HIPERTENSI
DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MAJALENGKA
KABUPATEN MAJALENGKA
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Ujian Sarjana
Pada Program S-1 Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak semua orang yang perlu mendapatkan
perhatian dari semua pihak. Hidup dengan sehat merupakan suatu
kebutuhan yang penting dari kondisi secara fisik mapun psikis yang
memungkinkan seseorang hidup lebih produktif. Untuk itu perlu dilakukan
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat yaitu
dengan meningkatkan kesadaran hidup sehat, upaya pencegahan dan
penyembuhan penyakit, serta pengobatan yang dilakukan sesuai dengan
anjuran petugas kesehatan yang profesional.
Menurunya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan
Perawatan
Kesehatan
meningkatnya
angka
Masyarakat
kesakitan
(Perkesmas)
pada
keluarga
diakibatkan
sasaran
oleh
khususnya
Pengendalian
pengaruh
dan
emosi
negatif
tersebut
Hipertensi
dapat dipengaruhi oleh gaya hidup (merokok, minum kopi, minum alkohol,
olah raga) dan juga kepribadian.
Gaya hidup dan kepribadian merupakan faktor yang sangat penting
untuk dikaji karena kedua faktor tersebut merupakan faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat yang pada akhirnya akan tercapai
atau
tidaknya
derajat
kesehatan
masyarakat
tersebut.
Menurut
secara
mendalam
dan
diketahui
faktor-faktor
yang
dalam
menggali
dan
mengetahui
fenomena
perilaku
pada meningkatnya
Pada penelitian ini dibatasi pada faktor gaya hidup dan kepribadian,
serta hubungan antara kedua faktor tersebut dengan kejadian hipertensi.
Subjek penelitian ini adalah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Majalengka. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli tahun 2012.
Alasan penelitian ini dilakukan karena kejadian hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Majalengka dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Jenis penelitian ini akan menggunakan desain analitik
kuantitatif dengan pendekatan case control.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan
kejadian
5)
Tahun 2012.
Diketahuinya hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka
Tahun 2012.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi UPTD Puskesmas Majalengka
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan
masukan mengenai perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup
dan kepribadian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka sehingga
mengenai
kebiasaan-kebiasaan
masyarakat
yang
dapat
ilmiah
yang
bermanfaat
dalam
pengembangan
ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Beberapa
definisi
tentang
hipertensi
telah
diungkapkan
oleh
gangguan
pada
sistem
peredaran
darah
yang
dapat
berupa
penyakit
jantung
dan
pembuluh
darah
seperti
reaktivitas
vascular
(terhadap
vasokonstriktor),
dan
4)
5)
Kehilangan
elastisitas
pembuluh
darah.
Hal
ini
terjadi
Tekanan darah
Sistol (mmHg)
< 120
120-139
140-159
> 160
Tekanan darah
Diastol
(mmHg)
Dan < 80
Atau 80-89
Atau 90-99
Atau > 100
Sistol
< 120
Diastol
< 80
Normal
< 130
< 85
Normal tinggi
Tingkat 1 (hipertensi ringan)
130 139
140 159
85 89
90 99
140 149
160 179
180
140
90 94
100 109
110
< 90
Sub-gruo: perbatasan
140 - 149
< 90
Tekanan darah
Sistol (mmHg)
< 120
120 139
140 159
> 160
140
Tekanan darah
Diastol
(mmHg)
Dan < 80
Atau 80-89
Atau 90-99
Atau > 110
< 90
korteks
adrenal
(2%
dan
5%)
merupakan
penyebab
utama
dengan
hipertensi
sangat
sensitiv
terhadap
norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
(Crea, 2008).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons
vasokonstriktor
pembuluh
darah.
Vasokonstriksi
yang
menyebabkan
retensi
natrium
dan
air
oleh
tubulus
ginjal,
dan
fungsional
pada
system
pembuluh
perifer
tekanan
darah
sistemik
meningkatkan
resistensi
dikatakan
peningkatan
tekanan
darah
mempercepat
di
sekitar
obstruksiarteromasus
yang
menghambat
aorta
disekans.
kejadian
ini
dapat
menimbulkan
penyakit
dan
menggangu
peredaran
darah.
Dengan
demikian,
akan
hipertensi.
Olahraga teratur.
Menurut penelitian,
olahraga
secara
teratur
dapat
meyerap
atau
tekanan darah.
Tidak merokok dan minum alkohol.
Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk
mengurangi
stress
atau
b.
c.
kegiatan santai.
Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
d. Sekali-sekali mengalah, belajar berdamai.
e. Cobalah menolong orang lain.
f.
Menghilangkan perasaan iri dan dengki.
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah target tekanan darah
yatiu < 140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi seperti diabetes
melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg,
penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler dan menghambat
laju penyakit ginjal. Pada umumnya penatalaksanaan pada pasien
hipertensi meliputi dua cara yaitu (Yogiantoro, 2006):
1. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok,
menurunkan berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan
garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah
dan sayur.
a.
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat
anti hipertensi oleh dokter.
d.
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII
yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis,
beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau
AT1 receptor antagonist/ blocker (ARB).
2.2 Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal
dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif
maupun aktif (melakukan tindakan) (Maulana, 2009).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari
manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi.
Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia.
Faktor
keturunan
perkembangan
merupakan
perilaku
konsep
makhluk
hidup
dasar
itu
atau
modal
selanjutnya,
untuk
sedangkan
seseorang
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
b.
Olahraga teratur
c.
Tidak merokok
f.
Mengendalikan stress
g.
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya
tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
2. Perilaku sakit (IIInes behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan
penyebab penyakit, dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit,
yang harus diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick
role) yang meliputi:
a.
b.
c.
Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri
seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan, baik
lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi
maupun politik.
b.
Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri
seseorang.
Faktor
internal
yang
menentukan
seseorang
merespon
kenyataan
kegagalan
orang
bahwa
atau
masalah-masalah
masyarakat
untuk
kesehatan
menerima
ditandai
oleh
usaha-usaha
hidup
diekspresikan
adalah
dalam
pola
aktifitas,
hidup
minat
seseorang
dan
di
opininya.
dunia
yang
Gaya
hidup
dengan
pendapat
Lisnawati,
Notoatmojo
(2005)
atau
kegiatan-kegiatan
yang
berkaitan
dengan
upaya
sedangkan
gaya
hidup
sehat
dapat
disimpulkan
sebagai
pada
rokok
mengganggu
selain
suplai
meningkatkan
oksigen
ke
otot
kebutuhan
jantung
oksigen,
(miokard)
juga
sehingga
akibat
meningkatnya
kebutuhan
oksigen
miokard.
Selain
dalam
tembakau
merupakan
penyebab
meningkatnya
tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain
dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat
kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan
sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan
tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap
rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah
juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan
darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (Crea, 2008).
2.3.2 Kebiasaan Minum-minuman Beralkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas.
Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan
darah. Alkohol hanya mengandung energi tanpa mengandung zat gizi lain,
kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang gizi, penyakit
gangguan
hati,
kerusakan
saraf
otak
dan
jaringan
serta
dapat
gelas
bir/wine/whiskey/hari)
merupakan
faktor
risiko
hipertensi
(Sustrani, 2006).
Peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme
timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang
minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan
yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei
menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi
alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam
menaikkan tekanan darah (Yogiantoro, 2006).
Minum kopi ringan bila konsumsi kopi kurang dari 200 mg perhari
(1-2 gelas sehari ) atau kurang dari 4 sdm perhari
b.
c.
Minum kopi berat bila konsumsi lebih dari 400 mg perhari (> 5 gelas
sehari) atau konsumsi lebih dari 8 sdm perhari.
tekanan
darah,
berkurangnya
obesitas,
berkurangnya
adalah keseluruhan
tingkah
laku baik
aktual
maupun
jiwa. Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum atau libido yang
menjelma dan orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas fisik
ini dapat ke luar atau ke dalam dan demikian pula arah orientasi manusia
dapat ke luar atau ke dalam (Parkinson, 2004).
Jung menyatakan bahwa ekstrovert diartikan sebagai keramahan,
terus terang, cepat akrab, berakomodasi secara natural dan mudah
menyesuikan diri dengan berbagai situasi, jarang was-was, sering
berspekulasi dan sembrono pada situasi yang belum dikenal. Introvert
sebaliknya,
menarik
berhubungan
dari
obyek,
dengan
dan
keragu-raguan,
senang
reflektif
bersembunyi
defensif,
dibalik
rasa
menyatakan
bahwa
orang
introvert
cenderung
obyektif
atau
faktor
luar,
maka
orang
yang
demikian
itu
Introvert
dan
ekstrovert
dimaksudkan
sebagai
derajat
mana
adalah
expresiveness,
activity,
sociability,
reflexiveness,
dan
risk
taking,
responsibility.
impulsiveness,
Ketujuh
aspek
ini
digunakan oleh Eysenck sebagai tolak ukur tentang tingkat ekstrovert dan
introvert dari penelitian. Tujuh aspek ini merupakan komponen obyek
sikap yang dapat diukur. Karakteristik tersebut berpengaruh terhadap
tindakan dalam kesehariannya yang akan berdampak pada derajat
kesehatan seseroang (Ahmadi, 2005).
Dalam
activity
diukur
bagaimanakah
subyek
melakukan
mudah
beradaptasi
dengan
lingkungan
baru
dan
mudah
dalam
hidupnya.
Impulsiveness
digunakan
untuk
melihat
perbedaan antara orang introvert dan ekstrovert dari segi orang itu
impulsif atau tidak. Orang impulsif akan terlihat tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan, mudah berubah dan tidak dapat diramalkan.
impulsiveness
Dalam
berhubungan
expresiveness
diukur
dengan
bagaimana
aspek
orang
dalam
melakukan
sesuatu
daripada
memikirkannya.
Sumber : Teori Perilaku Health Belief Model (HBM) dalam Maulana (2009)
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan
(Notoatmodjo,
2005).
Dalam
penelitian
ini
faktor
yang
Variabel Terikat
(Independen)
(Dependen)
39
Diagram 3.1
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri,
sifat, atau ukuran yang memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan
penelitian tentang suatu konsep tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel
dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (variabel bebas) dan
variable
dependen
(variabel
terikat).
Variabel
independen
dalam
Kejadian Hipertensi
No
Variabel
Gaya
hidup
Definisi
Cara
Alat
Operasional
3
Ukur
4
Ukur
5
Pola hidup
Angk
seseorang di
et
oner
Hasil Ukur
6
memiliki kebiasaan
dunia yang
merokok/ minum
diekspresikan
beralkohol/ minum
dalam aktifitas,
minat dan
opininya
Skala
Ukur
7
Ordina
l
Kepribadi
Karakteristik
Angk
Kuisi0 = Kepribadian
Nomin
an
seseorang yang
et
oner introvert
1 = Kepribadian
al
menyebabkan
ekstrovert
munculnya
konsistensi
perasaan,
pemikiran, dan
3
Kejadian
perilaku
Keadaan
Angk
Hiperten
responden
et
oner
si
dengan tekanan
darah > 140/90
mmHg
Ordina
l
Kriteria inklusi
sedang
menjalani
pengobatan
penyakit
tertentu
(diet
dan
sebagainya).
b.
Kriteria eksklusi
berupa
kuesioner
untuk
mengukur
variabel
dependen
dan
2)
3)
Editing
(pemeriksaan
data),
langkah
ini
dimaksudkan
untuk
3)
4)
5)
dalam penelitian
ini
menggunakan analisis
univariat
dengan
Keterangan :
P = Proporsi
n = Jumlah kategori sampel yang diambil
N = Jumlah populasi
2. Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Uji yang dipakai adalah chisquare = 0,05.dengan batas kemaknaan
value) dengan
Nilai
Nilai
tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel bebas dengan variabel
terikat.
Selain menentukan uji kemaknaan juga ditentukan nilai Odds Ratio
(OR) yaitu ratio odds antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Perhitungan odds ratio dapat menggunakan tabel 2 x 2 sebagai berikut:
Kelompok Kasus
(+)
(-)
a
c
a+c (n1)
Kelompok
Kontrol
b
d
b+d (n2)
a+b (m1)
c+b (m2)
N
Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai hubungan gaya hidup dan kepribadian
1. Gambaran
Kejadian
Hipertensi
di
Wilayah
Kerja
UPTD
Puskesmas
25
50,0
Tidak hipertensi
25
50,0
50
100
Jumlah
47
Gaya hidup
Berisiko
22
44,0
Tidak berisiko
28
56,0
50
100
Jumlah
Kepribadian
Introvert
29
58,0
Ekstrovert
21
42,0
50
100
Jumlah
(58,0%)
dan
kurang
dari
setengah
responden
dengan
Tabel 4.4 Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2012
Kejadian
Gaya Hidup
hipertensi
Tidak
Hipertensi
hipertensi
f
%
f
%
Jumlah
Berisiko
15
60,0
28,0
22
100
Tidak berisiko
10
40,0
18
72,0
28
100
25
100
25
100
50
100
Jumlah
OR
value
95%CI
3,857
0,046
(1,18012,606)
Kejadian
hipertensi
Tidak
Hipertensi
hipertensi
f
%
f
%
Kepribadian
Introvert
Ekstrovert
Jumlah
Jumlah
19
76,0
10
40,0
29
100
24,0
15
60,0
21
100
25
100
25
100
50
100
OR
value
95%CI
4,750
0,022
(1,40616,051)
Kejadian
Hipertensi
di
Wilayah
Kerja
UPTD
Puskesmas
hasil
penelitian
diketahui
bahwa
setengahnya
Hipertensi merupakan penyakit yang sudah dikenal di tengahtengah masyarakat, namun tidak sedikit yang memahami dampak yang
lebih parah dari penyakit hipertensi ini. Hipertensi dapat mengakibatkan
jantung bekerja lebih keras sehingga proses perusakan dinding pembuluh
darah berlangsung dengan lebih cepat yang mendorong terjadinya payah
jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan serta yang paling parah
adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang tidak
diketahui penyebabnya secara pasti. Namun menurut Yogiantoro (2006)
bahwa hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi
dan sisanya hipertensi sekunder yaitu tekanan darah tinggi yang
penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik
seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obatobatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain.
Menurut Marliani (2007) bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi
merupakan
gangguan
pada
sistem
peredaran
darah
yang
dapat
berupa
penyakit
jantung
dan
pembuluh
darah
seperti
Namun
pada
penelitian
ini,
tipe
kepribadian
dibedakan
karena
masih
dalam
bentuk
perhatian,
perasaan,
persepsi,
menyebabkan
seseorang
menderita
suatu
penyakit.
atau
kegiatan-kegiatan
yang
berkaitan
dengan
upaya
di
atas,
maka
hasil
penelitian
ini
tidak
terdapat
dan
ekstrovert
adalah
activity,
sociability,
risk
taking,
obyek
berpengaruh
sikap
terhadap
yang
dapat
tindakan
diukur.
dalam
Karakteristik
kesehariannya
tersebut
yang
akan
karakteristiknya
maka
masyarakat
yang
memiliki
penduduk
dengan
kepribadian
ekstrovert
tetapi
mengalami
hipertensi. Hal ini dapat dikarenakan selain kepribadian, faktor lain seperti
usia,
penelitian
memperhatikan
ini
faktor
perlu
dikembangkan
pengalaman
sehingga
lebih
lanjut
dengan
menghasilkan
hasil
BAB V
5.2 Saran
5.2.1 Bagi UPTD Puskesmas Majalengka
Disarankan
agar
petugas
kesehatan
di
wilayah
kerja
UPTD
memeriksakan
agar
diketahui
kesehatan
secara
perkembangan
rutin
tekanan
kepada
petugas
darahnya
serta
Lampiran 1
di
Desa
Kawunggirang
Wilayah
Kerja
UPTD
Puskesmas
tidak
perlu
menuliskan
nama.
Mengingat
keberhasilan
Majalengka,...
Peneliti,
(Rini Nuraisa)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
:.
:.
Majalengka,
Yang menyatakan,
.
(Responden)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi
di Desa Kawunggirang Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2012
A. Identitas Responden
1.
Nomor Responden
2.
Inisial Responden
: ______________________
3. Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
4. Umur Responden
: ..tahun
B. Gaya Hidup
Petunjuk :
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda V pada kolom yang
sesuai dengan keadaan dan pendapat anda!
No
Pertanyaan
1.
2.
merokok?
Apakah anda mempunyai kebiasaan minum
3.
minuman beralkohol?
Apakah menurut anda kebiasaan minum
Jawaban
Ya
Tidak
berlebihan/terlalu banyak?
Apakah anda suka melakukan olahraga
secara teratur?
C. Tipe Kepribadian
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda V pada kolom yang
sesuai dengan keadaan anda!
Jawaban
BENAR
SALAH
NO
PERNYATAAN
1
2
pusat perhatian
Saya
suka
bersosialisasi
banyak orang
Saya lebih suka
5
6
berbicara
dengan
secara
dan
membaca buku
NO
Jawaban
BENAR
SALAH
PERNYATAAN
Saya
suka
10
11
12
memainkan
sesuatu
permainan
tanpa
sering
berfikir
terlebih dahulu
Saya memiliki beberapa orang yang
benar-benar merupakan teman baik
saya
D. Hipertensi
1.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. M. 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Renika Cipta.
Andra. 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. http://www.majalahfarmacia.com, diakses 27 Maret 2012.
Anggraini, A.D., dan Waren, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Hipertensi pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dwasa
Puskemas
Bangkiang
periode
Januari
sampai
Juni
2008.
2013 (2)
o Mei (2)
Mengenai Saya
ina sartina
Lihat profil lengkapku
Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.