ini sulit didiagnosis dan diobati dini,
kelangsungan hidup 5 tahunhanya sebesar 35-38%, meskipun kemoterapi dan
radioterapi sudah semakin baik.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis
yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
endodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis
yang beraneka ragam.1
B. ANATOMI
Ovarium pada seorang wanita dewasa sebesar ibu jari tangan dan terletak
di kiri dan kanan dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium
berhubungan dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh
darah kedua ovarium melalui ligamentum suspensorium ovarii.2
Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu :
1. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.
2. Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.

Gambar 2.1. Anatomi Ovarium

C. EPIDEMIOLOGI
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena
penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan

apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada


stadium lanjut.4

Gambar 2.2 Kejadian Kanker Ovarium

Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium berasal dari


epitel, yaitu menempati sekitar 8590% dari seluruh kanker ovarium.
D. PATOLOGI
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya
itu dapat menjadi besar tanpa disadari oleh penderita. Pertumbuhan tumor
primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan pelbagai
keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat
menjadi

kenyang,

sering

kembung

dan

nafsu

makan

menurun.

Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri


khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites.3
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis
yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal,
entodermal dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun biologis
yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun klasifikasinya
masih sering menjadi perdebatan. Semua klasifikasi tumor ovarium
mempunyai kelemahan oleh karena masih kurangnya pengetahuan tentang
histogenesis semua tumor ovarium dan oleh karena tumor ovarium yang
tampaknya serupa mempunyai asal yang berbeda.1
4

Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa


reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas (borderline malignancy
atau carcinoma of low-malignant potensial) dan yang jelas ganas (true
malignant).1
E. PATOFISIOLOGI
Meskipun kanker ovarium menyebabkan 15-20% kanker saluran
reproduksi wanita, kanker ini menyebabkan lebih banyak kematian dibanding
gabungan tumor lainnya. Kanker ovarium biasanya tidak bergejala sampai
dapat teraba atau menyebar luas.
Kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita infertil atau yang pernah
mengalami abortus spontan berulang, terlambat hamil atau menderita kanker
payudara. Di Amerika Serikat, insidennya sebesar 6-7/100.000 dengan
kejadian pada kulit hitam dan putih hampir sebanding.2
Kanker ovarium sering dihubungkan dengan wanita dengan angka
melahirkan yang rendah dan infertile/tidak subur. Hal ini berkaitan dengan
proses ovulasi dalam ovarium. Pada lapisan korteks, gamet mengalami
perkembangan untuk menjadi matang dan siap dilepaskan ke rahim dalam hal
ini terjadi setiap bulannya. Teorinya, perubahan epitel korteks secara terus
menerus untuk mematangkan gamet dapat memicu terjadinya mutasi spontan
yang pada akhirnya menimbulkan kanker pada ovarium. Pada wanita yang
hamil proses ini terhenti untuk 9 bulan sehingga resiko kanker semakin
turun. Faktor lain yang dapat meningkatkan resiko kanker adalah :3

Menstruasi yang terlalu awal


Menopause yang terlalu terlambat
Faktor genetik, di mana dikatakan resiko tinggi terkena kanker ovarium

bila ada mutasi pada gen BRCA 1 dan gen BRCA 2.


Riwayat pernah menderita kanker payudara atau kanker lainnya pada usia

muda
Sindrom Lynch II
Tidak pernah melahirkan
Melahirkan pertama sekali pada usia > 35 tahun.

