Anda di halaman 1dari 9

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

POTENSI SUMBERDAYA TERNAK KERBAU DI NUSA


TENGGARA BARAT
H. ABDUL MUTHALIB
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat

ABSTRAK
Pembangunan peternakan di NTB telah mampu berperan dan memberikan kontribusi cukup besar
terhadap kegiatan pembangunan ekonomi daerah. NTB telah lama dikenal sebagai salah satu daerah produsen
dan pemasok utama ternak sapi dan kerbau (potong dan bibit) untuk kebutuhan berbagai daerah di Indonesia.
Ternak kerbau merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup baik adaptasi dan perkembangannya di
NTB, dimana 82% terdapat di P. Sumbawa. Beberapa potensi bagi pengembangan agribisnis peternakan
kerbau di NTB antara lain: (1) tersedianya tenaga kerja peternak/petani; (2) keunggulan ternak lokal yang
dimiliki; (3) status bebas beberapa penyakit hewan menular; (4) besarnya permintaan ternak dan produk asal
ternak serta (5) daya dukung lahan yang masih luas (diperkirakan masih mampu menampung 2,09 juta UT
tambahan ternak ruminansia). Jumlah peternak sapi dan kerbau mencapai 30% dari total rumah tangga
penduduk NTB dengan jumlah kelompok peternak kerbau sebanyak 66 kelompok. Permintaan pasar domestik
rata-rata 25.000 ekor sapi/kerbau per tahun. Potensi limbah pertanian (jerami padi, kacang tanah, kedelai,
jagung dan umbi-umbian dan limbah industri (dedak) sebagai pakan ternak cukup memadai. Ditinjau dari segi
pertumbuhan wilayah, ternak kerbau mempunyai nilai Location Quotion (LQ) > 3 di NTB dan LQ > 2 di
Sumbawa. Hal ini berarti ternak kerbau mempunyai potensi kelayakan pertumbuhan yang memadai. Akan
tetapi dalam pengembangan usahaternak kerbau ini juga masih menghadapi beberapa kendala. Beberapa
permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ternak kerbau tersebut antara lain: (1) permintaan ternak
yang selalu meningkat tidak diikuti dengan kemampuan produksi; (2) terbatasnya pejantan unggul; (3) sistem
pemeliharaan masih ekstensif; (4) makin berkurangnya padang penggembalaan (Lar); (5) tingginya angka
pemotongan betina produktif; (6) penampilan reproduksi ternak masih rendah; (7) rendahnya pendapatan
peternak serta (8) belum terbentuknya kelembagaan dan organisasi peternak.
Kata kunci: Kerbau, potensi sumberdaya, Location quotion (LQ), permasalahan

PENDAHULUAN
Pembangunan peternakan pada dasarnya
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
memanfaatkan dan mengelola sumberdaya
alam berupa lahan, ternak dan pakan ternak
serta faktor produksi lainnya yaitu modal dan
tenaga kerja guna dapat menyediakan pangan
hewani bagi seluruh penduduk. Permintaan
terhadap pangan hewani (khususnya daging)
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat sangat besar dan diproyeksikan
akan meningkat sangat cepat seirama dengan
pertambahan
jumlah
penduduk,
perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat
pendidikan, kesadaran gizi, urbanisasi,
perubahan gaya hidup dan arus globalisasi.
Untuk merespon permintaan daging yang
terus meningkat tersebut, ternyata produksi
dari dalam negeri belum mampu untuk
mencukupinya, sehingga dalam dasa warsa

81

terakhir ini dilakukan impor daging dan ternak


hidup.
Pembangunan peternakan sebagai bagian
integral dari pembangunan pertanian dan
merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan daerah NTB, telah mampu
berperan dan memberikan kontribusi cukup
besar terhadap kegiatan pembangunan ekonomi
daerah, yaitu
sebagai salah satu sumber
pendapatan dan peningkatan kesejahteraan,
sebagai sumber pangan maupun sebagai
kesempatan/lapangan kerja dan berusaha
masyarakat. Sebagian besar masyarakat Nusa
Tenggara Barat adalah masyarakat agraris, di
mana subsektor peternakan dengan berbagai
komoditas
yang
dihasilkan telah
ikut
mendorong
kegiatan
perekonomian
masyarakat. Jumlah peternak di NTB mencapai
409.611 KK dengan jumlah ternak sekitar
513.500 Animal Unit/AU (terbesar terdiri dari
ternak sapi dan kerbau yaitu 464.689 AU),

