Judul Percobaan
Uji Kuantitatif Lipida
B. Hari, Tanggal Percobaan
Selasa, 11 Oktober 2016
C. Tujuan Percobaan
Menentukan angka peroksida dan asam lemak bebas
D. Tinjauan Pustaka
Lipid
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air,
dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti kloroform dan
eter. Lipid yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak
sebagai unit penyusunnya adalah triasilgliserol, yang merupakan bahan bakar utama
hampir semua organisme.
Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir semua lipid.
Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4
sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar
yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan
tampak berminyak atau berlemak. Hampir semua asam lemak di alam memiliki jumlah
atom karbon yang genap.asam- asam
adalah
yang
paling
dominan.
lemak
dengan
16
dan
18
atom
karbon
sepenuhnya, yaitu hanya mengandung ikatan tunggal, atau mungkin agian ini bersifat
tidak jenuh dengan satu atau lebih ikatan ganda. Pada umumnya asam lemak tidak jenuh
dua kali lebih banyak dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada kedua lipida hewan
dan tumbuhan. Dari rantai asam lemak didapatkan bahwa asam lemak jenuh
mempunyai rantai karbon pendek seperti asam butirat dan kaproat yang mempunyai
titik lebur rendah, ini berarti bahwa kedua asam ini berupa zat cair pada suhu kamar
sedangkan makin panjang rantai karbon menunjukkan makin tinggi titik leburnya. Asam
palmitat dan stearat berupa zat padat pada suhu kamar.
Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur rendah. Asam oleat mempunyai
rantai karbon sama panjang dengan asam stearat, tetapi pada suhu kamar asam
oleat berupa zat cair. Makin banyak ikatan rangkap, makin rendah titik leburnya, ini
dapat dilihat pada pada titik lebur asam linoleat yang lebih rendah dari titik lebur asam
oleat.
Lipida yang paling sederhana dan paling banyak mengandung asam lemak sebagai
asam lemak penyusunnya adalah trialgliserol, juga sering disebut lemak, lemak
netral, atau trigliserida. Jenis lipid ini merupakan contoh lipid yang paling sering dijumpai
baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Triasilgliserol adalah komponen utama dari
lemak penyimpan atau depot lemak pada sel tumbuhan dan hewan, tetapi umumnya
tidak dijumpai pada membran. Triasilgliserol adalah molekul hidrofobik nonpolar,
karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional dengan
polaritas tinggi.
Gambar
stuktur
asam
lemak
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalami
oksidasi Angka peroksida sangat penting untuk identifikasi tingkat oksidasi minyak.
Minyak yang mengandung asam- asam lemak tidak jenuh dapat teroksidasi oleh oksigen
yang menghasilkan
suatu
senyawa
peroksida.
Cara
yang
sering
digunakan
untuk menentukan angka peroksida adalah dengan metoda titrasi iodometri. Penentuan
besarnya angka peroksida dilakukan dengan titrasi iodometri. Salah satu parameter
penurunan mutu minyak goreng adalah bilangan peroksida.
Pengukuran angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan
hidroperoksida yang terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan peroksida
yang tinggi mengindikasikan lemak atau minyak sudah mengalami oksidasi, namun pada
angka yang lebih rendah bukan selalu berarti menunjukkan kondisi oksidasi yang masih
dini. Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju pembentukan peroksida baru
lebih kecil dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi senyawa lain, mengingat
kadar peroksida cepat mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain Oksidasi
lemak oleh oksigen terjadi secara spontan jika bahan berlemak dibiarkan kontak
dengan udara, sedangkan
lemak
dan
kecepatan
proses
oksidasinya
tergantung
pada
tipe
paparan oksigen dan cahaya pada minyak curah lebih besar dibanding dengan
minyak kemasan. Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa
faktor yang mempengaruhi oksidasi. Penggunaan suhu tinggi selama penggorengan
memacu terjadinya oksidasi minyak. Kecepatan oksidasi lemak akan bertambah
dengan kenaikan suhu dan berkurang pada suhu rendah.
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Keberadaan cahaya dan logam
berperan dalam proses pengambilan hidrogen tersebut. Radikal bebas yang terbentuk
bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya dapat mengambil
hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang
baru. Peroksida dapat mempercepat proses timbulnya bau tengik dan flavor yang
tidak dikehendaki dalam bahan pangan. Jika jumlah peroksida lebih dari 100 meq
peroksid/kg minyak akan bersifat sangat beracun dan mempunyai bau yang tidak
enak. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa minyak akan berbau
tengik.
