1. Pengertian
Kanker paru adalah kanker pada lapisan epitel saluran nafas (karsinoma bronkogenik).
(Elizabeth J.C, 2009 ).
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat
(abnormal) di dalam jaringan paru yang disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel. (dr.
Maya I, 2009 ).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami poliferasi dalam paru
(Underwood, 2000).
Menurut beberapa pengertian kanker paru di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker paru
adalah keganasan atau abnormalitas dari sel-sel yang mengalami poliferasi pada jaringan paru,
yaitu pada lapisan epitel saluran nafas.
Gambar I . Gambaran Paru Sehat dan Sakit
2.2
Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor
yang bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru ( Sudoyo, et al. 2007 )
1. Merokok
Seorang perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) mempunyai kecenderung sepuluh kali
lebih besar terserang kanker paru jika dibandingkan pada perokok ringan. Hidrokarbon
karsinogenik yang telah ditemukan dalam tar (dari tembakau rokok) dapat menimbulkan tumor.
Asap rokok mengandung sekitar 60 macam karsinogen, seperti benzen, nitrosamin, dan oksidan
yang dapat menyebabkan mutasi DNA.
2. Radiasi
Insiden kanker paru yang tinggi pada penambang kobalt dan radium (lebih dari 50% meninggal
akibat kanker paru). Hal itu dikarenakan bahan-bahan tersebut berkaitan dengan adanya
radioaktif dalam bentuk radon.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel (pelebur nikel),
arsenic, asbestos dan kromat.
4. Polusi udara.
Orang yang tinggal di kota mempunyai faktor risiko terserang kanker paru lebih tinggi dari pada
orang yang tinggal di desa. Selain itu, telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap
diesel dalam atmosfer di daerah perkotaan.(Thomson, 1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan, yakni:
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme
Teori onkogenesis yang berhubungan dengan kanker paru:
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, Perubahan tampilan
gen kasus ini menyebabkan sel sasaran (sel paru) berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya (Sudoyo,
et al. 2007)
Predisposisi
Inisitor
Promotor
Tumor/autonomi
Progresor
Ekspansi/metastasis
6. Diet.
Rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko
terkena kanker paru
( Sudoyo, Aru W, 2007 )
2.3
Klasifikasi
Stadium III
Tumor paru telah menyebar ke organ tubuh di sekitarnya, atau ke dinding dada, diafragma,
pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama ataupun di sisi yang berlawanan
dari tumor tersebut.
f.
Stadium IV
Pertumbuhan yang ganas bisa ditemukan di lebih dari satu lobus paru yang sama atau di paruparu yang lain. Sel-sel kanker dapat ditemukan di bagian lain tubuh, misalnya di otak, kelenjar
adrenal, hati atau tulang
terjadi metastasis
b. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar)
- Angka insidensi 30% dari semua jenis kanker paru
- lebih tinggi terjadi pada wanita
- Berasal dari kelenjar paru dan dapat mengandung mukus
- Biasanya terjadi di bagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan alveolus
- Biasanya berukuran kecil dan tumbuh lambat
- Pada stadium dini, tumor bermetastase melalui pembuluh darah dan limfe, namun secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala-gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh
- Angka bertahan hidup sampai 5 tahun
c. Karsinoma sel besar
- Angka insidensi 10-15% dari semua jenis kanker paru
- Sering terjadi di bagian perifer dan meluas ke arah pusat paru
- Sangat anaplastik dan bermetastasis cepat dengan penyebaran ekstensif ke tempat-tempat yang
d.
e.
f.
jauh
Berkaitan erat dengan kebiasaan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada
- Memiliki prognosis bertahan hidup yang sangat buruk
Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat)
- Angka insidensi 25% dari semua jenis kanker paru
Biasanya terletak disekitar percabangan utama bronki atau di bagian tengah paru
- Bersifat sangat anaplastik dan metastasis cepat
Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus dengan penyebaran secara hematogen
- Paling sering dijumpai pada perokok
- Menyebabkan obstruksi aliran udara dan prognosis paling buruk
Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
Lain-lain.
a.
b.
c.
d.
e.
Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker paru (Danusantoso, 2000)
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk
kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang
kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Infeksi saluran nafas bawah berulang
c. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
d. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
e. Kelelahan
f. Suara serak
g. Nyeri atau disfungsi pada organ yang jauh menandakan metastasis
Manifestasi kanker paru berdasarkan fase metastase tumor:
a.
b.
c.
d.
-
2.5
Patofisiologi
Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan berdasarkan histologinya, semuanya
memiliki riwayat alami dan respon terhadap pengobatan yang berbeda. Walaupun ada banyak
kanker paru primer, kaker bronkogenik merupakan 95% dari dari seluruh kanker paru.
Perubahan epitel termasuk metaplasia dan dysplasia akibat merokok jangka panjang secara khas
mendahului timbulnya tumor. Biasanya timbul di central di sekitar hilus dan menonjol ke dalam
bronki besar. Tumor cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus,
dinding dada, dan mediastinum. Gejala yang ditimbulkan batuk, dan hemoptisis akibat iritasi dan
ulcerasi, pneumoni, dan pembentukan abses akibat obtruksi dan infeksi skunder. Akibat obtruksi
bronkus timbul mengi local dan dipsnue ringan, nyeri dada timbul akibat penyebaran neoplastik
2.6
ke mediastinum.
( Price, Sylvia A. 2005 )
Stadium
Pembagian derajat tumor didasarkan pada kalsifikasi TNM yang direkomendasikan oleh
UICC 1987 (Internasional Union Against Cancer) atau AJCC (American Joint Committee on
Cancer)1983 tidak ada perbedaan yang prinsipil.
T
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker paru-paru: (American Joint Committee on Cancer,
1983)
Gambarn TNM
Tumor primer (T)
T0
Defenisi
Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx
TIS
T1
T2
T3
T4
Stadium
T3N0M0
T3N0M0
Stadium
Setiap TN3M0
setiap NM0
Stadium IV
setiap N,M1
Sumber: (Price, 1995).
2.8
Pemeriksaan Diagnostik
2.9 PENATALAKSANAAN.
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa:
a.
Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c.
d. Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah
dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2007)
Penatalaksanaa terdiri dari:
A. Pembedahan
Indikasi ;
- Tumor stadium I
Stadium II jenis karsinoma dan karsinoma sel besar tidak dapat di bedakan
-
(undifferentiated).
Dilakukan secara khusus pada stadium III
Secara individual yang mencakup 3 kriteria;
k biologis tumor
Hasil baik: Tumor dari skuamosa atau epidermoid.
Hasil cukup baik : adenokarsinoma dan karsinoma sel besar tak terdiferensiasi.
Hasil buruk : oat cell
b. letak tumor dan pembagian stadium klinis
menentukan teknik reseksi terbaik yang dilakukan
c. keadaan fungsional penderita
terdapatnya penyakit degeneratif lain atau penyakit gangguan
kardiovaskuler ,operasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma,
untuk melakukan biopsi.
2. Pneumonektomi (pengangkatan paru)
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa, abses paru, infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Reseksi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
5. Reseksi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metasmetik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru-paru berbentuk baji (potongan
es).
6. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan-bahan fibrin dari pleura viscelaris).
B. Radiasi
Indikasi dan syarat pasien dilakukan tindakan radiasi adalah ;
-
Pasien dengan tumor yang operabel tetapi karena resiko tinggi maka
pembedahan tidak
dapat dilakukan.
Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau sel skuamosa yang
terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
Pasien dengan karsinoma bronkus dengan histology sel gandum atau anaplastik pada satu
paru tetapi terdapat penyebaran nodul pada kelenjar getah bening dibawah supraklavikula.
Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi tanpa bukti penyebaran diluar
rongga dada.
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan biasa juga sebagai
terapi paliatif pada tumor dengan komplkasi, seperti mengurangi efek obsrtuksi atau
penekanan terhadap pembuluh darah atau brokus. Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka
waktu 5-6 minggu, pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggudengan dosis 180-200
rad/ hari. Komplikasi:
1.
2.
C.
terapi radiasi.
Pada karsinoma sel skuamosa sangat responsive pada kemoterapi
Sedangkan pada non small cell carcinoma kurang member hasil yang baik.