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

tersebut di atas merupakan peluang sekaligus


tantangan
yang
cukup
besar
untuk
mengembangkan usaha peternakan kerbau
berbasis sumberdaya lokal di Nusa Tenggara
Barat.

dimana sekitar 55,5% populasi ternak sapi


potong diusahakan secara intensif oleh
masyarakat di Pulau Lombok, sedangkan
sekitar 82,0% populasi ternak kerbau
dikembangkan
masyarakat
di
Pulau
Sumbawa. Nusa Tenggara Barat telah lama
dikenal sebagai salah satu daerah produsen
dan pemasok utama ternak sapi dan kerbau
(potong dan bibit) untuk kebutuhan berbagai
daerah di Indonesia. Ternak kerbau
merupakan salah satu komoditas ternak yang
cukup baik adaptasi dan perkembangannya di
NTB, namun harus diakui bahwa perhatian
pemerintah (pusat/daerah) selama ini
terhadap pengembangan ternak kerbau masih
sangat kecil.
Potensi
pengembangan
agribisnis
peternakan kerbau di Nusa Tenggara Barat
sangat besar dan prospektif karena ditunjang
oleh jumlah dan kemampuan alami tenaga
kerja (petani ternak) yang tersedia,
keunggulan ternak lokal yang dimiliki, telah
bebasnya NTB dari beberapa penyakit hewan
menular, permintaan akan ternak maupun
produk asal ternak (khususnya daging dan
produk olahannya) yang sangat besar serta
daya dukung lahan yang masih cukup luas
(diperkirakan masih mampu menampung
tambahan ternak ruminansia sebanyak
2.089.373 unit ternak / UT). Kondisi-kondisi

PETA PENYEBARAN TERNAK KERBAU


DI NUSA TENGGARA BARAT
Ternak kerbau di Nusa Tenggara Barat
dapat hidup beradaptasi dan berkembang
dengan baik hampir di semua kabupaten di
Nusa Tenggara Barat, namun populasi terbesar
terdapat di kabupaten-kabupaten di Pulau
Sumbawa (+ 82%). Perkembangan populasi
ternak kerbau dalam 3 tahun terakhir di Nusa
Tenggara Barat yaitu sebagaimana tercantum
dalam Tabel 1.
KONDISI PETERNAKAN KERBAU DI
NUSA TENGGARA BARAT
Struktur populasi ternak kerbau di NTB
Dari beberapa hasil penelitian dan kajian
yang telah dilakukan, struktur populasi ternak
Kerbau di Nusa Tenggara Barat yaitu
sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 2.

Tabel 1. Perkembangan populasi kerbau di Nusa Tenggara Barat tahun 2003 2005
No

Kabupaten / Kota

2003

2004

2005

r (%)

1.

Lombok Barat*)

7.808

7.923

8.577

4,86

2.

Lombok Tengah

14.669

16.276

16309

5,58

3.

Lombok Timur

4.641

4.759

4.569

- 0,72

27.118

28.958

29.455

4,25

4.

Sumbawa

90.645

72.891

68.519

- 12,79

5.

Sumbawa Barat

10.500

9.994

- 4,82

6.

Dompu

13.296

14.419

14.030

2,87

7.

Bima **)

30.300

30.024

32.921

4,37

Jumlah

134.241

127.834

125.464

- 3,31

Total

161.359

156.792

154.919

- 2,01

Jumlah

Keterangan *): Termasuk populasi Kota Mataram


**): Termasuk populasi Kota Bima

81

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

Tabel 2. Struktur populasi (%) ternak kerbau di NTB


Umur (tahun)
No

Jenis kelamin

<1

>1-3

Anak

Muda

>35

>59

Dewasa

>9

Jumlah

Tua

Jantan (%)

13,57

16,43

1,43

0,71

32,14

Betina (%)

