Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

H DENGAN DENGUE
HEMORAGHIC FEVER (DHF) GRADE 2 DI RUANGAN
ANAK RSUD DR. M ZEIN PAINAN

STUDI KASUS
KEPERAWATAN ANAK

OLEH :
MONALISA ELYANTI
12121722

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat allah SWT atas rahmat serta
hidayah-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan Studi kasus yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada An. H dengan Dengue Hemoraghic Fever (Dhf)
Grade 2 Di Ruangan Anak Rsud Dr. M Zein Painan dengan baik.
Shalawat dan salam penulis mohonkan kepada Allah SWT semoga
disampaikan kepada nabi Muhammad SAW yang telah meberikan contoh teladan
bagi manusia untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.
Dalam penulisan Studi kasus ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bimbingan dan dorongan berbagai pihak akhirnya
penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Studi kasus ini tersusun berkat bantuan
dan kerjasama dari berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Ns. Vivi Syofia Sapardi, S.Kep, selaku Pembimbing yang telah
mengarahkan, memberikan masukan dan bimbingan serta meluangkan
waktunya untuk memberikan petunjuk dan tuntunan dalam menyelesaikan
studi kasus ini.
2. Ibu Ns.Gustina,S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah bersedia
membimbing dan memberikan arahan selama dinas di RSUD M.Zein Painan
khususnya di ruang rawat inap anak
3. Pasien dan keluarga pasien yang telah mau kooperatif dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan.
4. Bapak Ns. Zulham Efendi, M.Kep, selaku ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

5. Ibu Hj. Elmiyasna,K, SKp,MM selaku Ketua STIkes MERCUBAKTIJAYA


Padang.
6. Staf Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang yang telah memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal bagi penulis
dalam pembuatan proposal studi kasus ini.
7. Teristimewa Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan rasa hormat
yang tak terhingga kepada kedua Orang tua, Ayah dan Ibunda tercinta yang
selalu memberikan doa dan dukungan, baik moril maupun material kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan Studi Kasus ini.
8. Rekan-rekan
mahasiswa
Prodi
S1
Keperawatan

STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang dan kakak, sahabat-sahabat yang telah


memberikan dukungan dan semangat selama perkulihan.
9. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Studi kasus ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Dalam penulisan Studi kasus ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dengan mecurahkan segenap kemampuan, waktu, dan tenaga untuk
menyelesaikanya. Namun demikian penulis menyadari studi kasus ini masih jauh
dari kesempurnaan, hal ini di sebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan
pengalaman penulis.
Untuk itu di harapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan studi kasus ini. Akhirnya penulis berharap studi
kasus ini dapat berguna dan bermafaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis
sendiri.

Padang, April 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigtan
nyamuk Aedes Aegygti betina. Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau yang
biasa disebut Demam Berdarah Dengue (DBD), pertama kali ditemukan pada
tahun 1968 sampai sekarang, seringkali menjadi penyebab kematian terutama
pada anak remaja dan dewasa. DHF juga telah menyebar hampir ke seluruh
wilayah Indonesia dan dari tahun ke tahun penderitanya cenderung meningkat
(Hidayat, 2006).
Demam berdarah (DBD) merupakan suatu penyakit epidemic akut
yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam
ringan sampai tinggi, di sertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan
persendian, hingga perdarahan spontan (WHO, 2010).
Sekitar 2,5 milyar (2/5 penduduk dunia) mempunyai resiko untuk
terkena infeksi virus dengue. Lebih dari 100 negara tropis dan subtropics
pernah mengalami letusan DBD kurang lebih 500.000 kasus setiap tahun
dirawat dirumah sakit dan ribuan orang meninggal (Soedarto, 2012).
Pada tahun 1953, Quaintos dkk melaporkan kasus DBD di filifina,
kemudian di susul Negara lain seperti Thailand dan Vietnam. Kasus DBD
pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1986 (di Jakarta dan
Surabaya). Pada tahun-tahun selanjutnya DBD cenderung meningkat
(Mekadiana, 2007). Kasus DBD di indonesia sampai dengan tahun 2007, telah

mencapai 19.031 kasus, di antaranya 336 penderitanya meninggal dunia


(Ngastiyah, 2005).
Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan di pengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector nyamuk, transmisi virus
dengue, virulensi virus, dan kondisi geografi setempat. Secara keseluruhan,
tidak terdapat perbedaan angka kejadian berdasarkan jenis kelamin penderita,
tetapi kematian akibat penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak
(Soedarto, 2012)
Pada bulan januari 2009, penderita DHF fi jawa tengah sebanya 1706
orang. Sedangkan kasus DHF yang terjadi di beberapa kota dijawa tengah
sampai pertengahan 2009 sebanyak 2767 orang, 73 diantaranya meninggal
(Lismiyati,2009).
Tahun 2013 di Provinsi Sumatera Barat penyakit DHF masih menjadi
suatu masalah , Dinas Kesehatan Sumatera Barat mencatat kasus Demam
berdarah dengue sampai sekarang meningkat. Penyakit Demam berdarah pada
tahun 2013 di Sumatera barat mencatat 799 kasus DHF dan meningkat pada
tahun 2014 menjadi 1377 kasus (DKK, 2014).
Berdasarkan data yang didapatkan pada tahun 2014 dari RSUD Dr. M
ZEIN PAINAN kasus demam berdarah dengue merupakan kasus terbanyak
yang terjadi di ruangan anak yaitu sebanyak 223 orang anak, sedangkan pada
tahun 2015 kasus demam berdarah dengue masih banyak ditemukan pada
ruangan anak yaitu sebanyak 248 orang anak. Selama 1 minggu mulai dari
tanggal (8-14 februari 2016) didapatkan anak yang mengalami demam
berdarah (DHF) tercatat sebanyak 26 orang dimana 14 orang perempuan dan
12 orang laki-laki, dan yang paling banyak terjadi dibandingkan kasus lainnya.

Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue


Syok Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini
dikarenakan pasien mengalami devisit volume cairan akibat meningkatnya
permeabilitas kapiler pembuluh darah sehingga dara menuju ke luar pembuluh
darah. Sebagai akibatnya hamper 35% pasien DHF yang terlambat di tangani
di rumah sakit mengalami syok hipovolemik sehingga meninggal.
Perjalanan penyakit ini sulit diramalkan karena sebagian penderita
dengan shock berat dapat disembuhkan walaupun dengan tindakan yang
sederhana sedangkan sebagian lain datang ke rumah sakit dengan keadaan
ringan kemudian meninggal dunia dalam waktu singkat meskipun sudah
dilakukan perawatan dan pengobatan intensif. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain keadaan umum, status gizi, imunitas tubuh dan
kepatuhan keluarga klien dalam proses pengobatan dan perawatan (Soedarto,
2012).
Saat ini angka kejadian DHF di rumah sakit semakin meningkat, tidak
hanya pada kasus anak, tetapi pada remaja dan juga dewasa. Oleh karena itu,
diharapkan perawat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah
sakit. Keterampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi tanda-tanda syok (Dengue Sok Syndrome) dan kecepatan
dalam menangani pasien yang mengalami DSS (Hidayat, 2006).

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan


asuhan keperawatan pada pasien dengue hemoraghic fever (DHF) di RSUD
Dr. M. Zein Painan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan anak pada anak H dengan
Dengue Hemorhagic Fever Grade 2
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data pada anak H dengan Dengue
Hemorhagic Fever Grade 2
b. Mampu membuat analisa data dan menegakkan diagnosa sesuai
dengan keluhan pada saat pengkajian dan pada anak H dengan
Dengue Hemorhagic Fever Grade 2
c. Mampu membuat perencanaan sesuai dengan diagnosa yang telah
ditegakkan pada anak H dengan Dengue Hemorhagic Fever Grade 2
d. Mampu melakukan perencanan yang telah dibuat pada anak H
dengan Dengue Hemorhagic Fever Grade 2
e. Mampu mengevaluasi keadaan anak H setelah diberikan intervensi
pada anak H dengan Dengue Hemorhagic Fever Grade 2
f. Mampu mendokumentasikan hasil yang telah dilakukan pada anak H
dengan Dengue Hemorhagic Fever Grade 2

3. Manfaat
1. Bagi institusi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek asuhan keperawatan khususnya pada pasien
dengue hemoraghic fever (DHF)
2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan


keperawatan pada pasien dengan dengue hemoraghic fever (DHF)
yang dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa
keperawatan dalam membuat studi kasus selanjutnya.
3. Bagi penulis
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman khususnya dibidang keperawatan anak dengan dengue
hemoraghic fever (DHF).

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyakit DHF
1. Defenisi
Dengue haemoragic fever (DHF) / DBD adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis

demam, nyeri otot dan / atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfodenopati dan diaresis hemoragik (Aru. W. Sudoyo, 2006)
Dengue hemoragic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi
yang disertai leukopenia, dengan / tanpa ruam (rash) dan limfadenopati.
Thrombocytopenia ringan dan bintik-bintik perdarahan (Noer Syaifullah,
2010).
Dengue haemorhagic fever adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypty (Nursalam, 2005)
Dengue Hemoragic Fever merupakan penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui
gigitan nyamuk aides aigepti betina, penyakit ini lebih dikenal dengan
sebutan Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam
berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan menifestasi klinis demam disertai gejala perdarahan dan
bila timbul renjatan dapat menyebabkan kematian.
2. Etiologi
Disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
flavivirus keluarga floviviridae. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang semuanya dapat menyebabkan demam
berdarah. Virus dengue dapat beraplikasi pada nyamuk genius Aedes
(stegomya) dan toxorhynchites (Aru W. Sudoyo, 2006).

Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi,hemodinamika,dan


biokimia DHF hingga kini belum di ketahi secara pasti. Sebagian besar
sarjana

masih

menganut

The

Secondary

Heterologous

Infection

Hyphotesis ata The Sequential Infection Hyphotesis dari Halsteel yang


menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seorang seteleh terinfeksi degue
untuk pertamakalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue
yang berbeda (Nursalam, 2005).

