Oleh:
DIAN MUTI SARI
NIM: 108101000036
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
DIAN MUTI SARI
NIM: 108101000036
ABSTRAK
Masalah gizi remaja berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi
sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi, kekurangan dan kelebihan gizi. Dimana
masalah tersebut terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang. Untuk mencegah
terjadinya masalah gizi penting sekali memulai gaya hidup sehat sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Pedoman Gizi Seimbang terdiri dari 4 prinsip yaitu
keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan
secara systematic random sampling. Gambaran praktek pedoman gizi seimbang
dilihat berdasarkan ke empat prinsip pada Pedoman Gizi Seimbang.
Berdasarkan hasil penelitian gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) diketahui bahwa jenis bahan makanan yang dikonsumsi remaja 62,5% tidak
sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang, tingkat kecukupan zat gizi pada remaja,
antara lain tingkat kecukupan energi, karbohidrat, protein dan vitamin A sebagian
besar sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi, Sedangkan tingkat kecukupan lemak,
vitamin C dan zat besi sebagian besar tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi.
Frekuensi makan remaja 85,4% tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dan
56,3% remaja memiliki pola hidup bersih yang sesuai dengan Pedoman Gizi
Seimbang. Selain itu juga sebagian besar remaja memiliki aktivitas fisik sedang
sebanyak 70,8%. Persentase berat badan ideal remaja paling banyak yakni berat
badan ideal normal sebanyak 69,8%. Dan keseluruhan remaja tidak sesuai dalam
mempraktekkan Pedoman Gizi Seimbang.
Kata kunci
Daftar Bacaan
Reading List
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
No Telp / Hp
: dianmuti16@gmail.com
II. PENDIDIKAN
1995 1996
: TK Cendrawasih
1996 2002
2002 2005
2005 2008
2008 2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.wb
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya kepada
Allah (Subhanahu Wataala) yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan
serta tak lupa juga ilmu pengetahuan yang Kau limpahkan. Atas perkenaan-Mu jualah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Gambaran Praktek
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
Sholawat serta salam Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad juga
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang dengan kasih dan doanya telah mendukung
dalam berbagai hal.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Sekretaris Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, tuntunan
dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan yang luar biasa kepada
penulis.sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, S.Sn.Kes, MHS selaku dosen pembimbing II yang
banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam
vi
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ilmu - ilmu baru, semoga Allah
SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
7. Ibu Andarini, M.Si dan Ibu Minsarnawati, M.Kes selaku Penguji Ujian
Skripsi.
8. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang juga
telah memberikan peneliti wawasan berkenaan dengan tema yang diambil.
9. Pihak sekolah MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Thanks a lot buat Ibnu Syeh Fajar sudah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, terima kasih buat dukungannya, waktu yang sudah diluangkan,
terima kasih sudah bersedia menjadi pendengar untuk keluh kesahku dan
terima kasih juga atas doanya. sukses selalu!
11. Adikku Ica, terima kasih atas dukungan dan doanya serta bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini. semangat cacay!
12. Wulan, Irda, Desy, Dewi, Nindy, terima kasih atas dukungan dan doanya.
sukses dan semangat terus sobat!
13. Teman teman kesmas 2008. Sukses buat kita semua ya teman.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih kurang dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan
dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Amin
Wassalamualaikum wr. wb.
Jakarta, Oktober 2013
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ii
ABSTRACT ......................................................................................................
iii
iv
KATA PENGANTAR...................................................................................
vi
PENDAHULUAN ...............................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
10
11
A.
Remaja .........................................................................................
viii
11
11
12
13
14
17
1. Energi .......................................................................................
17
20
21
21
23
24
26
27
28
35
37
39
42
42
45
46
ix
47
48
49
49
51
52
52
B. Definisi Operasional.....................................................................
54
61
61
61
61
1. Populasi ...................................................................................
61
2. Sampel .....................................................................................
62
63
64
a. Instrumen .............................................................................
64
66
67
70
74
74
75
75
76
76
76
77
78
79
xii
xiii
xx
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
18
2.2
19
2.3
26
2.4
35
2.5
36
2.6
38
2.7
41
5.1
75
5.2
77
5.3
78
5.4
79
5.5
5.6
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
95
5.18
97
5.19
97
5.20
98
5.21
99
xv
Tahun 2013
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
5.27
5.28
Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Zat besi (Fe) dan Berat 106
Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Teori
51
3.1
Kerangka Konsep
53
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
29
5.1
76
5.2
78
5.3
5.4
5.5
5.6
86
5.7
87
5.8
89
5.9
90
5.10
91
5.11
93
5.12
94
5.13
96
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Analisis Univariat
Lampiran 3
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Semua orang
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrisi yang sama, namun dengan jumlah
yang berbeda. Nutrisi yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis
yang spesifik sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Kebutuhan akan nutrisi
berubah sepanjang daur kehidupan, dan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan masing masing tahap kehidupan. (Departemen Gizi FKM UI,
2009)
Masalah gizi di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masalah gizi
yang secara public health sudah terkendali, yaitu Kekurangan Vitamin A pada
anak Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi pada anak 2-5
tahun; Masalah yang belum dapat diselesaikan, yaitu masalah gizi kurang dan
pendek (stunting); dan Masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam
kesehatan masyarakat, yaitu gizi lebih (Kemenkes, 2012).
Remaja sangat berperan aktif dalam pembangunan nasional, remaja
merupakan penerus bangsa. Remaja yang menderita masalah gizi akan
menghadapi masalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas rendah. Rendahnya
Sumber Daya Manusia merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan
bebas di era globalisasi. Untuk mencapai sasaran global dan perkembangan gizi
energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga
berat badan berlebih atau kegemukan. Sebaliknya, bila asupan energi kurang dari
yang dikeluarkan terjadi keseimbangan negatif. Akibatnya, berat badan lebih
rendah dari normal atau ideal (Apriadji, 1986 dalam Elnovriza, dkk, 2008).
Data Riskesdas (2010) bahwa prevalensi kegemukan pada remaja usia 13
15 tahun sebesar 2,5% sedangkan prevalensi kekurusan sebesar 10,1%. Untuk
provinsi Banten prevalensi kegemukan pada usia 13 15 tahun sebesar 3,4%.
Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa,
sementara obesitas tersebut merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (2002) dalam Awalia
(2006) pada remaja di SLTP favorit di Surabaya mendapatkan prevalensi gizi
lebih meningkat dari 12,8% menjadi 15,9% dan prevalensi obesitas meningkat
dari 6,5% menjadi 8,5%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati,
dkk (2010) pada remaja SMPN 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng didapatkan
persentase remaja sangat kurus 1%, kurus 9,4% serta remaja yang overweight
dan obesitas masing masing 2,1%. Penelitian Arumsari (2008) pada remaja
putri peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
(PPAGB) di Kota Bekasi didapatkan prevalensi anemia pada remaja usia 13 15
tahun sebesar 50,3 %.
Untuk mencapai status gizi yang baik perlu dikembangkan Pedoman Gizi
Seimbang (PGS) dimana terdapat empat prinsip gizi seimbang yaitu pertama,
perubahan pola konsumsi makanan melalui konsumsi pangan yang beranekaragam
3
yaitu konsumsi energi, karbohidrat 45 65% dari kebutuhan energi total, lemak 25
30% dari kebutuhan energi total, protein untuk laki laki 60 g/hari dan
perempuan 57 g/hari, vitamin A untuk laki laki 600 RE dan perempuan 600
RE, vitamin C untuk laki laki 75 mg dan perempuan 65 mg, zat besi (Fe) untuk
laki laki 19 mg dan perempuan 26 mg. Kedua, perubahan pola hidup bersih
dimana pola makan bergizi seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti
dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih. Ketiga, pola hidup aktif
atau aktivitas fisik dimana perlu adanya keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran energi untuk beraktivitas serta mencegah dampak dari masalah gizi.
Dan keempat, pemantauan berat badan ideal dimana untuk mempertahankan berat
badan yang ideal dan demi kebugaran tubuh serta kesehatan (Kurniasih, dkk, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati, dkk (2010) pada remaja SMPN
4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng didapatkan bahwa pola makan remaja
berdasarkan persentase asupan energi pada umumnya kurang sebanyak 50 orang
(52,1%), asupan protein umumnya cukup sebanyak 60 orang (62,5%), asupan
lemak pada umumnya kurang sebanyak 58 orang (60,4%) tetapi berdasarkan
persentase asupan karbohidrat pada umumnya cukup sebanyak 49 orang (51%).
Sedangkan berdasarkan penelitian Andriadi (2011) pada remaja SMP 258
Kelurahan Cibubur Jakarta Timur bahwa responden yang menunjukkan perilaku
hidup bersih dan sehat tinggi sebanyak 105 responden (66,5%) dan yang
berperilaku hidup bersih dan sehat rendah sebanyak 53 responden (33,5%).
Penelitian Sorongan (2012) pada remaja SMP Frater Don Bosco Manado
didapatkan 100 responden (100%) memiliki aktivitas fisik yang ringan.
4
B. Rumusan Masalah
Masalah gizi seperti gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya muncul
akibat perilaku yang tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Untuk
mencegah tiga masalah gizi dan mencapai status gizi yang baik perlu
dikembangkan Pedoman Gizi Seimbang dimana merupakan salah satu strategi
dalam perubahan gaya hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan 52,5%
memiliki pola konsumsi makanan tidak beraneka ragam, 50% siswa kecukupan
energi kurang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi serta 50% siswa kecukupan
karbohidrat kurang dari setengah kebutuhan energi, 80% siswa juga kebutuhan
lemaknya lebih dari 25% kebutuhan energi, dan kebutuhan zat besi kurang dari
Angka Kecukupan Gizi sebanyak 82,5% siswa. Dari data tersebut berarti siswa
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pola konsumsi
6
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran jenis bahan makanan dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013 ?
