Anda di halaman 1dari 4

Perbedaan pemimpin (leader) dan manajer

Diskursus tentang perbedaan pemimpin (leader) dan manajer memang tidak ada habisnya. Salah
satu sebabnya adalah satu peran tersebut tidak mungkin dilakukan tanpa keberadaan peran lain.
Pemimpin yang tidak bisa mengelola (to manage) akan gagal dalam kepemimpinannya,
sementara manajer yang tidak bisa memimpin (to lead) akan gagal dalam aktivitas
manajerialnya. Namun sesungguhnya pemimpin (leader) dan manajer merupakan dua konsep
yang berbeda dan terdapat perbedaan diantara keduanya.
1. Leader melakukan inovasi, sedangkan manajer mengelola.
Ini berarti bahwa seorang leader atau pemimpin adalah orang yang datang dengan ide-ide baru
dan menggerakkan seluruh organisasi ke dalam fase berpikir untuk maju. Orang ini harus terusmenerus mengembangkan strategi-strategi dan taktik baru . Dia harus memiliki pengetahuan
tentang tren terbaru, penelitian, dan keahlian.
Di sisi lain, manajer mempertahankan apa yang telah ditetapkan. Orang ini harus
mempertahankan kontrol dan mengatasi gangguan dalam organisasi yang mungkin ada.
Dalam bukunya The Wall Street Journal Essential Guide to Management: Lasting Lessons from
the Best Leadership Minds of Our Time, Alan Murray mengutip Drucker bahwa seorang manajer
adalah seseorang yang menetapkan target yang tepat, tolok ukur, analisis, dan menilai kinerja.
Manajer memahami orang-orang yang bekerja bersama mereka dan tahu mana orang yang
terbaik untuk tugas-tugas tertentu.
2. Leader menginspirasi sementara manajer bergantung pada kontrol.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang menginspirasi orang lain untuk menjadi yang terbaik
dan tahu cara yang tepat mengatur tempo serta kecepatan untuk seluruh kelompok.
Kepemimpinan adalah bukan apa yang Anda lakukan-tetapi apa yang orang lain lakukan sebagai
respon dari Anda. Jika tidak ada yang muncul di barisan Anda, maka Anda bukanlah seorang
pemimpin.
Dan jika orang memutuskan untuk ikut dalam kapal Anda karena Anda telah menginspirasi
mereka, maka itu berarti bahwa Anda telah membuat suatu ikatan kepercayaan dalam
perusahaan. Ini adalah hal yang penting karena jika bisnis berubah dengan cepat dan
membutuhkan orang untuk percaya dalam suatu misi, maka orang ini bisa menjadi pilihan yang
tepat.
Adapun manajer, Drucker menulis bahwa tugas mereka adalah untuk mempertahankan kontrol
atas orang dengan membantu mereka mengembangkan aset mereka sendiri dan mengeluarkan
bakat mereka yang terbesar. Untuk melakukan ini secara efektif, Anda harus tahu orang-orang
yang bekerja dengan dan memahami kepentingan mereka serta passionnya.
Manajer kemudian menciptakan keputusan tentang gaji, promosi penempatan, dan melalui
komunikasi dengan tim.
Mengelola proyek adalah satu hal, memberdayakan orang lain adalah hal lain.

3. Pemimpin bertanya what dan why, sedangkan manajer bertanya how.


Untuk bertanya apa dan mengapa Anda harus mampu mempertanyakan mengapa orang lain
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang terjadi. Kadang-kadang ini mengharuskan Anda
menantang atasan.
Ini berarti bahwa mereka mampu stand up untuk manajemen ketika mereka berpikir sesuatu
yang perlu dilakukan bagi perusahaan. Pemimpin tidak selalu benar tentunya.
Jika perusahaan Anda mengalami kegagalan, pekerjaan leader adalah untuk datang dan
berkata, Apa yang kita pelajari dari hal ini? Dan Bagaimana kita menggunakan kegagalan
ini untuk memperjelas tujuan kita atau mendapatkan sesuatu yang lebih baik?
Sebaliknya, manajer tidak benar-benar berpikir tentang apa artinya kegagalan. Tugas mereka
adalah untuk bertanya bagaimana dan kapan untuk memastikan mereka melaksanakan
rencana yang sesuai. Drucker menulis bahwa manajer menerima status quo dan lebih seperti
tentara di militer. Mereka tahu bahwa perintah dan rencana yang penting dan tugas mereka
adalah untuk menjaga visi mereka pada tujuan perusahaan saat ini.
Meskipun untuk dua peran mungkin mirip, Para manajer terbaik juga para pemimpin, kata
Wade. Saya pikir Anda bisa melakukan keduanya, tetapi Anda harus meluangkan waktu untuk
mengolahnya.

Ada empat karakteristik atau syarat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
(Sunindhia dan Widiyanti diacu dalam Hakiem 2003):

Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya, harus mendengarkan saransaran dan nasehat dari
orang-orang di sekitarnya.
Pemimpin harus menjadi teladan dalam lingkungannya.
Pemimpin harus bersikap dan bersifat setia kepada janjinya, kepada organisasinya.
Pemimpin harus mampu mengambil keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua
faktor yang relevan diperhitungkan.

Teori kepemimpinan berdasarkan ciri (traits theory) memberi petunjuk tentang ciri-ciri pemimpin
yaitu (Siagian, 2003):
Pengetahuan umum yang luas.
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
Kemampuan analitik.
Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu.
Keterampilan berkomunikasi secara efektif.
Kemampuan menentukan skala prioritas.
Rasionalitas.
Keteladanan.
Ketegasan.
Orientasi masa depan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pemimpin harus memiliki keahlian
dan kemampuan yang lebih baik dibandingkan orangorang yang dipimpin. Keahlian ini terlihat
dari sifat, watak dan perilaku yang tercermin dalam setiap tindakan.
Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik seperti(1)
tanggung jawab seimbang, keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap
pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan
tersebut; (2) model peranan yang positif, peranan disini adalah tanggung jawab, perilaku, atau
prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu; (3) memiliki
keterampilan komunikasi yang baik, pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya
secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat; (4) memiliki pengaruh positif, pemimpin
yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk
hal-hal yang positif; (5) mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain, pemimpin yang
sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya
untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada
tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut (Pulungan, 2001).

Seorang follower yang efektif

Seorang follower yang efektif tidak sekadar memiliki karakter yang kuat tapi juga memiliki
ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugasnya secara efektif. Dengan
kata lain dia memiliki kompetensi untuk menjalankan tugasnya. Dia terus belajar, belajar sendiri
untuk meningkatkan kemampuannya. Seorang follower yang efektif mau bekerja ekstra tapi dia
menyelesaikan pekerjaan utamanya dengan baik. Dia tahu kekuatan dan kelemahannya, dan
menggunakan kekuatannya dalam bekerja dan menutupi kelemahannya dengan belajar, bahkan
melibatkan orang lain jika memungkinkan.

Seorang pengikut yang efektif jelas harus bisa dipercaya dan seorang yang berani. Dia berani
berpikir dan mengemukakan pendapat dan gagasan-gagasannya. Dia seorang yang bisa
berpikir kritis terhadap lingkungannya dan memiliki kebebasan untuk mengemukakan
pendapatnya itu. Dia berani mengambil tanggung jawab dalam pekerjaannya, berani melayani,
berani menantang dan berani terlibat dalam perubahan. Keberaniannya disebabkan dia
memiliki integritas yang kuat.

integritas

Dalam konteks itulah kata integritas diungkapkan, yang menunjuk kepada eksistensi manusia
seutuhnya, yaitu antara perkataan dan perbuatan itu harus seimbang.
Dengan kata lain, bagi Charles Handy, seorang pemimpin yang berintegritas tidak hanya harus
bisa merancang pernyataan visi atau misinya, melainkan ia juga harus bisa menjalaninya. Ini
memperlihatkan betapa integritas itu sangat penting dan diperlukan dalam sebuah
kepemimpinan. Karena, tanpa integritas, maka seorang pemimpin sebenarnya tidak ada
bedanya dengan iklan yang dipajang di tepi-tepi jalan atau di tikungan-tikungan jalan.

cara mengembangkan keterampilan pemimpin pada mahasiswa

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dan melatih jiwa kepemimpinan kita.
Misalnya, mengikuti organisasi kampus atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Dengan
mengikuti organisasi, kita bisa mengasah kemampuan berkomunikasi, berdiskusi, dan
berinteraksi. Selain itu kita juga dapat membentuk pola pikir yang lebih baik. Namun rasa malas
juga mempengaruhi banyak mahasiswa untuk tidak berorganisasi, beberapa diantara mereka
mengatakan berorganisasi hanya banyak menguras tenaga, bahkan ada yang berpendapat bahwa
berorganisasi hanya membuang-buang waktu saja. Contohnya, berorganisasi sangat membantu
mahasiswa dalam membangun soft skill seperti jiwa kepemimpinan untuk persiapan dunia pasca
sarjana.

Anda mungkin juga menyukai