3. Anaotomi Fisiologi

Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah


a. Plasma Darah
Terdiri dari air (90%) dan zat-zat terlant kira-kira 10%)

Protein

: albumin, globulin, fibinogen, As-Amino

Lemak

: As lemak, gelisah, cholesterol

Karbohidrat : Glukosa

Elektrolit

: Na, K, cholida

Vitamin

: K, A, B, C

b. Sel-sel darah
1) Eritosit (SDM)
Diperoduksi oleh sum-sum tulang, umumnya + 120 hari setelah itu
dihancurkan oleh lien (limfa). Bahan-bahan pembentukan adalah
protein, zat besi, vitamin B12 As folat. Di dalam entrosit terdapat
suatu zat disebut haemoglobin yang berfungsi untuk memberi zat
warna merah pada darah, untuk menginkat O2 dan CO2 dari
jaringan kembali ke paru-paru. HB diperiksa dengan cara SHALI
jumlah normal eritosit adalah :
Laki-laki

: 4,5 5 juta /mm3 darah

Perempuan

: 5 5,5 juta/mm3 darah

Jumlah normal HB :
Laki-laki

: 12 14 gr%

Perempuan

: 13 16 gr%

2) Leukosit (DSP)
Bentuk dan ukuran bervariasi, tetapi lebih besar dari eritosit jumlah
normalnya : 7000 10.000 butir / cc darah

Lekositosis : jumlah > 10.000 / cc

Lekopenia : jumlah < 400 / cc

3) Trombosit
Lebih kecil dari eritosit, diamter 2 4 mikron, diproduksi oleh
sum-sum tulang.
-

Jumlah normal : 2000 3000 / cc darah

Tormbosit

Trombositosis

: < 2000 / cc
: > 2000 / cc

Fungsi trombosit adalah sebagai faktor pembekuan darah.


4. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Naegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody sehingga
terbentuklah komplek virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
sistem komplemen. Pelepasan C3 a dan C5 a akibat aktivasi C3 dan C5
menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan
menghilangnya plasma melalui endotel dinding ini. Dengan terdapatnya
kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan trombosit
kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga
dimusnahkan oleh sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat
dan perdarahan. Disamping itu, trombosit yang mengalami metamorfosis
akan melepaskan faktor trombosit 3 yang akan mengaktivasi sistem
koagulasi. Terjadi aktivasi faktor Hamegan akan menyebabkan pembekuan
intravaskuler yang meluas dan meningkatkan permiabilitas pembuluh
darah. (Rampengan, 2007)

WOC DHF

Gigitan Nyamuk Ades Aegipty

Infeksi virus Dengue

Inkubasi 2 - 7 hari
- Demam
- Nyeri otot dan sendi

Virus menyebar ke kulit

MK: - Hipertermi
- gangguan rasa
nyaman :nyeri

virus berimplikasi dinodus linfotikus

Ruam

Pembentukan antibodi virus dalam sirkulasi darah

limFodenopati

Aksifasi sistem komplemen


anafilaktosis O3A dan C5a dilepaskan

asresi trombosit

Permeabilitas pembuluh darah meningkat


kebocoran plasma

Vaso aktif (CADP) yang bersifat


meningkat permebilitas kapiler
dilepaskan

trombosit faktor 3 dilepaskan


volume plasma menurun
Koagulasi intra vaskuler
dirangsang

cairan keluar ekstrasel

Trombositopenia

Hovopolemia
gangguan sirkulasi

hipotensi

hipoksia jaringan

shock

masuk ke peluara
Faktor koagulasi menurun

Tek. Sirkulasi darah menurun

Aliran balik vena menurun

TD menurun
Nadi cepat dan halus
MK: Resti shock
hipovolemik

Perdarahan
MK: - Devisit Vol.cairan
- Efiktasis
- Resi shock
- Hematemesis
hipovolemik
- Melena
- Ptekie, ekimosis, purpura

- edema paru
- atelektosis
MK: pola nafas
tedak efektif

anoksia
jaringan
asidosis
metabolik
kematian

Curah jantung menurun

MK: perubahan
perfusi jaringan

Perfusi jaringan menurun

Shcok
- Edema papebra
- Asites
- Edema tangan dan kaki

MK: - ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
- Gangguan aktivitas

5. Manifestasi Klinis
a. demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab
yang tidak jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretik.
b. Manifestasi Perdarahan

Dengan manipulasi, yaitu uji torniquet positif


6.
7.

Kriteria : (+) bila jumlah petekie 20


() bila jumlah petekie 10 20

8.

(-) bila jumlah petekie < 10

Spontan, yaitu petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,


hematemesis atau melena.

a. Malaise, mual, muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dan kadang-kadang
batuk.
b. Nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi
c. Pembesaran hati
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat sampai tak teraba, TD
menurun, disertai kulit yang lembab dan dingin terutama pada ujung jari
tangan, kaki dan hidung, lemah, gelisah sampai menurunnya kesadaran.
9.
10.
11.
12.

(Rampengan, 2007)

13. Derajaat Berat DHF


a. Derajat I (Ringan)
14.

Demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala tidak

khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.


a. Derajat II (Sedang)
15.

Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau

perdarahan yang lain.


a. Derajat III
16.

Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu

denyut nadi cepat, lemah, tekanan darah menurun disertai dengan kulit yang
dingin , lembab, dan gelisah.
a. Derajat IV
17.

Derajad III ditambah syok berat, dengan nadi yang tidak

teraba dan tekanan darah tidak terukur disertai dengan penurunan kesadaran,
sianosis dan asidosis.
18.

(Arief Manspoer, 2000)

19. Komplikasi
a. Asodosis Metabolik
b. Kematian
20.
21.

22. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
1) Leukosit

: Lekosit menurun

2) Trombosit

: Trombositopenia (< 100.000/mm3)

3) Hematokrit

: Meningkat > 20 %
4) Hemostasis

Dilakukan DT, APTT,

Fibrinogen,.dicurigai adanya perdarahan/ kelainan


pembekuan darah
5) Protein/albumin

6) GGOT/SGPT
7) Ureum, kreatinin

Hipoprotemia
: Meningkat

bila didapatkan gangguan

sebagai parometer

fungsi ginjal
8) Elektrolit

pemantauan pemberian cairan


9) Imuno serologi
23.