2. Bagaimana gambaran tingkat kecukupan zat gizi dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013 ?
3. Bagaimana gambaran frekuensi makan pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
4. Bagaimana gambaran pola hidup bersih pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
7
D. Tujuan Penelitian
1. Diketahuinya gambaran jenis bahan makanan dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
2. Diketahuinya gambaran tingkat kecukupan zat gizi dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
3. Diketahuinya gambaran frekuensi makan pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
4. Diketahuinya gambaran pola hidup bersih pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
5. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
8
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi civitas akademik sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk dasar
pelaksanaan pengembangan kegiatan di sekolah dalam rangka program
peningkatan gizi dan kesehatan berbasis sekolah. Terutama berkaitan dengan
praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di sekolah.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan di
Bidang Kesehatan dan digunakan untuk mengembangkan keilmuan
khususnya sebagai bahan untuk memperluas hasil hasil penelitian yang
telah ada sebelumnya.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan menjadi pengembangan kompetensi diri
sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Praktek Pedoman
Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja Di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
deskriptif. Kelompok studi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII, dan
VIII MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Tangerang Selatan.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei Juli 2013.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
Remaja merupakan kelompok peralihan dari anak-anak ke dewasa dan
merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan perubahan yang ada di
lingkungan sekitarnya, khususnya pengaruh pada masalah konsumsi makanan.
Jumlah remaja di negara berkembang tumbuh dengan pesat. (Moehji, 2003 dalam
Hendrayati, dkk, 2010).
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 20 tahun, dan ditandai
dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi
dan aspek fungsional (Jafar, 2005).
Menurut Depkes (1992) berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu :
a.
b.
11
c.
d.
e.
f.
2. Penggolongan Remaja
Menurut Soetjiningsih (2007) kategori remaja, sebagai berikut :
a.
b.
c.
periode, yaitu :
a.
b.
c.
12
13
terdapat remaja yang tumbuh lebih cepat atau ada yang tumbuh lebih lambat,
pada akhirnya akan mencapai ukuran rata rata dewasa. Dikatakan bahwa
remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lebih pesat nantinya bisa tumbuh
lebih tinggi daripada remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lambat.
Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi
yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini,
remaja sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah
maupun olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan
untuk persiapan reproduksi (Jafar, 2012).
4.
14
a.
Energi
Energi
dibutuhkan
untuk
mendukung
pertumbuhan,
Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena
proses pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi
remaja adalah 1,5 2,0 gr/kg BB/hari. Menurut LIPI (2004) Angka
Kecukupan Gizi untuk protein usia 13 15 tahun yang dianjurkan yaitu
60 gram untuk laki laki dan 57 gram untuk perempuan.
Protein dibutuhkan untuk sebagian besar proses metabolik
terutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh.
Kebutuhan
puncak
protein
seimbang
dengan
asupan
energi
(Soetjiningsih, 2007).
15
c.
Lemak
Lemak memegang peranan penting sebagai komponen struktural
dan fungsional membran sel dan prekursor senyawa yang meliputi
berbagai segi dari metabolisme. Lemak juga sebagai sumber energi yang
berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin yang larut lemak.
Konsumsi lemak dianjurkan 25 30% dari kebutuhan energi (Depkes,
2003).
Asupan lemak yang kurang adekuat, akan terjadi gambaran klinis
defisiensi asam lemak esensial, dan nutrien yang larut dalam lemak serta
pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan lemak beresiko
kelebihan berat badan, obesitas serta meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler di kemudian hari (Soetjiningsih, 2007).
d.
Karbohidrat
Karbohidrat disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi
lemak tubuh. Asupan yang tidak adekuat menyebabkan ketosis, dan
sebaliknya asupan yang berkelebihan akan mengarah pada kelebihan
kalori (Soetjiningsih, 2007).
e.
16
otot. Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk zat besi (Fe)
usia 13 15 tahun yang dianjurkan yaitu 19 mg untuk laki laki dan 26
mg untuk perempuan.
Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh
dan peran lainnya pada pembentukkan sel darah merah. Kekurangan
asupan zat besi menyebabkan defisiensi besi atau anemia besi
tergantung dari bioavailabilitas zat besi pada makanan (Soetjiningsih,
2007).
17
b.
c.
Perempuan
= 1 Kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan
Laki laki
= 30 Kkal x kg BB
Perempuan
= 25 Kkal x kg BB
Cara FAO/WHO/UNU
Tabel 2.1
Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB
Kelompok umur
AMB (kkal/hari)
Laki- laki
Perempuan
03
60,9 B*) 54
61,0 B 51
3 10
22,7 B + 495
22,5 B + 499
10 18
17,5 B + 651
12,2 B + 746
18 30
15,3 B + 679
14,7 B + 496
30 60
11,6 B + 879
8,7 B + 829
60
13,5 + 478
10,5 B + 596
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada
berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan
yang dilakukan.
Tabel 2.2
Koefisien Aktivitas Fisik Untuk Laki laki dan Perempuan
Koefisien aktivitas fisik
Kelompok
Jenis kegiatan
aktivitas
Laki laki Perempuan
(x AMB)
Ringan
1,55
berdiri
atau
bergerak.
Sedang
1,70
2,00
b.
c.
20
21
merupakan suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang
kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi
pangan (Desmawita, 2002 dalam Hidayati, 2011).
Pola konsumsi adalah jenis, frekuensi beragam pangan yang biasa
dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang
telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Pola makan
adalah frekuensi, jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi untuk mencapai
serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal. Pola makan yang baik harus
mengandung gizi yang seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (Suhardjo, 1989).
Dalam hal pola konsumsi, permasalahan yang dihadapi tidak hanya
mencakup keseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi, tetapi juga
masalah masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Penganekaragaman
konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa
penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras.
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi aneka
ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik pangan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman
konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan
mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau
kelompok pangan (Baliwati, dkk, 2004).
22
Makanan pokok
Bahan makanan pokok dianggap terpenting didalam susunan
hidangan Indonesia. Dikatakan pokok karena merupakan jumlah
terbesar yang dikonsumsi diantara bahan makanan lain. Bila hidangan
tidak mengandung makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan
orang sering mengatakan belum makan. Makanan pokok yang biasa
dikonsumsi yaitu nasi, roti, mie atau bihun.
b.
Lauk pauk
Kelompok lauk pauk sering digunakan sebagai sumber protein
utama. Lauk pauk dikenal sebagai protein hewani dan protein nabati.
Bahan pangan hewani seperti daging, ikan, telur, hasil laut sebagai lauk
pauk, sedangkan bahan pangan nabati yang termasuk lauk pauk
23
adalah jenis kacang kacangan, kedelai, dan hasil olahan seperti tahu
dan tempe.
c.
Sayuran
Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang dapat dibuat sayur antara lain daun (sebagian besar
sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang), bunga (jantung
pisang), buah muda (labu), sehingga dapat dikatakan bahwa semua
bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetomo,
2004).
d.
Buah
Buah adalah bagian dari tanaman yang stukturnya mengelilingi
biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai
fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri.
Menurut Astawan (2008), berdasarkan ketersediaan di pasar, buah
buahan dapat dibedakan menjadi :
1) Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan, dan
lain lain.
2) Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, pisang, alpukat,
pepaya, semangka dan lain lain.
24
sejumlah kandungan zat gizi (Persagi, 2006 dalam Yuniarti, 2012). Pola
makan setiap orang akan menentukan jumlah zat zat gizi yang diperoleh
untuk pertumbuhan dan perkembangannya jumlah makanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat zat gizi yang cukup, guna
menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukannya, apabila asupan tersebut
kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya serta
prestasinya (Baliwati, 2004).
Tiap jenis makanan dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik.
Pola makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan
zat zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus
dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi
seseorang, pola makan yang baik dicerminkan oleh konsumsi makanan yang
mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang
serta dapat memenuhi kebutuhan individu (Suhardjo, 1989).
Angka kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya
masing masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan
mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi
(Paath, Rumdasih & Heryati, 2005 dalam Suci, 2011). Menurut Hartono
(2006), Angka Kecukupan Gizi merupakan rekomendasi asupan berbagai
nutrisi esensial yang dipertimbangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah agar
nutrisi tersebut cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi semua orang
sehat.
25
Tabel 2.3
Angka Kecukupan Gizi Rata rata yang Dianjurkan Per Orang Per Hari
AKG energi
AKG protein
Umur
(Kkal)
(g)
13 15 thn (laki laki)
2400
60
13 15 thn (perempuan)
2350
57
26
27
28
mengatur makanan sehari hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, 2004)
29
Ini
adalah
penerapan
prinsip
30
31
3) Protein
Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh tanpa
kecukupan sumber energi lain (karbohidrat dan lemak) dan zat
zat gizi mikro. Protein dapat diperoleh dari dua sumber yaitu
makanan hewani (telur, ikan, daging, susu dan hasil olahannya)
dan makanan nabati (kacang kacangan).
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, makanan sumber protein
hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang sama
dibawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein juga
dianjurkan dengan porsi yang sama. Jumlah protein yang harus
dikonsumsi yaitu Laki laki 60 g/hari, Perempuan 57 g/hari.
Menurut Kemenkes (2010) yaitu 80% dari AKG.
4) Vitamin A
Sumber Vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam
lemaknya) dan mentega. Sumber Karoten adalah daun singkong,
daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,
tomat, jagung manis, pepaya, nangka masak dan jeruk. Vitamin
A berpengaruh terhadap sintesis protein.
