DARI
PATOFISIOLOGI
DASAR
UNTUK
MANAJEMEN KLINIS
Abstrak
Ulasan ini membahas patofisiologi, epidemiologi, faktor risiko, klasifikasi,
evaluasi klinis, dan pengobataan non-operatif dan operatif hemorhoid saat ini.
hemorhoid didefinisikan sebagai gejala pembesaran dan perpindahan jarak dari
bantalan anus normal. Gejala yang paling umum dari hemorhoid adalah perdarahan
rectum (dubur) yang terkait dengan gerakan usus. Dilatasi abnormal dan distorsi dari
saluran pembuluh darah, yang disertai dengan perubahan destruktif (merusak) di
jaringan pengikat pendukung di dalam bantalan anus, adalah temuan penting dari
hemorhoid. Tampaknya disregulasi pembuluh darah tonus
temuan
penting
dari
penyakit
hemoroid.
Reaksi
inflamasi
dinding vaskular dan jaringan penghubung sekitar telah ditunjukkan pada spesimen
hemorodial, dengan ulserasi mulkosa, ischemia dan thrombosis.
Beberapa enzim atau mediator yang terlibat pada penurunan jaringan yang
mendukung pada bantalan anal telah diteliti. Diantara enzim tersebut, matrix
metalloproteinase (MMP), sebuah proteinase yang zinc-dependent merupakan salah
satu enzim yang paling potensial, mampu menurunkan protein ekstraselular seperti
elastin, fibronectin, dan kolagen. MMP-9 ditemukan over-express pada hemoroids,
berhubungan dengan rusaknya jaringan elastic. Aktivasi MMP-2 dan MMP-9 oleh
thrombin, plasmin atau proteinase lain menghasilkan gangguan pada bed kapiler dan
mendukung aktifitas angioproliferative dari perubahan growth factor (TGF-).
Akhir-akhir ini, peningkatan kelebatan mikrovaskuler ditemukan pada
jaringan hemoroid, menyarankan bahwa neovascularization mungkin saja merupakan
fenomena penting lain pada penyakit hemoroid. Pada tahun 2004, Chung dkk
melaporkan bahwa endoglin (CD105), yang merupakan salah satu binding site dari
TGF- dan merupakan penanda proliferative dari neovascularization saat terekspresi
pada lebih dari separuh spesimen jaringa hemoroid, dibandingkan dengan mukosa
anorectal normal. Penanda ini banyak ditemukan pada venul dengan jumlah lebih
besar dari 100 m. Kemudian, penelitian ini menemukan bahwa kelebatan
mikrovaskuler meningkat pada jaringan hemoroid terutama saat thrombosis dan
vascular endothelial growth factors (VEGF) stromal muncul. Han dkk., juga
menunjukkab bahwa terdapat ekspresi protein yang berhubungan dengan angiogenesis yang lebih tinggi misalnya VEGF pada hemoroid.
Menurut studi morfologi dan hemodinamik dari bantalan anal dan hemoroid,
Aigner dkk., menemukan bahwa cabang terminal dari arteri rektal superior mensuplai
bantalan anal pada pasien dengan hemoroid, memiliki diameter yang lebih besar,
aliran darah yang lebih besar, kecepatan puncak dan aselerasi yang lebih tinggi,
dibandingkan dengan partisipan sehat. Lebih lanjut, peningkatan pada kaliber arteri
dan aliran berhubungan dengan tingkat hemoroid. Temuan abnormal ini masih ada
setelah
operasi
pengambilan
hemoroid,
mengkonfirmasi
hubungan
antara
pendekatan
immunohistochemical,
Aigner
dkk.,
juga
endothelium-derived
hyperpolarizing
factor)
dan
endothelium-derived
resting anal pressure yang lebih tinggi, penyesuaian rektal yang lebih rendah, dan
penurunan perineal. Abnormalitas tersebut pulih kembali menjadi normal pada jangka
waktu 3 bulan setelah hemorrhoidectomy, menjelaskan bahwa perubahan fisiologis
ini cenderung merupakan efek, bukanlah sebab, dari penyakit hemoroid.
EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO HEMORHOID
Meskipun hemorhoid dikenal sebagai penyebab umum pendarahan anus dan
ketidaknyamanan anal, epidemiologi yang benar dari penyakit ini tidak diketahui
karena pasien memiliki kecenderungan untuk menggunakan pengobatan sendiri
daripada pengobatan medis yang tepat. Penelitian oleh Johanson et al pada tahun
1990 menunjukkan bahwa 10 juta orang di Amerika Serikat mengeluhkan hemorhoid,
sesuai dengan tingkat prevalensi 4,4%. Baik pada pria maupun wanita, prevalensi
puncak terjadi antara usia 45-65 tahun dan pengembangan hemorhoid sebelum usia
20 tahun adalah tidak biasa. Para orang kulit putih dan individu dengan status sosial
ekonomi tinggi lebih sering terkena daripada orang kulit hitam dan orang-orang dari
status sosial ekonomi rendah. Namun hubungan ini mungkin mencerminkan
perbedaan dalam pencarian bantuan pengobatan daripada prevalensi yang sebenarnya.
Di Inggris Raya, hemorhoid dilaporkan mengenai sekitar 13% -36% dari populasi
umum. Namun, estimasi ini mungkin lebih tinggi dari prevalensi yang sebenarnya
karena studi berbasis masyarakat lebih mengandalkan laporan pribadi dan pasien
mungkin menghubungkan semua gejala anorektal dengan hemorhoid. Sembelit dan
mengejan berkepanjangan diyakini secara luas sebagai penyebab hemorhoid karena
tinja yang keras
buang air besar dapat memicu pengembangan gejala seperti pendarahan dan prolaps
pada pasien dengan riwayat penyakit hemorhoid. Kehamilan dapat mudah terkena
kemacetan bantalan anal dan gejala hemorhoid, yang akan menghilang secara spontan
segera setelah melahirkan. Banyak faktor makanan termasuk diet rendah serat,
makanan pedas dan alkohol telah diimplikasikan, namun data yang dilaporkan tidak
konsisten.
KLASIFIKASI DAN PENGGOLONGAN HEMOROID
Sistem klasifikasi hemoroid berguna tidak hanya untuk membantu memilih
penanganan, tapi juga untuk membandingkan hasil pengobatan. Hemoroid secara
umum diklasifikasikan menurut lokasi dan tingkat prolapse. Hemoroid internal
berasal dari pleksus vena hemoroid inferior di atas garis dentate dan tertutup oleh
mukosa, sedangkan hemoroid eksternal vena yang membesar dari pleksus tersebut,
terletak di bawah garis dentate dan tertutup dengan epithelium skuamosa. Hemoroid
campuran (internal-eksternal) muncul baik di atas maupun di bawah garis dentate.
Untuk tujuan praktis, hemoroid internal kemudian digolongkan berdasarkan tampilan
dan tingkat prolapse, yang dikenal dengan klasifikasi Goligher: (1) Hemoroid tingkat
pertama (tingkat I): bantalan anal berdarah namun tidak proplaps; (2) Hemoroid
tingkat kedua (tingkat II): bantalan anal prolapse melalui anus namun berkurang
secara spontan; (3) Hemoroid tingkat ketiga (tingkat III): bantalan anus prolaps
melalui anus secara tegang dan membutuhkan peletakan manual pada kanalis anal;
dan (4) Hemoroid tingkat keempat (tingkat IV): prolaps bertahan dan tidak bisa
berkurang. Hemoroid internal yang tertrombosi dan tidak terjangkau, dan hemoroid
tertrombosi yang melibatkan prolaps muskosal rektal sekitar juga termasuk hemoroid
tingkat empat.
Beberapa peneliti menawarkan klasifikasi berdasarkan temuan anatomi dari
posisi hemoroid, dijelaskan dengan primer (tiga lokasi tipikal dari bantalan anal),
sekunder (antara bantalan anal), atau sekitar, dan berdasarkan gejala prolaps dan nonprolaps. Namun, klasifikasi ini tidak digunakan secara luas.
Tingkat
1
X
Tingkat
2
x
Tingkat
3
X
x dipilih
X
X
X
X
x
x
x
x
x dipilih
x
x
x dipilih
X
X
X
X
Tingkat
4
X
X
X
x darurat
Hemoroid prolaps dapat menyebabkan iritasi perineal atau gatal pada anus
karena sekresi mukosa atau enkropesis. Rektal yang terasa penuh atau buang air besar
yang tidak tuntas dilaporkan oleh pasien dengan hemoroid besar. Rasa sakit biasanya
tidak disebabkan oleh hemoroid itu sendiri kecuali jika thrombosis telah terjadi,
terutama pada hemoroid eksternal atau pada hemoroid internal tingkat IV yang
terjepit. Fisura anus dan abses perianal merupakan sebab yang lebih umum dari rasa
sakit yang dialami pasien hemoroid.
Diagnosis pasti dari penyakit hemoroid berdasarkan pada sejarah pasien dan
pemeriksaan klinis yang hati-hati. Penilaian harus melibatkan pemeriksaan digital dan
anoscopy pada posisi lateral kiri. Area perianal harus diperiksa untuk anal skin tag,
hemoroid eksternal, perianal dermatitis karena anal discharge atau fecal soiling,
fistula-in-ano dan fisura anal. Beberapa dokter merujuk pasien duduk dan bertahan
pada posisi squat untuk melihat prolaps. Walaupun hemoroid internal tidak bisa
diraba, pemeriksaan digital akan mendeteksi massa anorectal abnormal, anal stenosis,
dan luka, mengevaluiasi nada sphincter anal, dan menentukan status hyperthrophy
prostate yang mungkin menyebabkan straining karena mampu memperparah
penurunan bantalan anal selama kencing. Ukuran hemoroid, lokasi, keparahan
inflamasi dan pendarahan harus diperhatikan selama anoscopy. Intrarectal
retroflexion pada kolonoskop atau anoskop transparan dengan endoskopi fleksibel
akan memberikan visualisasi yang jelas dari kanalis anal dan hemoroid, dan bisa
merekam gambar.
PENANGANAN PENYAKIT HEMOROID
Pengobatan teraupetik untuk hemoroid berkisar pada modifikasi gaya hidup
sampai operasi radikal, tergantung pada tingkat dan keparahan. Penanganan internal
hemoroid saat ini digambarkan pada Tabel 1. Sebagai tambahan, meta-analisis
menunjukkan pilihan penanganan lain untuk penyakit hemoroid ditunjukkan Tabel 2.
Diet dan perubahan gaya hidup
Karena aksi gesekan feses yang kasar pada mukosa anal dapat menyebabkan
kerusakan pada bantalan anal dan menyebabkan hemoroid simpomatik, meningkatkan
konsumsi serat atau menambahkannya dalam diet dapat membantuk menghilangkan
straining saat buang air. Pada penelitian klinis hemoroid, suplemen serat mengurangi
resiko gejala bertahan dan pendarahan sebanyak 50%, namun tidak meningkatkan
gejala prolaps, rasa sakit, dan gatal. Suplemen serat dianggap sebagai penanganan
ini memberikan rasa lega sementara pada gejala hemoroid akut, misalnya pendarahan
atau sakit saat buang air.
Pengobatan non-operasi
Sclerotherapy: Saat ini merupakan pilihan pengobatan yang direkomendasikan
untuk hemoroid tingkat I dan II. Rasional dari penyuntikan agen kimia adalah untuk
membuat fiksasi mukosa pada otot yang mendasari dengan fibrosis. Larutan yang
digunakan adalah 5% phenol dengan minyak, minyak sayur, quinine, dan urea
hydrochloride atau larutan garam hypertonic. Penting agar injeksi diberikan pada
submucosa dengan dasar jaringan hemoroid dan bukan pada hemoroid itu sendiri
karena dapat menybabkan rasa sakit tiba-tiba dan sementara pada precordial dan
abdomen atas. Ketidaktepatan injeksi juga dapat menyebabkan ulserasi mukosa atau
nekrosis, dan komplikasi meisalnya abses prostat dan retroperitoneal sepsis.
Antibiotik prophylaxis diindikasikan untuk pasien dengan predisposing valvular heart
disease atau immunodeficiency karena adanya kemungkinan bacteremia setelah
sclerotherapy.
Rubber band ligation: Rubber band ligation (RBL) merupakan cara yang sederhana,
cepat, dan efektif untuk mengobati hemoroid tingkat I dan II dan pasien tertentu
dengan hemoroid tingkat III. Ligasi jaringan hemoroid dengan gelang karet
menyebabkan ischemic necrosis dan luka, mengarah pada fiksasi jaringan
penghubung pada dinding rectal. Penempatan gelang karet yang terlalu dekat dengan
garis dentate bisa menyebabkan rasa sakit parah karena adanya aferen saraf somatik
dan harus dilepas dengan segera. RBL dilakukan secara aman pada satu tempat atau
lebih pada satu waktu dengan beberapa instrument lain misalnya rektoskop ligator
hemoroid, dan ligator endoskopi yang menggunakan pengisapan untuk mengeluarkan
jaringan yang berlebih dalam aplikator agar bisa dilakukan oleh satu orang.
Komplikasi RBL yang paling umum adalah rasa sakit atau tidak nyaman pada
rectal, yang biasanya dapat diredakan dengan mandi air hangat, analgesik ringan dan
menghindari buang air keras dengan mengkonsumsi laksatif ringan atau pencahar.
Komplikasi lain antara lain pendarahan ringan dari ulserasi mucosal, retensi urin,
hemoroid eksternal bertrombosis, dan jarang sekali, pelvic sepsis. Pasien harus
berhenti mengkonsumsi antikoagulasi selama satu minggu sebelum dan dua minggu
setelah RBL.
Koagulasi inframerah: Koagulator inframerah menghasilkan radiasi inframerah
yang mengkoagulasi jaringan dan menguapkan air dalam sel, menyebabkan
pengurangan massa hemoroid. Probe ditempatkan pada dasar hemoroid melalui
anoscope dan waktu kontak yang disarankan adalah 1,0-1,5 detik, tergantung pada
intensitas dan panjang gelombang koagulator. Jaringan nekrotik terlihat sebagai titik
putih setelah proseudr dan akan sembuh dengan fibrosis. Dibandingkan dengan
sclerotherapy, infrared coagulation (IRC) kurang tergantung pada teknik dan dapat
menghindarkan dari potensi komplikasi salah penempatan injeksi sclerosis. Walaupun
IRC merupakan prosedur aman dan cepat, ini tidak tepat untuk hemoroid besar dan
prolaps.