2 buah
2 buah
Pipet tetes
Secukupnya
Buret
1 buah
Labu erlenmeyer
3 buah
Statif dan klem
1 buah
Botol semprot
1 buah
Botol timbang
5 buah
Neraca analitik
1 buah
Bahan
Sampel minyak/lemak
Larutan asetat-kloroform (3:2)
Larutan KI jenuh
Na2S2O3 0,1 N
Larutan NaOH 0,05 N
Indikator PP 1%
Alkohol 96%
5 gram sampel
Hasil pengamatan
G. Hasil Pengamatan
Dalam hal ini minyak larut dalam larutan asetat-kloroform karena dalam minyak
terdapat senyawa yang sebagian besar bersifat nonpolar dan sedikit polar. Dengan
penambahan larutan asetat-kloroform maka senyawa nonpolar dalam minyak akan
larut dalam kloroform yang bersifat nonpolar juga sedangkan senyawa polar dalam
minyak akan larut dalam asam asetat yang bersifat polar juga. Langkah selanjutnya
adalah ditambahkan dengan 0,5 ml larutan KI jenuh tidak berwarna, penambahan KI
jenuh tidak ada perubahan larutan tetap berwarna kuning. Setelah ditambahkan KI
jenuh segera labu erlenmeyer ditutup dan didiamkan selama 20 menit. Namun setelah
didiamkan selama 20 menit larutan yang awalnya sebelum didiamkan berwarna
kuning dan setelah didiamkan larutan menjadi berwarna jingga. Hal ini terjadi karena
larutan KI yang jenuh akan teroksidasi oleh peroksida dari dalam minyak dan
membebaskan iod. Terbentuknya iod ditandai dengan perubahan warna menjadi
jingga. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan 30 ml aquades larutan tidak
berwarna, menjadikan larutan berwana jingga (-).Penambahan aquades dilakukan
untuk memisahkan fasa air dan fasa organik. Dalam hal ini senyawa yang bersifat
polar akan larut dalam aquades, namun iod yang dibebaskan tidak akan larut dalam air
karena iod bersifat nonpolar dan larut dalam KI. Langkah selanjutnya adalah larutan
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N tidak berwarna sampai terbentuk 2 lapisan yang
lapisan atas berwarna jingga dan lapisan bawah berwarna jingga. Setelah warna
jingga hampir hilang dan terbentuk warna jingga yang jernih maka titrasi dihentikan
dan didapatkan volume Na2S2O3 yakni 0,8 mL. Iod yang dibebaskan akan bereaksi
dengan Na2S2O3 membentuk iodida ditandai dengan berkurangnya warna jingga.
Warna jingga jernih yang terbentuk mengindikasikan bahwa masih ada iod yang
tersisa dalam larutan, maka langkah selanjutnya yakni dititrasi kembali. Namun
sebelum dititrasi larutan tersebut ditambah dengan 0,5 mL larutan kanji 1% tak
berwarna. Penambahan kanji digunakan sebagai indikator untuk mengetahui titik akhir
titrasi. Setelah ditambah larutan kanji maka dititrasi kembali dengan larutan Na 2S2O3
0,1 N hingga terbentuk larutan jernih. Jika terbentuk larutan yang jernih maka titrasi
dihentikan karena sudah mencapai titik akhir titrasi. Larutan berubah menjadi jernih
karena semua iod telah bereaksi dengan larutan Na 2S2O3 0,1 N sehingga larutan
berubah menjadi jernih. Didapatkan volume larutan Na2S2O3 0,1 N yakni 1 mL. Jadi
total volume larutan Na2S2O3 0,1 N untuk proses titrasi labu erlenmeyer 2 yakni 1,8
mL.