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan tulang gigi
(Almatsier, 2002).
32
5) Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang
dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam
saluran darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Pada umumnya
tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C
dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang
mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar
akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut mengkonsumsi
makanan yang bergizi tinggi, sebaliknya bila buruk keadaan gizi
seseorang, maka sebagian besar dalam jumlah itu dapat ditahan
oleh jaringan tubuh (Winarno, 1997 dalam Amelia, 2008).
Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai
koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam
reaksi-reaksi
hidroksilasi.
Kekurangan
vitamin
dapat
menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul
gangguan saraf. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam
pangan nabati, yaitu sayur dan buah, terutama yang asam seperti
jeruk, nanas, rambutan, dan tomat.
33
34
Tabel 2.4
Indikator Kecukupan Zat Gizi Pada Remaja
Usia 13 15 Tahun
Zat gizi
Indikator
Karbohidrat
Lemak
Protein
Vitamin A
Vitamin C
Laki laki : 75 mg
Perempuan : 65 mg
Laki laki : 19 mg
Perempuan : 26 mg
No.
1.
2.
3.
5.
6.
Tidak merokok.
7.
8.
untuk remaja perlu diperhatikan pola hidup sehat, seperti tidak merokok,
tidak menggunakan narkoba, dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pola makan yang tidak
bergizi seimbang dan merugikan kesehatan (Kurniasih, 2010)
c. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga
Prinsip yang ketiga adalah kesesuaian atau keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas (Kurniasih, 2010).
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan
fisik, seperti : berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain (Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Menurut Kartono (1992) dalam Amelia (2008) bersama remaja akan
melakukan kegiatan yang menyenangkan. Bila kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan secara rutin oleh remaja, maka akan terbentuk pola aktivitas
yang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Pola aktivitas remaja
didefenisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari
hari sehingga akan membentuk suatu pola. Pola aktivitas remaja dapat
dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24
jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan
secara rutin dan berulang-ulang.
Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energi yang
dikeluarkan yaitu sekitar 20 50% (Aryanti, 2008). Bila energi yang
37
masuk lebih kecil dari kebutuhan energi untuk beraktivitas, berat badan
akan turun dan dapat menjadi kurus. Sebaliknya bila asupan energi yang
masuk lebih besar, dapat menjadi gemuk. Aktivitas fisik dibagi menjadi
aktivitas ringan, sedang, dan berat (Almatsier, 2004).
Tabel 2.6
Pengelompokkan Aktivitas Fisik
Kelompok
Jenis kegiatan
aktivitas
Fisik
Ringan
Sedang
Berat
aktivitas fisik ringan maka energi yang dikeluarkan lebih kecil daripada
asupan energi. Hal ini bila lama terjadi dalam kurun waktu yang relatif
lama dapat berakibat terjadi penumpukan lemak yang akhirnya terjadi
berat badan lebih bahkan bisa terjadi obesitas. Masalah kelebihan gizi
berakibat pada kegemukan dan penyakit degeneratif.
Apabila aktifitas fisik berat maka energi yang dikeluarkan lebih
besar daripada asupan energi. Hal ini bila lama terjadi dalam kurun waktu
yang relatif lama dapat terjadi kekurusan atau berat badan kurang. Berat
badan kurang atau kekurangan gizi dapat berakibat menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, kekurangan
energi juga dapat menurunkan produktivitas kerja dan sulit dalam
menerima pendidikan serta pengetahuan (Mujur, 2011). Oleh sebab itu,
untuk mencegah timbulnya berbagai dampak tersebut perlu membiasakan
hidup aktif bergerak dan berolahraga teratur. Olahraga merupakan bagian
dari pola hidup bergizi seimbang (Kurniasih, 2010).
d. Pentingnya berat badan ideal
Badan yang sehat antara lain ditengarai dengan kemampuan tubuh
untuk mempertahankan berat badan ideal. BB ideal adalah berat badan
yang serasi dengan tinggi badan menurut rumus tertentu, yaitu BB (kg)
dibagi dengan TB (meter) kuadrat. Hasilnya disesuaikan dengan standar
yang telah ditentukan.
39
40
Normal
-2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk
Obesitas
>2 SD
41
42
keadaannya
parah
dapat
menyebabkan
kematian
(Proverawati,dkk, 2010).
b. Kurang Vitamin A (KVA)
KVA atau defisiensi vitamin A merupakan keadaan dimana tubuh
mengalami kekurangan kadar vitamin A. KVA dapat terjadi apabila
seseorang kurang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
cukup vitamin A (Proverawati,dkk, 2010).
Akibat yang terjadi pada seorang yang mengalami kva adalah :
1) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi
(misalnya sakit batuk, diare, dan campak).
2) Rabun senja (seseorang tidak dapat melihat suatu benda, jika ia
berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap). Rabun
senja dapat mengakibatkan kebutaan.
3) Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan
bentuk tulang tidak normal.
4) Defisiensi vitamin A menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah,
kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Almatsier 2002).
43
44
45
46
47
yang akan masuk dalam daftar kuesioner, dan responden harus jujur dan
mempunyai motivasi tinggi (Supariasa, 2002).
2. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode ini adalah dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan maknan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam
metode ini, responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu (Supariasa,dkk, 2002).
Hal terpenting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan metode ini
data yang diperoleh cenderung lebih lebih bersifat kualitatif. Namun untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring,
dan lain lain) dan ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari hari
(Sanjur, 1997 dalam Supariasa,dkk, 2002).
Metode Food Recall 24 Jam memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut (Supariasa,dkk, 2002) :
Kelebihan Metode Food Recall 24 Jam, yaitu :
a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
b. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
c. Cepat sehingga dapat mencakup banyak responden.
d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
48
49
makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana
penelitian dan tenaga yang tersedia (supariasa, 2002).
Kelebihan metode ini adalah data yang diperoleh lebih akurat atau
teliti, sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu dan cukup mahal
karena perlu peralatan, bila penimbangan dilakukan dalam periode yang
cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka, tenaga
pengumpul data harus terampil dan terlatih (supariasa, 2002).
50
G. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori
51
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari hari yang mengandung
zat zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan atau variasi
makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal (Kurniasih, dkk,
2010).
pokok, lauk pauk, sayur dan buah dikonsumsi pada beberapa waktu tertentu.
Kerangka konsep yang akan digunakan oleh penulis dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Aktivitas fisik
1. Jenis bahan
makanan
2. Jumlah zat gizi
makanan
3. Frekuensi makan
53
B. Definisi Operasional
Variabel
Remaja
Definisi Operasional
Kelompok peralihan
Cara ukur
Wawancara
Alat ukur
Kuesioner
(tanggal dan
dewasa berdasarkan
tahun lahir)
Hasil ukur
1. Remaja awal (usia 11
Skala ukur
Ordinal
13 tahun)
2. Remaja pertengahan (usia
14 16 tahun)
atas usia.
(Soetjiningsih, 2007)
Pola hidup
Sekumpulan perilaku
bersih
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
ditunjukkan dengan
jawaban kuesioner.
.
Aktivitas
Sesuatu yang
Wawancara
Metode
fisik
menggunakan energi
catatan harian
untuk melakukan
aktivitas fisik
Ordinal
54
berbagai kegiatan
sehari hari.
Wawancara
Kuesioner
1. Sangat kurus
berdasarkan Indeks
2. Kurus
3. Normal
Ordinal
4. Gemuk
55
5. Obesitas
(Kemenkes, 2011)
Wawancara
metode Food
Jenis bahan
Kelompok pangan
makanan
Recall 2x24
jam
Ordinal
malam).
Tingkat
wawancara
metode Food
kecukupan
Recall 2x24
zat gizi
jam
a. Kecukupan Energi
1. Sesuai AKG, jika
70% dari AKG
(perempuan : 2350
dibandingkan dengan
Angka Kecukupan
2400 Kkal).
Gizi.
Ordinal
(perempuan : 2350
Kkal, laki laki :
2400 Kkal)
b. Kecukupan karbohidrat
1. Sesuai AKG, jika 45
65% dari kebutuhan
energi total.
2. Tidak sesuai AKG,
jika < 45 65% dari
kebutuhan energi
total.
c. Kecukupan lemak
1. Sesuai AKG, jika 25
30% dari kebutuhan
energi total.
2. Tidak sesuai AKG,
jika > 25 30% dari
kebutuhan energi
total.
57
d. Kecukupan protein
1. Sesuai AKG, jika
80% dari AKG
(perempuan : 57 gram,
laki laki : 60 gram).
2. tidak sesuai AKG, jika
< 80% dari AKG
(perempuan : 57 gram,
laki laki : 60 gram).
e. vitamin A
1. sesuai AKG, jika
AKG (600 RE)
2. tidak sesuai AKG, jika
< AKG (600 RE)
f. vitamin C
1. sesuai AKG, jika
AKG (perempuan : 65
mg, laki laki : 75
mg).
58
Frekuensi
Intensitas makan
makan
wawancara
Kuesioner dan
FFQ
Ordinal
sehari
jumlah konsumsi
1. 1 kali
2. 2 kali
59
makanan.
3. 3 kali
4. Lebih dari 3 kali
(Suhardjo, 1989)
b. Jumlah konsumsi setiap
jenis bahan makanan
1. Sesuai PGS, jika
makanan pokok 3 8
kali (porsi) per hari,
lauk - pauk 2 3 kali
(porsi) per hari, sayur
3 5 kali (porsi) per
hari, dan buah 2 3
kali (porsi) per hari.
2. Tidak sesuai PGS, jika
tidak memenuhi
kriteria diatas.
(Kurniasih, 2010)
60
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
61
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2002). Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan secara systematic random sampling. Hal tersebut
dilakukan karena tersedianya absen kelas sehingga mempermudah dalam
pengambilan sampel khususnya sampling frame. Sampel ditentukan dengan
cara membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel
yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Kemudian sampel diambil
dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1
sampai dengan n (Notoatmodjo, 2002).
Dari hasil perhitungan di dapat jumlah sampel sebanyak 96 siswa.
Jumlah sampel ditentukan dengan rumus :
Keterangan :
n = estimasi jumlah sampel
Z2= derajat kepercayaan 1,96 pada nilai 95%
p = perkiraan proporsi siswa MTs
62
q=1p
d = derajat ketelitian
Jadi total sampel sebanyak 96 siswa. Penentuan sampel, sebagai
berikut :
Interval sampel = Jumlah Populasi : Sampel yang diinginkan
Interval sampel =
507
96
Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang
mempunyai nomor kelipatan 5.
jumlah
bahan
makanan
meliputi
kecukupan
energi,
63
5) Data aktivitas fisik berupa jenis aktivitas fisik yang biasa dilakukan
oleh responden selama satu hari dengan menggunakan catatan
harian aktivitas fisik. Data aktivitas fisik juga akan digunakan untuk
menentukan tingkat kecukupan zat gizi pada setiap responden yaitu
kebutuhan energi total.
6) Data pola hidup bersih berupa pertanyaan mengenai pola hidup
bersih berdasarkan pada Pedoman Gizi Seimbang. Data ini
diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
7) Data berat badan ideal didapatkan dengan menentukan status gizi
responden. Status gizi diperoleh dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan yang kemudian disesuaikan dengan standar yang
ditentukan. Data pengukuran tinggi badan dan berat badan
digunakan juga untuk menentukan
responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen
1) Data karakteristik responden, frekuensi makan dan pola hidup
bersih diteliti dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik, sudah matang,
64
65
66
67
c. Data tingkat kecukupan zat gizi diperoleh secara kuantitatif yaitu jumlah
asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein lemak, vitamin A, C dan zat
besi) diperoleh dengan metode ingatan 2 x 24 jam (Food Recall 2 x 24
hours), dengan menggunakan instrumen kuesioner metode ingatan 24
jam dan Food model. Responden diwawancara mengenai konsumsi
mereka dalam satu hari kemarin mulai dari pagi hari, siang hari sampai
malam hari. Responden juga harus menyebutkan jumlah bahan makanan
yang mereka konsumsi, untuk mempermudah dalam mengestimasi maka
dibantu dengan menggunakan food model. Hasil dari data tersebut
diolah dengan menggunakan software nutrisurvey. Asupan zat gizi
dijumlahkan, dirata rata perhari kemudian dibandingkan dengan
Pedoman
Gizi
Seimbang
dan
Angka
Kecukupan
Gizi
serta
68
69
E. Pengolahan data
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan proses
komputerisasi melalui beberapa langkah sebagai berikut:
1. Editing
Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih
dahulu.
2. Coding
Sebelum dimasukkan ke komputer, dilakukan proses pemberian kode
pada setiap jawaban yang terdiri variabel jenis bahan makanan, jumlah bahan
makanan, dan frekuensi makan.
70
a. Remaja
Kode 1 = Remaja awal (usia 11 13 tahun)
Kode 2 = Remaja pertengahan (usia 14 16 tahun)
Kode 3 = Remaja lanjut (usia 17 20 tahun)
b. Jenis bahan makanan
Kode 1 = Sesuai PGS, jika memenuhi syarat, yaitu : makanan yang di
konsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
Kode 2 = Tidak sesuai , jika keluar dari kriteria diatas.
c. Tingkat kecukupan zat gizi
1) Kecukupan energi
Kode 1 = sesuai, jika 70 % AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 70% AKG
2) Kecukupan karbohidrat
Kode 1 = sesuai, jika 45 65% dari kebutuhan energi total.
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 45 65% dari kebutuhan energi total.
3) Kecukupan protein
Kode 1 = sesuai, jika 80% AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 80% AKG
4) Kecukupan lemak
Kode 1 = sesuai, jika 25 30% dari kebutuhan energi total.
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 25 30% dari kebutuhan energi total.
71
5) Kecukupan vitamin A
Kode 1 = sesuai, jika AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < AKG
6) Kecukupan vitamin C
Kode 1 = sesuai, jika AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < AKG
7) Kecukupan zat besi (Fe)
Kode 1 = sesuai, jika AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < AKG
d. Frekuensi makan
1) Intensitas makan
Kode 1 = 1 kali
Kode 2 = 2 kali
Kode 3 = 3 kali
Kode 4 = Lebih dari 3 kali
2) Jumlah konsumsi setiap jenis bahan makanan
Kode 1 = Sesuai PGS, jika makanan pokok 3 - 8 kali (porsi) per
hari, lauk - pauk 2 - 3 kali (porsi) per hari, sayur 3 - 5 kali (porsi)
per hari, dan buah 2 - 3 kali (porsi) per hari.
Kode 2 = Tidak sesuai PGS, jika tidak memenuhi kriteria diatas.
e. Pola hidup bersih
Kode 1 = Sesuai PGS, jika jumlah skor > nilai mean.
72
73
3. Entry
Memasukkan data dengan menggunakan komputer untuk analisa lebih
lanjut.
4. Cleaning
Pengecekkan kembali, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan
pada data yang sudah dimasukkan, baik dalam pengkodean maupun kesalahan
dalam membaca kode. Dengan demikian data telah siap dianalisis
menggunakan program SPSS for windows.
F. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu
program SPSS dan nutrisurvey. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat.
1. Analisis Univariat
Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat.
Analisis univariat ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi, distribusi proporsi setiap variabel. Dari data yang diperoleh
kemudian diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
untuk menentukan jumlah dan presentase masing masing variabel.
74
BAB V
HASIL PENELITIAN
259
VIII
254
IX
221
Total
734
75
pada
penelitian
ini
adalah
siswa/i
MTs.
VII dan VIII. Umur responden pada penilitian ini antara 13 15 tahun.
Hasil analisis univariat terhadap umur responden menunujukkan
bahwa persentase responden terendah adalah kelompok umur 15 tahun
(2,1%) dan persentase tertinggi adalah kelompok umur 13 tahun
(57,13%). Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
tabel 5.2
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
No.
Umur (tahun)
Jumlah
Persentase
(%)
1.
13
55
57.13
2.
14
39
40.6
3.
15
2.1
96
100.0
Total
77
Gambar 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Remaja Awal
55
57.3
2.
Remaja Pertengahan
41
42.7
96
100.0
Total
78
B. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi dari hasil penelitian terhadap 96 sampel. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran praktek pedoman gizi seimbang (PGS) pada remaja MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Gambaran Pola Konsumsi Makanan yang Dikonsumsi Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat pola konsumsi makanan pada
responden, diperoleh bahwa persentase yang paling banyak adalah
responden yang memiliki pola konsumsi yang tidak sesuai dengan Pedoman
Gizi Seimbang yaitu 99%. Distribusi responden berdasarkan Pola Konsumsi
makanan dapat dilihat pada gambar 5.4.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi Makanan
No.
Pola Konsumsi
Jumlah
Persentase
(%)
1.
1.0
95
99.0
96
100.0
Seimbang
2.
1) Makanan pokok
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap makanan
pokok yang dikonsumsi responden menunjukkan bahwa seluruh
responden mengkonsumsi makanan pokok (100%).
Berdasarkan hasil analisis data diatas bahwa Seluruh
responden mengkonsumsi makanan pokok, jenis makanan pokok
yang paling banyak dikonsumsi adalah nasi dengan persentase
sebesar 95,8%. Distribusi responden berdasarkan jenis makanan
pokok yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 5.5.
80
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Makanan Pokok yang Dikonsumsi
No.
Jenis makanan pokok
Jumlah
Persentase
(%)
1.
Nasi
92
95.8
2.
Mie
4.2
96
100.0
Total
2) Lauk pauk
Telur
11
11.5
2.
Ikan
10
10.4
3.
Ayam
58
60.4
4.
Daging sapi
11
11.5
5.
Cumi
2.1
6.
Udang
4.2
96
100.0
Total
81
Tidak konsumsi
67
69.8
2.
Tahu
13
13.5
3.
Tempe
16
16.7
96
100.0
Total
3) Sayur
82
Gambar 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan
Makanan Sayur
.
83
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Sayur
yang Dikonsumsi
No.
Jenis Sayur
Jumlah
Persentase
(%)
1.
Tidak konsumsi
35
36.5
2.
Kol
3.1
3.
Sayur sop
17
17.7
4.
Ketimun
2.1
5.
Sawi
2.1
6.
Sawi hijau
2.1
7.
Daun singkong
2.1
8.
Bayam
23
24.0
9.
Kangkung
7.3
10.
Nangka muda
2.1
11.
Lobak
1.0
12.
Selada
1.0
13.
Jamur
1.0
96
100.0
Total
4) Buah
84
Gambar 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan
Makanan Buah
persentase
sebesar
21,9%.
Distribusi
responden
Tidak konsumsi
48
50.0
2.
Jeruk
21
21.9
3.
Apel
9.4
4.
Pepaya
4.2
5.
Pisang
6.3
6.
Melon
4.2
7.
Mangga
3.1
8.
Belimbing
1.0
Total
96
100.0
85
92,3% berjenis
kelamin
86
87
88
Gambar 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecukupan Protein
89
4) Lemak
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan lemak responden diperoleh bahwa sebagian besar
persentase memiliki tingkat kecukupan lemak yang tidak sesuai
Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 56,3% (54 responden),
Gambaran persentase tersebut dapat dilihat pada gambar 5.9.
Gambar 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecukupan Lemak
90
sesuai 25 30%
91
92
Gambar 5.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kecukupan
vitamin C
93
94
gizi untuk zat besi tidak sesuai yaitu < 26 mg. Persentase
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.16
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe)
Tingkat Kecukupan Lemak
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
12
27.3
32
72.7
44
100
Laki - laki
13
25.0
39
75.0
52
100
Perempuan
14
14.6
82
85.4
96
100.0
Seimbang
2.
96
Tabel 5.18
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Hidup Bersih
Frekuensi Makan
Jumlah
Persentase (%)
1.
54
56.3
42
43.8
96
100.0
Seimbang
2.
Ringan
24
25.0
2.
Sedang
68
70.8
3.
Berat
4.2
96
100.0
Total
Kurus
5.2
2.
Normal
67
69.8
3.
Gemuk
13
13.5
4.
Obesitas
11
11.5
96
100.0
Total
7. Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal Remaja di
MTs. Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
a. Tingkat Kecukupan Energi dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan energi
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 87 responden yang
memiliki tingkat kecukupan energi sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) menunjukkan 62 responden (71,3%) memiliki berat badan
99
(9,5%) memiliki berat badan ideal yang kurus dan 2 responden (4,8%)
memiliki berat badan ideal yang obesitas. Hasil analisis tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.25.
Tabel 5.25
Gambaran Tingkat Kecukupan Lemak dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Berat badan ideal
Total
Tingkat
kecukupan
Kurus Normal Gemuk Obesitas
lemak
n % n % n %
n %
n
%
4 9.5 36 85.7 0 0
2 4.8 42 100.0
Sesuai PGS
1 1.9 31 57.4 13 24.1 9 16.7 54 100.0
Tidak sesuai
PGS
e. Tingkat Kecukupan Vitamin A dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan vitamin A
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 66 responden yang
tingkat kecukupan vitamin A sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
menunjukkan 46 responden (69,7%) berat badan idealnya tergolong
normal, 9 responden (13,6%) berat badan idealnya tergolong gemuk, 8
responden (12,1%) berat badan idealnya tergolong obesitas, dan 3
responden memiliki berat badan ideal kurus. Sedangkan dari 30
responden yang tingkat kecukupan vitamin A tidak sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menunjukkan 21 responden memiliki
berat ideal normal, 4 responden (13,3%) memiliki berat badan ideal
gemuk, 3 responden (10%) memiliki berat badan obesitas dan 2
103
Tabel 5.27
Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin C dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
Kurus
Normal
Gemuk Obesitas
vitamin C
n %
n
%
n
%
n
%
n
%
Sesuai AKG 1 3.0 22 66.7 5 15.2 5 15.2 33 100
63 100
Tidak sesuai 4 6.3 45 71.4 8 12.7 6 9.5
AKG
g. Tingkat Kecukupan Zat Besi dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan zat besi
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 71 responden yang
tingkat kecukupan zat besinya tidak sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) menunjukkan 46 responden (64,8%) memiliki berat badan
ideal normal, 11 responden (15,5%) memiliki berat badan ideal gemuk,
10 responden (14,1%) memiliki berat ideal yang obesitas dan 4
responden (5,6%) memiliki berat ideal kurus. Sedangkan dari 25
responden yang memiliki tingkat kecukupan zat besi sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menunjukkan 21 responden (84%)
memiliki berat badan ideal normal, 2 responden (8%) memiliki berat
badan ideal gemuk, 1 responden (4%) memiliki berat badan ideal
obesitas, sama halnya dengan responden yang memiliki berat badan
idealnya kurus. Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel 5.28.
105
Tabel 5.28
Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dan Berat Badan
Ideal Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
zat besi
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
(Fe)
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
1
4.0
21 84.0
2 8.0
1 4.0
25 100
Sesuai
AKG
4
5.6
46 64.8
11 15.5
10 14.1
71 100
Tidak
sesuai AKG
106
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Dalam pengumpulan data,
peneliti tidak dapat melakukan pendekatan yang lebih mendalam karena waktu
yang diberikan dari pihak sekolah tempat melakukan penelitian cukup terbatas.
Dengan tujuan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar disekolah.
Pada tahap pengukuran berat badan ideal dengan indikator IMT/U
seharusnya dilakukan 3 kali dalam kurun waktu yang berbeda untuk melihat
variasi pertumbuhan fisik anak. Dalam pengisian formulir food recall 2 x 24 jam,
ada saja responden yang lupa dengan apa yang mereka makan pada 2 hari
sebelumnya. Namun karena hal tersebut peneliti membantu responden untuk
mengingat ingat makanan yang mereka makan pada 2 hari sebelumnya dan
juga menggunakan food model untuk mengingat ukuran makanan yang
responden makan.
108
yang yang dibutuhkan tubuh. Pola konsumsi yang baik dicerminkan oleh
konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam
dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu
(Suhardjo, 1989).
Jika konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (FKM UI, 2007). Dengan
terjadinya ketidakseimbangan tersebut maka akan terjadi kekurangan gizi
dan dapat terjadi gizi lebih atau obesitas. Sebagaimana dijelaskan oleh
Depkes (2003) bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang
beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga
diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.
Gizi
Remaja
Di
MTs.
Energi
Berdasarkan
hasil
analisis
univariat
terhadap
tingkat
memiliki
tingkat
kecukupan
energi
sesuai
Angka
110
111
112
c.
Protein
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
protein responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan protein sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebesar 96,9%, sedangkan yang memiliki tingkat kecukupan
protein tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 3,1%. Hal
ini dibandingkan dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa
SMPN Tompobulu bahwa 60% remaja asupan proteinnya sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi, sehingga ditemukan bahwa persentase
tingkat kecukupan protein yang sesuai dengan AKG adalah sama
besar. Dengan demikian berarti tidak ditemukan masalah yang serius
pada tingkat kecukupan protein remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Soetjiningsih (2007) protein dibutuhkan untuk proses
metabolik terutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat
jaringan tubuh. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja.
Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk protein usia 13
15 tahun yang dianjurkan yaitu 60 gram untuk laki laki dan 57 gram
untuk perempuan. Dan menurut Kemenkes (2010) kecukupan protein
sebesar 80% dari AKG.
Hal tersebut disimpulkan bahwa tingkat kecukupan protein pada
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai
113
114
d. Lemak
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
lemak responden diperoleh bahwa sebagian besar persentase memiliki
tingkat kecukupan lemak yang tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebanyak 56,3%, sedangkan yang memiliki tingkat kecukupan
lemak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 43,8%. Hal ini
dibandingkan dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa
SMPN Tompobulu bahwa 58% remaja asupan lemaknya tidak sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi. Dengan demikian berarti ditemukan
masalah yang serius pada tingkat kecukupan lemak remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Soetjiningsih (2007) lemak memiliki peranan sebagai
sumber energi yang berkadar tinggi. Lemak pun berfungsi sebagai
pelarut beberapa vitamin (vitamin A, D, E dan K) dan pelindung
berbagai organ tubuh (Kurniasih, dkk, 2010). Konsumsi lemak
dianjurkan 25 30% dari kebutuhan energi total (Depkes, 2003).
Hal tersebut disimpulkan bahwa tingkat kecukupan lemak pada
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak
sesuai dengan anjuran AKG karena responden mengonsumsi lemak
lebih banyak dari yang dianjurkan. Selain itu juga responden lebih
banyak mengonsumsi makanan lauk hewani yang banyak mengandung
lemak yaitu ayam sebanyak 60,4%. Didalam makanan, lemak
115
Vitamin A
Konsumsi Vitamin A yang dianjurkan adalah laki laki dan
perempuan sebanyak 600 RE (Retinol Equivalents).
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
vitamin A responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan vitamin A sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 68,8%, sedangkan yang memiliki
tingkat kecukupan vitamin A tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebanyak 31,3%. Hal ini dibandingkan dengan penelitian
Amelia (2008) pada remaja SMP di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
bahwa 63% remaja asupan vitamin A sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi, sehingga didapatkan bahwa persentase tingkat kecukupan
vitamin A sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada remaja
116
adalah
sama
besar.
Hal
tersebut
karena
responden
banyak
mengonsumsi lauk pauk (100%) dan sayur (63,5%). Lauk yang paling
banyak dikonsumsi adalah ayam (60,4%) dan telur (11,5%). Selain itu
juga sayur yang paling banyak dikonsumsi adalah bayam (24%).
Dengan demikian berarti tidak ditemukan masalah yang serius pada
tingkat kecukupan vitamin A remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel
yang
membentuk
dalam
pertumbuhan
tulang
gigi
117
Vitamin C
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
vitamin C responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan vitamin C tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 65,6%, sedangkan yang memiliki
tingkat kecukupan vitamin C sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
sebanyak 34,4%. Persentase tingkat kecukupan vitamin C pada
penelitian ini membuktikan bahwa ditemukan masalah pada tingkat
kecukupan vitamin C remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hal ini dibandingkan dengan penelitian Amelia
(2008) pada remaja SMP di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci bahwa
51% remaja asupan vitamin C sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi.
Sedangkan 49% remaja asupan vitamin C tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi.
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang dapat
terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran
darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Kebutuhan vitamin C pada
remaja usia 13 15 tahun berdasarkan anjuran Angka Kecukupan Gizi
yaitu laki laki sebanyak 75 mg dan perempuan sebanyak 65 mg
(Kurniasih, dkk, 2010).
118
119
oksigen
dalam
tubuh
dan
peran
lainnya
pada
120
121
(severe)
yang
berakibat
pada
rendahnya
kemampuan
tubuh
124
badan. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan
semakin banyak.
Apabila Aktivitas fisik ringan maka energi yang dikeluarkan lebih kecil
daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama
dapat mengakibatkan penumpukan lemak sehingga menyebabkan berat badan
lebih atau obesitas dan berdampak pada terjadinya hipertensi, penyakit jantung
koroner, dan diabetes mellitus. Apabila aktifitas fisik berat maka energi yang
dikeluarkan lebih besar daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama dapat mengakibatkan kekurusan atau berat badan kurang
dan menyebabkan gizi kurang. Gizi kurang akan mengakibatkan terjadinya
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), anemia defisiensi besi
(Mujur, 2011).
adalah responden yang berat badan idealnya tergolong kurus sebanyak 5,2%.
Hasil ini dibandingkan dengan hasil penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada
siswa SMPN 4 Tompobulu bahwa status gizi remaja pada umumnya normal
85,2%, sangat kurus 1% sedangkan gemuk dan obesitas 2,1%. Dengan demikian
berarti tidak ditemukan masalah yang serius pada status gizi remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Meskipun demikian terlihat
bahwa kecenderungan kelebihan gizi sudah mulai kelihatan dengan persentase
gemuk dan obesitas yang lebih tinggi dari persentase kurus.
Berdasarkan hal tersebut maka dikemukakan bahwa status gizi (berat badan
ideal) remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih
cukup baik. Karena sebagian besar remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki berat badan ideal (status gizi) normal.
Apabila berat badannya tergolong kurus maka akan beresiko terjadinya
kekurangan gizi (gizi kurang) dan akan berakibat pada terjadinya Kurang Energi
dan Protein, Kurang Vitamin A serta anemia defisiensi besi. Namun apabila berat
badan idealnya gemuk atau obesitas maka akan berakibat terjadinya hipertensi,
penyakit jantung koroner, dan diabetes mellitus (Kurniasih, 2010).
adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun
pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar
(Almatsier, 2006). Pedoman Gizi Seimbang (PGS) berisi 4 prinsip gizi seimbang
yang diharapkan menjadi sarana, pedoman atau acuan bagi provider dalam
pendidikan gizi masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat melalui konsumsi pangan seimbang (Kurniasih, dkk,
2010). Dengan demikian berarti ditemukan masalah pada praktek Pedoman Gizi
127
seimbang akan menyebabkan kekurangan gizi dan juga gizi lebih atau obesitas
(Kurniasih, 2010). Dimana dampak yang akan terjadi pada kekurangan gizi yaitu
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), dan anemia defisiensi
besi. Apabila terjadi gizi lebih atau obesitas lebih cenderung berdampak pada
penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes
melitus (Kurniasih, 2010).
G. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal (Status Gizi) Remaja Di
MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis didapatkan persentase paling banyak yaitu
95,6% remaja dengan aktivitas fisik sedang namun memiliki berat badan ideal
normal. Persentase tersebut membuktikan bahwa tidak ditemukan masalah pada
gambaran aktivitas fisik terhadap berat badan ideal remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil tersebut dibandingkan dengan penelitian
Sorongan (2012) bahwa persentase yang paling banyak yaitu 39% remaja dengan
aktivitas ringan namun memiliki status gizi obesitas. Menurut Novikasari (2003)
dalam Amelia (2008), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap
kestabilan berat badan.
Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan
semakin banyak. Apabila Aktivitas fisik ringan maka energi yang dikeluarkan
lebih kecil daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun waktu yang
relatif lama dapat berakibat terjadi penumpukan lemak yang akan mengakibatkan
berat badan lebih atau obesitas. Apabila aktifitas fisik berat maka energi yang
128
dikeluarkan lebih besar daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama dapat terjadi kekurusan atau berat badan kurang. Maka
dari itu, apabila aktifitas fisik sedang dan energi yang dikeluarkan hampir sama
dengan asupan energi maka berat badan atau status gizi akan tetap stabil
(normal).
Masalah kelebihan gizi akan berakibat pada resiko kegemukan dan
penyakit degeneratif. Sedangkan masalah kekurangan gizi atau berat badan
kurang akan berakibat pada menurunnya produktivitas kerja, menurunnya
kekebalan tubuh dan sulit menerima pendidikan serta pengetahuan (Mujur,
2011).
H. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal Remaja Di
MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat zat gizi (Almatsier, 2004). Berdasarkan hasil analisis
didapatkan bahwa persentase responden paling banyak yaitu responden dengan
tingkat kecukupan energi sesuai AKG dan berat badan ideal normal sebanyak
71,3%, responden dengan tingkat kecukupan karbohidrat sesuai AKG dan berat
badan ideal normal sebanyak 73,7%, responden dengan tingkat kecukupan
protein sesuai dengan berat badan ideal yang normal sebanyak 69,9% sedangkan
responden dengan tingkat kecukupan lemak sesuai dengan AKG dan berat badan
idealnya normal sebanyak 85,7%. Dengan demikian berarti status gizi merupakan
akibat dari penggunaan atau asupan zat gizi.
129
130
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran praktek Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain
adalah :
1. Gambaran jenis bahan makanan yang dikonsumsi remaja sebagian besar
tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Karena sebagian besar remaja
tidak mengkonsumsi makanan yang beranekaragam.
2. Gambaran tingkat kecukupan zat gizi pada remaja, antara lain tingkat
kecukupan energi, karbohidrat, protein dan vitamin A sebagian besar sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi. Sedangkan tingkat kecukupan lemak,
vitamin C dan zat besi sebagian besar tidak sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi.
3. Gambaran frekuensi makan remaja adalah sebagian besar frekuensi
makannya tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Namun sebagian
besar remaja memiliki frekuensi makan 3 kali dalam sehari.
4. Gambaran pola hidup bersih pada remaja adalah sebagian besar remaja
memiliki pola hidup bersih yang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang.
Persentase tersebut menunjukkan tidak ditemukan masalah pada pola hidup
bersih remaja.
131
5. Gambaran aktivitas fisik pada remaja yaitu sebagian besar memiliki aktivitas
fisik sedang sebanyak 70,8%. Dari persentase tersebut tidak ditemukan
masalah karena persentase aktivitas fisik ringan dan berat masih sangat
rendah.
6. Gambaran persentase berat badan ideal remaja yang paling banyak adalah
berat badan ideal normal sebanyak 69,8%. Dari persentase tersebut tidak
ditemukan masalah namun mulai terlihat kecenderungan kelebihan gizi pada
persentase gemuk dan obesitas yang lebih tinggi dari persentase kurus.
7. Gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja bahwa keseluruhan
remaja tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dalam mempraktekkan
Pedoman Gizi Seimbang. Hal tersebut karena Pedoman Gizi Seimbang
terdiri dari 4 prinsip dan memiliki indikator masing masing. Sehingga
remaja merealisasikan secara satu per satu prinsipnya. Dari katidaksesuaian
tersebut akan berdampak pada kelebihan gizi dan kekekurangan gizi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis dalam penelitian terkait dalam
hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai gambaran praktek Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Diharapkan siswa lebih bisa mengkonsumsi jenis bahan makanan yang
beranekaragam.
132
133
134
DAFTAR PUSTAKA
xxi
xxii
Okviani, Wati. 2011. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Mahasiswa S1
Keperawatan Program A FIKES UPN Veteran Jakarta. Skripsi. Prodi
Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta.
Proverawati,dkk. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Santoso, dkk. 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.
Jakarta : Dian Rakyat.
Suci, Syifa Puji. 2011. Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan Pola Makan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Sorongan, Chrissia. 2012. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi
Pelajar SMP Frater Don Bosco. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Sam
Ratulangi.
Suhardjo.1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen pendidikan dan kebudayaan
institut pertanian bogor.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Supriyono, 2008. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun.Tesis. magister
epidemiologi. Universitas diponegoro semarang. Diakses pada tanggal 18
Maret 2013 pukul 20.52 WIB.
http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_SUPRIYONO.pdf
Yuniarti, Neni. 2012. Gizi dan Kesehatan AUD Kebutuhan Gizi Anak. Makalah.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Diakses pada tanggal
11 April 2013 pukul 20:45 WIB.
http://nenijuniarti.wordpress.com/2012/11/20/gizi-dan-kesehatan-audkebutuhan-gizi-anak/
WHO. 2003. Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Desease. Geneva
xxiii
Kuesioner penelitian
GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG (PGS) PADA REMAJA
M.Ts PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
Assalamualaikum Wr Wb
Perkenalkan nama saya Dian Muti Sari, mahasiswi Peminatan Gizi Jurusan Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya sedang melakukan penelitian praktek pedoman gizi seimbang pada sekolah adik. Saya
akan menanyakan mengenai pedoman gizi seimbang. Jawaban yang adik berikan tidak
mempengaruhi nilai rapor adik di sekolah dan dirahasiakan sehingga tidak seorang pun yang
mengetahuinya, karena data yang akan ditampilkan merupakan data kumulatif dari seluruh
sampel yang diambil.
No. Responden :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Nama
Kelas
Tanggal lahir :
Umur
Jenis kelamin :
Tertanda,
( .....................................)
Setelah menandatangani pernyataan tersebut diatas, saya mohon kesediaan adik untuk
diwawancarai untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang akan saya berikan dengan jujur.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Nama bahan
makan
makanan
Bahan
Jenis makanan
Banyaknya
URT
PAGI
SELINGAN
SIANG
Gram
SELINGAN
MALAM
SELINGAN
1 porsi
gls : gelas
sdm : sendok makan
ptg : potong
btr : butir
Nama bahan
makan
makanan
Bahan
Jenis makanan
Banyaknya
URT
PAGI
SELINGAN
SIANG
SELINGAN
Gram
MALAM
SELINGAN
1 porsi
gls : gelas
sdm : sendok makan
ptg : potong
btr : butir
Frekuensi Makan
Tandai pilihan di bawah ini dengan ( O )!
1. Berapa kali adik makan dalam sehari ?
a. 1 kali dalam sehari
b. 2 kali dalam sehari
c. 3 kali dalam sehari
d. > 3 kali dalam sehari
Isilah formulir ini dengan pilihan frekuensi makan yang anda lakukan dan berilah jawaban
berapa kali pada kolom frekuensi makan yang anda pilih.
FORMULIR FOOD FREKUENSI MAKANAN
Frekuensi Makan
Per hari
No.
1x
1.
2.
Per minggu
Bahan Makanan
Makanan Pokok
- Nasi
- Mie
- Singkong /
Ubi
- Kentang
- Roti putih
- Cereal
- Havermut
- Jagung
- Lainnya,
sebutkan
...............
...............
...............
Ikan dan hasil
olahannya
- Ikan segar
- Ikan asin
- Udang
- Lainnya,
Sebutkan
...............
...............
2 3x
45x
>6x
1x
2 5x
>6x
Frekuensi Makan
Per hari
No.
Bahan Makanan
1x
3.
4.
5.
Per minggu
2 3x
45x
>6x
1x
2 5x
>6x
Frekuensi Makan
Per hari
No.
Bahan Makanan
1x
6.
7.
Per minggu
Buah
buahan
- Jeruk
- Pepaya
- Apel
- Pisang
- Mangga
- Lainnya,
sebutkan
...............
...............
...............
Susu dan hasil
olahannya
- Susu cair
- Susu kental
manis
- Yoghurt
- Keju
- Es krim
- Lainnya,
Sebutkan
...............
...............
2 3x
45x
>6x
1x
2 5x
>6x
B. Aktivitas Fisik
Isilah catatan ini dengan berbagai kegiatan yang anda lakukan selama dua hari
sebelumnya disertai dengan waktu dalam pengerjaan kegiatan tersebut. (kegiatan mulai
dari bangun tidur sampai menjelang tidur malam)
Jumlah
Jumlah
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
3. Apakah adik menutup makanan dengan tudung saji atau penutup makanan lainnya ?
a. Selalu
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
4. Dalam membeli makanan, apakah adik memilih makanan yang tertutup rapat, tidak
berbau atau berasa asam dan tidak berlendir ?
a. Selalu
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
5. Dalam membeli makanan, apakah adik memilih makanan yang tidak berwarna
mencolok ?
a. Selalu
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
b. Kadang kadang
membeli
makanan
kemasan,
c. Tidak Pernah
apakah
adik
memperhatikan
tanggal
kadaluarsanya ?
a. Selalu
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
b. Kadang kadang
kg
Tinggi badan
cm
c. Tidak Pernah
ANALISIS UNIVARIAT
UMUR RESPONDEN
Statistics
UMUR
N
Valid
Missing
96
0
UMUR
Valid
13
14
15
Total
Frequency
55
39
2
96
Percent
57,3
40,6
2,1
100,0
Valid Percent
57,3
40,6
2,1
100,0
Cumulative
Percent
57,3
97,9
100,0
96
0
JENIS_KELAMIN
Valid
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Frequency
44
52
96
GOLONGAN REMAJA
Statistics
REMAJA
N
Valid
Missing
96
0
Percent
45,8
54,2
100,0
Valid Percent
45,8
54,2
100,0
Cumulative
Percent
45,8
100,0
REMAJA
Valid
REMAJA AWAL
Frequency
55
Percent
57,3
Valid Percent
57,3
41
96
42,7
100,0
42,7
100,0
REMAJA PERTENGAHAN
Total
Cumulative
Percent
57,3
100,0
96
0
Missing
P_konsumsi
Valid
SESUAI
TIDAK SESUAI
Total
Frequency
1
Percent
1,0
Valid Percent
1,0
95
96
99,0
100,0
99,0
100,0
Cumulative
Percent
1,0
100,0
96
0
JENIS_MAKANAN
Valid
Frequency
SESUAI PGS
36
TIDAK SESUAI PGS
60
Total
96
Percent
37,5
62,5
100,0
Valid Percent
37,5
62,5
100,0
Makanan pokok
M.POKOK
Valid
Frequency
96
Percent
100,0
Valid Percent
100,0
Cumulative
Percent
100,0
Cumulative
Percent
37,5
100,0
Lauk pauk
LAUK_PAUK
Valid
Frequency
96
Percent
100,0
Valid Percent
100,0
Cumulative
Percent
100,0
LAUK
Valid
Frequency
TELUR
11
IKAN
10
AYAM
58
DAGING SAPI
11
CUMI
2
UDANG
4
Total
96
Percent
11,5
10,4
60,4
11,5
2,1
4,2
100,0
Valid Percent
11,5
10,4
60,4
11,5
2,1
4,2
100,0
Cumulative
Percent
11,5
21,9
82,3
93,8
95,8
100,0
PAUK
Valid
TIDAK
TAHU
TEMPE
Total
Frequency
67
13
16
96
Percent
69,8
13,5
16,7
100,0
Valid Percent
69,8
13,5
16,7
100,0
Cumulative
Percent
69,8
83,3
100,0
Sayur
SAYUR
Valid
0
1
Total
Frequency
35
61
96
Percent
36,5
63,5
100,0
Valid Percent
36,5
63,5
100,0
Cumulative
Percent
36,5
100,0
SAYUR
Valid
TIDAK KONSUMSI
KOL
SOP
SAWI
SAWI HIJAU
DAUN SINGKONG
BAYAM
KANGKUNG
NANGKA MUDA
LOBAK
SELADA
jamur
Total
Frequency
35
3
17
2
2
2
23
7
2
1
1
1
96
Percent
36,5
3,1
17,7
2,1
2,1
2,1
24,0
7,3
2,1
1,0
1,0
1,0
100,0
Valid Percent
36,5
3,1
17,7
2,1
2,1
2,1
24,0
7,3
2,1
1,0
1,0
1,0
100,0
Cumulative
Percent
36,5
39,6
57,3
59,4
61,5
63,5
87,5
94,8
96,9
97,9
99,0
100,0
Buah
BUAH
Valid
0
1
Total
Frequency
48
48
96
Percent
50,0
50,0
100,0
Valid Percent
50,0
50,0
100,0
Cumulative
Percent
50,0
100,0
BUAH
Valid
Frequency
TIDAK KONSUMSI
48
JERUK
21
APEL
9
PEPAYA
4
PISANG
6
melon
4
mangga
3
belimbing
1
Total
96
Percent
50,0
21,9
9,4
4,2
6,3
4,2
3,1
1,0
100,0
Valid Percent
50,0
21,9
9,4
4,2
6,3
4,2
3,1
1,0
100,0
Cumulative
Percent
50,0
71,9
81,3
85,4
91,7
95,8
99,0
100,0
96
0
ENERGI
Valid
Frequency
SESUAI
87
TIDAK SESUAI
9
Total
96
Percent
90,6
9,4
100,0
Valid Percent
90,6
9,4
100,0
Cumulative
Percent
90,6
100,0
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
ENERGI
TIDAK
SESUAI
SESUAI
39
5
88,6%
11,4%
48
4
92,3%
7,7%
87
9
90,6%
9,4%
Kecukupan karbohidrat
Statistics
KARBOHIDRAT
N
Valid
Missing
96
0
KARBOHIDRAT
Valid
Frequency
SESUAI
75
TIDAK SESUAI
21
Total
96
Percent
78,1
21,9
100,0
Valid Percent
78,1
21,9
100,0
Cumulative
Percent
78,1
100,0
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
KARBOHIDRAT
TIDAK
SESUAI
SESUAI
31
13
70,5%
29,5%
44
8
84,6%
15,4%
75
21
78,1%
21,9%
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
Kecukupan protein
Statistics
PROTEIN
N
Valid
Missing
96
0
PROTEIN
Valid
Frequency
SESUAI
93
TIDAK SESUAI
3
Total
96
Percent
96,9
3,1
100,0
Valid Percent
96,9
3,1
100,0
Cumulative
Percent
96,9
100,0
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Kecukupan lemak
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
PROTEIN
TIDAK
SESUAI
SESUAI
44
0
100,0%
,0%
49
3
94,2%
5,8%
93
3
96,9%
3,1%
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
Statistics
LEMAK
N
Valid
Missing
96
0
LEMAK
Valid
Frequency
SESUAI
42
TIDAK SESUAI
54
Total
96
Percent
43,8
56,3
100,0
Valid Percent
43,8
56,3
100,0
Cumulative
Percent
43,8
100,0
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
LEMAK
TIDAK
SESUAI
SESUAI
15
29
34,1%
65,9%
27
25
51,9%
48,1%
42
54
43,8%
56,3%
Kecukupan vitamin A
Statistics
VIT_A
N
Valid
Missing
96
0
VIT_A
Valid
SESUAI
TIDAK SESUAI
Total
Frequency
66
30
Percent
68,8
31,3
Valid Percent
68,8
31,3
96
100,0
100,0
Cumulative
Percent
68,8
100,0
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
VIT_A
TIDAK
SESUAI
SESUAI
33
11
75,0%
25,0%
33
19
63,5%
36,5%
66
30
68,8%
31,3%
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
Vitamin C
Statistics
VIT_C
N
Valid
Missing
96
0
VIT_C
Valid
Frequency
SESUAI
33
TIDAK SESUAI
63
Total
96
Percent
34,4
65,6
100,0
Valid Percent
34,4
65,6
100,0
Cumulative
Percent
34,4
100,0
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
VIT_C
TIDAK
SESUAI
SESUAI
11
33
25,0%
75,0%
22
30
42,3%
57,7%
33
63
34,4%
65,6%
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
Valid
Missing
96
0
Fe
Valid
Frequency
SESUAI
25
TIDAK SESUAI
71
Total
96
Percent
26,0
74,0
100,0
Valid Percent
26,0
74,0
100,0
Cumulative
Percent
26,0
100,0
JENIS_KELAMIN * Fe Crosstabulation
Fe
JENIS_
KELAMIN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
SESUAI
12
27,3%
13
25,0%
25
26,0%
TIDAK
SESUAI
32
72,7%
39
75,0%
71
74,0%
Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%
96
0
FREK.MAKAN_PGS
Valid
Frequency
SESUAI PGS
14
TIDAK SESUAI PGS
82
Total
96
Percent
14,6
85,4
100,0
Valid Percent
14,6
85,4
100,0
Cumulative
Percent
14,6
100,0
Statistics
FREK.MAKAN_1
N
Valid
Missing
96
0
FREK.MAKAN_1
Valid
2 KALI
3 KALI
>3 KALI
Total
Frequency
17
71
8
96
Percent
17,7
74,0
8,3
100,0
Valid Percent
17,7
74,0
8,3
100,0
Cumulative
Percent
17,7
91,7
100,0
96
0
PHBS
Valid
Frequency
SESUAI PGS
54
TIDAK SESUAI PGS
42
Total
96
96
0
Percent
56,3
43,8
100,0
Valid Percent
56,3
43,8
100,0
Cumulative
Percent
56,3
100,0
AKTIV.FISIK
Valid
RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Frequency
24
68
4
96
Percent
25,0
70,8
4,2
100,0
Valid Percent
25,0
70,8
4,2
100,0
Cumulative
Percent
25,0
95,8
100,0
96
0
IDEAL
Valid
KURUS
NORMAL
GEMUK
OBESITAS
Total
Frequency
5
67
13
11
96
Percent
5,2
69,8
13,5
11,5
100,0
Valid Percent
5,2
69,8
13,5
11,5
100,0
Cumulative
Percent
5,2
75,0
88,5
100,0
96
0
PRAKTEK_PGS
Valid
Frequency
TIDAK SESUAI
96
Percent
100,0
Valid Percent
100,0
Cumulative
Percent
100,0
Valid
N
AKTIV.FISIK *
JENIS_MAKANAN
Percent
96
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
Percent
96
100,0%
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
JENIS_MAKANAN
TIDAK
SESUAI PGS SESUAI PGS
7
17
29,2%
70,8%
29
39
42,6%
57,4%
0
4
,0%
100,0%
36
60
37,5%
62,5%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Energi
Case Processing Summary
Valid
N
AKTIV.FISIK * ENERGI
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
ENERGI
TIDAK
SESUAI
SESUAI
24
0
100,0%
,0%
62
6
91,2%
8,8%
1
3
25,0%
75,0%
87
9
90,6%
9,4%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Percent
100,0%
Karbohidrat
Case Processing Summary
Valid
N
AKTIV.FISIK *
KARBOHIDRAT
Percent
96
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
Percent
96
100,0%
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
KARBOHIDRAT
TIDAK
SESUAI
SESUAI
19
5
79,2%
20,8%
55
13
80,9%
19,1%
1
3
25,0%
75,0%
75
21
78,1%
21,9%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Lemak
Case Processing Summary
Valid
N
AKTIV.FISIK * LEMAK
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
LEMAK
TIDAK
SESUAI
SESUAI
3
21
12,5%
87,5%
36
32
52,9%
47,1%
3
1
75,0%
25,0%
42
54
43,8%
56,3%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Percent
100,0%
Protein
Case Processing Summary
Valid
N
AKTIV.FISIK * PROTEIN
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
PROTEIN
TIDAK
SESUAI
SESUAI
24
0
100,0%
,0%
66
2
97,1%
2,9%
3
1
75,0%
25,0%
93
3
96,9%
3,1%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Vitamin A
Case Processing Summary
Valid
N
AKTIV.FISIK * VIT_A
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
VIT_A
TIDAK
SESUAI
SESUAI
17
7
70,8%
29,2%
46
22
67,6%
32,4%
3
1
75,0%
25,0%
66
30
68,8%
31,3%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Percent
100,0%
Vitamin C
Case Processing Summary
Valid
N
AKTIV.FISIK * VIT_C
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
Percent
100,0%
96
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
VIT_C
TIDAK
SESUAI
SESUAI
10
14
41,7%
58,3%
22
46
32,4%
67,6%
1
3
25,0%
75,0%
33
63
34,4%
65,6%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Valid
N
AKTIV.FISIK * Fe
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
AKTIV.FISIK * Fe Crosstabulation
Fe
AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
SESUAI
3
12,5%
21
30,9%
1
25,0%
25
26,0%
TIDAK
SESUAI
21
87,5%
47
69,1%
3
75,0%
71
74,0%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Valid
N
AKTIV.FISIK * IDEAL
Percent
100,0%
96
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
AKTIV.FISIK RINGAN
Total
Count
% within AKTIV.FISIK
SEDANG Count
% within AKTIV.FISIK
BERAT
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
KURUS
0
,0%
1
1,5%
4
100,0%
5
5,2%
IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
2
11
11
8,3%
45,8%
45,8%
65
2
0
95,6%
2,9%
,0%
0
0
0
,0%
,0%
,0%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%
Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%
Energi
Valid
N
ENERGI * IDEAL
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
KURUS
ENERGI SESUAI
Count
1
% within ENERGI
1,1%
TIDAK SESUAI Count
4
% within ENERGI
44,4%
Total
Count
5
% within ENERGI
5,2%
IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
62
13
11
71,3%
14,9%
12,6%
5
0
0
55,6%
,0%
,0%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%
Total
87
100,0%
9
100,0%
96
100,0%
Karbohidrat
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Valid
N
KARBOHIDRAT * IDEAL
96
Percent
100,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
KURUS
Count
1
% within KARBOHIDRAT1,3%
TIDAK SESUAICount
4
% within KARBOHIDRAT
19,0%
Count
5
% within KARBOHIDRAT5,2%
KARBOHIDRATSESUAI
Total
IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS Total
55
11
8
75
73,3%
14,7%
10,7% 100,0%
12
2
3
21
57,1%
9,5%
14,3% 100,0%
67
13
11
96
69,8%
13,5%
11,5% 100,0%
Protein
Case Processing Summary
Valid
N
PROTEIN * IDEAL
Percent
100,0%
96
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
KURUS
PROTEIN SESUAI
Count
4
% within PROTEIN
4,3%
TIDAK SESUAI Count
1
% within PROTEIN 33,3%
Total
Count
5
% within PROTEIN
5,2%
IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
65
13
11
69,9%
14,0%
11,8%
2
0
0
66,7%
,0%
,0%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%
Lemak
Case Processing Summary
Valid
N
LEMAK * IDEAL
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
Total
93
100,0%
3
100,0%
96
100,0%
KURUS
LEMAK SESUAI
Count
4
% within LEMAK
9,5%
TIDAK SESUAI Count
1
% within LEMAK
1,9%
Total
Count
5
% within LEMAK
5,2%
IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
36
0
2
85,7%
,0%
4,8%
31
13
9
57,4%
24,1%
16,7%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%
Total
42
100,0%
54
100,0%
96
100,0%
Vitamin A
Case Processing Summary
Valid
N
VIT_A * IDEAL
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
Percent
100,0%
96
VIT_A SESUAI
Total
Count
% within VIT_A
TIDAK SESUAI Count
% within VIT_A
Count
% within VIT_A
KURUS
3
4,5%
2
6,7%
5
5,2%
IDEAL
NORMAL
GEMUK
46
9
69,7%
13,6%
21
4
70,0%
13,3%
67
13
69,8%
13,5%
OBESITAS
8
12,1%
3
10,0%
11
11,5%
Vitamin C
Case Processing Summary
Valid
N
VIT_C * IDEAL
96
Percent
100,0%
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
Total
66
100,0%
30
100,0%
96
100,0%
VIT_C SESUAI
Total
Count
% within VIT_C
TIDAK SESUAI Count
% within VIT_C
Count
% within VIT_C
KURUS
1
3,0%
4
6,3%
5
5,2%
IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
22
5
5
66,7%
15,2%
15,2%
45
8
6
71,4%
12,7%
9,5%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%
Total
33
100,0%
63
100,0%
96
100,0%
Fe
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%
Valid
N
Fe * IDEAL
96
Percent
100,0%
Total
N
96
Percent
100,0%
Fe * IDEAL Crosstabulation
Fe
SESUAI
TIDAK SESUAI
Total
Count
% within Fe
Count
% within Fe
Count
% within Fe
KURUS
1
4,0%
4
5,6%
5
5,2%
IDEAL
NORMAL
GEMUK
21
2
84,0%
8,0%
46
11
64,8%
15,5%
67
13
69,8%
13,5%
OBESITAS
1
4,0%
10
14,1%
11
11,5%
Total
25
100,0%
71
100,0%
96
100,0%
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,587
N of Items
10
Item Statistics
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Mean
1,55
1,30
1,65
1,70
1,25
,85
1,75
1,85
1,70
1,70
Std. Deviation
,605
,571
,587
,657
,550
,587
,550
,489
,733
,733
N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Item-Total Statistics
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
Scale Mean if
Item Deleted
13,75
14,00
13,65
13,60
14,05
14,45
13,55
13,45
13,60
13,60
Scale
Variance if
Item Deleted
5,882
6,632
6,450
5,305
8,471
7,208
6,366
7,524
6,147
6,989
Corrected
Item-Total
Correlation
,565
,322
,372
,717
-,271
,112
,446
,053
,336
,098
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
,481
,547
,534
,425
,670
,596
,519
,603
,540
,611