Tumor ganas ovarium pada anak-anak paling sering berasal dari sel benih,
sedangkan pada wanita dewasa adalah tumor ganas epitel (> 90%), sebesar
70% bermetastasis ke luar panggul pada saat diagnosis. Tempat metastasis
adalah sebagai berikut; peritoneum (85%), pelvis dan nodus limfe aorta
(80%), omentum (70%), ovarium kontralateral (70%), nodus limfe
mediastinum atau supraklavikula (50%), hati (35%), pleura (33%), paru
(25%), uterus (20%), vagina (15%), tulang (15%), limpa (5-10%), ginjal (510%), adrenal (5-10%), kulit (5-10%), vulva (1%) dan otak (1%). Ovarium
juga dapat menjadi tempat metastasis tumor primer lainnya atau karena
perluasan langsung.2
F. STADIUM
Penentuan stadium neoplasma ovarium yang paling luas digunakan adalah
menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO).
Ingatlah bahwa penentuan stadium kanker ovarium mencakup semua
penemuan saat operasi, berlawanan dengan kanker serviks dan vulva yang
penentuan stadiumnya didasarkan atas temuan klinis non operatif.3
Tabel 2.1 FIGO staging system for ovarian cancer 3
STADIUM
I
IA

KETERANGAN
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asites yang berisi sel ganas,

IB

tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh


Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asites, berisi sel ganas, tidak

IC

ada tumor di permukaan luar, kapsul intak


Tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau kedua
ovarium atau kapsul pecah atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan

II
II A
II B
II C

bilasan peritoneum positif


Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
Perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
Perluasan jaringan pelvis lainnya
Tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau kedua
ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan

III

bilasan peritoneum positif


Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar
pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi
sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum

III A

Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi secara
histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan

III B

(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal


Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan

III C

kelenjar getah bening negatif


Implant di abdomen dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah bening

IV

retroperitoneal atau inguinal positif


Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila
efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis
ke permukaan liver

G. PENYEBARAN
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
mediastinal, dan supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang
jauh, terutama paru-paru, hati dan otak.3
H. MANIFESTASI KLINIK
Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap sangat
penting. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa
kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Kanker ovarium pada
stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul berhubungan
dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa
dari kolon dan asites. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah,
perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan
asites yang masif.3
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat
pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13%
pada premenopause dan 45% setelah menopause. Dengan melakukan
pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran, lokasi,
konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Penemuan fisik yang paling
sering adalah massa adneksa, massa abdomen, asites atau nodulasi.setiap
massa yang terfiksir dalam cul-de-sac posterior harus dipertimbangkan
kemungkinan ganas, seperti massa berukuran besar dan terfiksir.

Keganasan ovarium diketahui setelah stadium lanjut. Gejala dan tanda


keganasan, yaitu :

Perubahan menstruasi.
Rasa sakit atau sensasi nyeri saat bersenggama (dyspareunia).
Gangguan pencernaan yang menetap, seperti: kembung, mual.
Obstruksi pada vesica urinaria (poliuria sampai dengan anuria) atau

rektum (obstipasi dan konstipasi).


Massa tumor dipelvis. Tumor memiliki bagian padat, ireguler dan terfiksir
kedinding panggul, bila tanda-tanda tersebut ada maka keganasan perlu

dicurigai.
Tumor cepat membesar
Berbenjol-benjol
Terdapat asites
Tubuh bagian atas kering, sedangkan bagian bawah terjadi edema tungkai.

Gambar 2.3 Gejala awal kanker ovarium

Barber (1982) mengingatkan perlunya perhatian khusus, bila dalam


pemeriksaan dijumpai hal-hal sebagai berikut :3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Adanya massa tumor di daerah ovarium


Gerakan tumor terbatas
Permukaan tumor irreguler
Adanya tumor di daerah cul de sac
Massa tumor bilateral
Tumor daerah panggul yang membesar dalam observasi
Adanya asites
Adanya omental cake atau hepatomegali
Tumor di daerah panggul setelah menopause

Disaia (1989) mengamati perbedaan-perbedaan antara tumor jinak dan


ganas ovarium, baik pada pemeriksaan panggul maupun pada saat
pembedahan; sehingga kewaspadaan terhadap adanya keganasan tersebut
dapat lebih terarah lagi,
Tabel 1.2 Penemuan pada pemeriksaan panggul 4
Sifat