IgM :

Terdeteksi pada hari ke 3-5, meningkat pada

minggu ke3 menghilang setelah 60-90 hari


24.

IgG

Pada infeksi primer IgG mula terdeteksi pada hari

ke 14, infeksi sekunder pada hari ke 2


a. Radiologi
25.

Pada foto dada didapatkan efusi pleura

26.

(Aru W. Sudoyo, 2006)

27.
28.
29. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit
1) Tirah baring
2) Makanan lunak dan bila belum nafsu makan berikan minum 1,5 2 liter
dalam 24 jam (susu, air dengan gula/sirup),air tawar ditambah garam
3) Medikomentosa yang bersifat simtomatis untuk hiperpireksia dapat
diberi kompres, anti piretik golongan asitaminofen.
b. Klien dengan tanda renjatan
1) Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan diatasi
2) Observasi keadaan umum, nadi, suhu dan pernafasan tiap jam, serta Hb
dan Ht 4-6 jam pada hari pertama, selanjutnya tiap 24jam
c. Klien DSS (Dengue Shock Syndrome)
30.

Diberi cairan intra vena yang diguyur, seperti : Nacl, RL

yang dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak
tampak hasilnya dapat diberikan plasma/ plasma ekspander/ dekstran/ prepat
hemasel sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-48 jam
setelah renjatan teratasi.
31.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan

gastro intertinal yang hebat dan pada pemeriksaan Hb dan Ht menurun


(Arief Masnjor, 2000)

32.
33.
34.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien DHF
1. Pengkajian
a. Identitas data
1) Identitas klien : terdiri dari nama, alamat, umur, status diagnose
medis, tanggal masuk rumah sakit, keluarga yang dapat dihubungi,
catatan kedatangan, no MR.
2) Identitas orang tua (ayah dan ibu) nama, usia, pendidikan, pekerjaan,
alamat.
3) Identitas saudara kandung : nama, usia, hubungan, status kesehatan,
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2.

Biasanya alasan/keluhan yang menonjol pada klien

dengan demam berdarah untuk datang kerumah sakit adalah demam


tinggi dan mendadak mencapai 400C lebih dari 3 hari, tidak mau makan,
terdapat bintik merah pada tubuh, dan anak lemah.
1)
3.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya mengeluh tidak nafsu makan, mual, dan muntah,

demam tinggi sehingga menggigil yang menyebabkan sakit kepala, nyeri


otot dan persendian, mukosa mulut kering, perdarahan gusi, ruam pada
kulit (kemerahan).
1) Riwayat Kesehatan Dahulu

4.

Biasanya klien mempumyai riwayat pernah menderita

demam dengue, klien biasa mengalami serangan ulang dengan tipe virus
yang lain.
1)

Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya adanya anggota keluarga yang pernah

5.

mengalami demam berdarah, karena demam berdarah dengue bukan


penyakit keturunan, tapi penularan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepty.
a. Pemeriksaan fisik
6.
Meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki
7.
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan fisik anak
adalah sebagai berikut :
1)

Grade I : kesadaran, kompos

mentis, keadaan umum lemah


2)

Grade II : kesadaran kompos


mentis, keadaan umum lemah, ada pendarahan spontan, perdarahan gusi
dan hidung.

3)

Grade III : kesadaran apatis,


keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi
menurun

4)

Grade IV : keadaan koma, TTV :


nadi tak teraba, tensi tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin, berkeringat kulit tampak biru.

8.

Nilai normat tanda-tanda vital (TTV)

a. Suhu
9.

bayi
10.

1) Riwayat Imunisasi
11.

Apabila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik,

maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari.


12.
13.
1) Kondisi lingkungan
14. Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan
lingkungan

yang

kurang

bersih

seperti

air

yang

menggenang dan gantungan baju dikamar.


a. Pemeriksaan Fisik
1) TTV
15. Biasanya jika sudah terjadi di shock ditemukan TD
menurun, Nadi pertama cepat kemudian menurun. Pada
hari ke4 atau ke5 suhu tinggi dan jika shock tiba-tiba
turun. Pernafasan cepat
1) TB : Biasanya tidak ditemukan peningkatan atau penurunan BB dan
Lila : biasanya ditemukan penurunan
2) Kepala
-

Lingkar kepala, ukuran ubun-ubun, bentuk kepala

Rambut

: Biasanya tidak ditemukan kelainan


- Mata
konjungtiva anemis

Biasanya

- Hidung

Biasanya hidung

kadang mengalami perdarahan,


- Mulut

Biasanya membran

mukosa kering, dan ditemukan perdarahan pada gusi


3) Leher
16.

Biasanya tidak ditemukan kelainan

1) Thoraks
17.

Biasanya bentuk dada

semetris kiri dan kanan


18.

Pergerakan dada sama kiri dan

kanan
19.

Biasanya fremitus kiri kanan

20.

Biasanya sonor

21.

Biasanya bunyi nafas vesikuler

22.

Biasanya ictus tidak terlihat

23.

Biasanya ictus teraba di LMCS RIC

24.

Biasanya batas jantung normal

25.

Biasanya teratur

26.

Biasanya perut asites

27.

