Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEKUATAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI EKONOMI

GLOBAL TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi tampaknya telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Kita tidak dapat
melepaskan diri dari globalisasi. Ibaratnya, siap atau tidak siap, kita mesti berhadapan dengan
globalisasi. Namun demikian, arus globalisasi ternyata tidak selamanya berdampak positif. Ada
pula dampak negatifnya. Oleh karena itu, kita harus mempunyai penyaring (filter) untuk
menghadapinya agar kita tidak terlindas oleh jaman. Justru sebaliknya, kita harus tetap menjadi
manusia yang berjiwa manusiawi. Untuk kesuksesan dan kesejahteraan umat manusia di seluruh
dunia.
Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang indonesia sejak dahulu hingga
sekarang. dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya . kadang
sistem ekonomi dunia naik kadang sistem ekonomi dunia merasa merosot drastis . ini
menyebabkan

gejolak

besar

bagi

kehidupan

ekonomi

seluh

dunia

,tak

terkecuali

indonesia.akibatnya langsung meledaknya harga kebutuhan pokok di indonesia .yang mana


sebelum saja sudah menjepit dompet masyarakat dan kini semakin menekan sektor -sektoer
usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut .
Keberhasilan suatu negara dalam mengelola perekonomian menurut sistem kapitalis
diukur dari terjadinya pertumbuhan ekonomi. Salah satu alasan mempertahankan pertumbuhan
secara kesinambungan adalah untuk menjaga kepercayaan investor agar tetap menginvestasikan
modalnya di negara tersebut. Oleh karena itu di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global
pemerintah Indonesia dalam APBN 2013 mencanangkan target pertumbuhan ekonomi mencapai
6,8%, lebih tinggi dari yang telah dicapai tahun 2012; laju inflasi 4,9 persen; nilai tukar rupiah
Rp 9.300 per dolar AS (USD).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini
adalah sebagai berikut:
Membahas Pengertian Ekonomi Global
Membahas Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013

Membahas Respon Perlambatan dan Resiko Ekonomi Global


Membahas Belajar dari Pengalaman
Membahas Pengaruh Rencana dan Kebijakan Pemerintah Tahun 2013 dan Kondisi Global
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Untuk Mengetahui Pengertian Ekonomi Global
Untuk Mengetahui Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Untuk Mengetahui Respon Perlambatan dan Resiko Ekonomi Global
Untuk Mengetahui Belajar dari Pengalaman
Untuk Mengetahui Pengaruh Rencana dan Kebijakan Pemerintah Tahun 2013 dan Kondisi
Global

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekonomi Global
Ekonomi global secara umum merujuk ke ekonomi yang didasarkan pada ekonomi
nasional semua negara di dunia. Ekonomi global juga dapat dipandang sebagai ekonomi
masyarakat global dan ekonomi nasional yaitu ekonom masyarakat setempat, sehingga
menciptakan satu ekonomi global. Ekonomi global merupakan revolusi yang memungkinkan
pengusaha mana pun menanamkan uang dimana pun di dunia.

Globalisasi ekonomi adalah kehidupan ekonomi secara global, yaitu terbuka, tanpa
mengenal batas-batas teritorial (kewilayahan) antara negara yang satu dengan negara yang lain.
Globalisasi ekonomi memandang dunia sebagai satu kesatuan. Sisi perdagangan dan investasi
bergerak menuju liberalisasi perdagangan dan investasi dunia secara keseluruhan. Sebab-sebab
terjadinya globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Adanya globalisasi di bidang informasi dan komunikasi antara bangsa-bangsa di dunia
2. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang komunikasi dan transportasi
3. Semakin majunya kerja sama internasional
Globalisasi ekonomi sangat erat kaitannya dan selalu berhubungan dengan perdagangan
bebas (Free Trade). Perdagangan bebas berusaha menciptakan kawasan perdagangan yang lebih
luas dan menghilangkan hambatan-hambatan yang mengakibatkan tidak lancarnya perdagangan
internasional.
Hambatan-hambatan perdagangan biasanya terjadi karena tarif ekspor dan impor yang
diberlakukan terlalu tinggi sehingga harga barang tidak kompetitif. Di samping itu, hambatan
terjadi karena politik dagang (misalnya proteksi) yang diberlakukan oleh negara tertentu untuk
melindungi produksi dalam negeri.
2.2 Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun 2013
Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi harus diikuti dengan disiplin untuk mengelola
semua anggaran dengan efektif dan efisien, baik itu oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
swasta, termasuk setiap individu di dalam rumah tangga. Pelemahan ekonomi global berpotensi
terjadi di tahun 2013. Setiap pihak pelaku ekonomi sudah wajib untuk bersikap jujur dan
membangun semangat dalam mengatasi tantangan pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
Eropa dan Amerika Serikat adalah sebuah pasar bisnis yang sangat besar, dan
menentukan daya tahan ekonomi dari negara-negara yang perusahaan-perusahaannya bergantung
pada pasar di kedua wilayah tersebut. Bila ke dua wilayah tersebut pasarnya sedang sakit oleh
krisis, maka harus ada kesadaran untuk menjalankan tata kelola ekonomi dan bisnis yang lebih
efektif dan efisien.
Dampak dari perluasan krisis ekonomi dan keuangan di wilayah Eropa, dan juga Amerika
Serikat, akan menjadi ancaman buat perusahaan-perusahaan dalam menjaga konsistensi bisnis ke
wilayah tersebut. Tapi realitas menunjukkan, inflasi telah membuat berbagai komponen biaya