14,29

15,00

5,71

21,43

11,43

67,86

Jumlah

27,86

31,43

7,14

22,14

11,43

100,00

Jantan (%)

11,47

9,41

13,92

34,80

Betina (%)

11,96

10,10

41,98

65,20

Jumlah

23,43

19,51

55,90

100,00

Jantan (%)

12,21

6,24

10,58

2,71

0,27

32,01

Betina (%)

13,26

9,49

13,01

25,59

6,39

67,99

Jumlah

25,47

15,73

23,59

28,30

6,66

100,00

Keterangan: A = Hasil kajian/penelitian Dinas Peternakan NTB dan Fakultas Peternakan UNRAM (2005),
B = DANIA, et al. (1997), C = DANIA, et al. (1995)

Performans dan tampilan produksi


ternak kerbau di NTB
Performans ternak kerbau NTB
Dibanding ternak sapi, ternak kerbau di
NTB dan Indonesia pada umumnya masih
sangat kurang diungkapkan. Padahal pada
kenyataannya
ternak
kerbau
telah
menyumbangkan banyak sekali kontribusi
kepada masyarakat dan pemerintah baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Sumbangan
secara
langsung
dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat berupa
dimanfaatkannya sebagai cash income,
ternak kerja, ternak pedaging, ternak perah,
dan juga bagian esensial dari acara ritual
keagamaan dan adat istiadat di masyarakat
lokal.
Sedangkan
sumbangan
tidak
langsungnya di beberapa daerah sangat
strategis
dijadikan
sebagai
sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ternak kerbau di NTB menjadi
komoditas ternak besar kedua setelah ternak
sapi, namun bila dikaji dari segi
pertumbuhan wilayah berdasarkan Location
Quotion (LQ) ternak kerbau di NTB
sesungguhnya
merupakan
ternak
ruminansia utama (LQ > 3) yang
bertumbuh secara pesat dalam lingkungan
alam yang serba terbatas (SUHUBDY, 2003).
Gambaran umum performans ternak
kerbau di NTB adalah sebagai berikut:

72

Jenis kerbau lumpur/rawa (swamp buffalo)


Kualitas standar ternak ekspor
Adaptasi lingkungan bagus (iklim, pakan dan
pengangkutan)
Kerbau umur 4 tahun berat 350-500 kg
Kerbau bibit : Jantan, umur 18-24 bulan,
tinggi 105 -110 cm
Kerbau bibit : Betina, umur 18-24 bulan,
tinggi gumba 100 -105 cm
Ternak kerbau di Kabupaten Sumbawa
menduduki urutan I sebagai ternak potong dan
produksi daging. Tingkat kepadatan ternak dapat
dianalisis dari aspek kepadatan ekonomi,
kepadatan wilayah dan kepadatan usahatani.
Kabupaten Sumbawa memiliki tingkat kepadatan
ekonomi ternak potong sebesar 369,11 UT/1000
jiwa dan untuk kerbau Sumbawa sebesar 163,84
UT/1000 jiwa. Bila dihitung luas kuosien
lahannya (Location Quotion = LQ) maka daerah
Sumbawa memiliki nilai LQ sebesar > 2 artinya
mempunyai potensi kelayakan pertumbuhan
yang memadai.
Bila diperhatikan dari sistem tata laksana
pemeliharaan kerbau di Sumbawa pada
umumnya dilakukan secara ekstensif tradisional,
yaitu dilepas begitu saja di padang
penggembalaan
(Lar
sebutan
penduduk
setempat) ataupun lahan bera setelah panen dan
atau ada pula yang dilepas, namun pada sore
harinya dikandangkan. Kegiatan makan, minum
dan berkubang dilakukan secara alami. Pada
pemeliharaan seperti tersebut di atas berdampak

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

Angka kemajiran pada kerbau dapat


dinyatakan sangat kecil, namun kasus
pengebirian ternak sering dilakukan dengan
tujuan mempercepat pencapaian standar bobot
potong (untuk jual antar pulau) dan ternak yang
dikebiri bukan afkir hasil seleksi tetapi
merupakan ternak-ternak kerbau jantan yang
masih dalam umur produktif. Secara rinci sifatsifat reproduksi kerbau Sumbawa seperti yang
tertera dalam Tabel 3.

pada sistem pemberian dan penyediaan


pakan. Umumnya sistem perkawinan secara
alami dan peternak tidak banyak yang
mengetahui gejala birahi kerbau.
Dari profil reproduksinya kerbau
Sumbawa termasuk dalam golongan kerbau
tani/rawa/lumpur
(swamp
bufalllo),
pubertasnya agak lambat dan gejala
birahinya terselubung (silent heat). Umur
pubertas jantan rata-rata 24,77 bulan lebih
awal sekitar 3 bulan daripada kerbau betina
yang rata-rata 27,23 bulan. Beranak ratarata pada umur 3,98 + 0,48 tahun dan birahi
I setelah beranak sekitar 1,85 + 0,66 bulan
dan dikawinkan kembali sekitar 4,62 + 1,50
bulan setelah beranak, lama kebuntingan
sekitar 11 bulan, dengan jangkauan beranak
sekitar 17,31 + 1,32 bulan.

Tampilan produksi ternak kerbau NTB


Berat badan maupun ukuran tubuh (tinggi
gumba, panjang badan dan lingkar dada) sangat
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Semakin meningkatnya umur akan semakin berat
bobot badannya dan ukuran tubuhnya (Tabel 3).

Tabel 3. Sifat-sifat reproduksi kerbau Sumbawa


No

Variabel

1.

2.

Umur pubertas
Jantan
Betina
Umur beranak I

tahun

24,77 + 2,24
27,23 + 7,23
3,98 + 0,48

3.

Birahi I setelah beranak

bulan

1,85 + 0,66

4.

Perkawinan kembali

bulan

4,62 + 1,50

5.

Angka perkawinan

kali

2,69 + 0,48

6.

Lama kebuntingan

bulan

11,00

7.

Jangka beranak

bulan

17,31 + 1,32

8.
9.

Angka jantan kebiri


Umur mulai kawin I
Jantan
Betina
Umur ternak dijual (diafkir)
Jantan
Betina
Jumlah beranak
Lama penggunaan dalam
pembiakan
Jantan
Betina

4,81

tahun
tahun

2,54 + 0,25
3,04 + 0,38

tahun
tahun
kali beranak

4,77+ 0,39
11,07 + 3,04
6,15 + 1,95

tahun
tahun

2,30 + 0,38
8,00 + 3,13

10.

11.

Satuan
bulan
bulan

Hasil

Sumber: HASIL PENELITIAN KERJASAMA DINAS PETERNAKAN NTB dengan FAKULTAS PETERNAKAN UNRAM (2005)

Peran dan fungsi ternak kerbau adalah


sebagai penghasil daging, sebagai ternak
kerja, penghasil susu ataupun pupuk, oleh
karenanya ternak ini sering dijuluki dengan
ternak multi guna. Rata-rata berat badan, berat
karkas dan persentase karkas kerbau Sumbawa
berturut-turut sebesar 352,50 Kg, 170,13 Kg

dan 48,36%. Dan keunggulan kerbau


Sumbawa persentase karkasnya relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan kerbau di P.
Sumbawa yakni 42,83% kerbau jantan dan
41,17% kerbau betina. Selain sebagai ternak
pedaging dan kerja, para peternak sudah sejak
zaman dahulu memanfaatkan susu kerbau

81

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

sebagai dodol untuk keperluan keluarga


peternak selain itu sebagai bahan dasar
pembuatan pangan lokal berupa palopo dan
untuk permen susu.
Produksi susu kerbau apabila sedang
laktasi mencapai 1,5 2,17 liter/hari
(SUHUBDY, 2005) dan pemerahan tidak
dilakukan setiap hari, namun berselang 3 hari
sekali dan lama waktu pemerahan selama 2,50
bulan (75 hari) dalam satu periode laktasi

yang berarti dalam 1 periode laktasi hanya 25


hari. Produksi susu kerbau Sumbawa sangat
bergantung pada kondisi dan kualitas pakan
yang baik dan bisa mencapai 4,00 liter/hari,
namun produksi susu kerbau Sumbawa masih
tergolong rendah bila dibandingkan dengan
produksi susu kerbau tipe perah seperti kerbau
Murrah di India dan atau kerbau di Aceh
Indonesia.

Tabel 4. Persentase produksi susu dan kemampuan kerja kerbau Sumbawa


No.
1.

2.

Uraian
Produksi susu
Melakukan pemerahan
Tidak melakukan pemerahan
Produksi per 3 hari sekali
Lama pemerahan per periode laktasi
Yang menjual susu
Tidak menjual
Harga susu perliter
Kemampuan kerja
Umur kerbau mulai dikerjakan
Pasangan yang disenangi
Jantan-jantan
Jantan-betina
Betina-betina
Sama saja
Kemampuan kerja
Lama kerja
Luas lahan garapan
Lama kerja musin hujan
Lama kerja musim kemarau
Kemampuan kerja pada lahan sawah
Musim hujan
Musim kemarau
Kemampuan kerja pada kebun musim hujan

Satuan

Hasil

%
%
liter
hari
%
%
Rp.

46.15
53.85
2.17
75
33.33
66.67
5.000

tahun

2,81 + 0,38

%
%
%
%

38,46
0
30,77
30,77

jam/hari
are/hari
hari
hari

6,13 + 0,83
30,42 + 7,53
35
20

hari/ha
hari/ha
hari/ha

16,7
9,33
12,6

Sumber: HASIL PENELITIAN KERJASAMA DINAS PETERNAKAN NTB dengan FAKULTAS PETERNAKAN UNRAM
(2005)
Tabel 5. Pemotongan ternak kerbau di Nusa Tenggara Barat tahun 2003 2005
No
1.
2.
3.
Jumlah
4.
5.
6.
7.
Jumlah
Total

Kabupaten/Kota
Lombok Barat*)
Lombok Tengah
Lombok Timur
Sumbawa
Sumbawa Barat
Dompu
Bima **)

Keterangan *) : termasuk Kota Mataram


**) : termasuk Kota Bima

72

2003
371
1.983
703
3.057
4.366
124
905
5.395
8.452

2004
352
2.456
719
3.527
8.075
1.117
235
720
10.147
13.674

2005
410
2.601
386
3.397
2.922
1.218
276
848
5.264
8.661

r (%)
5,68
14,88
- 22,02
5,84
10,57
9,04
53,48
- 1,33
19,98
12,56

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

Tabel 6. Pengeluaran ternak kerbau dari NTB tahun 2003-2005


No.

Daerah tujuan

2003

2004

2005

r (%)

1.

Keluar NTB

6.219

9.209

15.640

58,96

Sumber: DATA STATISTIK PETERNAKAN NTB (2006)

Pemotongan ternak kerbau di NTB


Pemotongan ternak kerbau yang tercatat
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat di Nusa Tenggara Barat selama
tiga tahun terakhir yaitu sebagaimana
tercantum dalam Tabel 5.
Sumberdaya manusia dan kelembagaan
peternak kerbau di NTB

pemasaran. Jumlah tenaga kerja terserap di


bidang peternakan 255.381 orang. Namun
demikian jumlah peternak sapi dan kerbau
mencapai 200.218 KK atau sekitar 30% RT
penduduk NTB, umumnya mengusahakan
ternak sebagai usaha sampingan. Sumberdaya
petugas teknis cukup memadai terdiri dari
dokter hewan 54 orang, paramedis 108 orang,
petugas IB 133 orang dan dukungan PPL 915
orang, tersebar di seluruh wilayah NTB.
Kelembagaan peternak

Sumberdaya manusia
Pelaku usaha di
besar terdiri dari
usaha pengolahan
pengusaha yang

bidang peternakan cukup


petani peternak pelaku
hasil peternakan, dan
bergerak di bidang

Jumlah kelompok yang memelihara ternak


kerbau untuk Nusa Tenggara Barat sebanyak
66 kelompok dengan jumlah KK 1650, yang
rata-rata pemeliharaannya berkisar antara 70
100 ternak per kelompok.

Tabel 7. Kelembagaan dan pemilikan ternak


No.

Kabupaten

Populasi ternak (ekor) Peternak (KK) Pemilikan ternak (ekor/KK)

P. Lombok

29.455

2005

15

28

Sumbawa Barat

9.994

250

40

Sumbawa

68.519

150

457

Dompu

14.030

150

94

Bima

28.508

650

44

26

Kota Bima

4.413

30

147

Sumberdaya lahan pengembangan ternak


kerbau di NTB
Berdasarkan perhitungan ketersediaan
pakan ternak bahwa wilayah NTB memiliki
kapasitas tampung ternak besar dan kecil
sekitar 2.655.294 satuan ternak (satuan ternak
setara sapi dewasa bobot badan 300 kg). Dari
potensi tersebut sudah dimanfaatkan sekitar
573.920 satuan ternak atau 30%. Ini berarti
peluang pengembangan dan penambahan
populasi cukup besar yaitu 2.089.373 satuan
ternak atau sekitar 70% total kapasitas tampung
NTB. Sedangkan jumlah padang penggembala-

Kelompok

an mencapai 239.000 ha, dimana sekitar 77%


diantaranya berada di Pulau Sumbawa.
Potensi limbah pertanian sebagai bahan
pakan ternak cukup memadai yaitu jerami
kering, 1.293.500 ton dan jerami basah
3.800.000 ton per tahun. Jenis limbah terdiri
dari jerami padi, kacang tanah, kedelai,
jagung dan umbi-umbian, terutama untuk
persediaan selama waktu 3 bulan kering.
Disamping itu limbah industri berupa dedak
tersedia sepanjang musim, total produksi
sekitar 102.450 ton/tahun.
Produksi bahan baku pakan ternak
tersedia di NTB terdiri dari kedelai sekitar

81

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

98.500 ton/tahun, jagung 275.600 ton/tahun,


dedak 103.000 ton/tahun. Produksi kacang
hijau 21.000 ton per tahun dan produksi ikan
cukup besar yang dapat diolah menjadi tepung

ikan sebagai bahan baku pakan ternak.


Namun
demikian,
untuk
memenuhi
kebutuhan pakan ternak unggas hampir
seluruhnya masih didatangkan luar NTB.

Tabel 8. Sumber daya lahan


Luas wilayah (km2)

Sudah
Padang
Carring capacity
dimanfaatkan
penggembalaan
(AU)
(AU)
(Ha)

Peluang (AU)

No

Wilayah

1.

P. Sumbawa

2.

P. Lombok

4.739

54.970

809.991

258.794

559.196

NTB

20.153

239.000

2.655.294

573.920

2.089.373

15.414

184.030

1.845.303

315.126

1.530.177

Sumber: STATISTIK DINAS PETERNAKAN NTB TAHUN (2004)

Tabel 9. Jumlah sarana dan prasarana peternakan di NTB (unit)


Sarana dan prasarana

Pulau Lombok

Pulau Sumbawa

Jumlah

1. Pos Kesehatan Hewan

30

34

64

2. Laboratorium tipe B

3. Laboratorium tipe C

4. Pasar Hewan

10

5. Balai IB

6. Rumah Sakit Hewan

7. Rumah Potong Hewan

22

18

40

8. RPH Tipe A

9. TPT Brangus

10. Holding Ground

11. Karantina

12. Pelabuhan Laut

13.UPTD/BPT HMT

Sarana dan prasarana pendukung


pengembangan ternak kerbau di NTB
Jumlah sarana dan prasarana di Nusa
Tenggara Barat dalam rangka mendukung
perkembangan ternak potong dan bibit (sapi
dan kerbau) cukup memadai. Hal ini dilihat
dari jumlah sarana dan prasarana yang tersedia
di NTB.
Permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan ternak kerbau di NTB
1) Permintaan ternak kerbau meningkat per
tahun tidak diikuti dengan kemampuan
produksi.

72

2) Ketersediaan pejantan unggul sangat


terbatas dikarenakan banyak pejantan
umur produktif yang dikebiri.
3) Sistem
pemeliharaan
yang
masih
ekstensif tradisional terutama terhadap
pengelolaan feeding, breeding dan
manajemen pemeliharaan yang sebagian
besar masih diserahkan pada alam dan
peran pemerintah sampai saat ini sangat
kurang dicurahkan kepada pengembangan
ternak kerbau.
4) Dengan berkembang dan meningkatnya
pembangunan
di
semua
sektor,
berdampak pula terhadap terjadinya
perubahan habitat kerbau di Nusa
Tenggara Barat, khususnya di Pulau

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

5)
6)

7)

8)

Sumbawa,
yaitu
misalnya
semakin
berkurangnya lahan padang penggembalaan
(Lar), semakin sedikitnya kubangankubangan kerbau.
Tingginya angka pemotongan betina
produktif (71,77%).
Penampilan reproduksi ternak kerbau masih
rendah, ada anggapan bahwa ternak ini
lebih lambat pubertasnya dibanding ternak
sapi atau herbivora lainnya.
Pendapatan peternak kerbau relatif kecil
akibat dari kurangnya perhatian peternak
dalam berusaha ternak kerbau dan belum
diusahakan secara komersial.
Kelembagaan dan organisasi peternak
belum terbentuk

ALTERNATIF PELESTARIAN PLASMA


NUTFAH TERNAK KERBAU DAN
PEMANFAATANNYA DI NUSA
TENGGARA BARAT
Melihat dari performance, tampilan
produksi
dan
kondisi
pengembangan
peternakan kerbau sebagaimana disampaikan di
atas, ternak kerbau rawa yang ada di Nusa
Tenggara Barat dapat dijadikan sebagai salah
satu Koleksi Plasma Nutfah yang dimiliki oleh
daerah maupun nasional. Ditinjau dari jumlah
populasi ternak kerbau di Nusa Tenggara Barat,
dikaitkan dengan kriteria pengaturan plasma
nutfah dan pemanfaatnya maka ternak kerbau
di NTB termasuk dalam katagori populasi
aman namun apabila dilihat dari perkembangan
populasi ternak kerbau yang ada (Tabel 1),
tampak bahwa terjadi penurunan populasi ratarata sebesar 2,01% dalam tiga tahun terakhir.
Keadaan ini apabila dibiarkan terjadi terus
menerus, maka akan mengancam kelestariannya. Oleh karena itu alternatif pelestarian
ternak kerbau dan pemanfaatannya di Nusa
Tenggara Barat perlu dilakukan melalui
beberapa kegiatan antara lain :
1). Perlunya dilakukan kegiatan
inventarisasi, identifikasi dan evaluasi
performans ternak kerbau di NTB
Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui peta penyebaran, habitat yang
cocok
(agroklimatnya),
tanda-tanda/
karakteristik serta kemampuan produksi dan

produktivitas ternak kerbau NTB. Untuk


dapat melaksanakan kegiatan ini perlu
dijalin kerjasama dengan lembaga
penelitian, perguruan tinggi dan pihakpihak terkait lainnya, yaitu melalui
penelitian, uji performans dan kerjasama
lainnya. Dari hasil kegiatan ini dapat
dikembangkan kawasan-kawasan ternak
kerbau di Nusa Tenggara Barat.
2). Pengaturan pemanfaatan ternak
kerbau
Ternak kerbau di Nusa Tenggara Barat
diharapkan dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin, baik sebagai tenaga kerja
pengolah lahan maupun sebagai sumber
pendapatan petani peternak. Oleh karena
itu perlu diupayakan perbaikan mutu
genetik dan peningkatan produktivitas
ternak kerbau NTB.
Kegiatan dan tahapan yang perlu
dilakukan yaitu :
a. Perbaikan mutu genetik ternak yang
dilakukan dengan cara: melakukan
penjaringan calon pejantan untuk
dipersiapkan menjadi pemacek kawin
alam atau menjadi bull yang diambil
spermanya untuk diproses menjadi
semen
beku/semen
cair
untuk
pelayanan Inseminasi Buatan;
b. Menerapkan program seleksi dan
kastrasi yang ketat, sehingga ternakternak yang kurang baik dapat
diarahkan untuk ternak potong;
c. Menerapkan manajemen breeding
yang baik.
d. Pengaturan
dan
pengendalian
pemotongan ternak, khususnya ternak
betina produktif.
e. Perbaikan pola pemeliharaan ke arah
yang lebih intensif
f. Introduksi tanaman pakan hijauan
unggul di lingkungan habitat ternak
Kerbau di NTB.
g. Penerapan teknologi pakan yang
sederhana/tepat guna sehingga mudah
diadopsi dan dimanfaatkan oleh petani
ternak dalam membudidayakan ternak
kerbau.
h. Peningkatan pelayanan kesehatan
ternak.