Biasanya bising usus (+)

1) Jantung

1) Abdomen

28.

Biasanya nyeri tekan dan hepar

Biasanya nyeri tekan

teraba
29.
1) Ekstremitas
30.

Biasanya akral teraba dingin, kapilarirefill > 3 detik,

sianosis, dan terjadi nyeri otot, sendi dan tulang.


1) Integumen
31.

Biasanya ada petekie pad kulit, kulit teraba lembab dan

dingin, turgor kulit menurun.


1) Neurologik
32.

Biasanya kesadaran menurun

33.
34.
35.
a. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
a) Makan : kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan menurun /
berkurang.
b) Minum : Biasanya klien dianjuran banyak minum air putih + 1,5 2
liter/hari, minum susu, syrup dan jus jambu biji.
2) Eliminasi
a) Miksi : kaji apakah sering BAK, sedikit/ banyak. Pad DHF grade IV
sering terjadi hematuria.

b) Defekasi : biasanya anak mengalami diare/ konstipasi.pada DHF


grade III - IV bisa terjadi melena.
3) Aktivitas perawatan diri
36.

Biasanya kebersihan diri dan lingkungan cenderung

kurang.
1) Istirahat dan tidur
37.

Biasanya istirahat dan tidur anak terganggu karena

mengalami nyeri sendi dan otot.


a. Data Sosial ekonomi
38.

Biasanya penyakit ini bias terjadi pada semua golongan,

baik ekonomi atas, menengah dan bawah, serta bias juga terjadi pada
kalangan semua usia
a.

Data psikososial
39.

Biasanya kien ditemukan cemas karena demamnya naik

turun dan sering bertanya-tanya tentang penyakitnya dan kesembuhannya.


40.
a. Pemeriksaan labor
1) Labor
o Hb menurun
o Leukosit menurun
o Trombosit menurun
o SGOT / SGPT meningkat
o Ht meningkat

41.

2) Radiologi
42.

Rontgen dada : efusi pluera

2. Intervensi Keperawatan
1.

2.

3.

4. N

NO

I
C

5.
1

6. a. Thermoregulation
Hipert

9.

7. emperature Regulation
Indi
10.

ktivitas Keperawatan :
a. Bina Ham dengan klien
dan keluarga
b. Monitor suhu minimal tiap
2 jam
c. Rencanakan monitoring
suhu secara continue
d. Monitor TD, nadi, dan RR
e. Monitor warna dan suhu
a. Suhu tubuh dalam
rentang normal
b. Nadi dan RR

kulit
f. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
g. Tingkatkan intake cairan

dalam rentang
normal
c. Tidak ada
perubahan warna

dan nutrisi ( anjurkan


banyak minum )
h. anjurkan kompres dengan
air hangat.
i. Selimuti pasien untuk

kulit, dan tidak


mencegah hilangnya
ada pusing
8.

kehangatan tubuh
j. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
k. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
l. Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan penanganan
emergency yang
diperlukan
m. Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
n. Berikan anti piretik jika
perlu
11.

12.
2.

13.a. Fluid Balance


Kekur
b. Hydration

17.

c. Nutritional
Status : Food and
Fluid Intake

luid Management
18.

A
ktivitas Keperawatan

15. a. Bina ham dengan klien


Indi dan kjeluarga
b. Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
( Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,

a. Keseimbangan
14.
urin out put lebih
dari 1300 mL/hari
(paling sedikit 30
mL/jam)
b. Tekanan darah,
nadi, dan suhu
normal
c. Turgor kulit baik,
membran mukosa
dan lidah lembab,
orientasi tempat,

disfungsi hati, dll )


c. Monitor berat badan
d. Monitor serum dan
elektrolit urine
e. Monitor serum dan
osmilalitas urine
f. Monitor BP<HR, dan RR
g. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
h. Monitor parameter
hemodinamik infasif
i. Catat secara akurat intake
dan output
j. Monitor membran
mukosa dan turgor kulit,
serta rasa haus

waktu, dan orang

k. Anjurkan intake oral


l. Berikan terapi IV
m. Monitor tanda dan gejala

baik
d. Pasien mampu

dari odema
n. Bari cairan sesuai

untuk mencegah
dan mengatasi

keperluan
o. Beri obat yang dapat

kehilangan cairan
meningkatkan output urin
16.
19.
3.

20.a. Nutritional Status


Ketida
b. Nutritional

24.

utrition management
Status : Food and
25.
Fluid Intake
c. Nutritional
Status : Nutrient
Intake
d. Weight Control

ktivitas Keperawatan :
a. Bina ham dengan klien
dan keluarga
b. Kaji adanya alergi
22. makanan
c. Kolaborasi dengan ahli
Indi
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
e. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan

a. Intake adekuat
b. Berat badan ideal

vitamin C
f. Berikan substansi gula
g. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung

sesuai dengan

tinggi serat untuk

21. tinggi badan


c. Mampu

mencegah konstipasi
h. Berikan makanan yang

mengidentifikasi

terpilih ( sudah

kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-

dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
i. Ajarkan pasien bagaimana

tanda malnutrisi
e. Menunjukkan

membuat catatan makanan


peningkatan
harian.
fungsi pengecapan j. Monitor jumlah nutrisi dan
dan menelan
f. Tidak terjadi

kandungan kalori
k. Berikan informasi tentang

penurunan berat

kebutuhan nutrisi

badan yang berarti


23.
27.
28.
29.
30.
31.
32. BAB III
33. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas Data

26.