Larutan Blanko
Pada percobaan pembuatan larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan
yang tidak mengandung analit/sampel yang akan diuji. Langkah pertama yaitu dengan
menimbang 5 gram aquades larutan tidak berwarna dan massa yang didapatkan setelah
menimbang yakni 5,0221 gram. Kemudain ditambahkan dengan 30 mL larutan asetatkloroform (3:2) tidak berwarna sambil digoyangkan larutan tetap tidak berwarna dan
tidak mengalami perubahan saat ditambahkan asam asetat kloroform. Dalam hal ini
aquades larut dalam larutan asetat-kloroform dan membentuk kesetimbangan dari 3
pelarut. Langkah selanjutnya yaitu ditambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh tidak
berawarna dan terjadi perubahan larutan menjadi berwarna kuning. Namun setelah
didiamkan selama 20 menit terbentuk larutan berwarna jingga(+). Hal ini terjadi
karena larutan KI yang jenuh akan teroksidasi dan membebaskan iod. Terbentuknya
iod ditandai dengan perubahan warna menjadi jingga. Kemudian setelah terbentuk
larutan berwarna jingga, larutan tersebut ditambahkan dengan 30 mL aquades larutan
menjadi berwarna jingga (-). Iod yang telah dibebaskan dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,1 N tak berwarna hingga warna jingga hampir hilang. Setelah warna jingga
hampir hilang dan terbentuk warna kuning jernih maka titrasi dihentikan dan
didapatkan volume Na2S2O3 yakni 0,15 mL. Iod yang dibebaskan akan bereaksi
dengan Na2S2O3 membentuk iodida ditandai dengan berkurangnya warna jingga.
Warna jingga jernih yang terbentuk mengindikasikan bahwa masih ada iod yang
tersisa dalam larutan, maka langkah selanjutnya yakni dititrasi kembali. Namun
sebelum dititrasi larutan tersebut ditambah dengan 0,5 mL larutan kanji 1% tak
berwarna. Penambahan kanji digunakan sebagai indikator untuk mengetahui titik akhir
titrasi. Setelah ditambah larutan kanji maka dititrasi kembali dengan larutan Na 2S2O3
0,1 N hingga terbentuk larutan jernih. Jika terbentuk larutan yang jernih maka titrasi
dihentikan karena sudah mencapai titik akhir titrasi. Larutan berubah menjadi jernih
pada bagian atas karena semua iod telah bereaksi dengan larutan Na 2S2O3 0,1 N
sehingga larutan berubah menjadi jernih. Pada bagian bawah terdapat lapisan tak
berwarna juga namun larutan tersebut terpisah karena perbedaan berat jenis pada fasa
air dan fasa organik. Didapatkan volume larutan Na2S2O3 0,1 N yakni 0,5 mL. Jadi
total volume larutan Na2S2O3 0,1 N untuk proses titrasi larutan blanko yakni 0,2 mL.
Setelah semua proses titrasi selesai berdasarkan data yang diperoleh maka
dapat dihitung angka peroksidanya dengan rumus perhitungan:
Angka peroksida=
mL Na2 S 2 O3 x N Na 2 S2 O3 x 1000
berat sampel ( gram )
larutan NaOH 0,1 N tak berwarna. Titrasi dihentikan saat terbentuk larutan berwarna
merah muda. Setelah titik akhir titrasi tercapai terbentuk larutan berwarna merah muda
pada lapisan atas. Dalam hal ini larutan NaOH bereaksi dengan asam lemak bebas pada
minyak membentuk garam, ketika semua asam lemak telah bereaksi dengan NaOH
maka kelebihan NaOH akan bereaksi dengan indikator PP dan terbentuk larutan
berwarna merah muda. Didapatkan volume NaOH yakni 0,45 mL.
Labu erlenmeyer 2
Pada labu erlenmeyer 2 yang sudah berisi 6,0160 gram kemudian langkah
selanjutnya adalah ditambahkan dengan 10 mL alkohol 96% larutan tidak berwarna
terbentuk 2 lapisan, lapisan atas tak berwarna dan lapisan bawah berwarna kuning.
Terjadi 2 lapisan karena alkohol yang bersifat polar akan larut dalam gugus polar dari
asam lemak pada minyak yakni gugus karboksilatnya. Kemudian ditambahkan dengan
3 tetes indikator PP larutan tidak berwarna dan tidak ada perubahan terjadi. Indikator
PP merupakan indikator bersifat asam digunakan sebagai indikator untuk menentukan
titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah muda ketika
bereaksi dengan basa. Setelah ditambah dengan indikator PP larutan dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N tak berwarna. Titrasi dihentikan saat terbentuk larutan berwarna
merah muda. Setelah titik akhir titrasi tercapai terbentuk larutan berwarna merah muda
pada lapisan atas. Dalam hal ini larutan NaOH bereaksi dengan asam lemak bebas pada
minyak membentuk garam, ketika semua asam lemak telah bereaksi dengan NaOH
maka kelebihan NaOH akan bereaksi dengan indikator PP dan terbentuk larutan
berwarna merah muda. Didapatkan volume NaOH yakni 0,45 mL.
Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat dihitung persentase asam lemak
bebas pada sampel minyak dengan rumus:
FFA=
maksimal 0,3% namun yang didapatkan yakni 0,192 %, jadi minyak tersebut masih
layak pakai.
Reaksi-reaksi:
C17H33COOH (l) + NaOH (aq) ---> C17H33COONa (aq) + H2O (l)
NaOH (aq) + HIn (aq) ---> NaIn (aq) + H2O (l)
I. Kesimpulan
Dari hasil
bahwa
minyak yang digunakan sebagai sampel telah tidak layak pakai, yang ditandai
dengan diperolehnya rata-rata angka peroksidanya 29,8864 meq, dan minyak tersebut
memiliki nilai persen penentuan asam lemak bebas (FFA) sebesar 0.192 %.
J. Jawaban Pertanyaan
1
Tuliskan semua reaksi yang menyertai uji asam lemak pada percobaan ini.
Jawab :
Reaksi saat titrasi adalah sebagai berikut dimana I 2 yang dibebaskan akan
direduksi oleh tiosulfat.
I2 + 2S2O3 2I + S2O62Penentuan Bilangan Peroksida
Reaksi oksidasi lemak
Kemudian dari hidroperoksida terbentuk keton atau aldehida yang tak jenuh
Sebutkan yang termasuk asam lemak essensial bagi tubuh. Mengapa asam
arakidonat bukan merupakan asam lemak essensial?
Jawab :
Asam lemak esensial merupakan sebutan bagi asam lemak yang tidak
dapat dibuat sendiri oleh suatu spesies hewan (termasuk manusia), atau dapat
dibuat tetapi tidak mencukupi kebutuhan minimal yang diperlukan untuk
memenuhi fungsi fisiologinya. Hal ini terjadi karena spesies yang bersangkutan
tidak memiliki,atau memiliki tetapi kurang fungsional, enzim yang bertanggung
jawab dalam melakukan sintesis asam lemak tersebut.
Bagi setiap spesies, asam lemak yang esensial berbeda-beda. Bagi
manusia, asam lemak esensial mencakup golongan asam lemak tak jenuh jamak
(polyunsaturated fatty acids, PUFA) tipe cis, khususnya dari kelompok asam
lemak
Omega-3,
seperti
misalnya
asam
-linolenat
(ALA),
Asam
Apa perbedaan asam lemak jenuh dan tak jenuh pada proses oksidasi ?
Jawaban :
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang pada mrantai karbon
Apa perbedan antara minyak dan lemak ditinjau dari struktur molekulnya?
Jawaban :
Berdasarkan strukturnya, maka minyak dan lemak dapat dibedakan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Matsjeh, Sabirin dkk. 1994. Kimia Organik II. Yogyakarta: FMIPA UGM
Reusch,
William.
2013.
Lipids.
(online).
(https://www2.chemistry.msu.edu/faculty/reusch/VirtTxtJml/lipids.htm),
diakses pada 17 Oktober 2016
Standar Nasional Indonesia No. 01/3741/2002 Tentang Standar Mutu Minyak Goreng.
Tim Dosen Biokimia. 2015. Penuntun Praktikum Biokimia. Surabaya: Kimia FMIPA
Unesa
LAMPIRAN
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Penentuan Angka Peroksida
Diketahui:
N Na2S2O3 = 0,1N
V1 = 0,7 mL + 0,5 mL = 1,2 mL
V2 = 0,8 mL + 1 mL = 1,8 mL
Vblanko = 0,15 mL + 0,05 mL = 0,2 mL
m1 = 5,0187 gram
m2 = 5,0192 gram
Volume Na 2 S 2 O3 x N Na 2 S 2 O3 x 1000
Berat sampel( gram)
Angka peroksida =
V1 = 1,2 mL
Angka peroksida =
= 23,9105 meq
V2 = 1,8 mL
Angka peroksida =
= 35,8622 meq
V1 = 0,45 mL
%FFA =
= 0,1922%
V2 = 0,45 mL
%FFA =
= 0,1918%
Rata-rata %FFA =
= 0,192%