Jinak
Unilateral

Ganas
Bilateral

Konsistensi

kistik

padat

Gerakan

bebas

terbatas

Permukaan

licin

tidak licin

Asites

sedikit/tidak ada

banyak

Benjolan di daerah cul de sac

tidak ada

ada

Pertumbuhan

lambat

cepat

Tabel 2.2 Penemuan pada saat pembedahan


Permukaan papiler

Jinak
Jarang

Ganas
sangat sering

Intrakistik papiler

jarang

sangat sering

Konsistensi padat

jarang

sangat sering

Bilateral

jarang

sering

Perlengketan

jarang

sering

Asites

jarang

sering

Nekrosis

jarang

serng

Implantasi pada peritoneum

jarang

sering

Kapsel utuh

sering

jarang

Konsistensi kistik

sering

jarang

Sedangkan mengemukakan penggunaan suatu indeks untuk


melakukan diagnosis keganasan ovarium prabedah, dengan 8 variabel
yang masing-masing diberi bobot dengan skor dan nilai pisah untuk
indeks ini adalah 3. Skor 3-5 menunjukkan kecurigaan keganasan,
sedangkan skor 6 atau lebih dapat dikatakan ganas 3
Tabel 2.3 Indeks keganasan ovarium
No.
1

Petunjuk Diagnosis
Lamanya pembesaran
perut atau tumor

Keadaan umum

Tingkat kekurusan

Konsistensi tumor

Permukaan tumor

Gerakan tumor

Ascites

LED 1 jam

Variabel
a. Lambat (lebih dari 16 bulan atau tak ada
pembesaran)
b. Cepat (16 bulan atau kurang)
a. Baik
b. Kurang/tidak baik
a. Normal/gemuk
b. Kurus
a. Kistik homogen
b. Solid homogen
c. Macam-macam
a. Rata/licin
b. Berbenjol/tidak teratur
a. Bebas
b. Tak bebas
a. Tak ada
b. Ada
a. Rendah (60 mm atau kurang)
b. Tinggi (lebih dari 60 mm)

Skor
0
1
0
1
0
1
0
1
2
0
1
0
1
0
1
0
1

I. DIAGNOSIS
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan
deteksi dini tumor ganas ovarium oleh karena letaknya sangat tersembunyi.
Tidak ada uji penapisan rutin yang tersedia untuk kanker ovarium. Gejala
berupa nyeri yang terjadi jika terdapat regangan yang bermakna, peradangan,
torsi atau traksi. Penekanan pada pelvis mungkin terjadi jika tumor besar.
Pembesaran lingkar perut, penambahan atau penurunan berat badan dan
gejala-gejala saluran cerna berkisar dari gangguan cerna hingga obstruksi
usus, dapat terjadi pada kanker ovarium. 3
Diagnosis didasarkan atas 3 tanda dan gejala yang biasanya muncul dalam
perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut.3

10

1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan


infiltrasi ke jaringan sekitar.
2. Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal
dan bermanifestasi adanya ascites.
3. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi
atau hiperesterogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan
tipe histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor
atau massa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai
dari yang kistik sampai yang solid (padat). Kondisi yang sebenarnya dari
tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik. Pemakaian
USG dan CT-scan dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran
tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparatomi eksploratif
disertai biopsi potong beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur
diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai
tumor dan perluasannya serta menentukan strategi penanganan selanjutnya.
Diagnosis tergantung penilaian klinis, laboratorium dan pembedahan yang
tepat.3

J. LABORATORIUM
Evaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium meliputi
pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis, kimia darah, urinalisis, sitologi
serviks dan vagina, pemeriksaan radiologi dada dan perut, pielografi
intravena, barium enema dan mungkin uji fungsi hati, profil koagulasi,
pemeriksaan gastrointestinal serial. Akhirnya, antigen tumor berupa Ca 125 atau
CEA dapat membantu dalam mengevaluasi keganasan. 4
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG Ginekologi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis suatu
tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran

11

dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites.
Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT-Scan, MRI, dan
positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan,
namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan
spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi.
2. CT-Scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic
Resonance Imaging).
3. Laparoskopi
4. Parasentesis cairan asites
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada
penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat
menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites
ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites
hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada
diafragma. Bila terdapat cairan ascites yang tidak dapat diterangkan
asalnya atau sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis hepatis), laparatomi
eksploratif harus dijalankan.
5. Tumor marker
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda
tumor untuk jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP),
Lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL),
plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic
gonadotrophin(hCG).
L. TATALAKSANA
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5
sentimeter

merupakan

indikasi

untuk

tindakan

laparatomi,

karena

kecenderungan untuk mengalami komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak


memberikan gejala dan diameternya kurang dari 5 sentimeter, biasanya
merupakan kista folikel atau kista lutein.3
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan
pembedahan radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan
uterus

beserta

kedua

tuba

dan

ovarium,

pengangkatan

omentum,

12

pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel dari peritoneum


dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa
tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga
dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut
(surgical staging). Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan
terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.2
Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),
salpingoooforektomi bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP
(optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika
mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus
diangkat

untuk

mengurangi

keseluruhan

massa

tumor.

pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat.

Namun
Dapat

didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih
lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian
klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.
Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomitotal,
adneksektomi dan omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya
sebanyak mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi
tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas
diharapkan dengan cara debulking (cytoreductive) pengambilan
sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan
debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih
efektif.
Radiasi
Untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis
tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan
tumor sel granulosa. Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya
digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2 yang diberikan kepada panggul
saja atau seluruh rongga perut.
Kemoterapi
Merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi
mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah

13

mendapatkan radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua


(eksplorasi ulang) untuk mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi
atau kemoterapi, lazim dilakukan laparotomi kedua (second-look
laparotomi), bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal
ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga
dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau
perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.
M. KOMPLIKASI
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus
tingkatan lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau
beberapa kali untuk membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.2
N. PROGNOSIS
Angka kelangsungan hidup 5 tahun (Five years survival rate) penderita
kanker ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%.2
Prognosis dari tumor ovarium tergantung dari beberapa hal antara lain :

Stadium
Jenis histologis
Derajat diferensiasi tumor
Residu tumor
Free disease interval

O. PENGAMATAN LANJUT
Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up
control) adalah sebagai berikut :2

Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan.


Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan.
Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan
Seterusnya setiap setahun sekali.

14

BAB III
STATUS ORANG SAKIT
I.

II.

IDENTITAS
Nama

: Nn. JH

Umur

: 17 tahun

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Pelajar

Alamat

: Jln. Simpang Marbo, Rantau Prapat

Tgl. Masuk

: 5 November 2014

Pukul

: 11.30 WIB

No. MR

: 22 31 90

ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama

: Perut Membesar

Telaah

: Os datang ke RS. Haji Medan pada tanggal 5 November


2014 pukul 11.30 WIB diantar oleh keluarganya dengan

15

keluhan perut membesar. Hal ini telah dialami pasien sejak


10 bulan yang lalu, awalnya terdapat benjolan berukuran
kecil diperut dan kemudian mulai semakin membesar sejak
5 bulan yang lalu. Pada saat benjolan berukuran kecil os
tidak merasa adanya nyeri, namun setelah agak membesar
barulah terasa nyeri. Nafsu makan menurun (+). Os juga
merasakan mual dan muntah (+). Riwayat keluar darah dari
kemaluan diluar siklus menstruasi (-). Riwayat keputihan
(-). Os mengeluhkan BAK dan BAB terganggu sejak 1
bulan ini.
Riwayat penyakit terdahulu

: Tumor Ovarium 4 tahun yang lalu

Riwayat Operasi

: Laparotomi a/i tumor ovarium kanan 4


tahun yang lalu
: Menarche 11 tahun. Teratur, siklus 28 hari,

Riwayat Haid

volume 2x ganti pembalut/hari. Lama haid 5-7 hari,


Nyeri haid (+)

III.

