PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan masa dimana wanita mulai dibuahi atau saat bertemunya sel
telur dan sperma sampai terbentuknya janin hingga bayi lahir. Jadi lama kehamilan mulai
dari ovulasi sampai partus adalah kira-kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300
hari (43 minggu). Kehamilan merupakan hal yang membahagiakan bagi wanita yang
sedang menggalaminya, namun kehamilan dapat membawa resiko bagi calon ibu dan
calon janin sendiri. Maka dari itu dibutuhkan pemantauan khusus berupa pemeriksaan
keadaan ibu dan janin selama masa kehamilan yang disebut ANC (Antenatal Care). ANC
sangat dibutuhkan untuk pengawasan ibu hamil karena dalam kehamilan banyak
perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi fisik dan psikis. Perubahan fisik ini
misalnya tubuh ibu bertambah besar karena adanya pembesaran uterus dan secara psikis
biasanya ibu merasa kurang percaya diri dengan keadaan fisiknya saat ini sehingga ibu
merasa minder. Tidak hanya itu kehamilan juga merubah sistem reproduksi, salah satunya
adalah perubahan sistem sirkulasi darah yang meliputi perubahan volume darah dan sel
darah.Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu volume darah bertambah sekitar 20% dan
curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai
tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu.
Perubahan yang terjadi termasuk hal fisiologis namun jika dibiarkan akan
menimbulkan efek pada ibu dan janin berupa anemia. Anemia merupakan suatu kondisi
dimana seseorang dengan kadar haemoglobin atau Hb dalam darahnya kurang dari 12gr%
(Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11gr% pada trimester satu dan tiga atau 10,5gr% pada trimester
2 (Saefuddin, 2002). Terjadinya anemia pada umumnya menurut Mochtar dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu 1. Kurang gizi (malnutrisi), 2. Kurang zat besi, 3. Malabsorpsi,
4. Hipervolemia. Dan pada ibu hamil sendiri dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis.
Haemoglobin (Hb) sendiri menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali
pada akhir kehamilan. Namun, pada trimester tiga zat besi dibutuhkan janin untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang
menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya
anemia. Sedangkan, dari unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat
besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
Gizi sendiri sangat berperan pada ibu hamil karena ibu hamil membutuhkan zat gizi
yang lebih dari orang biasa. Sedangkan wanita hamil adalah salah satu golongan yang
rentan masalah gizi terutama masalah Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia
Gizi. Berdasarkan hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 41% ibu hamil menderita
KEK dan 51% yang menderita Anemia (Depkes RI,1996). Lubis (2003) mengatakan
bahwa ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai resiko kesakitan lebih
besar terutama pada trimester tiga kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil
normal.Status gizi juga cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil. Penelitian
Rosmeri (2000) dalam Azwar (2004) menunjukkan bahwa status gizi ibu sebelum hamil
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan status gizi
1