34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.

Nama anak
: An. H
Tempat / tanggal lahir : Air haji / 26 Agustus 2007
Umur
: 8 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SD kelas 3 (Tiga)
Anak ke : 2 (dua)
BB/TB
: 25 Kg / 110 Cm
Alamat
: Air haji, Lalang panjang
Nama ibu
: Ny. S

43.

Nama ayah
Umur

44.

: 43 tahun
Pekerjaan

: Guru

Pekerjaan
Pendidikan

: Swasta

45.

: Sarjana

Pendidikan
Alamat

: STM

46.
47.
48.
49.
50.

: Tn. S
: 43 tahun

DX. Medis
No. RM
Tanggal Masuk RS

Umur

: Air haji, Lalang panjang


: DHF Grade 2
: 207220
: 6 Februari 2016

51.
52.
II. Keluhan Utama
53.

An. H di rujuk oleh dokter di puskesmas air haji ke IGD

RSUD. M.Zein Painan dengan keluhan utama demam sejak 3 hari yang lalu, panas
naik turun dengan suhu tubuh An. H 37,9 0C, disertai dengan keluarnya darah dari
hidung sebelah kanan.
III.Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu


54.
Ibu An. H mengatakan bahwa sebelumnya An. H tidak
pernah menderita penyakit apa pun yang membuat An. H di rawat di rumah
sakit. Ibu An. H juga mengatakan imunisasi yang didapatkan An.H lengkap.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
55.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Februari 2016,
An.H masih kelihatan lemah, suhu badan An.H sudah mulai menurun yaitu 37
0

C. Ibu An.H mengatakan bahwa anaknya tidak nafsu makan, minum jarang,

setiap An.H minum 2 teguk An.H merasa kenyang, mukosa bibir kering, An.H
juga mengatakan sulit tidur dikarenakan An.H tidak betah berada di rumah sakit,
An.H mengatakan merasa bosan berada di rumah sakit. An.H juga merasa cemas
karena terlalu lama berada dirumah sakit dan tidak ingin terlalu lama berada di
rumah sakit. Aktifitas An. H dibantu oleh ibu nya, setiap An.H ke kamar mandi
di bantu oleh ibunya.
56.
57.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
58.

Ibu An.H mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak

ada yang menderita penyakit yang sama dengan An.H (DHF). Ibu An.H juga
mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit keturunan lainnya.
59.
60.
61.
62.

Genogram

63.

64.

Keterangan :

65.

: Laki-laki

66.

: Perempuan

67.

: Meninggal

68.

: Tinggal satu rumah

69.

: Klien
70.

An. H merupakan anak ke dua dari Ny. S dan Tn. S. An. H

mempunyai satu kakak laki-laki, kakan An. H masih duduk di kelas 5 SD. An. H
tinggal bersama ibu, ayah dan kakaknya. Ibu An. H mengatakan bahwa kedua
anaknya lebih dekat dengan ibunya dari pada ayahnya. An. H masih mempunyai
kakek dan nenek kecuali ayah dari ibunya telah meninggal. Ibu An. H
mengatakan bahwa An. H dekat dengan seluruh keluarganya baik itu dari
keluarga ibunya maupun ayahnya.
IV.

Riwayat Kesehatan Lingkungan


71.

Menurut ibu An. H kondisi lingkungan rumahnya cukup

bersih. Ibu mengatakan bak mandi di rumahnya di kuras satu kali seminggu, ibu
juga mengatakan terdapat beberapa ban bekas dan kaleng-kaleng cat bekas untuk
menanam bunga. Ibu juga mengatakan lingkungan rumah belum pernah di
semprot untuk pencegahan penyakit demam berdarah ini.
V.

Riwayat Psikososial
a. An. H tinggal bersama ibu, ayah serta kakaknya;
b. Hubungan antar anggota keluarga harmonis;
c. An. H di asuh oleh kedua orang tuanya

d. An. H selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.


VI.

Riwayat Tumbuh Kembang


72.

Ibu An. H mengatakan pertumbuhan dan perkembangan

anaknya tidak ada yang terganggu dan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan berdasarkan usia.
73.
74.
VII.

Imunisasi
75.

Jenis

76.

Usia

77.

Usia

78.

Usia

imunisasi
Pemberian I
Pemberian II
Pemberian III
79. BCG
80. Lengkap
81. Lengkap
82. Lengkap
83. HEPATITIS 84. Lengkap
85. Lengkap
86. Lengkap
87. DPT
88. Lengkap
89. Lengkap
90. Lengkap
91. POLIO
92. Lengkap
93. Lengkap
94. Lengkap
95. CAMPAK
96. Lengkap
97. Lengkap
98. Lengkap
99.
VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola pemenuhan nutrisi
1. Pemberian ASI
100.
Pertama kali disusui : Sejak dilahirkan
101.
Cara pemberian
: Menetek / disusui
langsung
102.
Lama pemberian
2. Pemberian PASI
103.
Alasan pemberian
selama 2 tahun
104.
Jumlah pemberian

: Sampai anak usia 2 tahun


: Pemberian ASI sudah cukup
: 2 gelas/hari

105.

Cara pemberian

: dengan menggunakan

gelas
106.
107.
108.
109.
b. Pola tidur
110. Kondisi
Jam tidur
113.
Siang
114.