menjadi lebih tinggi. Kenaikan tarif listrik, jalan tol, upah minimum, dan biaya-biaya rutin
lainnya telah menciptakan tantangan baru yang harus dikelola dengan lebih hati-hati.
Banyak pihak telah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 di
atas 6 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6 persen akan berlangsung secara
konsisten dalam jangka waktu yang lama. Dan hal ini seharusnya dijadikan momentum untuk
memperkuat infrastruktur ekonomi nasional, agar pertumbuhan ekonomi nasional dapat
menciptakan pemerataan kekuatan ekonomi di semua wilayah dan sektor usaha.
Warga negara Indonesia harus memiliki semangat untuk melakukan pengeluaran yang
lebih sedikit daripada penghasilan yang diterima. Bila semua warga negara Indonesia terlatih dan
terbiasa untuk hidup sederhana, serta membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa produk
lokal dengan konten lokalnya di atas 90 persen, maka secara perlahan-lahan ekonomi Indonesia
akan tumbuh menjadi raksasa yang dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
Tata kelola pemerintah yang efektif dan efisien untuk menjaga impor barang modal yang
benar-benar digunakan sebagai input untuk produksi ekspor, akan menjadikan pertumbuhan
ekonomi Indonesia semakin kuat di masa depan. Setiap unit kerja pendukung manajemen tata
kelola pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, haruslah memiliki semangat kejujuran, dan
bekerja untuk kinerja pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, serta memagari setiap risiko
dengan tata kelola yang dapat dipercaya oleh semua pihak. Setiap bangsa harus menjadi kuat dan
unggul secara ekonomi, agar bangsa itu dihormati dan diperhitungkan kekuatannya oleh seluruh
bangsa-bangsa di dunia.
2.3 Merespon Perlambatan dan Resiko Ekonomi Global
Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup
menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diperkirakan dapat mencapai 6,3 persen
dan selanjutnya ditahun 2013 diperkirakan meningkat dikisaran 6,3 hingga 6,7 persen.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh kuatnya permintaan domestik yang ditopang konsumsi
rumah tangga dan investasi.
Tekanan inflasi dalam tahun 2012 dan 2013 diperkirakan masih cukup rendah yakni 4,5
plus minus satu persen. Hingga akhir tahun 2012, nilai tukar rupiah bergerak sesuai kondisi pasar
dengan intensitas depresiasi yang menurun. Namun pada awal tahun 2013, rupiah melemah
akibat neraca perdagangan kita yang defisit.

Dari sisi kinerja perbankan hingga Desember 2012 tetap terjaga dengan penyaluran
kredit yang cukup tinggi, seiring tren perkembangan ekonomi yang terus meningkat. Per oktober
2012, kredit tumbuh 22,40% dari Rp 2.028,14 triliun per Oktober 2011 menjadi Rp 2.482,52
triliun per Oktober 2012.
Dengan kondisi fundamental yang cukup baik ini, ketahanan ekonomi ditahun 2013
diperkirakan masih cukup kuat. Meski demikian, terdapat tiga hal penting yang harus diwaspadai
oleh pemerintah dalam menghadapi perkembangan ekonomi 2013, yakni:

Pertama, Pada 2013, potensi ancaman krisis dunia masih tetap tinggi yang bersumber pada

pemulihan krisis di Zona Eropa dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat akibat program
pengetatan belanja publik dan kenaikan pajak.
Kedua, efek berantai kedua wilayah ini berpengaruh terhadap sejumlah kinerja ekonomi
nasional terutama di sektor perdagangan dan investasi.

Ketiga, terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi global ikut mempengaruhi


ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik.

Keempat, pertumbuhan ekonomi yang kita capai masih belum mampu menampung
pertumbuhan tenaga kerja baru dan mengentaskan kemiskinan.
Meski pertumbuhan ekonomi melahirkan banyak kelas menengah baru, namun kemiskinan dan
pengangguran masih tetap tinggi, sehingga masih terjadi ketimpangan distribusi pendapatan
antarpenduduk. Menyadari berbagai kemungkinan tersebut, Pemerintah perlu mengoptimalkan
beberapa potensi dan peluang yakni:

Pertama, struktur ekonomi Indonesia yang masih berorientasi pada kekuatan permintaan

domestik yang ditopang oleh kinerja sektor UMKM dan informal.


Kedua, kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dengan pasar dan sumber daya alam yang
besar masih menjadi daya tarik bagi investasi ke depan, baik PMA maupun PMDN. Meskipun
beberapa komoditas berbasis sumber daya alam sekarang ini menghadapi pelemahan
permintaan global, namun sektor ini masih mampu memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, iklim investasi yang cenderung membaik, yang diawali dari kenaikan peringkat
Indonesia yang telah kembali menjadi investment grade pada awal tahun 2012 lalu. Perbaikan
iklim investasi ini membaik sejak terpuruk akibat krisis tahun 1997/98. Investasi telah
meningkat baik investasi langsung maupun tidak langsung.

Keempat, sektor perbankan masih cukup kuat dalam menopang perkembangan ekonomi,

dimana jumlah dana di lembaga keuangan khususnya perbankan Indonesia yang belum mampu
dimanfaatkan sektor riil masih besar.
Tantangan ekonomi global membutuhkan kesiapan kita bersama untuk membuat
kebijakan dan strategi antisipatif. Strategi dan arah kebijakan dalam tahun 2013 selain harus
memperkuat ketahanan dalam menangkal risiko penularan krisis global terhadap stabilitas
makroekonomi dan keuangan Indonesia, juga harus mendorong potensi dan kekuatan
perekonomian nasional.
2.4 Belajar dari Pengalaman
Perlu kiranya kita meninjau kembali ke tahun 1997, saat krisis menghantam Indonesia.
Sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1990-1996 tergolong tinggi, seperti
nampak pada tabel berikut:
Tahun
1990 1991 1992
1993
1994
1995
Pertumbuhan ekonomi (%)
7,24 6,95 6,46
6,50
7,54
8,22
Cadangan devisa akhir tahun (US$) 8,661 9,868 11.611 12,352 13,158 14,674
Tingkat Inflasi (%)
9,93 9,93 5,04
10,18 9,66
8,96
Sumber: BPS, Indikator Ekonomi; Bank Indonesia, Statistik Keuangan Indonesia

1996
7,98
19,125
6,63

Namun sekali pun telah mendapat pujian dari Bank Dunia atas prestasi yang diraih, pada
pertengahan tahun 1997 telah terjadi krisis moneter di Indonesia dan segera berubah menjadi
krisis ekonomi, bahkan krisis multidimensi yang melahirkan reformasi.
Di antara sebab-sebab terjadinya krisis 1997, adalah:
-

Fenomena loan addiction (ketergantungan pada utang luar negeri) yang berhubungan dengan
perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing
(foreign currency) (cafe-ekonomi.blogspot.com).

Lima tahun sebelum krisis ekonomi (1992/1993 1996/1997) Indonesia mengalami defisit
Transaksi Berjalan masing-masing tiap tahun (jutaan) : $2,311; $2,740; $3,248; $6,757 dan
$7,847. Maka untuk menutup defisit itu pemerintah melakukan pinjaman luar negeri (Kanti,
2012).

Hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek, telah menciptakan
kondisi bagi ketidakstabilan. Hal ini diperburuk oleh rasa percaya diri yang berlebihan, bahkan
cenderung mengabaikan, dari para menteri di bidang ekonomi maupun masyarakat perbankan

sendiri menghadapi besarnya serta persyaratan hutang swasta tersebut. Pada saat krisis terjadi,
rata-rata batas waktu pinjaman sektor swasta adalah 18 bulan, dan menjelang Desember 1997
jumlah hutang yang harus dilunasi dalam tempo kurang dari satu tahun adalah sebesar US$20,7
milyar (Devy Putra, 2009).
-

Bank Dunia melihat adanya empat sebab utama yang bersama-sama membuat krisis menuju
kearah kebangkrutan. Empat sebab itu antara lain, akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat
dari tahun 1992-1997, kelemahan pada sistim perbankan, masalah governance, termasuk
kemampuan pemerintah dalam menangani dan mengatasi krisis, dan yang terakhir adalah
ketidakpastian politik dalam menghadapi Pemilu saat itu (Oktiandri, 2011).

Permainan hedge funds yang dilakukan oleh spekulan tidak dapat dibendung dengan melepas
cadangan devisayang dimiliki Indonesia saat itu, dikarenakan praktek margin trading.
Praktek ini memungkinkandengan modal relatif kecil bermain dalam jumlah besar.
Dewasa ini mata uang sendirisudah menjadi komoditi perdagangan, lepas dari sektor riil. Para
spekulan ini jugameminjam dari sistem perbankan untuk memperbesar pertaruhan mereka. Itu
sebabnyamengapa Bank Indonesia memutuskan untuk tidak intervensi di pasar valas karenatidak
akan ada gunanya (Lepi, 1999).
Apa yang terjadi tahun 1997 harusnya dijadikan sebagai pelajaran berharga, bahwa
prestasi yang diraih melalui angka-angka tidaklah sebaik yang ditunjukkan. Hitungan di atas
kertas bisa jadi menyesatkan gambaran aktual kondisi sebenarnya di tengah-tengah masyarakat.

2.5 Pengaruh Rencana dan Kebijakan Pemerintah Tahun 2013 dan Kondisi Global
Di tengah kepercayaan diri pemerintah Indonesia yang mampu bertahan dari dampak
krisis globalhingga akhir tahun 2012 dan target pertumbuhan ekonomi tahun 2013, beberapa
kondisi global serta kebijakan dan rencana pemerintah tahun 2013 nampaknya perlu mendapat
sorotan.
Berikut adalah rencana dan kebijakan pemerintah di tahun 2013:
1. DPR setuju atas rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik sebesar rata-rata 15%
kecuali untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 450 watt dan 900 watt pada tahun
2013 (www.tempo.co, 22 November 2012).
2. Mengacu pada UU No 38/2004 tentang Jalan dan PP No 15/2005 tentang Jalan Tol
tentang penyesuaian tarif tol setiap dua tahun sekali, maka pada tahun 2013 sebagian ruas

tol yang telah mengalami kenaikan pada tahun 2011 akan dilakukan penyesuaian tarif
lagi. Kenaikan tarif tol tersebut juga berdasarkan pada standar pelayanan minimum
(SPM) yang harus dipenuhi oleh badan usaha jalan tol (BUJT) (www.bisnis.com, 14
November 2012).
3. Target penerimaan perpajakan pada APBN 2013 sebesar Rp 1.193 triliun. Jumlah ini
setara 79,1% dari total pendapatan negara di APBN 2013 lebih besar ketimbang APBNP
2012. Agar target tahun depan bisa tercapai Menteri Keuangan mengharuskan pegawai
Kementerian Keuangan meningkatkan pengawasan dan pelayanan di bidang kepabeanan
dan cukai, termasuk melakukan ekstensifikasi terhadap komoditi-komoditi yang belum
dikenakan cukaidan intensifikasi cukai, serta menyesuaikan tarif PPnBM bagi sebagian
penjualan barang mewah (Harian Kontan, 30 Oktober 2012). Selain itu untuk
meningkatkan penerimaan pajak terdapat wacana penyesuaian tarif PPN dari 10%
menjadi 26% (nusantara.pelitaonline.com, 18 September 2012)
4. Tiga Opsi usulan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu terkait kebijakan BBM
Bersubsidi 2013 (www.jpnn.com, 21 November 2012):