81

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Sapi

i. melakukan koordinasi dengan dinas/


instansi terkait untuk dapat tersedianya
ruang/lahan dan air khusus untuk
pengembangan peternakan.
3). Pengaturan pengeluaran dan
pemasukan ternak kerbau di NTB
Pengaturan pengeluaran ternak kerbau
di NTB perlu dihitung dengan cermat
dengan selalu berpatokan pada azas manfaat
dan kelestarian sumberdaya yang ada.
Pengeluaran ternak kerbau harus selalu
mempertimbangkan populasi dasar, kemampuan produksi, pertumbuhan yang diinginkan dan diperhitungkan menggunakan
parameter-parameter teknis yang baik dan
akurat. Sedangkan pemasukan ternak
kerbau ke NTB akan dipertimbangkan
sebaik-baiknya keuntungan dan kerugiannya. Pengaturan pengeluaran dan pemasukan ternak di Nusa Tenggara Barat telah
diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 25
tahun 2005.
4). Pembinaan dan pengawasan
Untuk dapat berjalan dan terkendalinya
kegiatan-kegiatan tersebut di atas, maka
pembinaan dan pengawasan perlu dilakukan
secara lebih intensif dan berkesinambungan,
baik yang dilakukan oleh propinsi,
kabupaten/kota maupun jajaran peternakan
lainnya.
PENUTUP
Walaupun masih banyak permasalahan
yang dihadapi dalam pengembangan ternak
kerbau di Nusa Tenggara Barat, namun dengan
memperhatikan kondisi yang ada saat ini,
kemampuan adaptasi dan produksi serta
peluang pemasaran ternak kerbau di Nusa
Tenggara Barat, dan dengan mempertimbangkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan

72

oleh beberapa ahli/peneliti serta dukungan


teknologi reproduksi dan inovasi/teknologi
peternakan lainnya, maka sumberdaya ternak
kerbau di Nusa Tenggara Barat sangat
potensial untuk dikembangkan dan dibudidayakan serta dapat dijadikan sebagai salah
satu Koleksi Plasma Nutfah yang dimiliki
oleh Daerah maupun Nasional.
Mengingat keunggulan-keunggulan yang
dimiliki serta prospek peran dan pemanfaatan
ternak kerbau dimasa mendatang, maka
pemerintah perlu menetapkan ternak kerbau
Nusa Tenggara Barat sebagai plasma nutfah
yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan
kemurniannya di kawasan-kawasan ternak
kerbau yang ada dan dapat pula dimanfaatkan
sebagai populasi dasar atau sumber potensi
genetik untuk pengembangan dan peningkatan ternak kerbau di Indonesia.
Dalam upaya meningkatkan mutu genetik
dan produktivitas ternak kerbau di Nusa
Tenggara Barat pada kawasan-kawasan
ternak kerbau yang ada, perlu direncanakan
dan dilaksanakan sebaik-baiknya beberapa
hal sebagai berikut :
perlu dilakukan penjaringan calon
pejantan / calon induk ternak kerbau
untuk diseleksi sebagai pejantan unggul /
induk unggul yang akan menghasilkan
keturunan-keturunan yang lebih baik;
mengurangi angka kematian anak (pedet)
dengan perbaikan manajemen pakan dan
kesehatan ternak, dengan memanfaatkan
sumber pakan lokal dan obat-obatan
tradisionil;
perbaikan pola pemeliharaan
kearah yang lebih intensif

ternak

pemanfaatan teknologi/inovasi produksi


dan reproduksi secara optimal, sehingga
diharapkan dapat mempercepat waktu
beranak pertama kali, memperpendek
jarak beranak (calving interval), dll;
pengaturan dan pengendalian pemotongan
ternak, khususnya ternak yang masih
produktif.

Anda mungkin juga menyukai