Radiofrequency ablation: Radiofrequency ablation (RFA) merupakan modalitas
yang cenderung baru dalam pengobatan hemoroid. Sebuah bola elektroda
disambungkan pada generator frekuensi radio diletakkan pada jaringan hemoroid dan
menyebabkan jaringan terkoagulasi dan menguap. Dengan metode ini, komponen
vaskular berkurang dan massa hemoroid akan menetap pada jaringan mendasar
dengan fibrosis. RFA dapat dilakukan selama rawat jalan dan melalui anoscope, mirip
dengan sclerotherapy. Komplikasinya antara lain retensi urin akut, infeksi luka, dan
thrombosis perianal. Walaupun RFA merupakan prosedur yang tidak sakit, ini
berhubungan dengan peningkatan pendarahan dan prolaps.
Cryotherapy: Cryotherapy mengablasi jaringan hemoroid dengan membekukan
cryoprobe. Telah dianggap mampu mengurangi rasa sakit karena syaraf sensor
dirusak dengan suhu yang sangat rendah. Namun, beberapa penelitian klinis
menyebutkan bahwa ini berhubungan dengan rasa sakit yang lama, cairan yang
berbau, dan massa hemoroid yang bertahan lama. Sehingga prosedur ini jarang
digunakan.
Harmonic
(Ethicon
Endosurgery,
Amerika
Serikat).
Excisional
tidaklah terlalu sakit, rawat inap lebih pendek, penyembuhan luka lebih cepat pulih
dibandingkan dengan gunting atau diathermy hemorrhoidectomy. Komplikasi pasca
operasi lainnya termasuk retensi urin akut (2% -36%), pendarahan pasca operasi
(0,03% -6%), bakteremia dan komplikasi septic (0,5% -5,5%), breakdown luka, luka
tak tersembuhkan, hilangnya sensasi anal, mukosa prolaps, striktur anal (0% -6%),
dan bahkan inkontinensia tinja (2% -12%) [66-69]. Bukti terbaru menunjukkan
bahwa spesimen hemorhoid dapat dibebaskan dari pemeriksaan patologis jika tidak
ada keganasan yang dicurigai.
Teori intern
deskripsi pendek
pendekatan bedah
Hemorrhoidectomy,plication
Redundansi dubur
Kelainan vascular
Stapled hemorrhoidopexy
Doppler-guided hemorrhoidal
artery ligation
menunjukkan bahwa SH dikaitkan dengan lebih sedikitnya rasa sakit, fungsi usus bisa
kembali lebih awal, waktu opname lebih pendek, kembali ke aktivitas normal lebih
awal , dan penyembuhan luka yang lebih baik, serta tingkat kepuasan pasien lebih
tinggi. Namun, dalam jangka panjang, SH dikaitkan dengan tingkat kekambuhan
yang lebih tinggi. Mempertimbangkan tingkat kekambuhan, biaya perangkat stapel
dan potensi komplikasi serius termasuk fistula rektovaginal dan striktur dubur, SH
umumnya dicadangkan untuk pasien hemorhoid dengan kondisi kekambuhan dan
memiliki 3 lesi hemorhoid internal yang tinggi. Kedua pilihan bedah ini, DGHAL
dan SH, bertujuan untuk memperbaiki patofisiologi hemorhoid dengan mengurangi
aliran darah ke lubang anus (dearterialization) dan menghilangkan prolaps mukosa
anorektal (reposisi). Sebuah studi retrospektif terbaru hasil 18-mo dari DGHAL (n =
51) dan SH (n = 63) untuk hemorhoid tingkat III mengungkap bahwa kedua prosedur
aman dan efektif. DGHAL memiliki sedikit rasa sakit, rawat inap lebih pendek, dan
pemulihan fungsional lebih cepat; Namun, hal itu juga berakibat pada tingkat
kekambuhan lebih tinggi dan tingkat kepuasan pasien yang lebih rendah. Akhir-akhir
ini, percobaan kecil membandingkan DGHAL dengan SH untuk hemorhoid tingkat
II-III, menunjukkan hasil jangka pendek dan jangka panjang yang serupa atau mirip.
Namun demikian, pasien yang menjalani DGHAL kembali bekerja lebih cepat, dan
memiliki tingkat komplikasi yang lebih sedikit daripada mereka yang dengan SH.
KESIMPULAN
Pengobatan terapi untuk hemorhoid mulai dari makanan dan modifikasi gaya hidup
sampai ke