111. Sehat
115.
116. Kadang ada tidur siang
1 jam
117. >8 jam/hari

Malam
Pola tidur
Kebiasaan sebelum

118. Baik

tidur
Kesulitan tidur

120.

112.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.

119. Ada

121. Ada
129.
c. Pola aktifitas/latihan/OR/bermain/hoby
130.

131.

132.

Kondisi
Program olah raga
Jenis dan frekuensi
Kondisi setelah olar

Sehat
133.

Sakit
136.

Tidak ada
134.

Tidak ada
137.

Tidak ada
135.

Tidak ada
138.

Tidak ada

Tidak ada

raga

139.
d. Pola kebersihan diri

Sakit
2 jam/hari
<7 jam/hari
Baik
Ada
Ada

140.

141.

142.

Kondisi
Mandi
143.

Sehat
150.
151.

Sakit
160.
161.

Cara
144.

Mandi sendiri
152.

Kompres badan
162.

Frekuensi
145.

2x/hari
153.

2x/hari
163.

Alat mandi
Cuci rambut
146.

Sabun dan handuk


154.
155.

Handuk dan air


164.
165.

Frekuensi
147.

2x seminggu
156.

Belum pernah
166.

Cara
Oral hygiene
148.

Dengan sampo
157.
158.

Tidak ada
167.
168.

Frekuensi
149.

3x/hari
159.

2x/hari
169.

Odol dan sikat gigi

Odol dan sikat gigi

171.

172.

173.

Kondisi
BAB
174.

Sehat
180.
181.

Sakit
188.
189.

Tempat pembuangan
175.

Toilet
182.

Toilet
190.

Frekuensi
176.

Lunak
183.

Lunak
191.

Konsistensi
177.

Tidak ada
184.

Terpasang infuse
192.

Cara
170.
e. Pola Eliminasi

Kesulitan
BAK
178.

Tidak ada
185.
186.

Tidak ada
193.
194.

Tempat pembuangan
179.

Toilet
187.

Toilet
195.

Frekuensi

3-4x/hari

3-4x/hari

196.
f. Kebiasaan lain
197.

Ibu An. H mengatakan bahwa anaknya tidak mempunyai

kebiasaan yang buruk seperti menggigit jari, menggigit kuku dan lain-lain.
198.
IX. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
199.
klien masih tampak lemah, dan murung
2. TB / BB
200.
TB : 110 Cm
BB : 25 Kg
3. Kepala
201.
Bentuk kepala bulat, tidak terdapat benjolan pada kepala,
nyeri tekan tidak ada, tidak terdapat lesi, penyebaran rambut merata, warna
rambut hitam, keberssihan rambut cukup
4. Mata
202.
Mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, ukuran pupil kecil, bentuk mata bulat, reaksi pupil bagus,
tidak terdapat nyeri tekan
5. Telinga
203.
Telinga simetris kiri dan kanan, terdapat sedikit serumen,
pendengaran masih bagus
6. Hidung
204.
Lubang hidung simetris kiri dan kanan, secret tidak ada
7. Mulut
205.
Kebersihan mulut baik, mukosa bibir sedikit kering,
perdarahan pada gusi tidak ada, lidah bersih.
8. Leher

206.

Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, kelenjer limfe dan

pembesaran vena jugularis, nyeri tekan tidak ada


9. Dada
207.
I
: Simteris kiri dan kanan
208.
P
: Fremitus kiri dan kanan
209.
10. jantung
210.
I
: Ictus cordis terlihat
211.
P
: Ictus cordis teraba di RIC IV
212.
P
: Batas jantung di RIC V
213.
A
: Suara jantung regular
214.
11. Abdomen
215.
I
: Bentuk abdomen datar
216.
A
: Persitaltik usus 8x/menit
217.
P
: Tidak ada distensi pada abdomen, lepas
218.
P
: Bunyi timpani
219.
12. Ekstremitas
220.
Atas : Pergerakan terkoordinasi, nyeri otot tidak
ada
221.

Batas : Pergerakan terkoordinasi, edema tidak

ada
13. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
222.

Tanggal 10 februari 2016

223.

Leukosit

: 7600/mm

224.

Trombosit

: 88000/mm (N : 150.000-400.000/mm)

225.

Hematokrit

: 40%

226.

Hb

: 14,3gr/dl

b. Terapi
227.

IUVD RL 12 tts/i

228.

Ranitidin 2 x 20 gram

(N : 5000-10000/mm)

(N : 38-43%)

229.

Anafen Syr 3x1

1
4

230.
B. Analisa Data
232.
231.

233.

234.

235.

Masalah

Etiologi

Patofisiologi

239.
Kekurangan
Volume
cairan

240.
Kegagalan
dalam
mekanisme
pengaturan

241.

Data
No
Penunjang
236. 237.
DS :
1. a.
Ny. S
mengatakan
Anaknya hanya
minum sedikit
b.
Ny. S
mengatakan
Anaknya tidak
mau minum
banyak
c.
An. H
mengatakan
tidak suka
minum dan perut
terasa kenyang
kalau minum
terus
238.
DO:
a.
An. A
tampak lemah
b.
mukosa
bibir kering
c.
kulit An.
A sedikit kering
d.
Turgor
kulit jelek

Virus dengue
242.
Masuk aliran darah
243.
Viremia
244.
Komplemen
Antigenmeningkat
245.
246.
Pelepasan peptide
247.
Pembebasan histamine
248.
Peningkatan
permeabilitas dinding
pembuluh darah
249.
250.
Kebocoran plasma
251.
252.