Harga Premium dan Solar naik Rp 500 per liter menjadi Rp 5.000 per liter

(Potensi penghematan subsidi Rp 21,2 triliun)


Angkutan umum dan angkutan barang wajib menggunakan bahan bakar gas

(BBG) (Potensi penghematan subsidi Rp 6,6 triliun)


Mobil pribadi dilarang mengkonsumsi BBM bersubsidi (Potensi penghematan
subsidi Rp 50,2 triliun)

5. Upah minimum regional (UMR) 2013 mengalami kenaikan di hampir semua daerah,
bahkan

kenaikan

kali

ini

merupakan

kenaikan

yang

cukup

besar

dengan

memperhitungkan angka layak hidup (AKL) sesuai daerah masing-masing. Di Jawa Barat
UMR terendah sebesar Rp 850.000,- untuk Kabupaten Majalengka, dan tertinggi sebesar
Rp 2.100.000,- untuk kota Bekasi. Sedangkan kota Cimahi UMR yang ditetapkan sebesar
Rp 1.338.333,-. Belum sampai batas akhir pengajuan penangguhan Upah Minimum
Kota/Kabupaten tanggal 20 Desember 2012, puluhan perusahaan di wilayah Bekasi telah
mengajukan penangguhan UMK karenakan tidak mampu membayar gaji sesuai UMK
2013. (Berita Kota, 6 Desember 2012).

6. Porsi pembayaran cicilan bunga dan pokok utang dalam RAPBN 2013 mencapai Rp
171,7 triliun, atau 15 persen terhadap belanja pemerintah pusat. Rinciannya untuk
pembayaran bunga Rp 113,24 triliun dan pokok utang luar negeri sebesar Rp 58,4 triliun.
Besarnya cicilan bunga disebabkan besarnya pembayaran bunga obligasi rekapitulasi
perbankan. Dampak terkurasnya anggaran untuk pembayaran utang ini, bisa dideteksi
dari minimnya anggaran peningkatan kesejahteraan rakyat dan pelayanan umum. Alokasi
pembayaran utang, bahkan jauh lebih besar ketimbang anggaran kesehatan yang hanya
Rp 50,9 triliun dan total anggaran ketahanan pangan Rp 83 triliun.
7. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, total utang pemerintah Indonesia hingga
September 2012 mencapai Rp 1.975,62 triliun. Dibanding akhir 2011, jumlah utang ini
naik Rp 166,67 triliun. Secara rasio terhadap PDB, utang pemerintah Indonesia berada di
level 27,3% pada September 2012.
Dari proyeksi kondisi 2013 ini, nampaknya masyarakat harus tetap waspada menghadapi
kondisi 2013. Salah satu yang harus jadi perhatian adalah potensi inflasi yang tinggi, hal ini di
dorong oleh kenaikan-kenaikan pada tarif listrik, tarif tol, tarif pajak, harga BBM subsidi, dan
UMR. Kenaikan-kenaikan tersebut akan berdampak langsung kepada pelaku bisnis dan
produsen. Naiknya biaya-biaya tersebut akan mendorong kenaikan harga-harga barang, maka
inflasi akan terdorong naik.
Langkah antisipasi yang bisa dilakukan oleh perusahaan atas biaya yang kian melonjak
tersebut adalah melalui efisiensi dengan pengurangan jumlah pekerja atau memindahkan lokasi
bisnisnya ke luar negeri. Kondisi ini tidak mustahil berakibat terjadinya gelombang pemutusan
kerja besar-besaran. Dampaknya pengangguran bertambah yang bisa memicu kerawanan sosial
semakin meningkat.
Menutup aktivitas bisnis alias gulung tikar merupakan dampak terburuk bagi perusahaan,
hal ini mengakibatkan produksi barang-barang akan berkurang, termasuk barang untuk diekspor
akan menurun, tetapi di lain pihak bisa mendorong impor untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Akibatnya impor lebih besar dari ekspor sehingga neraca transaksi berjalan akan defisit,
dan kian menambah utang luar negeri.
Adapun kondisi global yang dapat mempengaruhi kondisi Indonesia adalah:

1. Krisis yang masih melanda Uni Eropa, menjadikan perdagangan luar negeri mereka
mengalami penurunan. Produk-produk impor yang masuk Eropa akan makin berkurang,
termasuk produk-produk dari Indonesia dan Cina. Hal ini berakibat menurunkan nilai
ekpor produk Indonesia, bahkan sebaliknya bisa meningkatkan nilai impor Indonesia
sebagai dampak pelemparan produk Cina yang gagal masuk Eropa.
2. Dalam

beberapa

tahun

terakhir

Cina

terus

menurunkan

pertumbuhan

ekonominya.Padahal hal ini berdasarkan data IMF, bila pertumbuhan ekonomi Cina turun
satu persen, akan berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar
0,5 persen. (Antaranews.com, 21 November 2012)
3. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menunjukkan nilai
kepemilikan investor asing per 24 Juli 2012 tercatat sebesar Rp 235,90 triliun. 60 persen
uang beredar berasal dari surat utang negara (SUN) dan sebagian besar dimiliki asing.
Struktur keuangan tersebut menggambarkan iklim investasi hot money: yang bisa saja
dana asing yang beredar dengan cepat meninggalkan Indonesia (Farid Wadjdi, November
2012).
4. Perusahaan-perusahaan besar di Eropa dan Amerika terancam bangkrut, jika hal ini benar
terjadi maka akan terjadi kepanikan terutama ketika laporan keuangan perusahaan dirilis
pada Maret 2013. Hal ini akan mendorong penarikan dana secara besar-besaran, termasuk
di Indonesia yang berakibat nilai tukar rupiah terus merosot. Depresiasi rupiah ini akan
berdampak jangka panjang seperti membengkaknya utang pemerintah. Dampak jangka
panjang lain dari depresiasi rupiah adalah meningkatnya inflasi, terkoreksinya indeks
harga saham gabungan (IHSG) (Farid Wadjdi, November 2012).
Nampaknyabila kita belajar dari pengalaman, mengevaluasi kebijakan pemerintah ke
depan, dan melihat kondisi global yang masih krisis, kita harus bersikap waspada
atasoptimisme pemerintah bahwa Indonesia tidak akan diterjang oleh krisis seperti yang
pernah terjadi tahun 1997. Namun demikian sekiranya hal terburuk (terseret krisis global) tidak
terjadi, gejalake arah pelambatan ekonomi semakin nampak. Beban berat sebagian besar
masyarakat lemah kian bertambah, sementara kesenjangan ekonomi kian melebar. Perlu
dilakukan

tindakan

segera

untuk

terhindar

dari

krisis

yang

senantiasa

berulang,dimanasiklusnyakini makin pendek. Tindakan tersebut adalah dengan mencampakkan


sistem ekonomi kapitalis sebagai biang terjadinya krisis.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dan kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global
yang di motori oleh Negara Super itu. Mungkin dari beberapa uraian diatas dapat memberi
gambaran bahwa kita punya potensi menghadapi krisis ini jika kita meningkatkan kesadaran
sebagai masyarakat indonesia termasuk element pemerintah berikut departement terkait untuk
meningkat pengelolaan sumber daya secara profesional sehingga bangsa ini menjadi produktif
dalam penyediaan hasil bumi dan dapat mandiri serta terbebas sebagai negara importir bahan

pangan dan minyak bumi terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara Pengekspor
Terbesar.
3.2 Saran
Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis dan
mendorong investasi pada bidang-bidang pembangunan utama, namun menjaga momentum
sangatlah penting. Belanja subsidi energi masih tetap tinggi, dan hal ini membatasi belanja untuk
perlindungan sosial atau infrastruktur. Secara lebih luas, meningkatkan kualitas belanja
pemerintah -- baik alokasi maupun efisiensi pelaksanaan dan pelayanan -- akan berdampak besar.
Pada akhirnya, di tengah lingkungan sentimen investor yang rapuh, Pemerintah Indonesia dapat
mendukung ketahanan investasi dalam dan luar negeri dengan kebijakan yang jelas, konsisten
dan terkoordinasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/
Budi

Upayarto,
2013/

http://hizbut-tahrir.or.id/2012/12/09/tantangan-perekonomian-indonesia-di-

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0306/13/opi01.html
Read more: http://sro.web.id/makalah-globalisasi.html#ixzz2IWa00Cjo
Djajendra, http//www.djajendra-motivator.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_dunia
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2141890-pengertian-globalisasiekonomi/#ixzz2ITJt0t6a

Anda mungkin juga menyukai