Riwayat Pernikahan

: os belum pernah menikah

Riwayat Kontrasepsi

: (-)

Riwayat Persalinan

: (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum : Baik, gizi kesan cukup.
Sensorium

: Composmentis

Anemis

: (+/+)

Tekanan darah

: 90/70 mmHg

Ikterik

: (-)

Frekuensi nadi

: 88 x/ menit

Sianosis

: (-)

Frekuensi nafas

: 24 x/ menit

Dyspnoe

: (-)

Suhu

: 36 0 C

Edema

: (-/-)

Status Ginekologi
Abdomen

: Membesar simetris, distensi (-), Peristaltik (+) melemah,


teraba masa padat pada regio kiri bawah dengan batas

16

sulit ditentukan, permukaan rata, mobile, nyeri tekan (+),


acites (+)
Inspekulo

: Portio licin, erosi (-), P/A (-), darah (-), fluor albus (-)

VT

: Uterus antefleksi besar biasa


Adneksa kiri teraba massa padat, mobile, permukaan rata,
nyeri (-)

Hasil laboratorium tanggal 5-10-2014


Hematologi
Darah rutin
Nilai
Nilai Rujukan
Hemoglobin
*8,0
12 16
Hitung eritrosit
4,0
3,9 - 5,6
Hitung leukosit
*11,600
4,000- 11,000
Hematokrit
*25,2
36-47
Hitung trombosit
*538.000
150,000-450,000
Laju endap Darah
*107
0-20

Satuan
g/dl
10*5/l
/l
%
/l
mm/jam

Skrinning Kanker
CA 125
: 286,9 U/ml (normal : 0-35)
Hasil Foto Thorak
: Cor dan Pulmo dalam batas normal
EKG
: DBN
Pemeriksaan USG
Hepar
: Besar dan bentuk normal, permukaan rata, Echo parenkim normal,
tidak terlihat SOL, CBD, dan vaskuler baik
Ginjal
: Besar dan bentuk normal, tidak tampak batu
Lien
: Besar dan bentuk normal
GB
: Besar dan bentuk normal, tidak tampak batu. Tampak massa tumor
bersepta septa dari cavum pelvic sampai epigaster.
Kesan
: Susp.Tumor Ovarium
Diagnosis Sementara
Tumor Ovarium sinistra Susp. Malignancy
TERAPI

17

Os merupakan pasien kiriman dari Prof. dr. HM. Fauzie Sahil, Sp.OG (K)
Rencana LSS tanggal 5 November Pukul 14.00 WIB
Laporan Operasi LSS tanggal 5 November Pukul 14.00 WIB

Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang dengan

baik.
Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan betadin dan alkohol 70% pada

dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi.
Dibawah general anastesi dilakukan insisi midline dari kutis, subkutis pada 2

jari simfisis sampai 3 jari diatas pusat, perdarahan dikontrol dengan kauter.
Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekanan

dan kekiri, otot dikuakkan secara tumpul.


Peritonium dijepit dengan klem, diangkat lalu digunting keatas dan kebawah

kemudian dipasang hack blast.


Evakuasi cavum abdomen, cairan acites (+) 3 liter. Uterus dalam batas
normal. Tampak massa ovarium kiri 15x10x8x8. Tampak massa padat

permukaan rata, tuba kanan dan kiri dalam batas normal


Lalu diputuskan untuk dilakukan TAH- BSO
Evaluasi perdarahan terkontrol.
Rongga abdomen dicuci dengan Nacl 0,9% hangat, dibersihkan dari sisa

darah dengan kassa sebersih mungkin.


Peritoneum di jahit secara continous dengan plain catgut no. 3.0
Otot dijahit dengan catgut no.2.0 secara simple
Fascia dijahit dengan continous dengan vycril no. 1.0
Subkutis dijahit dengan catgut no. 2.0
Kutis dijahit dengan subkutikuler dengan vycril no. 4.0
Luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan sufratulle dan kasa steril.
Keadaan umum ibu post operasi : stabil
Jaringan ovarium, uterus, KGB, Cairan Peritoneum dan Omentum dilakukan
pemeriksaan PA
Instruksi : Awasi vital sign, lakukan transfusi darah WB 3 bag

Follow Up tanggal 6 November 2014 pukul 06.00 WIB


S :Nyeri perut luka operasi dan batuk
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: -/TD
: 90/70 mmHg
Ikterik
: -/HR
: 70x/menit
Dyspnoe
:-

18

RR
T
SL : Abd
P/V
L/O
BAK
BAB

: 24x/menit
Sianosis
:: 36,5C
Oedem
: -/: Soepel, peristaltik (+)lemah
: (-)
: Tertutup verban, kesan kering
: UOP 30cc via kateter/ jam, warna kuning pekat
: (-), flatus (-)

Diagnosis
: Post LSS + TAH-BSO + H1
Terapi :
IVFD NACL 0,9%
Inj. Ceftriaxon
Inj. Ketorolac
Inj. Lovenox
Metronidazole drip

20gtt/menit
1gr/12jam
30 mg/8jam
0,4 mg/12jam
500mg/ 8 jam

Follow Up tanggal 7 November 2014 pukul 06.00 WIB


S :Nyeri perut luka operasi dan batuk
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: -/TD
: 100/70 mmHg
Ikterik
: -/HR
: 90x/menit
Dyspnoe
:RR
: 24x/menit
Sianosis
:T
: 36,5C
Oedem
: -/SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+)lemah
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: UOP 50cc via kateter/ jam, warna kuning pekat
BAB
: (-), flatus (-)
Hasil laboratorium tanggal 7-10-2014
Hematologi
Darah rutin
Nilai
NilaiRujukan
Hemoglobin
*11,0
12 16
Hitung eritrosit
5,1
3,9 - 5,6
Hitung leukosit
*12,600
4,000- 11,000
Hematokrit
*35,0
36-47
Hitung trombosit
*451.000
150,000-450,000
Laju endap darah
*82
0-20

Satuan
g/dl
10*5/l
/l
%
/l
mm/jam

Hasil PA
: Cyst Adenocarcinoma Serosum Pappillare Ovarii sinistra
Diagnosis
: Post LSS + TAH-BSO + H2
Terapi :
IVFD NACL 0,9%
20gtt/menit
Inj. Ceftriaxon
1gr/12jam
Inj. Ketorolac
30 mg/8jam
Inj. Lovenox
0,4 mg/12jam
Metronidazole drip
500mg/ 8 jam

19

Follow Up tanggal 8 November 2014 pukul 06.00 WIB


S :Nyeri perut luka operasi dan batuk
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: -/TD
: 120/70 mmHg
Ikterik
: -/HR
: 80x/menit
Dyspnoe
:RR
: 24x/menit
Sianosis
:T
: 36,5C
Oedem
: -/SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+)lemah
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: UOP 50cc via kateter/ jam, warna kuning pekat
BAB
: (-), flatus (-)
Hasil laboratorium tanggal 8-11-2014
Hematologi
Darah rutin
Nilai
Nilai Rujukan
Satuan
Hemoglobin
*11,1
12 16
g/dl
Hitung eritrosit
5,0
3,9 - 5,6
10*5/l
Hitung leukosit
*12,900
4,000- 11,000
/l
Hematokrit
*34,8
36-47
%
Hitung trombosit
*472.000
150,000-450,000
/l
Laju endap darah
*94
0-20
mm/jam
Diagnosis
Terapi

: Post LSS + TAH-BSO + H3


:IVFD NACL 0,9%
Inj. Ceftriaxon
Inj. Ketorolac
Inj. Lovenox
Metronidazole drip

20gtt/menit
1gr/12jam
30 mg/8jam
0,4 mg/12jam
500mg/ 8 jam

Follow Up tanggal 9 November 2014 pukul 06.00 WIB


S :Nyeri luka operasi
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: -/TD
: 120/70 mmHg
Ikterik
: -/HR
: 90x/menit
Dyspnoe
:RR
: 24x/menit
Sianosis
:T
: 36,8C
Oedem
: -/SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+) kuat
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: (+) via kateter, UOP 60 cc/ jam, Warna kuning jernih
BAB
: (-), Flatus (+)
Diagnosa

: Post LSS + TAH-BSO + H4

Terapi

: IVFD NACL 0,9%


Inj. Ceftriaxon
Inj. Ketorolac
Inj. Lovenox

20gtt/menit
1gr/12jam
30 mg/8jam
0,4 mg/12jam

20

Metronidazole drip

500mg/ 8 jam

Follow Up tanggal 10 November 2014 pukul 06.00 WIB


S : Nyeri luka operasi
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: -/TD
: 120/70 mmHg
Ikterik
: -/HR
: 88x/menit
Dyspnoe
:RR
: 20x/menit
Sianosis
:T
: 36,0C
Oedem
: -/SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+)
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: (+) via kateter, UOP 50cc/jam. Warna kuning jernih
BAB
: (-), Flatus (+)
Diagnosa

: Post LSS + TAH-BSO + H5

Terapi

:IVFD NACL 0,9%


Inj. Ceftriaxon
Inj. Ketorolac
Inj. Lovenox
Metronidazole drip

20gtt/menit
1gr/12jam
30 mg/8jam
0,4 mg/12jam
500mg/ 8 jam

R/ aff infuse
Ganti obat oral besok

Follow Up tanggal 11 November 2014 pukul 06.00 WIB


S : (-)
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
: -/TD
: 120/70 mmHg
Ikterik
: -/HR
: 76x/menit
Dyspnoe
:RR
: 20x/menit
Sianosis
:T
: 36,0C
Oedem
: -/SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+)
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: (+) via kateter UOP 60cc/jam warna kuning jernih
BAB
: (+), Flatus (+)
Diagnosa
Terapi

: Post LSS + TAH-BSO + H6

: cefadroxil 500 mg
Metronidazole 500 mg
Asam mefenamat tab
Neurodex tab
R/ aff cateter urine

3x1
3x1
3x1
1x1

21

Follow Up tanggal 12 November 2014 pukul 06.00 WIB


S : (-)
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
TD
: 100/70 mmHg
Ikterik
HR
: 88x/menit
Dyspnoe
RR
: 20x/menit
Sianosis
T
: 36,0C
Oedem
SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+)
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: (+), BAB (+), Flatus (+)
Diagnosa
: Post LSS + TAH-BSO + H7
Terapi

: cefadroxil 500 mg
Metronidazole 500 mg
Asam mefenamat tab
Neurodex tab

: -/: -/::: -/-

3x1
3x1
3x1
1x1

R/ Besok PBJ
Lapor supervisor dr. Riza Rivany, Sp.OG (K) acc
Follow Up tanggal 13 November 2014 pukul 06.00 WIB
S : (-)
O : Sensorium : Compos Mentis
Anemis
TD
: 110/70 mmHg
Ikterik
HR
: 80x/menit
Dyspnoe
RR
: 22x/menit
Sianosis
T
: 36,0C
Oedem
SL : Abd
: Soepel, peristaltik (+)
P/V
: (-)
L/O
: Tertutup verban, kesan kering
BAK
: (+), BAB (+), Flatus (+)
Diagnosa
Terapi

: -/: -/::: -/-

: Post LSS + TAH-BSO + H8

: cefadroxil 500 mg
Metronidazole 500 mg
Asam mefenamat tab
Neurodex tab
Pasien diperbolehkan Berobat Jalan

3x1
3x1
3x1
1x1

DAFTAR PUSTAKA

22

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.2005.
2. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi.

Editor:

M.F.

Azis,

Andrijono,

dan

A.B.

Saifuddin.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal.


468-257.
3. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:
EGC. 2003:729-730.
4. Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7 th ed. New
York: W.B. Saunders Company. 2003.

23

Anda mungkin juga menyukai