Syarat untuk pelaksanaan radioterapi dan kemoterapi:
1. Hb > 10 gr%
2. Leukosit > 4000/dl
-
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang sering dijumpai pada ca paru (Danusantoso, 2000, hal. 298):
- Efusi pleura
- Infark vaskuler
- Metastase pada tulang pinggang/tulang punggung
Prognosis
1. Prognosis buruk, angka bertahan sampai 5 tahun untuk semua jenis kanker paru hanya 13%.
2. Sebagian jenis kanker paru memiliki prognosis lebih buruk, seperti contoh pada karsinoma
oat cell memiliki angka bertahan hidup kurang dari 5%, yaitu 2 tahun setelah terdiagnosis.
Small Cell Lung Cancer (SCLC):
1.
Dengan adanya perubahan terapi dalam 15-20 tahun kemungkinan hidup rata-rata
1.
Pada karsinoma skuamosa yang telah dilakukan tindakan bedah, kemungkinan hidupnya 5
2.
3.
4.
5.
6.
Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien (hubunganya dengan tempat
kerja pasien missal: terpapar asbes)
b.
Keluhan Utama
Sesak nafas
c.
d.
e.
f.
Riwayat Psikososial
cemas, takut, menarik diri
2.
Pemeriksaan Fisik
B1: Breathing
Inspeksi: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan
gesekan pericardial
(menunjukkan efusi).
B3: Brain
Jika sesak semakin berat pasien gelisah, bisa terjadi penurunan kesadaran, nyeri dada
B4: Blader
Pada pasien dengan penurunan kesadaran di pasang kateter
B5: Bowel
Biasanya terjadinya penurunan nafsu makan
B6: Bone
Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin.
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah/viskositas secret
paru ditandai dengan:
Menolak
Ketakutan
Marah
Ekspresi menyangkal, syok, bersalah, insomnia
Hipersensitifitas
6.gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia pasca kemoterapi ditandai
dengan :
Anemia HB < 10 gr%
Konjungtiva anemis
Semua kebutuhan ADL dibantu
7.Gangguan konsep diri berhubungan dengan alopepsia ditandai dengan :
Ekspresi wajah menunduk
Rambut rontok
Intervensi Keperawatan
f. Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek
samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas
sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan
dosis/pilihan obat.
2.
Gangguan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan
gangguan
suplai
oksigen
(hipoventilasi)
Tujuan:
Pertukaran gas jaringan paru optimal
Kriteria hasil:
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal
dan bebas gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/situasi
Intervensi:
a. Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau
perubahan pola nafas.
Rasional: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
b. Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels,
mengi.
Rasional: Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit. Krekels
adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas
membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas
sehubungan dengan mukus/edema serta tumor.
c. Kaji adanmya sianosis
Rasional: Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari
organ hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif.
d. Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
e. Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional: Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi
keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan saraf
internal.
Tujuan:
Kebutuhan rasa nyaman nyeri terpenuhi
Kriteria hasil:
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
- Tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik.
Intervensi:
a. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada
skala 0-10.
Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang
membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
b. Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional: Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/non verbal dapat memberikan petunjuk
derajat nyeri, kebutuhan/keefketifan intervensi.
c. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional: Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral.
Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu
kemampuan mengatasinya.
d. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional: Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri.
e. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian.
f. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf, Hood. 2006. Dasa-dasar ilmu penyakit paru, Surabaya: Airlangg University pree
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, edisi revisi. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Holistik. Bandung:
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Somantri, Irman. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan, cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika
Sudoyo, Aru W, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV, Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Suyono, Slamet, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Underwood, J.C.E, 1999, Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, Jakarta: EGC
Ward, Jeremy P.T, dkk,2008, Sistem Rispirasi Edisi 2,Jakarta: Erlangga
_________, 2010, Askep Ca Paru, http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/09/askep-kankerparu-paru.html, diakses 26 September 2011
http://books.google.co.id/books.Tumor-mediastinum dan source, diakses 24 november 2011
http://wikipedia.org/wiki/tumor_Mediastinum. Diakses 20 November 2011