Cairan dari
intravaskuler keluar ke
ekstravaskuler
253.

255. 256.
DS :
2. a.
Ny. S
mengatakan
Anaknya tidak
nafsu makan
b.
Ny.S
mengatakan nasi
nya tidak pernah
habis
c.
An. H
mengatakan
tidak mau makan
makanan rumah
sakit
257.
DO :
a.
An. H
tampak lemah
b.
porsi
tidak habis (1/4
porsi)
c.
konjungti
va anemis

271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.

254.
Kekurangan Volume
cairan
260.
Virus
261.
Masuk aliran darah
262.
Viremia
258.
Ketidakseim
bangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan

259.
Intake yang
tidak
adekuat

263.
Mekanisme tubuh
untuk melawan virus
264.
265.
Peningkatan asam
lambung
266.
267.
Mual,muntah
268.
Nafsu makan menurun
269.
270.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan

C. Diagnosa
1.

2.

3.
4.
Tanggal

5.
6.
Tanggal

8.
k

9.
10.
8 februari

11.

12.

14.
k

15.
16.
8 februari

17.

18.

D
7.
1.
13.
2.
19.
D. Intervensi Keperawatan
1.

2.

3.

4. N

NO

I
C

5.
1.

6. 8.
kekura
Keseimbangan cairan
9.

10.

luid Management
11.

Indikator :
a. Keseimbangan
urin out put lebih
dari 1300 mL/hari

A
ktivitas Keperawatan

a. Monitor berat badan


b. Monitor tekanan darah
c. Catat secara akurat intake
dan output
d. Monitor membran mukosa

(paling sedikit 30
mL/jam)
b. Tekanan darah,
nadi, dan suhu
normal
c. Turgor kulit baik,

dan turgor kulit, serta rasa


haus
e. Anjurkan intake oral
f. Berikan terapi IV
g. Beri cairan sesuai
keperluan
h. berikan penkes kepada

7.
membran mukosa

klien dan keluarga

dan lidah lembab,

12.

orientasi tempat,

13.

waktu, dan orang


baik
d. Pasien mampu
untuk mencegah
dan mengatasi
kehilangan cairan
14.
3.

15.17.
ketidak
Status nutrisi

19.

Indikator :

20.

a. Intake adekuat
b. Berat badan ideal

ktivitas Keperawatan :

utrition management
A

a. Kaji adanya alergi


sesuai dengan
tinggi badan
c. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tandatanda malnutrisi

makanan
b. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
d. Berikan makanan yang

e. Tidak terjadi

terpilih ( sudah

penurunan berat

dikonsultasikan dengan

badan yang berarti


16.

ahli gizi)
e. Berikan informasi tentang
18.
kebutuhan nutrisi
f. anjurkan makan sedikit tapi
sering
g. berikan penkes kepada
klien dan keluarga

22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35. BAB IV
36. PENUTUP
A. Kesimpulan

37.

Dari hasil penerapan proses keperawatan pada An. H

dengan dengue hemoraghic fever (DHF) grade 2 di ruangan anak kelas II RSUD Dr.
M Zein Painan,dari tanggal 8-14 februari 2016 dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien DHF, data yang dikumpulkan
adalah identitas pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga, observasi, pemeriksaan fisik,
pola kebutuhan dasar, psikologis, serta hasil pemeriksaan penunjang.
2. Dari hasil pengumpulan data dan setelah dianalisa maka dapat ditegakkan
diagnosa pada kasus tersebut adalah :
a.Kekurangan volume cairan b.d kegagalan dalam mekanisme pengaturan
b.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
tidak adekuat
3. Dari ketiga diagnosa yang muncul pada kasus tersebut, ditetapkan intervensi
keperawatan dari tiap-tiap diagnosa. Rencana tindakan pada diagnosa yang
muncul semuanya dilakukan menurut teori yang ada.
4. Dalam melakukan implementasi keperawatan pada pasien, penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti dan semua tindakan dilakukan sesuai
perencanaan yang telah dituangkan didalam intervensi keperawatan
5. Evaluasi keperawatan dilakukan dengan membandingkan antara hasil yang
tercapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dari ketiga diagnosa yang muncul
dapat teratasi
6. Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan mendokumentasikan semua
kegiatan dan hasilnya mulai dari pengkajian sampai dengan kedalam catatan

perawat yang ada dalam status pasien sebagai bukti tanggung jawab dan
tanggung gugat dikemudian hari.
B. Saran
1. Bagi institusi rumah sakit
38.

Supaya

dalam

memberikan

asuhan

keperawatan

khususnya perawat yang ada di ruangan anak dapat dengan segera melakukan
penatalaksanaan yang sifatnya menurunkan suhu tubuh pasien, karena kenaikan
suhu tubuh yang tinggi akan bisa menyebabkan kenaikan metabolisme dalam
tubuh yang akan menyebabkan kondisi pasien tambah buruk.
2. Bagi institusi pendidikan
39.

Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan pedoman atau

bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan


DHF dan juga sebagai bahan referensi untuk membuat studi kasus selanjutnya.
3. Bagi penulis
40.

Agar penulis selalu dapat mengembangkan pengetahuan

yang telah didapat tentang DHF serta membagikannya pada orang lain sehingga
tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dilakukan secara optimal
dilapangan nantinya.
41. DAFTAR PUSTAKA
42.
43. Sudoyo, Aru W. dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat


Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai