Anda di halaman 1dari 191

GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG (PGS)

PADA REMAJA DI MTs. PEMBANGUNAN UIN SYARIF


HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013

Oleh:
DIAN MUTI SARI
NIM: 108101000036

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG (PGS)


PADA REMAJA DI MTs. PEMBANGUNAN UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:
DIAN MUTI SARI
NIM: 108101000036

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI
Skripsi, Oktober 2013
Dian Muti Sari, NIM : 108101000036
Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja Di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
xx + 134 halaman, 35 tabel, 2 bagan, 14 gambar, 3 lampiran

ABSTRAK
Masalah gizi remaja berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tubuh serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi
sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi, kekurangan dan kelebihan gizi. Dimana
masalah tersebut terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang. Untuk mencegah
terjadinya masalah gizi penting sekali memulai gaya hidup sehat sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Pedoman Gizi Seimbang terdiri dari 4 prinsip yaitu
keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan
secara systematic random sampling. Gambaran praktek pedoman gizi seimbang
dilihat berdasarkan ke empat prinsip pada Pedoman Gizi Seimbang.
Berdasarkan hasil penelitian gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang
(PGS) diketahui bahwa jenis bahan makanan yang dikonsumsi remaja 62,5% tidak
sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang, tingkat kecukupan zat gizi pada remaja,
antara lain tingkat kecukupan energi, karbohidrat, protein dan vitamin A sebagian
besar sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi, Sedangkan tingkat kecukupan lemak,
vitamin C dan zat besi sebagian besar tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi.
Frekuensi makan remaja 85,4% tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dan
56,3% remaja memiliki pola hidup bersih yang sesuai dengan Pedoman Gizi
Seimbang. Selain itu juga sebagian besar remaja memiliki aktivitas fisik sedang
sebanyak 70,8%. Persentase berat badan ideal remaja paling banyak yakni berat
badan ideal normal sebanyak 69,8%. Dan keseluruhan remaja tidak sesuai dalam
mempraktekkan Pedoman Gizi Seimbang.
Kata kunci

: Gambaran Praktek, Pedoman Gizi Seimbang, Remaja

Daftar Bacaan

: (41) (1989 2012)


ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE


PUBLIC HEALTH MAJOR
NUTRITION MAJOR
Undergraduated Thesis, October 2013
Dian Muti Sari, NIM : 108101000036
Overview Balanced Nutrition Guidelines (PGS) Practice on Adolescents In MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013
xx + 134 pages, 35 table, 2 charts, 14 pictures, 3 appendix
ABSTRACT
Adolescents Nutritional problem have a big impact on the growth and
development of the body and its effects on nutritional problems in adulthood.
Common nutritional problem is iron deficiency anemia, nutritional deficiency and
obesity. The problem occurs due to an unbalanced diet. To prevent the occurrence of
important nutritional problems start at healthy lifestyle in accordance with the
Guidelines for Balanced Nutrition (PGS). Balanced Nutrition guidelines consist of
four principles are diversity of food, physical activity, hygiene and ideal body weight.
This research is descriptive. Sampling was done by systematic random
sampling. Preview balanced nutrition practice guidelines seen by the four principles
on Balanced Nutrition Guidelines.
Based on the results of the research overview Balanced Nutrition practice
guidelines (PGS) note that the type of food consumed 62.5% of adolescents are not in
accordance with the Guidelines for Balanced Nutrition, adequacy of nutrient levels in
adolescents, among others, the adequacy of energy, carbohydrate, protein and
vitamins A partially substantial accordance with the Recommended Daily Intake,
while sufficient levels of fat, vitamin C and iron are largely in accordance with the
Recommended Daily Intake. 85.4% ate frequency adolescents not in accordance with
the Guidelines for Balanced Nutrition and 56.3% of adolescents had a clean lifestyle
which is in accordance with the Guidelines for Balanced Nutrition. In addition, most
of the adolescents had moderate physical activity as much as 70.8%. The percentage
of ideal body weight adolescents that most normal ideal body weight as much as
69.8%. And adolescents do not fit within the overall practice Balanced Nutrition
Guidelines.
Key Word

Reading List

: Overview of Practice, Guidelines for Balanced Nutrition,


Adolescents
: (41) (1989 2012)
iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama

: Dian Muti Sari

Tempat/Tgl Lahir

: Jakarta, 16 Maret 1990

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Pondok Surya Mandala Blok V1 No. 8 RT 08 RW 13,


Jaka Mulya, Bekasi Selatan 17146

No Telp / Hp

: 021 82431653 / 085777588700

Email

: dianmuti16@gmail.com

II. PENDIDIKAN
1995 1996

: TK Cendrawasih

1996 2002

: SD Negeri Jati Asih X Bekasi

2002 2005

: SMP Negeri 9 Bekasi

2005 2008

: SMA Negeri 6 Bekasi

2008 2013

: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Program Studi
Kesehatan Masyarakat

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.wb
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan hanya kepada
Allah (Subhanahu Wataala) yang telah memberikan kesehatan, kesabaran, kekuatan
serta tak lupa juga ilmu pengetahuan yang Kau limpahkan. Atas perkenaan-Mu jualah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Gambaran Praktek
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.
Sholawat serta salam Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad juga
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang dengan kasih dan doanya telah mendukung
dalam berbagai hal.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM selaku Sekretaris Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
dengan sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, tuntunan
dan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan yang luar biasa kepada
penulis.sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Ratri Ciptaningtyas, S.Sn.Kes, MHS selaku dosen pembimbing II yang
banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam
vi

menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ilmu - ilmu baru, semoga Allah
SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
7. Ibu Andarini, M.Si dan Ibu Minsarnawati, M.Kes selaku Penguji Ujian
Skripsi.
8. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang juga
telah memberikan peneliti wawasan berkenaan dengan tema yang diambil.
9. Pihak sekolah MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Thanks a lot buat Ibnu Syeh Fajar sudah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini, terima kasih buat dukungannya, waktu yang sudah diluangkan,
terima kasih sudah bersedia menjadi pendengar untuk keluh kesahku dan
terima kasih juga atas doanya. sukses selalu!
11. Adikku Ica, terima kasih atas dukungan dan doanya serta bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini. semangat cacay!
12. Wulan, Irda, Desy, Dewi, Nindy, terima kasih atas dukungan dan doanya.
sukses dan semangat terus sobat!
13. Teman teman kesmas 2008. Sukses buat kita semua ya teman.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih kurang dari
sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan
dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Amin
Wassalamualaikum wr. wb.
Jakarta, Oktober 2013

(Dian Muti Sari)


Penulis
vii

DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................

ABSTRAK .......................................................................................................

ii

ABSTRACT ......................................................................................................

iii

LEMBAR PERSETUJUAN ..............................................................................

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..........................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................

vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii


DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. . xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
BAB I

PENDAHULUAN ...............................................................................

A.

Latar Belakang .............................................................................

B.

Rumusan Masalah .......................................................................

C.

Pertanyaan Penelitian ...................................................................

D.

Tujuan Penelitian ..........................................................................

E.

Manfaat Penelitian .......................................................................

F.

Ruang Lingkup ............................................................................

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

11

A.

Remaja .........................................................................................
viii

11

1. Pengertian Remaja ..................................................................

11

2. Penggolongan Remaja .............................................................

12

3. Pertumbuhan dan Fisiologi Remaja ........................................

13

4. Kebutuhan Gizi Remaja .........................................................

14

B. Cara Menentukan Kebutuhan Zat Gizi ......................................

17

1. Energi .......................................................................................

17

2. Protein, lemak dan karbohidrat ..............................................

20

3. Vitamin dan mineral ...............................................................

21

C. Pola Konsumsi Makanan .............................................................

21

1. Jenis Bahan Makanan .............................................................

23

2. Jumlah Bahan Makanan (Zat Gizi) ........................................

24

3. Frekuensi Makan .....................................................................

26

D. Konsep Dasar Gizi Seimbang .....................................................

27

1. Pedoman Gizi Seimbang .........................................................

28

a. Pentingnya membiasakan makan makanan beraneka ragam 30


b. Pentingnya pola hidup bersih .............................................

35

c. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga ....................

37

d. Pentingnya berat badan ideal .............................................

39

E. Dampak praktek tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang

42

1. Dampak apabila terjadi Gizi Kurang ......................................

42

2. Dampak apabila terjadi Gizi Lebih ........................................

45

F. Penilaian Konsumsi Makanan .....................................................

46

ix

1. Metode Food Frequency Quetioner (FFQ) ............................

47

2. Metode Food Recall 24 Jam ..................................................

48

3. Estimated Food Frequency ....................................................

49

4. Food weighing .........................................................................

49

G. Kerangka Teori ............................................................................

51

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ................

52

A. Kerangka Konsep ........................................................................

52

B. Definisi Operasional.....................................................................

54

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN.......................................................

61

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................

61

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................

61

C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................

61

1. Populasi ...................................................................................

61

2. Sampel .....................................................................................

62

D. Jenis Data yang Dikumpulkan, Instrumen Penelitian, Uji Coba


Instrumen dan Cara Pengumpulannya ........................................ 63
1. Jenis Data yang Dikumpulkan ...............................................

63

2. Instrumen Penelitian ...............................................................

64

a. Instrumen .............................................................................

64

b. Uji Coba Instrumen ............................................................

66

4. Cara Pengumpulan Data .........................................................

67

E. Pengolahan Data ..........................................................................

70

F. Analisis Data ................................................................................

74

1. Analisis Univariat ...................................................................

74

BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................

75

A. Gambaran Umum MTs. Pembangunan UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ................................................ 75
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................

75

2. Gambaran Umum Karakteristik Populasi ..............................

76

3. Gambaran Umum Karakteristik Responden ..........................

76

a. Umur Responden ................................................................

76

b. Jenis Kelamin Responden ..................................................

77

c. Golongan Remaja pada Responden ...................................

78

B. Analisis Univariat ........................................................................

79

1. Gambaran Pola Konsumsi Makanan pada Remaja di MTs.


Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 79
a. Gambaran Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi
Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013 ............................................................ 79
b. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013 ......................................................................... 86
c. Gambaran Frekuensi Makan pada Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 .................................................................................... 95
2. Gambaran Pola Hidup Bersih pada Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 96
3. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ....................... 97
xi

4. Gambaran Berat Badan Ideal (Status Gizi) pada Remaja di


MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 ...................................................................................... 97
5. Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang pada Remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 .......................................................................................... 98
6. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal pada
Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013 ................................................................. 98
7. Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal
pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ........................................... 99
BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 107
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 107
B. Gambaran Pola Konsumsi Makanan pada Remaja Di MTs.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ............................ 107
1. Gambaran Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi Remaja
Di MTs. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ........ 107
2. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi pada Remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 ......................................................................................... 109
3. Gambaran Frekuensi Makan pada Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 122
C. Gambaran Pola Hidup Bersih pada Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ... 123
D. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 .................................... 124

xii

E. Gambaran Berat Badan Ideal (Status Gizi) pada Remaja di


MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 .............................................................................................. 125
F. Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang pada Remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2013 .............................................................................................. 126
G. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal (Status Gizi)
pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013 ...................................................................... 128
H. Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal
(Status Gizi) pada Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013 ............................................... 129
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 131
A. Simpulan ....................................................................................... 131
B. Saran ............................................................................................. 132
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

xiii

xx

DAFTAR TABEL
Nomor

Keterangan

Hal

2.1

Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB

18

2.2

Koefisien Aktivitas Fisik Untuk Laki laki dan Perempuan

19

2.3

Angka Kecukupan Gizi Rata rata yang Dianjurkan Per Orang


Per hari

26

2.4

Indikator Kecukupan Zat Gizi Pada Remaja Usia 13 15 Tahun

35

2.5

Prinsip Pola Hidup Bersih dan Sehat Pada Remaja Berdasarkan


Pedoman Gizi Seimbang

36

2.6

Pengelompokkan Aktivitas Fisik

38

2.7

Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut


Umur (IMT/U) Anak Umur 13 15 Tahun

41

5.1

Distribusi Populasi Berdasarkan Kelas

75

5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di MTs.


Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

77

5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Golongan Remaja di


MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

78

5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi


Makanan

79

5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 81


Makanan Pokok yang Dikonsumsi

5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 81


Lauk yang Dikonsumsi

xiv

DAFTAR TABEL
Nomor

Keterangan

Hal

5.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 82


Pauk yang Dikonsumsi

5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 84


Sayur yang Dikonsumsi

5.9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 85


Buah yang Dikonsumsi

5.10

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 87


Kecukupan Energi

5.11

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 88


Kecukupan Karbohidrat

5.12

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 89


Kecukupan Protein

5.13

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 91


Kecukupan Lemak

5.14

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 92


Kecukupan Vitamin A

5.15

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 93


Kecukupan Vitamin C

5.16

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Tingkat 95


Kecukupan Zat Besi (Fe)

5.17

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan

95

5.18

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Hidup Bersih

97

5.19

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

97

5.20

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Ideal

98

5.21

Hasil Analisis Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal


Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

99

xv

Tahun 2013
5.22

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Energi dan Berat


100
Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

5.23

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Berat 101


Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

5.24

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Protein dan Berat


102
Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

5.25

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Lemak dan Berat


103
Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

5.26

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin A dan Berat 104


Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

5.27

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin C dan Berat 105


Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

5.28

Hasil Analisis Gambaran Tingkat Kecukupan Zat besi (Fe) dan Berat 106
Badan Ideal Remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013

xvi

DAFTAR BAGAN

Nomor

Keterangan

Hal

2.1

Kerangka Teori

51

3.1

Kerangka Konsep

53

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Keterangan

Hal

2.1

Tumpeng Gizi Seimbang

29

5.1

Distribusi Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin

76

5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

78

5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 80

5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 83


Sayur

5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan Makanan 85


Buah

5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Energi

86

5.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Karbohidrat

87

5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Protein

89

5.9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Lemak

90

5.10

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Vitamin A

91

5.11

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Vitamin C

93

5.12

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecukupan


Zat Besi (Fe)

94

5.13

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan


(Intensitas Makan)

96

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

Lampiran 2

Analisis Univariat

Lampiran 3

Hasil Uji Coba Instrumen

xix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Semua orang
sepanjang kehidupan membutuhkan nutrisi yang sama, namun dengan jumlah
yang berbeda. Nutrisi yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis
yang spesifik sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Kebutuhan akan nutrisi
berubah sepanjang daur kehidupan, dan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan masing masing tahap kehidupan. (Departemen Gizi FKM UI,
2009)
Masalah gizi di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masalah gizi
yang secara public health sudah terkendali, yaitu Kekurangan Vitamin A pada
anak Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi pada anak 2-5
tahun; Masalah yang belum dapat diselesaikan, yaitu masalah gizi kurang dan
pendek (stunting); dan Masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam
kesehatan masyarakat, yaitu gizi lebih (Kemenkes, 2012).
Remaja sangat berperan aktif dalam pembangunan nasional, remaja
merupakan penerus bangsa. Remaja yang menderita masalah gizi akan
menghadapi masalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas rendah. Rendahnya
Sumber Daya Manusia merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan
bebas di era globalisasi. Untuk mencapai sasaran global dan perkembangan gizi

masyarakat perlu dilakukan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia yang


dilakukan secara berkelanjutan. (Depkes, 1995)
Menurut Krummel (1992) dalam Arisman (2004) masa remaja terbagi
menjadi tiga kelompok, yaitu remaja awal usia 11 13 tahun, remaja madya usia
14 15 tahun, dan remaja akhir usia 17 21 tahun. Masa remaja merupakan
sebuah dunia yang lengang dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial, dan gizi.
Masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya
yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya
pada masalah gizi saat dewasa. Masalah gizi yang sering terjadi dan merupakan
kelanjutan dari masalah gizi pada usia remaja, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2004). Masalah gizi seperti gizi
kurang maupun gizi lebih pada dasarnya muncul akibat perilaku konsumsi
makanan yang tidak seimbang (Kurniasih, dkk, 2010).
Makanan modern atau makanan siap saji adalah makanan yang tergolong
makanan tinggi lemak, tinggi garam, tinggi gula, tetapi rendah serat dan vitamin,
seperti makanan kalengan, fried chicken, hamburger atau pizza (Khasanah,
2012). Kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan modern sudah mulai tampak
dikalangan remaja. Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan
berdampak pada kesehatan dalam fase dewasa dan usia lanjut.
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan
pertambahan berat badan (Arisman, 2004). Konsumsi energi yang tidak
seimbang akan menyebabkan keseimbangan positif atau negatif. Kelebihan
2

energi dari energi yang dikeluarkan akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga
berat badan berlebih atau kegemukan. Sebaliknya, bila asupan energi kurang dari
yang dikeluarkan terjadi keseimbangan negatif. Akibatnya, berat badan lebih
rendah dari normal atau ideal (Apriadji, 1986 dalam Elnovriza, dkk, 2008).
Data Riskesdas (2010) bahwa prevalensi kegemukan pada remaja usia 13
15 tahun sebesar 2,5% sedangkan prevalensi kekurusan sebesar 10,1%. Untuk
provinsi Banten prevalensi kegemukan pada usia 13 15 tahun sebesar 3,4%.
Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga dewasa,
sementara obesitas tersebut merupakan faktor resiko terjadinya penyakit
degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (2002) dalam Awalia
(2006) pada remaja di SLTP favorit di Surabaya mendapatkan prevalensi gizi
lebih meningkat dari 12,8% menjadi 15,9% dan prevalensi obesitas meningkat
dari 6,5% menjadi 8,5%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati,
dkk (2010) pada remaja SMPN 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng didapatkan
persentase remaja sangat kurus 1%, kurus 9,4% serta remaja yang overweight
dan obesitas masing masing 2,1%. Penelitian Arumsari (2008) pada remaja
putri peserta Program Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi
(PPAGB) di Kota Bekasi didapatkan prevalensi anemia pada remaja usia 13 15
tahun sebesar 50,3 %.
Untuk mencapai status gizi yang baik perlu dikembangkan Pedoman Gizi
Seimbang (PGS) dimana terdapat empat prinsip gizi seimbang yaitu pertama,
perubahan pola konsumsi makanan melalui konsumsi pangan yang beranekaragam
3

yaitu konsumsi energi, karbohidrat 45 65% dari kebutuhan energi total, lemak 25

30% dari kebutuhan energi total, protein untuk laki laki 60 g/hari dan
perempuan 57 g/hari, vitamin A untuk laki laki 600 RE dan perempuan 600
RE, vitamin C untuk laki laki 75 mg dan perempuan 65 mg, zat besi (Fe) untuk
laki laki 19 mg dan perempuan 26 mg. Kedua, perubahan pola hidup bersih
dimana pola makan bergizi seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti

dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih. Ketiga, pola hidup aktif
atau aktivitas fisik dimana perlu adanya keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran energi untuk beraktivitas serta mencegah dampak dari masalah gizi.
Dan keempat, pemantauan berat badan ideal dimana untuk mempertahankan berat
badan yang ideal dan demi kebugaran tubuh serta kesehatan (Kurniasih, dkk, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Hendrayati, dkk (2010) pada remaja SMPN
4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng didapatkan bahwa pola makan remaja
berdasarkan persentase asupan energi pada umumnya kurang sebanyak 50 orang
(52,1%), asupan protein umumnya cukup sebanyak 60 orang (62,5%), asupan
lemak pada umumnya kurang sebanyak 58 orang (60,4%) tetapi berdasarkan
persentase asupan karbohidrat pada umumnya cukup sebanyak 49 orang (51%).
Sedangkan berdasarkan penelitian Andriadi (2011) pada remaja SMP 258
Kelurahan Cibubur Jakarta Timur bahwa responden yang menunjukkan perilaku
hidup bersih dan sehat tinggi sebanyak 105 responden (66,5%) dan yang
berperilaku hidup bersih dan sehat rendah sebanyak 53 responden (33,5%).
Penelitian Sorongan (2012) pada remaja SMP Frater Don Bosco Manado
didapatkan 100 responden (100%) memiliki aktivitas fisik yang ringan.
4

Persentase penduduk usia 13 15 tahun yang mengkonsumsi energi


dibawah kebutuhan minimal provinsi Banten sebanyak 46 persen. Sedangkan
persentase yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal sebanyak
35,7 persen (Riskesdas, 2010).
Berdasarkan data hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada siswa MTs.
Pembangunan Syarif Hidayatullah UIN Jakarta didapatkan 52,5% siswa memiliki
pola konsumsi makanan tidak beraneka ragam, 50% siswa kecukupan energi
kurang sesuai dengan AKG, 50% siswa kecukupan karbohidrat kurang dari
setengah kebutuhan energi, 80% siswa kebutuhan lemak lebih dari 25%
kebutuhan energi, dan 82,5% siswa kebutuhan zat besi kurang dari AKG. Dari
data tersebut didapatkan 63% siswa memiliki pola konsumsi kurang sesuai
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Selain itu 2,5% siswa berstatus gizi kurus,
12,5% siswa berstatus gizi gemuk, 10% berstatus gizi obesitas dan 75% berstatus
gizi normal. Dari data tersebut berarti prevalensi kegemukan pada siswa MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih besar dari angka prevalensi
nasional yaitu 2,5% dan lebih besar dari angka prevalensi provinsi Banten yaitu
3,4%.
Pola makan yang tidak bergizi seimbang beresiko menyebabkan
kekurangan gizi dan juga dapat terjadi gizi lebih (Kurniasih, dkk, 2010). Masalah
gizi kurang pada remaja meliputi anemia defisiensi besi dan berat badan kurang
(Arisman, 2004). Masalah gizi kurang tersebut akan berdampak pada penurunan
prestasi disekolah (Elnovriza, dkk, 2008). Masalah gizi berlebih akan berdampak

pada terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,


dan diabetes melitus. (Khasanah, 2012).
Gaya hidup yang tidak sehat tidak muncul langsung saat dewasa tetapi
sudah dimulai sejak remaja (WHO, 2003). Penting sekali memulai gaya hidup
sehat sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang sejak dini untuk mencegah
terjadinya tiga masalah gizi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui lebih jauh
mengenai gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

B. Rumusan Masalah
Masalah gizi seperti gizi kurang maupun gizi lebih pada dasarnya muncul
akibat perilaku yang tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Untuk
mencegah tiga masalah gizi dan mencapai status gizi yang baik perlu
dikembangkan Pedoman Gizi Seimbang dimana merupakan salah satu strategi
dalam perubahan gaya hidup yang tidak sehat.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan didapatkan 52,5%
memiliki pola konsumsi makanan tidak beraneka ragam, 50% siswa kecukupan
energi kurang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi serta 50% siswa kecukupan
karbohidrat kurang dari setengah kebutuhan energi, 80% siswa juga kebutuhan
lemaknya lebih dari 25% kebutuhan energi, dan kebutuhan zat besi kurang dari
Angka Kecukupan Gizi sebanyak 82,5% siswa. Dari data tersebut berarti siswa
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pola konsumsi
6

kurang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Prevalensi kegemukan pada


siswa MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lebih besar dari
angka prevalensi nasional dan lebih besar dari angka prevalensi provinsi Banten.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran
praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2013. MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dipilih karena merupakan salah satu sekolah madrasah swasta favorit di
tangerang selatan dengan status sosial ekonomi orang tua menengah keatas dan
belum pernah dilakukan penelitian mengenai topik yang sama di sekolah
tersebut.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran jenis bahan makanan dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013 ?
2. Bagaimana gambaran tingkat kecukupan zat gizi dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013 ?
3. Bagaimana gambaran frekuensi makan pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
4. Bagaimana gambaran pola hidup bersih pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
7

5. Bagaimana gambaran aktivitas fisik remaja di MTs. Pembangunan UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
6. Bagaimana gambaran berat badan ideal remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
7. Bagaimana gambaran aktivitas fisik dan berat badan ideal remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 ?
8. Bagaimana gambaran tingkat kecukupan zat gizi dan berat badan ideal
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013?

D. Tujuan Penelitian
1. Diketahuinya gambaran jenis bahan makanan dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
2. Diketahuinya gambaran tingkat kecukupan zat gizi dilihat dari Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2013.
3. Diketahuinya gambaran frekuensi makan pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
4. Diketahuinya gambaran pola hidup bersih pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
5. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
8

6. Diketahuinya gambaran berat badan ideal pada remaja di MTs.


Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
7. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik dan berat badan ideal remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
8. Diketahuinya gambaran tingkat kecukupan zat gizi dan berat badan ideal
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi civitas akademik sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk dasar
pelaksanaan pengembangan kegiatan di sekolah dalam rangka program
peningkatan gizi dan kesehatan berbasis sekolah. Terutama berkaitan dengan
praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di sekolah.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan di
Bidang Kesehatan dan digunakan untuk mengembangkan keilmuan
khususnya sebagai bahan untuk memperluas hasil hasil penelitian yang
telah ada sebelumnya.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan menjadi pengembangan kompetensi diri
sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti

masalah yang berkaitan dengan gizi masyarakat. Serta menjadi sumbangan


pemikiran dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Praktek Pedoman
Gizi Seimbang (PGS) Pada Remaja Di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
deskriptif. Kelompok studi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII, dan
VIII MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Tangerang Selatan.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei Juli 2013.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
Remaja merupakan kelompok peralihan dari anak-anak ke dewasa dan
merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan perubahan yang ada di
lingkungan sekitarnya, khususnya pengaruh pada masalah konsumsi makanan.
Jumlah remaja di negara berkembang tumbuh dengan pesat. (Moehji, 2003 dalam
Hendrayati, dkk, 2010).
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 20 tahun, dan ditandai
dengan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi
dan aspek fungsional (Jafar, 2005).
Menurut Depkes (1992) berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu :
a.

Pada buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila


seorang anak telah mencapai umur 10 28 tahun untuk anak perempuan
dan 12 20 tahun untuk anak laki laki.

b.

Menurut undang undang No. 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan


Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum
menikah.

11

c.

Menurut undang undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila


telah mencapai umur 16 18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat untuk tinggal.

d.

Menurut UU Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah


remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk
anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki laki.

e.

Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18


tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.

f.

Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10 18 tahun.

2. Penggolongan Remaja
Menurut Soetjiningsih (2007) kategori remaja, sebagai berikut :
a.

Masa remaja awal (Early adolescence) : usia 11 13 tahun.

b.

Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) : usia 14 16 tahun.

c.

Masa remaja lanjut (Late adolescence) : usia 17 20 tahun.


Sedangkan menurut Krummel (1996) kategori remaja di bagi menjadi 3

periode, yaitu :
a.

Remaja awal : usia 10 14 tahun

b.

Remaja tengah : usia 15 17 tahun

c.

Remaja akhir : usia 18 21 tahun


Penggolongan ini berdasarkan konteks pengertian perilaku makan serta

pencitraan tubuh pada remaja, sesuai dengan lingkup kerja dalam

12

mengembangkan program pendidikan gizi dan penyediaan pelayanan


kesehatan.
3.

Pertumbuhan dan Fisiologi Remaja


Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat
progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan ini
berkisar hanya pada aspek aspek fisik individu. Pertumbuhan itu meliputi
perubahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal
meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran
besar dan berat jantung dan paru paru, bertambah sempurna sistem kelenjar
kelamin, dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi
bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan
ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks dan munculnya
atau tumbuhnya tanda- tanda kelamin sekunder (Jafar, 2012).
Pada masa pra remaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa
prasekolah. Anak perempuan 2 tahun lebih cepat memasuki masa remaja
dibandingkan dengan anak laki laki. Masa ini merupakan masa transisi dari
masa anak ke dewasa. Pada masa ini pula terjadi pacu tumbuh berat badan dan
tinggi badan yang disebut sebagai pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan
yang pesat dari alat alat kelamin dan timbulnya tanda tanda seks sekunder
(Soetjiningsih, 2007).
Remaja tumbuh pada kecepatan yang bervariasi, sehingga terjadi variasi
ukuran dan bentuk yang pada sebelumnya masih belum tampak. Walaupun

13

terdapat remaja yang tumbuh lebih cepat atau ada yang tumbuh lebih lambat,
pada akhirnya akan mencapai ukuran rata rata dewasa. Dikatakan bahwa
remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lebih pesat nantinya bisa tumbuh
lebih tinggi daripada remaja yang tumbuh dengan kecepatan yang lambat.
Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi
yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini,
remaja sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah
maupun olahraga. Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan
untuk persiapan reproduksi (Jafar, 2012).
4.

Kebutuhan Zat Gizi Remaja


Remaja membutuhkan energi dan gizi untuk melakukan deposisi
jaringan. Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang
terjadi kedua kali setelah yang pertama di alami. Kebutuhan gizi remaja relatif
besar, hal tersebut karena pada masa remaja masih mengalami pertumbuhan.
Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih
banyak (Soetjiningsih, 2007).
Kebutuhan gizi remaja dapat dikenali dari perubahan komposisi
tubuhnya. Perbedaan jenis kelamin akan membedakan komposisi tubuhnya
dan selanjutnya mempengaruhi kebutuhan gizinya.

14

a.

Energi
Energi

dibutuhkan

untuk

mendukung

pertumbuhan,

perkembangan, aktifitas otot, fungsi metabolik lainnya, dan untuk


memperbaiki kerusakan jaringan. Kebutuhan energi tinggi pada periode
remaja sedangkan yang digunakan untuk deposisi jaringan dan
pertumbuhan hanya 3% dari total energi yang dibutuhkan (Soetjiningsih,
2007). Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk energi usia
13 15 tahun yang dianjurkan yaitu 2400 Kkal untuk laki laki dan
2350 Kkal untuk perempuan. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60%
berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu dan hasil olahannya
(mie, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar, singkong), jagung, gula dan
lain-lain.
b.

Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena
proses pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi
remaja adalah 1,5 2,0 gr/kg BB/hari. Menurut LIPI (2004) Angka
Kecukupan Gizi untuk protein usia 13 15 tahun yang dianjurkan yaitu
60 gram untuk laki laki dan 57 gram untuk perempuan.
Protein dibutuhkan untuk sebagian besar proses metabolik
terutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh.
Kebutuhan

puncak

protein

seimbang

dengan

asupan

energi

(Soetjiningsih, 2007).

15

c.

Lemak
Lemak memegang peranan penting sebagai komponen struktural
dan fungsional membran sel dan prekursor senyawa yang meliputi
berbagai segi dari metabolisme. Lemak juga sebagai sumber energi yang
berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin yang larut lemak.
Konsumsi lemak dianjurkan 25 30% dari kebutuhan energi (Depkes,
2003).
Asupan lemak yang kurang adekuat, akan terjadi gambaran klinis
defisiensi asam lemak esensial, dan nutrien yang larut dalam lemak serta
pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan asupan lemak beresiko
kelebihan berat badan, obesitas serta meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler di kemudian hari (Soetjiningsih, 2007).

d.

Karbohidrat
Karbohidrat disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi
lemak tubuh. Asupan yang tidak adekuat menyebabkan ketosis, dan
sebaliknya asupan yang berkelebihan akan mengarah pada kelebihan
kalori (Soetjiningsih, 2007).

e.

Zat besi (Fe)


Remaja adalah kelompok yang rawan terhadap defisiensi zat besi.
Defisiensi zat besi dapat mengenai semua kelompok status sosial
ekonomi. Kebutuhan Fe meningkat pada remaja karena terjadi
pertumbuhan yang meningkat, dan ekspansi volume darah dan masa

16

otot. Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk zat besi (Fe)
usia 13 15 tahun yang dianjurkan yaitu 19 mg untuk laki laki dan 26
mg untuk perempuan.
Peran zat besi penting untuk mengangkut oksigen dalam tubuh
dan peran lainnya pada pembentukkan sel darah merah. Kekurangan
asupan zat besi menyebabkan defisiensi besi atau anemia besi
tergantung dari bioavailabilitas zat besi pada makanan (Soetjiningsih,
2007).

B. Cara Menentukan Kebutuhan Zat Gizi


1. Energi
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO (1985) dalam
Almatsier (2004) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang
diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai
ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan
kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas
fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Dalam penentuan kebutuhan
energi terdapat dua komponen utama yaitu Angka Metabolisme Basal (AMB)
atau Basal Metabolic Rate (BMR) dan aktivitas fisik.
Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR)
adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan
proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal termasuk

17

jumlah energi yang diperlukan untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan


ginjal, pankreas, dan lain lain alat tubuh, serta untuk proses metabolisme di
dalam sel sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh. AMB dipengaruhi
oleh umur, gender, berat badan dan tinggi badan. Ada beberapa cara untuk
menentukan AMB, yaitu : (Almatsier, 2006)
a.

b.

c.

Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)


Laki laki

= 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)

Perempuan

= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x U)

Cara cepat (2 cara)


Laki laki

= 1 Kkal x kg BB x 24 jam

Perempuan

= 0,9 Kkal x kg BB x 24 jam

Laki laki

= 30 Kkal x kg BB

Perempuan

= 25 Kkal x kg BB

Cara FAO/WHO/UNU
Tabel 2.1
Rumus FAO/WHO/UNU untuk Menentukan AMB
Kelompok umur
AMB (kkal/hari)
Laki- laki

Perempuan

03

60,9 B*) 54

61,0 B 51

3 10

22,7 B + 495

22,5 B + 499

10 18

17,5 B + 651

12,2 B + 746

18 30

15,3 B + 679

14,7 B + 496

30 60

11,6 B + 879

8,7 B + 829

60

13,5 + 478

10,5 B + 596

Sumber : (FAO/ WHO/ UNU, 1985 dalam Almatsier, 2006)


18

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada
berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan
yang dilakukan.
Tabel 2.2
Koefisien Aktivitas Fisik Untuk Laki laki dan Perempuan
Koefisien aktivitas fisik
Kelompok
Jenis kegiatan
aktivitas
Laki laki Perempuan
(x AMB)
Ringan

75% waktu digunakan 1,56

1,55

untuk duduk atau berdiri.


25% waktu digunakan
untuk

berdiri

atau

bergerak.
Sedang

40% waktu digunakan 1,76

1,70

untuk duduk atau berdiri.


60% waktu digunakan
untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.
Berat

25% waktu digunakan 2,10

2,00

untuk duduk atau berdiri.


75% waktu digunakan
untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.
Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 dengan penyesuaian oleh Muhilal, dkk,
Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi V, 1994, dalam Almatsier
(2004).
19

Kebutuhan energi seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk


komponen komponen sebagai berikut : Angka Metabolisme Basal (AMB),
aktivitas fisik dan pengaruh dinamik khusus makanan/SDA (biasanya
diabaikan). Guna untuk menentukan kebutuhan energi suatu penduduk,
aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya aktivitas: ringan,
sedang dan berat. Untuk tiap kelompok aktivitas fisik kemudian ditetapkan
suatu faktor aktivitas.
2. Protein, lemak, dan karbohidrat
Menurut WHO dalam Almatsier (2006) menentukan kebutuhan protein,
lemak dan karbohidrat adalah sebagai berikut :
a.

Protein : 10 15 % dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi


sehari adalah 2450 Kkal, energi yang berasal dari protein hendaknya
sebesar 245 368 Kkal atau 61 92 gram protein.

b.

Lemak : 10 25 % dari kebutuhan energi total. Bila kebutuhan energi


dalam sehari adalah 2450 Kkal, energi yang berasal dari lemak
hendaknya sebesar 245 613 Kkal atau 27 68 gram lemak.

c.

Karbohidrat : 60 75 % dari kebutuhan energi total, atau sisa dari


kebutuhan energi yang telah dikurangi dengan energi yang berasal dari
protein dan lemak. Bila kebutuhan energi sehari sebesar 2450 Kkal
maka energi yang berasal dari karbohidrat sebesar 1470 1838 Kkal
atau 368 460 gram karbohidrat.

20

3. Vitamin dan mineral


Kebutuhan vitamin dan mineral dapat diambil dari Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan (AKG) karena angka angka tersebut diperhitungkan
untuk sebagian besar penduduk. Tetapi karena, sebagian besar vitamin dan
mineral rusak selama penyimpanan dan pengolahan makanan, maka sebaiknya
ditetapkan lebih besar daripada AKG.

C. Pola Konsumsi Makanan


Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat
dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat (Baliwati, dkk,
2004). Sedangkan menurut Santoso, dkk (2004) pola konsumsi adalah berbagai
informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan
yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk
kelompok masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh kebiasaan, kesenangan,
budaya, agama, ekonomi, lingkungan alam, dan sebagainya. Pola konsumsi dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu pangan pokok, lauk pauk, sayur dan
buah buahan.
Pola konsumsi pangan pokok merupakan susunan beragam (sumber
karbohidrat) yang biasa dikonsumsi penduduk (Suhardjo, 1989). Menilai status
gizi seseorang dapat melalui pola konsumsi yang ada, pola konsumsi seseorang
tidak lepas dari kebiasaan makan yang dilakukan. Kebiasaan makan seringkali

21

merupakan suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang
kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi
pangan (Desmawita, 2002 dalam Hidayati, 2011).
Pola konsumsi adalah jenis, frekuensi beragam pangan yang biasa
dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang
telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Pola makan
adalah frekuensi, jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi untuk mencapai
serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal. Pola makan yang baik harus
mengandung gizi yang seimbang sesuai dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (Suhardjo, 1989).
Dalam hal pola konsumsi, permasalahan yang dihadapi tidak hanya
mencakup keseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi, tetapi juga
masalah masih belum terpenuhinya kecukupan gizi. Penganekaragaman
konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu sederhana, berupa
penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama pangan non beras.
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi aneka
ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik pangan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama penganekaragaman
konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi dan
mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau
kelompok pangan (Baliwati, dkk, 2004).

22

1. Jenis Bahan Makanan


Bahan makanan disebut juga bahan pangan. Jenis bahan makanan
adalah segala sesuatu yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun
menjadi hidangan atau menu (Yuniarti, 2012). Apabila pola makanan sehari hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara
masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan
produktif (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi aneka
ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik makanan pokok, lauk
pauk, sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup (Baliwati, dkk, 2004).
a.

Makanan pokok
Bahan makanan pokok dianggap terpenting didalam susunan
hidangan Indonesia. Dikatakan pokok karena merupakan jumlah
terbesar yang dikonsumsi diantara bahan makanan lain. Bila hidangan
tidak mengandung makanan pokok sering dianggap tidak lengkap dan
orang sering mengatakan belum makan. Makanan pokok yang biasa
dikonsumsi yaitu nasi, roti, mie atau bihun.

b.

Lauk pauk
Kelompok lauk pauk sering digunakan sebagai sumber protein
utama. Lauk pauk dikenal sebagai protein hewani dan protein nabati.
Bahan pangan hewani seperti daging, ikan, telur, hasil laut sebagai lauk
pauk, sedangkan bahan pangan nabati yang termasuk lauk pauk

23

adalah jenis kacang kacangan, kedelai, dan hasil olahan seperti tahu
dan tempe.
c.

Sayuran
Sayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuhan. Bagian
tumbuhan yang dapat dibuat sayur antara lain daun (sebagian besar
sayur adalah daun), batang (wortel adalah umbi batang), bunga (jantung
pisang), buah muda (labu), sehingga dapat dikatakan bahwa semua
bagian tumbuhan dapat dijadikan bahan makanan sayur (Sediaoetomo,
2004).

d.

Buah
Buah adalah bagian dari tanaman yang stukturnya mengelilingi
biji dimana struktur tersebut berasal dari indung telur atau sebagai
fundamen (bagian) dari bunga itu sendiri.
Menurut Astawan (2008), berdasarkan ketersediaan di pasar, buah
buahan dapat dibedakan menjadi :
1) Buah bersifat musiman seperti durian, mangga, rambutan, dan
lain lain.
2) Buah tidak musiman seperti pisang, nanas, pisang, alpukat,
pepaya, semangka dan lain lain.

2. Jumlah Bahan Makanan (Zat Gizi)


Jumlah bahan makanan adalah berapa banyak makanan yang
dikonsumsi oleh individu setiap harinya dan makanan tersebut memiliki

24

sejumlah kandungan zat gizi (Persagi, 2006 dalam Yuniarti, 2012). Pola
makan setiap orang akan menentukan jumlah zat zat gizi yang diperoleh
untuk pertumbuhan dan perkembangannya jumlah makanan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat zat gizi yang cukup, guna
menjalankan kegiatan fisik yang akan dilakukannya, apabila asupan tersebut
kurang maka akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya serta
prestasinya (Baliwati, 2004).
Tiap jenis makanan dapat memberikan sumbangan zat gizi yang unik.
Pola makan yang baik akan mempengaruhi konsumsi makan seseorang dan
zat zat gizi dalam tubuh juga terpenuhi dengan baik. Makanan lengkap harus
dipenuhi karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan status gizi
seseorang, pola makan yang baik dicerminkan oleh konsumsi makanan yang
mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam dan jumlah yang seimbang
serta dapat memenuhi kebutuhan individu (Suhardjo, 1989).
Angka kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya
masing masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan
mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi
(Paath, Rumdasih & Heryati, 2005 dalam Suci, 2011). Menurut Hartono
(2006), Angka Kecukupan Gizi merupakan rekomendasi asupan berbagai
nutrisi esensial yang dipertimbangkan berdasarkan pengetahuan ilmiah agar
nutrisi tersebut cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan gizi semua orang
sehat.

25

Tabel 2.3
Angka Kecukupan Gizi Rata rata yang Dianjurkan Per Orang Per Hari
AKG energi
AKG protein
Umur
(Kkal)
(g)
13 15 thn (laki laki)

2400

60

13 15 thn (perempuan)

2350

57

Sumber : LIPI, 2004


3. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari hari baik
kualitatif maupun kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata- rata,
umumnya lambung kosong antara 3 4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Soegeng Santosa, 2004 dalam
Okviani, 2011).
Frekuensi makan seseorang yang merupakan kebiasaan makan
berhubungan erat dengan kecukupan zat gizi. Seorang remaja biasanya tidak
mempunyai pilihan sendiri terhadap makanan yang disenanginya. Sering
terjadi seorang remaja tidak cukup makan tiga kali sehari, terutama pada
waktu pertumbuhan badan maksimal terjadi, yaitu pada umur 13, 14, 15 dan
16 tahun (Suhardjo, 1989).

26

D. Konsep Dasar Gizi Seimbang


Gizi seimbang yaitu suatu menu makanan yang terdiri dari beranekaragam
makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan
gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel sel tubuh dan proses
kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. Dalam konsep gizi seimbang,
susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan zat zat
gizi. Bahan makanan sumber gizi seimbang tersebut dikelompokkan dan
disederhanakan berdasarkan tiga fungsi utama zat zat gizi, yaitu (1) sumber
energi; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Untuk mencapai
gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga
kelompok bahan makanan tersebut namun setiap bahan makanan dipilih sesuai
dengan ketersediaan bahan makanan tersebut, keadaan sosial ekonomi, nilai gizi,
dan kebiasaan makan (Almatsier, 2004).
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan
sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang
satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain
sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Depkes, 2003).

27

1. Pedoman Gizi Seimbang


Pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang
diadakan oleh FAO, antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang
yang semula menggunakan slogan sejenis Basic Four memperbaiki
menjadi Nutrition Guide for Balance Diet. Ketetapan tersebut dianggap
penting untuk menyiapkan pola hidup sehat dalam menghadapi beban ganda
masalah gizi. Negara berkembang dan miskin bukan hanya menghadapi
masalah kekurangan gizi, tetapi kegemukan dan penyakit degeneratif karena
kelebihan gizi. Keputusan FAO tersebut diterapkan di Indonesia dalam
kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PUGS dan menjadi bagian dari
program perbaikan gizi. Namun, PUGS kurang disosialisasikan sehingga
terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan
4S5S. Kemudian tahun 2009 secara resmi PGS (Pedoman Gizi Seimbang)
diterima masyarakat, sesuai dengan Undang Undang Kesehatan Nomor 36
tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit Gizi Seimbang dalam
program perbaikan gizi (Kurniasih, 2010).
Pedoman gizi seimbang (PGS) adalah pedoman dasar tentang gizi
seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di
masyarakat secara baik dan benar (Almatsier, 2006). Gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari hari yang mengandung zat zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman makanan atau variasi makanan, aktivitas fisik,

28

kebersihan dan berat badan ideal (Kurniasih, dkk,

2010). Pedoman Gizi

Seimbang digambarkan dalam logo berbentuk kerucut yang dikenal dengan


Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).
Gambar 2.1
Tumpeng Gizi Seimbang

Sumber : Kurniasih, dkk, 2010


TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan
menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut).
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) berisi 4 prinsip gizi seimbang yang
diharapkan menjadi sarana, pedoman atau acuan bagi provider dalam
pendidikan gizi masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat melalui konsumsi pangan seimbang (Kurniasih,
dkk, 2010 ). Selain itu juga PGS diharapkan menjadi pedoman praktis untuk

mengatur makanan sehari hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, 2004)
29

Adapun 4 prinsip gizi seimbang, sebagai berikut :


a. Pentingnya membiasakan makan makanan beraneka ragam
Membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah
prinsip pertama dari Gizi Seimbang yang universal. Artinya, setiap
manusia dimana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau
bervariasi, karena tak ada satupun makanan yang mengandung seluruh
zat gizi yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat
tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis
makanan

sumber zat pengatur.

Ini

adalah

penerapan

prinsip

penganekaragaman yang minimal. Yang ideal adalah jika setiap kali


makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan yaitu
makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah (Depkes, 2003).
Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proporsional
keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai
dengan kebutuhan.
1) Karbohidrat
Sebagian energi berasal dari karbohidrat, maka makanan
sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan pokok. Dalam
Tumpeng Gizi Seimbang sumber karbohidrat diletakkan sebagai
dasar tumpeng. Para pakar menetapkan rentang konsumsi

30

karbohidrat sebesar 45 65% dari kebutuhan energi total


(Kurniasih, dkk, 2010). Rata rata energi total per hari yang
berasal dari konsumsi karbohidrat masyarakat Indonesia sekitar
60 70%.
2) Lemak
Didalam makanan, lemak berfungsi sebagai pelezat
makanan sehingga orang cenderung lebih menyukai makanan
berlemak. Lemak pun berfungsi sebagai pelarut beberapa
vitamin (vitamin A, D, E dan K) dan pelindung berbagai organ
tubuh. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang makanan sumber lemak
diletakkan pada puncak Tumpeng Gizi Seimbang karena
penggunaanya dianjurkan seperlunya. Lemak berlebihan dapat
mendorong terjadinya kegemukan serta berbagai masalah
kesehatan pembuluh darah dan jantung akibat kadar kolesterol
darah yang melebihi normal (Kurniasih, dkk, 2010). Konsumsi
lemak dianjurkan 25 30% dari kebutuhan energi (Depkes,
2003).
Dalam bentuk makanan, tinggi kadar lemaknya antara lain
semua jenis tart yang terbuat dari banyak telur dan mentega,
rendang daging, gulai jeroan, otak dan lain lain. Makanan
inilah yang dianjurkan untuk dikurangi dalam hidangan sehari
hari terutama bagi orang yang gemuk dan lanjut usia.

31

3) Protein
Protein tidak dapat berfungsi baik dalam tubuh tanpa
kecukupan sumber energi lain (karbohidrat dan lemak) dan zat
zat gizi mikro. Protein dapat diperoleh dari dua sumber yaitu
makanan hewani (telur, ikan, daging, susu dan hasil olahannya)
dan makanan nabati (kacang kacangan).
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, makanan sumber protein
hewani dan nabati diletakkan berdekatan pada level yang sama
dibawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua jenis protein juga
dianjurkan dengan porsi yang sama. Jumlah protein yang harus
dikonsumsi yaitu Laki laki 60 g/hari, Perempuan 57 g/hari.
Menurut Kemenkes (2010) yaitu 80% dari AKG.
4) Vitamin A
Sumber Vitamin A adalah hati, telur, susu (di dalam
lemaknya) dan mentega. Sumber Karoten adalah daun singkong,
daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel,
tomat, jagung manis, pepaya, nangka masak dan jeruk. Vitamin
A berpengaruh terhadap sintesis protein.
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan tulang gigi
(Almatsier, 2002).

32

5) Vitamin C
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang
dapat terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam
saluran darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Pada umumnya
tubuh menahan vitamin C sangat sedikit. Kelebihan vitamin C
dibuang melalui air kemih. Oleh karena itu bila seseorang
mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar, sebagian besar
akan dibuang keluar, terutama bila orang tersebut mengkonsumsi
makanan yang bergizi tinggi, sebaliknya bila buruk keadaan gizi
seseorang, maka sebagian besar dalam jumlah itu dapat ditahan
oleh jaringan tubuh (Winarno, 1997 dalam Amelia, 2008).
Vitamin C memiliki banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai
koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam
reaksi-reaksi

hidroksilasi.

Kekurangan

vitamin

dapat

menyebabkan luka sukar sembuh, terjadi anemia, kadang kadang jumlah sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul
gangguan saraf. Vitamin C umumnya hanya terdapat di dalam
pangan nabati, yaitu sayur dan buah, terutama yang asam seperti
jeruk, nanas, rambutan, dan tomat.

33

6) Zat Besi (Fe)


Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi
tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopobesis
(pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Di
samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor
penggiat. Pada wanita subur, lebih banyak Fe terbuang dari
badan dengan adanya menstruasi sehingga kebutuhan akan Fe
pada wanita dewasa lebih tinggi daripada laki-laki (Sediaoetama
1996). Apriadji (1986) mengemukakan bahwa remaja berumur
antara 10 sampai 19 tahun membutuhkan kalsium dan zat besi
lebih banyak daripada umur sebelum atau sesudahnya. Puncak
pertumbuhan paling pesat dicapai pada umur-umur tersebut.
Kalsium dan zat besi sangat dibutuhkan untuk menunjang
pesatnya perkembangan anggota tubuh.

34

Tabel 2.4
Indikator Kecukupan Zat Gizi Pada Remaja
Usia 13 15 Tahun
Zat gizi
Indikator
Karbohidrat

45 65% dari kebutuhan energi total.

Lemak

25 30% dari kebutuhan energi total.

Protein

Laki laki : 60 g/hari


Perempuan : 57 g/hari
Menurut Kemenkes (2010) yaitu 80%
dari AKG.

Vitamin A

Laki laki : 600 RE


Perempuan : 600 RE

Vitamin C

Laki laki : 75 mg
Perempuan : 65 mg

Zat besi (Fe)

Laki laki : 19 mg
Perempuan : 26 mg

Sumber : Depkes, (2003), Kurniasih, dkk (2010) dan LIPI, (2004)


b. Pentingnya pola hidup bersih
Prinsip kedua dari pola makan dengan gizi seimbang adalah
pentingnya pola hidup bersih. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
35

masyarakat (Kemenkes, 2011). Pola makan bergizi seimbang akan


menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan
kebiasaan hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan
air bersih dan sabun, menyajikan makanan dalam keadaan tertutup agar
tidak mudah dihinggapi lalat dan serangga, serta mencuci sayur dan buah
dengan air bersih (Kurniasih, 2010).
Tabel 2.5
Prinsip Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Remaja Berdasarkan
Pedoman Gizi Seimbang
Prinsip PHBS

No.
1.

Mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun.

2.

Menjaga kebersihan mulut dan gigi.

3.

Menutup makanan dengan tudung saji.

5.

Memilih jajanan makanan dan minuman yang aman.

6.

Tidak merokok.

7.

Tidak menggunakan narkoba.

8.

Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

Sumber : Kurniasih, 2010


Kebiasaan hidup bersih pada remaja harus diterapkan sejak kecil,
terutama mengenai cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan
mulut dan gigi, menutup makanan dengan tudung saji, memilih jajanan
makanan dan minuman yang aman. Selain pola hidup bersih, khusus
36

untuk remaja perlu diperhatikan pola hidup sehat, seperti tidak merokok,
tidak menggunakan narkoba, dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pola makan yang tidak
bergizi seimbang dan merugikan kesehatan (Kurniasih, 2010)
c. Pentingnya pola hidup aktif dan berolahraga
Prinsip yang ketiga adalah kesesuaian atau keseimbangan antara
asupan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas (Kurniasih, 2010).
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan
fisik, seperti : berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain (Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Menurut Kartono (1992) dalam Amelia (2008) bersama remaja akan
melakukan kegiatan yang menyenangkan. Bila kegiatan-kegiatan tersebut
dilakukan secara rutin oleh remaja, maka akan terbentuk pola aktivitas
yang berbeda dengan aktivitas sebelumnya. Pola aktivitas remaja
didefenisikan sebagai kegiatan yang biasa dilakukan oleh remaja sehari
hari sehingga akan membentuk suatu pola. Pola aktivitas remaja dapat
dilihat dari bagaimana cara remaja mengalokasikan waktunya selama 24
jam dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan suatu jenis kegiatan
secara rutin dan berulang-ulang.
Aktivitas fisik merupakan komponen utama dari energi yang
dikeluarkan yaitu sekitar 20 50% (Aryanti, 2008). Bila energi yang

37

masuk lebih kecil dari kebutuhan energi untuk beraktivitas, berat badan
akan turun dan dapat menjadi kurus. Sebaliknya bila asupan energi yang
masuk lebih besar, dapat menjadi gemuk. Aktivitas fisik dibagi menjadi
aktivitas ringan, sedang, dan berat (Almatsier, 2004).
Tabel 2.6
Pengelompokkan Aktivitas Fisik
Kelompok
Jenis kegiatan

aktivitas
Fisik
Ringan

75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri.


25% waktu digunakan untuk berdiri atau bergerak.

Sedang

40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri.


60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.

Berat

25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri.


75% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.

Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 dengan penyesuaian oleh Muhilal, dkk,


Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi V, 1994, dalam
Almatsier (2004).

Menurut Novikasari (2003) dalam Amelia (2008), kegiatan fisik


cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif
seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan semakin
banyak. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak
dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan fisik. Apabila
38

aktivitas fisik ringan maka energi yang dikeluarkan lebih kecil daripada
asupan energi. Hal ini bila lama terjadi dalam kurun waktu yang relatif
lama dapat berakibat terjadi penumpukan lemak yang akhirnya terjadi
berat badan lebih bahkan bisa terjadi obesitas. Masalah kelebihan gizi
berakibat pada kegemukan dan penyakit degeneratif.
Apabila aktifitas fisik berat maka energi yang dikeluarkan lebih
besar daripada asupan energi. Hal ini bila lama terjadi dalam kurun waktu
yang relatif lama dapat terjadi kekurusan atau berat badan kurang. Berat
badan kurang atau kekurangan gizi dapat berakibat menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi, kekurangan
energi juga dapat menurunkan produktivitas kerja dan sulit dalam
menerima pendidikan serta pengetahuan (Mujur, 2011). Oleh sebab itu,
untuk mencegah timbulnya berbagai dampak tersebut perlu membiasakan
hidup aktif bergerak dan berolahraga teratur. Olahraga merupakan bagian
dari pola hidup bergizi seimbang (Kurniasih, 2010).
d. Pentingnya berat badan ideal
Badan yang sehat antara lain ditengarai dengan kemampuan tubuh
untuk mempertahankan berat badan ideal. BB ideal adalah berat badan
yang serasi dengan tinggi badan menurut rumus tertentu, yaitu BB (kg)
dibagi dengan TB (meter) kuadrat. Hasilnya disesuaikan dengan standar
yang telah ditentukan.

39

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan


dan penggunaan zat zat gizi (Almatsier, 2004). Untuk mencapai status
gizi baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi, aman
untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi yang ditentukan oleh berbagai
faktor, antara lain : umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan dan
tinggi badan, keadaan fisiologis dan kedaan kesehatan (Hermina, 1993
dalam Amelia, 2008).
Berdasarkan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa SMPN 4
Tompobulu didapatkan bahwa persentase responden paling banyak untuk
asupan energi tidak sesuai AKG namun status gizi normal sebesar 57,3%,
asupan protein sesuai AKG namun status gizi normal sebesar 57,3%,
asupan lemak tidak sesuai AKG namun berat badan normal sebesar
64,6% dan asupan karbohidrat tidak sesuai AKG namun status gizi
normal 53,7%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak ada hubungan
antara asupan zat gizi dengan status gizi. Meskipun demikian status gizi
tidak secara tunggal dipengaruhi oleh pola makan karena status gizi
bersifat multifaktor. Menurut Bayu Krisnamurti (2000) dalam Hendrayati
(2010) menjelaskan aspek lain yaitu ketahanan pangan sebagai variabel
kuat berhubungan dengan status gizi. Selain itu juga kesehatan remaja
erat kaitannya dengan status gizi.
Pengukuran status gizi untuk anak umur diatas lima tahun sampai
18 tahun diukur berdasarkan Z score dengan menggunakan perbandingan

40

indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Status gizi dikategorikan


menjadi sangat kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas (Kemenkes,
2011). Pemantauan status gizi dilakukan secara berkala misalnya dengan
menimbang berat badan setiap hari dan mengukur tinggi badan setiap
bulan untuk menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) (Depkes, 2002).
Tabel 2.7
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut
Umur (IMT / U) Anak Umur 5 18 Tahun
Klasifikasi
Sangat kurus
Kurus

Ambang Batas (Z Score)


< -3 SD
-3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal

-2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk

>1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas

>2 SD

Sumber : Kemenkes, 2011


Memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat berprinsip gizi
seimbang merupakan salah satu upaya mencapai dan mempertahankan
berat badan ideal demi kebugaran dan kesehatan tubuh (Kurniasih, 2010).

41

E. Dampak praktek tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang


Masa remaja adalah saat terjadinya perubahan perubahan yang cepat,
sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan benar agar mereka dapat
tumbuh optimal. Apalagi di masa ini, aktivitas fisik remaja pada umumnya lebih
banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktivitas disekolah, umumnya
mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan. Hal tersebut akan menguras
energi, yang berujung pada keharusan untuk menyesuaikannya dengan asupan
gizi yang seimbang (Kurniasih, dkk, 2010).
Pola hidup yang tidak sesuai dengan gizi seimbang beresiko menyebabkan
kekurangan gizi dan juga dapat terjadi gizi lebih atau obesitas (Kurniasih, dkk,
2010). Masalah gizi tersebut memiliki dampak masing masing, seperti :

1. Dampak apabila terjadi Gizi kurang, yaitu :


a. Kurang Energi Protein (KEP)
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan
protein dan atau kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi
lain. KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi,
dalam makanan sehari hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG), dan biasanya juga diserta adanya kekurangan dari beberapa
nutrisi lainnya (Hidajat, dkk, 2006).
Akibat yang akan terjadi karena KEP ini secara umum yaitu :
1) Sering terserang penyakit dan penyakit yang diderita akan
semakin parah,

42

2) Pertumbuhan tidak sempurna,


3) Perkembangan fisik dan mental terhambat menyebabkan IQ
rendah serta produktivitas belajar berkurang,
4) Jika

keadaannya

parah

dapat

menyebabkan

kematian

(Proverawati,dkk, 2010).
b. Kurang Vitamin A (KVA)
KVA atau defisiensi vitamin A merupakan keadaan dimana tubuh
mengalami kekurangan kadar vitamin A. KVA dapat terjadi apabila
seseorang kurang mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung
cukup vitamin A (Proverawati,dkk, 2010).
Akibat yang terjadi pada seorang yang mengalami kva adalah :
1) Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi
(misalnya sakit batuk, diare, dan campak).
2) Rabun senja (seseorang tidak dapat melihat suatu benda, jika ia
berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap). Rabun
senja dapat mengakibatkan kebutaan.
3) Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan
bentuk tulang tidak normal.
4) Defisiensi vitamin A menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
Vitamin A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah,
kemungkinan melalui interaksi dengan besi (Almatsier 2002).

43

c. Anemia defisiensi zat besi.


Masalah anemia pada remaja perlu mendapat perhatian khusus,
terutama pada remaja perempuan. Karena perempuan akan menjadi calon
ibu, hal ini juga terkait dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan
di Indonesia (Kurniasih, dkk, 2010). Anemia gizi adalah keadaan dimana
kadar hemoglobin, hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari
normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya defisiensi
tersebut (Arisman, 2007).

Anemia defisiensi besi terjadi pada tahap

anemia tingkat berat (severe) yang berakibat pada rendahnya kemampuan


tubuh memelihara suhu, bahkan dapat mengancam kematian (Departemen
Gizi FKM UI, 2009).
Makanan yang mengandung zat besi adalah bahan makanan yang
kebanyakan berasal dari daging hewan. Serapan zat besi dari sumber
makanan makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20
30%. Namun sebagian besar penduduk dinegara berkembang belum
mampu menghadirkan bahan makanan tersebut di meja makan. Ditambah
dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu
makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah (Arisman, 2007).

44

2. Dampak apabila terjadi Gizi lebih atau obesitas, yaitu :


a. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah tekanan pada dinding
dinding pembuluh darah secara konsisten lebih tinggi dari normal.
Hipertensi menyebabkan jantung lebih keras bekerja; makin tinggi
tekanan darah; makin keras kerjanya, maka semakin keras besar resiko
serangan jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi umumnya disebabkan
oleh kegemukan, mengkonsumsi makanan dengan kandungan garam
berlebihan, mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, diabetes, stres,
kekurangan zat gizi pada usia dini, memiliki riwayat keluarga hipertensi
(Kurniasih, dkk, 2010).
b. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner.
Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. Aterosklerosis yang terjadi karena
timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah
secara perlahan-lahan (Ulfa, 2000 dalam Supriyono, 2008).
Proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak
kanak, tetapi baru manifes pada usia dewasa, usia pertengahan atau usia
lanjut. Selain proses aterosklerosis ada juga proses lain, yakni spasme
(penyempitan) pembuluh darah koroner tanpa adanya kelainan anatomis,

45

yang secara tersendiri atau bersama-sama memberikan gejala iskemia


(Ulfa, 2000 dalam Supriyono, 2008). Penyakit akibat penyempitan
pembuluh darah koroner ini disebabkan oleh kegemukan, hipertensi,
rokok, stres, genetik, usia dan diabetes (Kurniasih, dkk, 2010).
c. Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah kondisi fisiologis yang mempengaruhi cara
tubuh menggunakan energi dari zat gula, zat pati, dan zat zat gizi lain.
Karbohidrat (gula dan pati) tidak menyebabkan diabetes. Sebaliknya,
hormon insulin yang dihasilkan pankreas tidak diproduksi atau tidak
bekerja benar dalam tubuh, sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana
mestinya untuk metabolisme energi. Jenis diabetes yang paling banyak
diderita (90 95%) adalah diabetes tipe 2 yang kejadiannya meningkat
dengan tingkat kegemukan, pola hidup kurang gerak, dan penduduk usia
lanjut (Kurniasih, dkk, 2010).

F. Penilaian Konsumsi Makanan


Konsumsi makanan sehari hari dapat dilihat berdasarkan umur, berat
badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Banyak atau sedikitnya zat gizi yang
dikonsumsi melalui makanan menentukan status gizi seseorang.
Penilaian konsumsi makanan dapat digunakan beberapa metode, antara
lain:

46

1. Metode Food Frequency Quetioner (FFQ)


Metode Food Frequency Quetioner (FFQ) bertujuan untuk memperoleh
data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi
selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun (Supariasa, dkk,
2002).
Metode ini dapat pula digunakan untuk memperoleh gambaran pola
konsumsi makanan secara kualitatif. Metode ini paling sering digunakan
dalam penelitian epidemiologi gizi, karena periode pengamatannya lebih lama
dan dapat membedakan individu berdasarkan ranking tingkat konsumsi zat
gizi (Supariasa, dkk, 2002).
Kuesioner frekuensi makan memuat tentang daftar bahan makanan atau
makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.
Bahan makanan yang ada dalam kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi
dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden (Supariasa, dkk, 2002).
Kelebihan metode frekuensi makanan adalah relatif murah dan
sederhana, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan
latihan khusus, dan dapat membantu menjelaskan hubungan antara penyakit
dan kebiasaan makan. Kekurangan metode frekuensi makanan adalah tidak
dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari, sulit mengembangkan
kuesioner pengumpulan data, cukup menjemukan bagi pewawancara, perlu
membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan

47

yang akan masuk dalam daftar kuesioner, dan responden harus jujur dan
mempunyai motivasi tinggi (Supariasa, 2002).
2. Metode Food Recall 24 Jam
Prinsip dari metode ini adalah dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan maknan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam
metode ini, responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu (Supariasa,dkk, 2002).
Hal terpenting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan metode ini
data yang diperoleh cenderung lebih lebih bersifat kualitatif. Namun untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring,
dan lain lain) dan ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari hari
(Sanjur, 1997 dalam Supariasa,dkk, 2002).
Metode Food Recall 24 Jam memiliki kelebihan dan kekurangan,
sebagai berikut (Supariasa,dkk, 2002) :
Kelebihan Metode Food Recall 24 Jam, yaitu :
a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.
b. Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
c. Cepat sehingga dapat mencakup banyak responden.
d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

48

e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar benar dikonsumsi


individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan Metode Food Recall 24 Jam, yaitu :
a. Ketepatanya sangat tergantung pada daya ingat responden.
b. Makanan yang disantap kemarin mungkin bukan makanan yang biasa
disantap.
c. Orang sering tidak melaporkan makanan yang memalukan, misalnya petai
atau alkohol.
d. The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus
untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi
responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under
estimate).
3. Estimated Food Frequency
Metode ini disebut juga food records, yang digunakan untuk mencatat
jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat
semua yang ia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran
rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam
periode tertentu (2 4 hari berturut turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut.
4. Food weighing
Pada metode penimbangan makanan, responden menimbang dan
mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi selama satu hari. penimbangan

49

makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung dari tujuan, dana
penelitian dan tenaga yang tersedia (supariasa, 2002).
Kelebihan metode ini adalah data yang diperoleh lebih akurat atau
teliti, sedangkan kekurangannya adalah memerlukan waktu dan cukup mahal
karena perlu peralatan, bila penimbangan dilakukan dalam periode yang
cukup lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka, tenaga
pengumpul data harus terampil dan terlatih (supariasa, 2002).

50

G. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Berat badan ideal

Pola hidup bersih


Pedoman Gizi Seimbang
Aktivitas fisik

Pola konsumsi makanan


1. Jenis bahan
makanan
2. Jumlah zat gizi
makanan
3. Frekuensi makan

Sumber : Kurniasih (2010) dan Suhardjo, 1989

51

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari hari yang mengandung
zat zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan atau variasi
makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal (Kurniasih, dkk,
2010).

Pola konsumsi makanan dapat digambarkan berdasarkan teori Suhardjo


(1989) dimana pola konsumsi makanan digambarkan oleh jenis bahan
makanan, jumlah zat gizi dan frekuensi makan. Jenis bahan makanan terdiri
dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Dimana pola konsumsi
makanan yang ideal yaitu dalam setiap kali makan terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
Untuk mempermudah penghitungan maka jumlah zat gizi ditentukan
dengan tingkat kecukupan zat gizi dimana pemenuhan zat gizi tersebut sesuai
dengan kebutuhan terutama pada remaja, seperti energi, karbohidrat, protein,
lemak, vitamin A, C, dan Fe. Kecukupan zat zat gizi tersebut disesuaikan
dengan Pedoman Gizi Seimbang dan Angka Kecukupan Gizi.
Frekuensi makan berkaitan dengan intensitas makan dan jumlah
konsumsi dalam setiap jenis bahan makanan. Intensitas makan dilihat dengan
berapa kali makan dalam sehari. Untuk jumlah konsumsi dalam setiap jenis
bahan makanan dilihat berdasarkan jenis bahan makanan, yaitu makanan
52

pokok, lauk pauk, sayur dan buah dikonsumsi pada beberapa waktu tertentu.
Kerangka konsep yang akan digunakan oleh penulis dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Praktek Pedoman Gizi


Seimbang

Pola konsumsi makanan

Pola hidup bersih

Aktivitas fisik

Berat Badan Ideal

1. Jenis bahan
makanan
2. Jumlah zat gizi
makanan
3. Frekuensi makan

53

B. Definisi Operasional

Variabel
Remaja

Definisi Operasional
Kelompok peralihan

Cara ukur
Wawancara

Alat ukur
Kuesioner

dari anak anak ke

(tanggal dan

dewasa berdasarkan

tahun lahir)

Hasil ukur
1. Remaja awal (usia 11

Skala ukur
Ordinal

13 tahun)
2. Remaja pertengahan (usia
14 16 tahun)

atas usia.

(Soetjiningsih, 2007)
Pola hidup

Sekumpulan perilaku

bersih

pada remaja yang

Wawancara

Kuesioner

1. Sesuai PGS, jika jumlah

Ordinal

skor > nilai mean.


2. Tidak sesuai PGS, jika

ditunjukkan dengan

jumlah skor nilai mean

jawaban kuesioner.

.
Aktivitas

Sesuatu yang

Wawancara

Metode

1. Aktivitas fisik ringan,

fisik

menggunakan energi

catatan harian

jika 75% waktu

untuk melakukan

aktivitas fisik

digunakan untuk duduk

Ordinal

54

berbagai kegiatan

atau berdiri. 25% waktu

sehari hari.

digunakan untuk berdiri


atau bergerak.
2. Aktivitas fisik sedang,
jika 40% waktu
digunakan untuk duduk
atau berdiri. 60% waktu
digunakan untuk aktivitas
pekerjaan tertentu.
3. Aktifitas fisik berat, jika
25% waktu digunakan
untuk duduk atau berdiri.
75% waktu digunakan
untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.

Berat Badan Kondisi fisik


Ideal

Wawancara

Kuesioner

1. Sangat kurus

berdasarkan Indeks

2. Kurus

Massa Tubuh (IMT)

3. Normal

Ordinal

4. Gemuk
55

5. Obesitas
(Kemenkes, 2011)
Wawancara

metode Food

1. Sesuai PGS, jika terdiri

Jenis bahan

Kelompok pangan

makanan

yang dikonsumsi pada

Recall 2x24

dari makanan pokok, lauk

setiap harinya (makan

jam

pauk, sayur dan buah.

Ordinal

2. Tidak sesuai PGS, jika

pagi, siang dan

tidak terdiri dari makanan

malam).

pokok, lauk pauk, sayur


dan buah.
(Kurniasih, dkk, 2010 dan
Depkes, 2003)

Tingkat

Konsumsi zat zat

wawancara

metode Food

kecukupan

gizi yang diperoleh

Recall 2x24

zat gizi

dari sejumlah bahan

jam

a. Kecukupan Energi
1. Sesuai AKG, jika
70% dari AKG

makanan dalam sehari

(perempuan : 2350

dibandingkan dengan

Kkal, laki laki :

Angka Kecukupan

2400 Kkal).

Gizi.

Ordinal

2. Tidak sesuai AKG,


jika < 70% dari AKG
56

(perempuan : 2350
Kkal, laki laki :
2400 Kkal)
b. Kecukupan karbohidrat
1. Sesuai AKG, jika 45
65% dari kebutuhan
energi total.
2. Tidak sesuai AKG,
jika < 45 65% dari
kebutuhan energi
total.
c. Kecukupan lemak
1. Sesuai AKG, jika 25
30% dari kebutuhan
energi total.
2. Tidak sesuai AKG,
jika > 25 30% dari
kebutuhan energi
total.
57

d. Kecukupan protein
1. Sesuai AKG, jika
80% dari AKG
(perempuan : 57 gram,
laki laki : 60 gram).
2. tidak sesuai AKG, jika
< 80% dari AKG
(perempuan : 57 gram,
laki laki : 60 gram).
e. vitamin A
1. sesuai AKG, jika
AKG (600 RE)
2. tidak sesuai AKG, jika
< AKG (600 RE)
f. vitamin C
1. sesuai AKG, jika
AKG (perempuan : 65
mg, laki laki : 75
mg).
58

2. tidak sesuai AKG, jika


< AKG (perempuan :
65 mg, laki laki : 75
mg).
g. Fe
1. Sesuai AKG, jika
AKG (perempuan : 26
mg, laki laki : 19
mg).
2. tidak sesuai AKG, jika
< AKG (perempuan :
26 mg, laki laki : 19
mg).
(Kurniasih, dkk, 2010 dan
Kemenkes, 2010)

Frekuensi

Intensitas makan

makan

(jadwal makan) dan

wawancara

Kuesioner dan
FFQ

a. Jadwal makan dalam

Ordinal

sehari

jumlah konsumsi

1. 1 kali

setiap jenis bahan

2. 2 kali
59

makanan.

3. 3 kali
4. Lebih dari 3 kali
(Suhardjo, 1989)
b. Jumlah konsumsi setiap
jenis bahan makanan
1. Sesuai PGS, jika
makanan pokok 3 8
kali (porsi) per hari,
lauk - pauk 2 3 kali
(porsi) per hari, sayur
3 5 kali (porsi) per
hari, dan buah 2 3
kali (porsi) per hari.
2. Tidak sesuai PGS, jika
tidak memenuhi
kriteria diatas.
(Kurniasih, 2010)

60

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian epidemiologi deskriptif
untuk melihat gambaran praktek pedoman gizi seimbang pada remaja. Menurut
Notoatmodjo (2005), metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei Juli 2013.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa (remaja putra dan putri)
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun ajaran 2013
yang terdiri dari kelas VII dan VIII yang terdaftar sebagai siswa MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kelas IX tidak diikutsertakan
karena dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. Jumlah siswa kelas VII
dan kelas VIII sebanyak 507 siswa.

61

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2002). Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan secara systematic random sampling. Hal tersebut
dilakukan karena tersedianya absen kelas sehingga mempermudah dalam
pengambilan sampel khususnya sampling frame. Sampel ditentukan dengan
cara membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel
yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Kemudian sampel diambil
dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1
sampai dengan n (Notoatmodjo, 2002).
Dari hasil perhitungan di dapat jumlah sampel sebanyak 96 siswa.
Jumlah sampel ditentukan dengan rumus :

Keterangan :
n = estimasi jumlah sampel
Z2= derajat kepercayaan 1,96 pada nilai 95%
p = perkiraan proporsi siswa MTs
62

q=1p
d = derajat ketelitian
Jadi total sampel sebanyak 96 siswa. Penentuan sampel, sebagai
berikut :
Interval sampel = Jumlah Populasi : Sampel yang diinginkan
Interval sampel =

507

96

5,3 dibulatkan menjadi 5.

Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang
mempunyai nomor kelipatan 5.

D. Jenis Data yang Dikumpulkan, Instrumen Penelitian, Uji Coba Instrumen


dan Cara Pengumpulannya
1. Jenis Data yang Dikumpulkan
a. Data Primer
1) Data karakteristik responden meliputi nama, kelas, tanggal lahir dan
jenis kelamin.
2) Data jenis bahan makan meliputi makanan pokok, lauk pauk,
sayur dan buah.
3) Data

jumlah

bahan

makanan

meliputi

kecukupan

energi,

karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin C, dan zat besi (Fe).


4) Data frekuensi makan meliputi jumlah berapa kali makan dan
jumlah konsumsi setiap jenis bahan makanan.

63

5) Data aktivitas fisik berupa jenis aktivitas fisik yang biasa dilakukan
oleh responden selama satu hari dengan menggunakan catatan
harian aktivitas fisik. Data aktivitas fisik juga akan digunakan untuk
menentukan tingkat kecukupan zat gizi pada setiap responden yaitu
kebutuhan energi total.
6) Data pola hidup bersih berupa pertanyaan mengenai pola hidup
bersih berdasarkan pada Pedoman Gizi Seimbang. Data ini
diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
7) Data berat badan ideal didapatkan dengan menentukan status gizi
responden. Status gizi diperoleh dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan yang kemudian disesuaikan dengan standar yang
ditentukan. Data pengukuran tinggi badan dan berat badan
digunakan juga untuk menentukan

kebutuhan energi total

responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Instrumen Penelitian
a. Instrumen
1) Data karakteristik responden, frekuensi makan dan pola hidup
bersih diteliti dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik, sudah matang,

64

dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan


memberikan tanda tanda tertentu (Notoadmojo, 2005).
2) Data jenis bahan makanan diperoleh dengan instrumen formulir
Food Recall 2 x 24 jam dan dibantu dengan menggunakan Food
Model. Pada Food Recall 24 jam responden menceritakan semua
yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu (Supariasa,
dkk, 2002). Food Model adalah sekumpulan model dari beberapa
item pangan dalam ukuran dan bentuk yang sama layaknya seperti
pangan sebenarnya (Siagian, 2010).
3) Data tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan
metode ingatan 2 x 24 jam (Food Recall 2 x 24 hours), dengan
menggunakan instrumen kuesioner metode ingatan 24 jam dan
dibantu dengan Food model.
4) Data frekuensi makan diperoleh dengan metode Food Frequency
Questionaire (FFQ).
5) Data pola hidup bersih diperoleh dengan kuesioner.
6) Data aktivitas fisik diperoleh dengan menggunakan catatan harian
aktivitas fisik. Catatan harian aktivitas (activity diary) merupakan
instrumen subjektif yang memerlukan kerja sama dengan orang
yang diteliti, subjek diminta untuk mencatat semua aktivitasnya
selama suatu periode waktu tertentu (Gibney, 2009).

65

7) Data berat badan ideal diperoleh dengan mengukur tinggi badan


dengan alat ukur microtoise dan menimbang berat badan dengan
alat timbangan injak.
b. Uji Coba Instrumen
Instrumen adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen
dilakukan uji coba kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas sangat
penting dilakukan mengingat kesimpulan penelitian hanya akan dapat
dipercaya bila didasarkan pada informasi yang akurat. Data yang
dikumpulkan tidak akan berguna apabila alat ukur yang digunakan tidak
memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Pertanyaan dikatakan
valid jika r hasil lebih besar dari r tabel. Pertanyaan dikatakan reliabel
jika
Dari hasil uji validitas kuesioner pola hidup bersih dan sehat tahap
awal, dari 10 pertanyaan terdapat 1 pertanyaan yang memiliki r hitung
lebih kecil dari r tabel sehingga dinyatakan tidak valid dan harus
dibuang. Setelah pertanyaan tersebut dibuang dan dilakukan uji validitas
kedua didapatkan hasil r hitung lebih besar dari r tabel sehingga
pertanyaan dinyatakan valid. Dari hasil r hitung tersebut didapatkan juga
r hitung lebih kecil dari r alpha yaitu 6 pertanyaan sehingga keenam
pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel dan 4 pertanyaan lainnya

66

dinyatakan tidak reliabel. Namun karena pertanyaan tersebut penting


dan sangat berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat pada remaja,
maka peneliti tetap memasukkan semua pertanyaan tersebut dengan
menyederhanakan kalimatnya. Setelah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas tahap akhir didapatkan bahwa semua pertanyaan dinyatakan
valid karena r hitung lebih besar dari r tabel. Ke sepuluh pertanyaan
tersebut juga dinyatakan reliable karena r hitung lebih kecil dari r alpha.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Data tentang karakteristik responden meliputi nama, kelas, tanggal lahir
dan jenis kelamin. Frekuensi makan meliputi jumlah berapa kali makan
dalam sehari serta data aktivitas fisik. Data tersebut diperoleh dengan
membagikan kuesioner kepada responden yang terlebih dahulu
diberikan pengarahan oleh peneliti, kemudian kuesioner tersebut diisi
sendiri oleh responden yang bersangkutan.
b. Data jenis bahan makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk
pauk, sayur dan buah. Data tingkat kecukupan zat gizi yang meliputi
kecukupan energi, karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, C dan zat besi
(Fe) didapatkan dengan metode wawancara oleh peneliti dengan
menggunakan metode Food Recall 2 x 24 jam. Untuk mempermudah
dalam estimasi pengukuran bahan makanan antara enumerator dan
responden digunakan Food Model sebagai alat bantu.

67

c. Data tingkat kecukupan zat gizi diperoleh secara kuantitatif yaitu jumlah
asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein lemak, vitamin A, C dan zat
besi) diperoleh dengan metode ingatan 2 x 24 jam (Food Recall 2 x 24
hours), dengan menggunakan instrumen kuesioner metode ingatan 24
jam dan Food model. Responden diwawancara mengenai konsumsi
mereka dalam satu hari kemarin mulai dari pagi hari, siang hari sampai
malam hari. Responden juga harus menyebutkan jumlah bahan makanan
yang mereka konsumsi, untuk mempermudah dalam mengestimasi maka
dibantu dengan menggunakan food model. Hasil dari data tersebut
diolah dengan menggunakan software nutrisurvey. Asupan zat gizi
dijumlahkan, dirata rata perhari kemudian dibandingkan dengan
Pedoman

Gizi

Seimbang

dan

Angka

Kecukupan

Gizi

serta

menggunakan Daftar Kebutuhan Bahan Makanan (DKBM).


d. Data frekuensi makan mengenai intensitas konsumsi setiap jenis bahan
makanan diperoleh dengan metode Food Frequency Questionaire
(FFQ) yang dilaksanakan pada hari sekolah dan dilakukan dengan
menanyakan jenis serta intensitas konsumsi setiap jenis bahan makanan
oleh sampel selama satu minggu terakhir.
e. Data pola hidup bersih diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Dimana kuesioner berisi pertanyaan mengenai pola hidup bersih dan
sehat pada remaja berdasarkan pada Pedoman Gizi Seimbang.
Kuesioner dibagikan satu per satu kepada responden dan diisi dengan

68

cara memilih salah satu jawaban. Kemudian kuesioner tersebut


dikumpulkan kepada peneliti dan dihitung skornya.
f. Data berat badan ideal diperoleh dengan menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan. Data tinggi badan dan berat badan juga
digunakan untuk menentukan Angka Metabolisme Basal dalam
penentuan kebutuhan energi total. Kebutuhan energi total akan
digunakan menentukan jumlah kecukupan zat gizi. Pengukuran tinggi
badan dilakukan dengan menggunakan microtoise dan pengambilan data
berat badan menggunakan timbangan injak. Sampel diminta untuk
berdiri di atas timbangan injak tanpa menggunakan sepatu atau tas. Pada
saat penimbangan, badan sampel harus tegak, pandangan harus lurus ke
depan, serta tidak boleh bersandar ke dinding. Nilai berat badan sampel
dilihat dan dicatat oleh enumerator. Tinggi badan sampel diukur dengan
microtoise yang ditempelkan pada dinding. Pada saat pengukuran tinggi
badan, sampel diminta untuk berdiri tanpa menggunakan sepatu, badan
sampel harus tegak, serta pandangan harus lurus ke depan.
g. Data aktivitas fisik berupa sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh
sampel selama satu hari. Data aktivitas fisik digunakan untuk
menentukan kebutuhan energi total. Data diperoleh dengan metode
catatan harian aktivitas fisik. Sampel menyebutkan aktivitas yang
dilakukan disertai dengan waktu dalam beraktivitas tersebut. Aktivitas
tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu duduk atau berdiri dan

69

aktivitas pekerjaan tertentu. Masing masing di jumlahkan alokasi


waktunya. Setelah itu alokasi dari kedua kategori aktivitas tersebut
diubah menjadi persentase. Kemudian menentukan koefisien aktivitas
fisik yang dikategorikan atas ringan, sedang, dan berat. Dikatakan
ringan jika 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri, 25% waktu
untuk aktivitas pekerjaan tertentu. Dikatakan sedang jika 40% waktu
untuk duduk atau berdiri, 60% waktu untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
Dikatakan berat jika 25% waktu untuk duduk atau berdiri, 75% waktu
untuk aktivitas pekerjaan tertentu (FAO/WHO/UNU, 1985 dengan
penyesuaian oleh Muhilal, dkk, Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi
V, 1994, dalam Almatsier (2004)).

E. Pengolahan data
Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan proses
komputerisasi melalui beberapa langkah sebagai berikut:
1. Editing
Data yang telah dikumpulkan diperiksa kelengkapannya terlebih
dahulu.
2. Coding
Sebelum dimasukkan ke komputer, dilakukan proses pemberian kode
pada setiap jawaban yang terdiri variabel jenis bahan makanan, jumlah bahan
makanan, dan frekuensi makan.

70

a. Remaja
Kode 1 = Remaja awal (usia 11 13 tahun)
Kode 2 = Remaja pertengahan (usia 14 16 tahun)
Kode 3 = Remaja lanjut (usia 17 20 tahun)
b. Jenis bahan makanan
Kode 1 = Sesuai PGS, jika memenuhi syarat, yaitu : makanan yang di
konsumsi terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah.
Kode 2 = Tidak sesuai , jika keluar dari kriteria diatas.
c. Tingkat kecukupan zat gizi
1) Kecukupan energi
Kode 1 = sesuai, jika 70 % AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 70% AKG
2) Kecukupan karbohidrat
Kode 1 = sesuai, jika 45 65% dari kebutuhan energi total.
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 45 65% dari kebutuhan energi total.
3) Kecukupan protein
Kode 1 = sesuai, jika 80% AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 80% AKG
4) Kecukupan lemak
Kode 1 = sesuai, jika 25 30% dari kebutuhan energi total.
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < 25 30% dari kebutuhan energi total.

71

5) Kecukupan vitamin A
Kode 1 = sesuai, jika AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < AKG
6) Kecukupan vitamin C
Kode 1 = sesuai, jika AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < AKG
7) Kecukupan zat besi (Fe)
Kode 1 = sesuai, jika AKG
Kode 2 = Tidak sesuai, jika < AKG
d. Frekuensi makan
1) Intensitas makan
Kode 1 = 1 kali
Kode 2 = 2 kali
Kode 3 = 3 kali
Kode 4 = Lebih dari 3 kali
2) Jumlah konsumsi setiap jenis bahan makanan
Kode 1 = Sesuai PGS, jika makanan pokok 3 - 8 kali (porsi) per
hari, lauk - pauk 2 - 3 kali (porsi) per hari, sayur 3 - 5 kali (porsi)
per hari, dan buah 2 - 3 kali (porsi) per hari.
Kode 2 = Tidak sesuai PGS, jika tidak memenuhi kriteria diatas.
e. Pola hidup bersih
Kode 1 = Sesuai PGS, jika jumlah skor > nilai mean.

72

Kode 2 = Tidak sesuai PGS, jika jumlah skor nilai mean.


f. Aktifitas fisik
Kode 1 = Aktivitas fisik ringan, jika 75% waktu digunakan untuk duduk
atau berdiri. 25% waktu digunakan untuk berdiri atau bergerak.
Kode 2 = Aktivitas fisik sedang, jika 40% waktu digunakan untuk
duduk atau berdiri. 60% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan
tertentu.
Kode 3 = Aktifitas fisik berat, jika 25% waktu digunakan untuk duduk
atau berdiri. 75% waktu digunakan untuk aktivitas pekerjaan tertentu.
g. Berat badan ideal
Kode 1 = Sangat kurus
Kode 2 = Kurus
Kode 3 = Normal
Kode 4 = Gemuk
Kode 5 = Obesitas
h. Praktek Pedoman Gizi Seimbang
Kode 1 = Sesuai, jika Pola hidup bersih sesuai dengan PGS, pola
konsumsi makanan (jenis bahan makanan, kecukupan zat gizi, frekuensi
makan) sesuai dengan PGS dan AKG, serta berat badan ideal (status
gizi) normal, dan aktivitas fisik sedang.
Kode 2 = Tidak sesuai, jika tidak terdiri dari kriteria diatas.

73

3. Entry
Memasukkan data dengan menggunakan komputer untuk analisa lebih
lanjut.
4. Cleaning
Pengecekkan kembali, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan
pada data yang sudah dimasukkan, baik dalam pengkodean maupun kesalahan
dalam membaca kode. Dengan demikian data telah siap dianalisis
menggunakan program SPSS for windows.

F. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu
program SPSS dan nutrisurvey. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat.
1. Analisis Univariat
Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat.
Analisis univariat ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi
frekuensi, distribusi proporsi setiap variabel. Dari data yang diperoleh
kemudian diolah secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
untuk menentukan jumlah dan presentase masing masing variabel.

74

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tahun 2013
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berada dibawah Yayasan Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dibuka pada tahun ajaran 1977/1978. MTs yang berada di
lingkungan perkotaan ini memiliki rata rata pendapatan keluarga tingkat
menengah dan tinggi.
Tabel 5.1
Distribusi Populasi Berdasarkan Kelas
Kelas
Jumlah
VII

259

VIII

254

IX

221

Total

734

Sumber : Profil MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tahun 2012

75

2. Gambaran Umum Karakteristik Populasi


a. Jenis Kelamin Populasi
Populasi penelitian ini terdiri dari siswa siswi kelas VII, VIII
dan IX MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dimana
persentase populasi berdasarkan jenis kelamin yaitu laki laki 49,8%
dan perempuan 50,1%.
Distribusi populasi siswa/i kelas VII, VIII dan IX MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan jenis
kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1
Distribusi Populasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Profil MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta Tahun 2012

3. Gambaran Umum karakteristik Responden


a. Umur Responden
Responden

pada

penelitian

ini

adalah

siswa/i

MTs.

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terdiri dari kelas


76

VII dan VIII. Umur responden pada penilitian ini antara 13 15 tahun.
Hasil analisis univariat terhadap umur responden menunujukkan
bahwa persentase responden terendah adalah kelompok umur 15 tahun
(2,1%) dan persentase tertinggi adalah kelompok umur 13 tahun
(57,13%). Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada
tabel 5.2
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
No.
Umur (tahun)
Jumlah
Persentase
(%)
1.

13

55

57.13

2.

14

39

40.6

3.

15

2.1

96

100.0

Total

b. Jenis Kelamin Responden


Berdasarkan hasil analisis univariat jenis kelamin responden,
diperoleh persentase terbesar sampel adalah perempuan, yaitu sebesar
54,2% (52 responden) dan responden laki laki sebesar 45,8% (44
responden). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat
dilihat pada gambar 5.2.

77

Gambar 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

c. Golongan Remaja pada Responden


Berdasarkan hasil analisis univariat golongan remaja pada
responden, diperoleh bahwa sebagian besar responden tergolong
remaja awal sebanyak 57,3%. Distribusi responden berdasarkan
golongan remaja dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Golongan Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
No.
Golongan Remaja
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Remaja Awal

55

57.3

2.

Remaja Pertengahan

41

42.7

96

100.0

Total

78

B. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi dari hasil penelitian terhadap 96 sampel. Analisis ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran praktek pedoman gizi seimbang (PGS) pada remaja MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Gambaran Pola Konsumsi Makanan yang Dikonsumsi Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat pola konsumsi makanan pada
responden, diperoleh bahwa persentase yang paling banyak adalah
responden yang memiliki pola konsumsi yang tidak sesuai dengan Pedoman
Gizi Seimbang yaitu 99%. Distribusi responden berdasarkan Pola Konsumsi
makanan dapat dilihat pada gambar 5.4.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Konsumsi Makanan
No.
Pola Konsumsi
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Sesuai Pedoman Gizi

1.0

95

99.0

96

100.0

Seimbang
2.

Tidak Sesuai Pedoman


Gizi Seimbang
Total

a. Gambaran Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi Remaja di


MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap jenis bahan
makanan yang dikonsumsi responden menunjukkan bahwa sebagian
79

besar responden mengkonsumsi jenis bahan makanan tidak sesuai


dengan Pedoman Gizi Seimbang sebesar 62,5% (60 responden).
Distribusi responden berdasarkan jenis bahan makanan dapat dilihat
pada gambar 5.3.
Gambar 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis bahan
makanan

1) Makanan pokok
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap makanan
pokok yang dikonsumsi responden menunjukkan bahwa seluruh
responden mengkonsumsi makanan pokok (100%).
Berdasarkan hasil analisis data diatas bahwa Seluruh
responden mengkonsumsi makanan pokok, jenis makanan pokok
yang paling banyak dikonsumsi adalah nasi dengan persentase
sebesar 95,8%. Distribusi responden berdasarkan jenis makanan
pokok yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel 5.5.

80

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Makanan Pokok yang Dikonsumsi
No.
Jenis makanan pokok
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Nasi

92

95.8

2.

Mie

4.2

96

100.0

Total
2) Lauk pauk

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap lauk pauk


yang dikonsumsi responden menunjukkan bahwa seluruh
responden mengkonsumsi lauk pauk (100%).
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Lauk
yang Dikonsumsi
No.
Jenis Lauk
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Telur

11

11.5

2.

Ikan

10

10.4

3.

Ayam

58

60.4

4.

Daging sapi

11

11.5

5.

Cumi

2.1

6.

Udang

4.2

96

100.0

Total

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, lauk (protein hewani) yang


paling banyak dikonsumsi adalah ayam dengan persentase
sebesar 60,4%.

81

Sedangkan untuk pauk (protein nabati) lebih banyak yang


tidak mengkonsumsi yaitu sebesar 69,8%, namun jenis pauk
yang paling banyak dikonsumsi adalah tempe sebanyak 16,7%.
Distribusi responden berdasarkan konsumsi makanan lauk dapat
dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Pauk yang dikonsumsi
No.
Jenis Pauk
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Tidak konsumsi

67

69.8

2.

Tahu

13

13.5

3.

Tempe

16

16.7

96

100.0

Total
3) Sayur

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap sayur yang


dikonsumsi responden menunjukkan bahwa responden yang
mengkonsumsi sayur sebesar 63,5% (61 responden). Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi
sayur. Distribusi responden berdasarkan konsumsi sayur dapat
dilihat pada gambar 5.4.

82

Gambar 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan
Makanan Sayur

Dari hasil analisis data diatas bahwa sebagian besar


responden mengkonsumsi sayur. Jenis sayur yang paling banyak
dikonsumsi adalah bayam dengan persentase sebesar 24%.
Distribusi responden berdasarkan jenis sayur yang dikonsumsi
dapat dilihat pada tabel 5.8

.
83

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Sayur
yang Dikonsumsi
No.
Jenis Sayur
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Tidak konsumsi

35

36.5

2.

Kol

3.1

3.

Sayur sop

17

17.7

4.

Ketimun

2.1

5.

Sawi

2.1

6.

Sawi hijau

2.1

7.

Daun singkong

2.1

8.

Bayam

23

24.0

9.

Kangkung

7.3

10.

Nangka muda

2.1

11.

Lobak

1.0

12.

Selada

1.0

13.

Jamur

1.0

96

100.0

Total
4) Buah

Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap buah yang


dikonsumsi responden menunjukkan bahwa responden yang
mengkonsumsi buah dan yang tidak mengkonsumsi buah
memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 50% (48
responden). Distribusi responden berdasarkan konsumsi buah
dapat dilihat pada gambar 5.5.

84

Gambar 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Bahan
Makanan Buah

Jenis buah yang paling banyak dikonsumsi adalah jeruk


dengan

persentase

sebesar

21,9%.

Distribusi

responden

berdasarkan jenis buah yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabel


5.9.
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Buah
yang Dikonsumsi
No.
Jenis Buah
Jumlah
Persentase
(%)
1.

Tidak konsumsi

48

50.0

2.

Jeruk

21

21.9

3.

Apel

9.4

4.

Pepaya

4.2

5.

Pisang

6.3

6.

Melon

4.2

7.

Mangga

3.1

8.

Belimbing

1.0

Total

96

100.0
85

b. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi Remaja di MTs.


Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
1) Energi
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan energi responden menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat kecukupan energi sesuai Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 90,6% (87 responden),
Persentase tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat
kecukupan energi

Dari 90,6% responden yang memiliki tingkat kecukupan


energi sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari 88,6%
responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat kecukupan
gizi untuk energinya sesuai yaitu 70% dari 2400 Kkal. Selain
itu

92,3% berjenis

kelamin

perempuan dimana tingkat

86

kecukupan gizi untuk energinya sesuai yaitu 70% dari 2350


Kkal. Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Energi
Tingkat Kecukupan Energi
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
39
88.6
5
11.4
44
100
Laki - laki
48
92.3
4
7.7
52
100
Perempuan
2) Karbohidrat
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan karbohidrat responden diperoleh bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat kecukupan karbohidrat sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 78,1% (75
responden), Persentase tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecukupan Karbohidrat

87

Dari 78,1% responden yang memiliki tingkat kecukupan


karbohidrat sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari
70,5% responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat
kecukupan gizi untuk karbohidratnya sesuai yaitu 45 65%
dari kebutuhan energi total. Selain itu 84,6% berjenis kelamin
perempuan dimana tingkat kecukupan gizi untuk karbohidratnya
sesuai 45 65% dari kebutuhan energi total. Persentase
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Total
Jenis Kelamin
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
31
70.5
13
29.5
44
100
Laki - laki
44
84.6
8
15.4
52
100
Perempuan
3) Protein
Hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan protein
responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan protein sesuai Angka Kecukupan
Gizi (AKG) sebesar 96,9% (93 responden). Data tersebut terlihat
pada gambar berikut ini :

88

Gambar 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecukupan Protein

Dari 96,9% responden yang memiliki tingkat kecukupan


protein sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari 100%
responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat kecukupan
gizi untuk proteinnya sesuai yaitu 80% dari 60 gram. Selain itu
94,2% berjenis kelamin perempuan dimana tingkat kecukupan
gizi untuk proteinnya sesuai yaitu 80% dari 57 gram.
Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Protein
Tingkat Kecukupan Protein
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
44
100
0
0
44
100
Laki - laki
49
94.2
3
5.8
52
100
Perempuan

89

4) Lemak
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan lemak responden diperoleh bahwa sebagian besar
persentase memiliki tingkat kecukupan lemak yang tidak sesuai
Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 56,3% (54 responden),
Gambaran persentase tersebut dapat dilihat pada gambar 5.9.
Gambar 5.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecukupan Lemak

Dari 56,3% responden yang memiliki tingkat kecukupan


lemak tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari
65,9% responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat
kecukupan gizi untuk lemaknya tidak sesuai yaitu 25 30%
dari kebutuhan energi total. Selain itu 48,1% berjenis kelamin
perempuan dimana tingkat kecukupan gizi untuk lemaknya tidak

90

sesuai 25 30%

dari kebutuhan energi total. Persentase

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :


Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Lemak
Tingkat Kecukupan Lemak
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
15
34.1
29
65.9
44
100
Laki - laki
27
51.9
25
48.1
52
100
Perempuan
5) Vitamin A
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan vitamin A responden menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat kecukupan vitamin A sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 68,8% (66
responden). Persentase tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 5.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
kecukupan vitamin A

91

Dari 68,8% responden yang memiliki tingkat kecukupan


vitamin A sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari 75%
responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat kecukupan
gizi untuk vitamin A sesuai yaitu 600 RE. Selain itu 63,5%
berjenis kelamin perempuan dimana tingkat kecukupan gizi
untuk vitamin A sesuai yaitu 600 RE. Persentase tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.14
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Vitamin A
Tingkat Kecukupan Vitamin A
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
33
75.0
11
25.0
44
100
Laki - laki
33
63.5
19
36.5
52
100
Perempuan
6) Vitamin C
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan vitamin C responden menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat kecukupan vitamin C tidak
sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 65,6%
(63 responden). Persentase tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

92

Gambar 5.11
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kecukupan
vitamin C

Dari 65,6% responden yang memiliki tingkat kecukupan


vitamin C tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari
75% responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat
kecukupan gizi untuk vitamin C tidak sesuai yaitu < 75 mg.
Selain itu 57,7% berjenis kelamin perempuan dimana tingkat
kecukupan gizi untuk vitamin C tidak sesuai yaitu < 65 mg.
Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.15
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Vitamin C
Tingkat Kecukupan Vitamin C
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
11
25.0
33
75.0
44
100
Laki - laki
22
42.3
30
57.7
52
100
Perempuan

93

7) Zat besi (Fe)


Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat
kecukupan zat besi (Fe) responden menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat kecukupan zat besi yang tidak
sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 74% (71
responden). Persentase tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 5.12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan kecukupan zat
besi (Fe)

Dari 74% responden yang memiliki tingkat kecukupan zat


besi tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) terdiri dari
72,7% responden berjenis kelamin laki laki dimana tingkat
kecukupan gizi untuk zat besi tidak sesuai yaitu < 19 mg. Selain
itu 75% berjenis kelamin perempuan dimana tingkat kecukupan

94

gizi untuk zat besi tidak sesuai yaitu < 26 mg. Persentase
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.16
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Berdasarkan
Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe)
Tingkat Kecukupan Lemak
Jenis Kelamin
Total
Sesuai
Tidak sesuai
n
%
n
%
n
%
12
27.3
32
72.7
44
100
Laki - laki
13
25.0
39
75.0
52
100
Perempuan

c. Gambaran Frekuensi Makan Remaja di MTs. Pembangunan UIN


Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap frekuensi makan
responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden frekuensi
makannya tidak sesuai Pedoman Gizi Seimbang yaitu sebesar 85,4%.
Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.17
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan
No.
Frekuensi Makan
Jumlah Persentase
(%)
1.

Sesuai Pedoman Gizi

14

14.6

82

85.4

96

100.0

Seimbang
2.

Tidak Sesuai Pedoman


Gizi Seimbang
Total

Selain data yang disebutkan diatas, sebagian besar responden


memiliki frekuensi makan (intensitas makan) 3 kali dalam sehari yaitu
95

sebesar 74%. Jumlah responden menurut frekuensi makan (intensitas


makan) terlihat pada gambar berikut :
Gambar 5.13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan
(intensitas makan)

2. Gambaran Pola Hidup Bersih Remaja di MTs. Pembangunan UIN


Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap pola hidup bersih
responden diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pola hidup
bersih sesuai Pedoman Gizi Seimbang sebesar 56,3%. Hal tersebut berarti
sebagian besar responden sudah menerapkan pola hidup bersih. Persentase
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

96

Tabel 5.18
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Hidup Bersih
Frekuensi Makan
Jumlah
Persentase (%)
1.

Sesuai Pedoman Gizi

54

56.3

42

43.8

96

100.0

Seimbang
2.

Tidak Sesuai Pedoman


Gizi Seimbang
Total

3. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja di MTs. Pembangunan UIN Jakarta


Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap aktivitas fisik responden,
diperoleh persentase paling banyak yaitu responden yang memiliki aktivitas
fisik sedang sebanyak 70,8%. Persentase masing masing variasi aktivitas
fisik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.19
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
No.
Aktivitas Fisik
Jumlah
Persentase (%)
1.

Ringan

24

25.0

2.

Sedang

68

70.8

3.

Berat

4.2

96

100.0

Total

4. Gambaran Berat Badan Ideal (Status Gizi) Remaja di MTs.


Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap berat badan ideal
responden, diperoleh persentase paling banyak yaitu responden yang berat
97

badan idealnya tergolong normal sebanyak 69,8%, sedangkan persentase


yang paling rendah adalah responden yang berat badan idealnya tergolong
kurus sebanyak 5,2%. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.20
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Ideal
No. Berat Badan Ideal
Jumlah
Persentase (%)
1.

Kurus

5.2

2.

Normal

67

69.8

3.

Gemuk

13

13.5

4.

Obesitas

11

11.5

96

100.0

Total

5. Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang Remaja di MTs.


Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap praktek Pedoman Gizi
Seimbang responden menunjukkan bahwa seluruh responden tidak
mempraktekkan Pedoman Gizi Seimbang secara keseluruhan (100%), ada
beberapa prinsip yang tidak dipraktekkan sehingga secara akulumatif
responden tidak mempraktekkan prinsip Pedoman Gizi Seimbang secara
keseluruhan.

6. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal Remaja di MTs.


Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
Berdasarkan hasil gambaran aktivitas fisik terhadap berat badan ideal
responden didapatkan bahwa dari 68 responden yang memiliki aktivitas fisik
98

sedang dan memiliki berat badan ideal normal sebanyak 65 responden


(95,6%). Sedangkan dari 24 responden yang memiliki aktivitas fisik ringan
dan berat badan idealnya gemuk sebanyak 11 responden (45,8%), jumlah
tersebut sama dengan responden yang aktivitas fisiknya ringan dan memiliki
berat badan ideal obesitas, sedangkan responden yang aktivitas fisiknya
ringan dan memiliki berat badan ideal normal sebanyak 2 responden (8,3%).
Kemudian dari 4 responden yang aktivitas fisiknya berat dan memiliki berat
badan idealnya kurus sebanyak 4 responden (100%). Persentase masing
masing data tersebut dapat terlihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.21
Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal Remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013
Berat Badan Ideal
Aktivitas
Total
fisik
Kurus
Normal
Gemuk Obesitas
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0 0
2 8.3
11 45.8 11 45.8 24 100
Ringan
1 1.5
65 95.6 2 2.9
0 0
68 100
Sedang
4 100.0 0 0
0 0
0 0
4 100
Berat

7. Gambaran Tingkat Asupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal Remaja di
MTs. Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.
a. Tingkat Kecukupan Energi dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan energi
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 87 responden yang
memiliki tingkat kecukupan energi sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) menunjukkan 62 responden (71,3%) memiliki berat badan
99

ideal yang normal, 13 responden (14,9%) memiliki berat badan ideal


yang gemuk, dan 11 responden (12,6%) memiliki berat badan ideal
obesitas serta 1 responden memiliki berat badan ideal yang kurus.
Sedangkan dari 9 responden yang memiliki tingkat kecukupan energi
tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) menunjukkan 5
responden (55,6%) memiliki berat badan ideal yang normal dan 4
responden (44,4%) memiliki berat badan ideal yang kurus. Persentase
masing masing data dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.22
Gambaran Tingkat Kecukupan Energi dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
energi
n %
n
%
n
%
n
%
n
%
62 71.3 13 14.9 11 12.6 87 100
Sesuai PGS 1 1.1
0 0
9 100
Tidak sesuai 4 44.4 5 55.6 0 0
PGS
b. Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan karbohidrat
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 75 responden yang
tingkat kecukupan karbohidratnya sesuai Pedoman Gizi Seimbang
menunjukkan 55 responden (73,3%) memiliki berat badan ideal yang
normal, 11 responden (14,7%) memiliki berat badan ideal tergolong
gemuk dan 8 responden (10,7%) berat badan idealnya tergolong
100

obesitas serta 1 responden (1,3%) tergolong kurus. Sedangkan dari 21


responden yang tingkat kecukupan karbohidratnya tidak sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang menunjukkan 12 responden (57,1%)
memiliki berat badan ideal yang tergolong normal, 4 responden (19%)
berat badan idealnya tergolong kurus, 3 responden (14,3%) tergolong
obesitas dan 2 responden (9,5%) tergolong gemuk. Hasil analisis dapat
dilihat pada tabel 5.23.
Tabel 5.23
Gambaran Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Berat Badan
Ideal Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
karbohidrat
n % n
% n
% n %
n %
1 1.3 55 73.3 11 14.7 8 10.7 75 100
Sesuai AKG
4 19.0 12 57.1 2 9.5 3 14.3 21 100
Tidak sesuai
AKG
c. Tingkat Kecukupan Protein dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan protein
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 93 responden yang
memiliki tingkat kecukupan protein sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) menunjukkan 65 responden (69,9%) memiliki berat badan
ideal yang normal, 13 responden (14%) memiliki berat badan ideal
yang gemuk, 11 responden (11,8%) berat badan idealnya tergolong
obesitas dan 4 responden (4,3%) memiliki berat badan ideal yang
101

kurus. Sedangkan dari 3 responden yang memiliki tingkat kecukupan


protein tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
menunjukkan 2 responden (66,7%) memiliki berat badan ideal yang
normal dan 1 responden memiliki berat badan yang kurus. Persentase
tersebut dapat dilihat pada tabel 5.24.
Tabel 5.24
Gambaran Tingkat Kecukupan Protein dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
Kurus Normal Gemuk Obesitas
protein
n % n % n %
n %
n
%
4 4.3 65 69.9 13 14.0 11 11.8 93 100
Sesuai AKG
1 33.3 2 66.7 0 0
0 0
3 100
Tidak sesuai
AKG
d. Tingkat Kecukupan Lemak dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan lemak terhadap
berat badan ideal responden bahwa dari 54 responden yang memiliki
tingkat kecukupan lemak tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang
menunjukkan 31 responden (57,4%) berat badan idealnya tergolong
normal, 13 responden (24,1%) berat badan idealnya tergolong gemuk,
9 responden (16,7%) tergolong obesitas dan 1 responden tergolong
kurus. Sedangkan dari 42 responden yang memiliki tingkat kecukupan
lemaknya sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang menunjukkan 36
responden memiliki berat badan ideal yang normal, 4 responden
102

(9,5%) memiliki berat badan ideal yang kurus dan 2 responden (4,8%)
memiliki berat badan ideal yang obesitas. Hasil analisis tersebut dapat
dilihat pada tabel 5.25.
Tabel 5.25
Gambaran Tingkat Kecukupan Lemak dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Berat badan ideal
Total
Tingkat
kecukupan
Kurus Normal Gemuk Obesitas
lemak
n % n % n %
n %
n
%
4 9.5 36 85.7 0 0
2 4.8 42 100.0
Sesuai PGS
1 1.9 31 57.4 13 24.1 9 16.7 54 100.0
Tidak sesuai
PGS
e. Tingkat Kecukupan Vitamin A dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan vitamin A
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 66 responden yang
tingkat kecukupan vitamin A sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
menunjukkan 46 responden (69,7%) berat badan idealnya tergolong
normal, 9 responden (13,6%) berat badan idealnya tergolong gemuk, 8
responden (12,1%) berat badan idealnya tergolong obesitas, dan 3
responden memiliki berat badan ideal kurus. Sedangkan dari 30
responden yang tingkat kecukupan vitamin A tidak sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menunjukkan 21 responden memiliki
berat ideal normal, 4 responden (13,3%) memiliki berat badan ideal
gemuk, 3 responden (10%) memiliki berat badan obesitas dan 2

103

responden memiliki berat badan ideal yang kurus. Persentase tersebut


dapat dilihat pada tabel 5.26.
Tabel 5.26
Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin A dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
vitamin A
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
46 69.7 9 13.6
8 12.1
66 100
Sesuai AKG 3 4.5
21 70.0 4 13.3
3 10.0
30 100
Tidak sesuai 2 6.7
AKG
f. Tingkat Kecukupan Vitamin C dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan vitamin C
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 63 responden yang
tingkat kecukupan vitamin C tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) menunjukkan 45 responden (71,4%) memiliki berat badan
ideal normal, 8 responden (12,7%) memiliki berat badan ideal yang
gemuk, 6 responden (9,5%) memiliki berat badan ideal obesitas dan 4
responden memiliki berat badan ideal kurus. Sedangkan dari 33
responden yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menunjukkan 33 responden (66,7%)
memiliki berat badan ideal normal, 1 responden (3%) memiliki berat
badan ideal kurus, dan 5 responden (15,2%) memiliki berat badan ideal
gemuk dan obesitas. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.27
104

Tabel 5.27
Gambaran Tingkat Kecukupan Vitamin C dan Berat Badan Ideal
Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
Kurus
Normal
Gemuk Obesitas
vitamin C
n %
n
%
n
%
n
%
n
%
Sesuai AKG 1 3.0 22 66.7 5 15.2 5 15.2 33 100
63 100
Tidak sesuai 4 6.3 45 71.4 8 12.7 6 9.5
AKG
g. Tingkat Kecukupan Zat Besi dan Berat Badan Ideal
Hasil analisis untuk gambaran tingkat kecukupan zat besi
terhadap berat badan ideal responden bahwa dari 71 responden yang
tingkat kecukupan zat besinya tidak sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG) menunjukkan 46 responden (64,8%) memiliki berat badan
ideal normal, 11 responden (15,5%) memiliki berat badan ideal gemuk,
10 responden (14,1%) memiliki berat ideal yang obesitas dan 4
responden (5,6%) memiliki berat ideal kurus. Sedangkan dari 25
responden yang memiliki tingkat kecukupan zat besi sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) menunjukkan 21 responden (84%)
memiliki berat badan ideal normal, 2 responden (8%) memiliki berat
badan ideal gemuk, 1 responden (4%) memiliki berat badan ideal
obesitas, sama halnya dengan responden yang memiliki berat badan
idealnya kurus. Persentase tersebut dapat dilihat pada tabel 5.28.

105

Tabel 5.28
Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dan Berat Badan
Ideal Remaja Di Mts. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2013
Tingkat
Berat badan ideal
kecukupan
Total
zat besi
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
(Fe)
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
1
4.0
21 84.0
2 8.0
1 4.0
25 100
Sesuai
AKG
4
5.6
46 64.8
11 15.5
10 14.1
71 100
Tidak
sesuai AKG

106

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Dalam pengumpulan data,
peneliti tidak dapat melakukan pendekatan yang lebih mendalam karena waktu
yang diberikan dari pihak sekolah tempat melakukan penelitian cukup terbatas.
Dengan tujuan agar tidak mengganggu proses belajar mengajar disekolah.
Pada tahap pengukuran berat badan ideal dengan indikator IMT/U
seharusnya dilakukan 3 kali dalam kurun waktu yang berbeda untuk melihat
variasi pertumbuhan fisik anak. Dalam pengisian formulir food recall 2 x 24 jam,
ada saja responden yang lupa dengan apa yang mereka makan pada 2 hari
sebelumnya. Namun karena hal tersebut peneliti membantu responden untuk
mengingat ingat makanan yang mereka makan pada 2 hari sebelumnya dan
juga menggunakan food model untuk mengingat ukuran makanan yang
responden makan.

B. Gambaran Pola Konsumsi Makanan yang Dikonsumsi Remaja Di MTs.


Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
1. Gambaran Jenis Bahan Makanan yang Dikonsumsi Remaja Di MTs.
Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terkait gambaran jenis bahan
makanan yang dikonsumsi oleh responden, diperoleh sebagian besar
107

responden mengkonsumsi jenis bahan makanan tidak sesuai dengan


Pedoman Gizi Seimbang sebesar 62,5% dan yang mengonsumsi jenis bahan
makanan sesuai Pedoman Gizi Seimbang sebesar 37,5%. Yang ideal adalah
jika setiap kali makan, hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan
yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah (Depkes, 2003). Jika
dibandingkan dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa SMPN
Tompobulu didapatkan bahwa 53% siswa mengonsumsi makanan yang tidak
sesuai dengan menu gizi seimbang.
Menurut Yuniarti (2012) jenis bahan makanan adalah segala sesuatu
yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau
menu. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat
tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan
sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang
minimal (Depkes, 2003).
Hal tersebut disimpulkan bahwa konsumsi makanan sehari hari pada
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak
beranekaragam. Selain itu juga kondisi ekonomi keluarga yang tergolong
menengah keatas dapat menimbulkan pola konsumsi yang kurang
beranekaragam karena cenderung mengonsumsi makanan fast food atau Junk
food daripada makan makanan yang mengandung serat dan vitamin yang
banyak. Padahal tiap jenis makanan dapat memberikan sumbangan zat gizi

108

yang yang dibutuhkan tubuh. Pola konsumsi yang baik dicerminkan oleh
konsumsi makanan yang mengandung zat gizi dengan jenis yang beragam
dan jumlah yang seimbang serta dapat memenuhi kebutuhan individu
(Suhardjo, 1989).
Jika konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan
timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (FKM UI, 2007). Dengan
terjadinya ketidakseimbangan tersebut maka akan terjadi kekurangan gizi
dan dapat terjadi gizi lebih atau obesitas. Sebagaimana dijelaskan oleh
Depkes (2003) bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang
beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan
dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain sehingga
diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

2. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat


Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
a.

Gizi

Remaja

Di

MTs.

Energi
Berdasarkan

hasil

analisis

univariat

terhadap

tingkat

kecukupan energi responden menunjukkan bahwa sebagian besar


responden

memiliki

tingkat

kecukupan

energi

sesuai

Angka

Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 90,6%, sedangkan yang memiliki


tingkat kecukupan energi tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
sebesar 9,4%. Dengan demikian berarti tidak ditemukan masalah yang
109

serius pada tingkat kecukupan energi remaja di MTs. Pembangunan


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini dibandingkan dengan
penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa SMPN Tompobulu
didapatkan bahwa 100% remaja asupan energinya sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi.
Menurut Soetjiningsih (2007) energi dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan, perkembangan, aktifitas otot, fungsi
metabolik lainnya, dan untuk memperbaiki kerusakan jaringan.
Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk energi usia 13 15
tahun yang dianjurkan yaitu 2400 Kkal untuk laki laki dan 2350 Kkal
untuk perempuan. Kecukupan energi usia 13 15 tahun dianjurkan
yaitu 70% dari AKG (Kemenkes 2010).
Hal tersebut disimpulkan bahwa tingkat kecukupan energi
pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sesuai dengan ajuran AKG. Kebutuhan energi tinggi pada periode
remaja, karena energi dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan,
aktifitas otot, fungsi metabolik lainnya, dan untuk memperbaiki
kerusakan jaringan. Kebutuhan energi lebih banyak didapatkan dari
konsumsi makanan pokok dimana salah satu jenis makanan akan
memberikan sumbangan zat gizi.
Apabila tingkat kecukupan energi tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) maka akan terjadi gizi kurang dimana

110

berdampak akan terjadinya Kurang Energi Protein (KEP). KEP adalah


manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan
sehari-hari yang tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (Hidajat,
dkk, 2006). Jika terjadi KEP maka akan mudah terkena berbagai
penyakit selain itu juga bagi remaja akan terjadi penurunan
produktivitas dalam belajar serta konsentrasi pun akan menurun.
b. Karbohidrat
Menurut Kurniasih, dkk (2010 ) sebagian energi berasal dari
karbohidrat, maka makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai
makanan pokok. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang sumber karbohidrat
diletakkan sebagai dasar tumpeng. Para pakar menetapkan rentang
konsumsi karbohidrat sebesar 45 65% dari kebutuhan energi total.
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
karbohidrat responden diperoleh bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan karbohidrat sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 78,1%, sedangkan yang memiliki
tingkat kecukupan karbohidrat tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebesar 21,9%. Hal ini dibandingkan dengan penelitian
Hendrayati, dkk (2010) pada siswa SMPN Tompobulu didapatkan
bahwa asupan karbohidrat pada remaja umumnya sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi sebanyak 51% siswa.

111

Menurut Kurniasih, dkk (2010) sebagian energi berasal dari


karbohidrat, maka makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai
makanan pokok. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang sumber karbohidrat
diletakkan sebagai dasar tumpeng. Para pakar menetapkan rentang
konsumsi karbohidrat sebesar 45 65% dari kebutuhan energi total.
Hal tersebut disimpulkan bahwa tingkat kecukupan karbohidrat
pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sesuai dengan anjuran AKG karena 100% responden mengkonsumsi
makanan pokok, dimana kebutuhan karbohidrat lebih banyak
didapatkan dari konsumsi makanan pokok dimana salah satu jenis
makanan akan memberikan sumbangan zat gizi. Karbohidrat disimpan
sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak tubuh, apabila asupan
karbohidrat berlebih akan berdampak terjadinya kelebihan kalori
(Soetjiningsih, 2007).
Sebagian energi berasal dari karbohidrat, jika tingkat kecukupan
karbohidrat tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) maka
akan menyebabkan gizi kurang yang berdampak pada Kurang Energi
Protein (KEP) dimana KEP akan mengakibatkan seseorang mudah
terserang penyakit, dan bagi remaja akan menurunkan produktivitas
dan konsentrasi belajar (Kurniasih, 2010).

112

c.

Protein
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
protein responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan protein sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebesar 96,9%, sedangkan yang memiliki tingkat kecukupan
protein tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebesar 3,1%. Hal
ini dibandingkan dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa
SMPN Tompobulu bahwa 60% remaja asupan proteinnya sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi, sehingga ditemukan bahwa persentase
tingkat kecukupan protein yang sesuai dengan AKG adalah sama
besar. Dengan demikian berarti tidak ditemukan masalah yang serius
pada tingkat kecukupan protein remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Soetjiningsih (2007) protein dibutuhkan untuk proses
metabolik terutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat
jaringan tubuh. Kebutuhan protein meningkat pada masa remaja.
Menurut LIPI (2004) Angka Kecukupan Gizi untuk protein usia 13
15 tahun yang dianjurkan yaitu 60 gram untuk laki laki dan 57 gram
untuk perempuan. Dan menurut Kemenkes (2010) kecukupan protein
sebesar 80% dari AKG.
Hal tersebut disimpulkan bahwa tingkat kecukupan protein pada
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai

113

dengan anjuran AKG karena meningkatnya kebutuhan protein pada


periode remaja, dimana pada masa remaja terjadi proses pertumbuhan.
Selain itu juga karena 100% responden mengkonsumsi lauk pauk,
lauk (protein hewani) yang paling banyak dikonsumsi adalah ayam
(60,4%) dan pauk (protein nabati) yang paling banyak dikonsumsi
adalah tempe (16,7%). Protein lebih banyak didapatkan pada jenis
makanan lauk pauk, dimana lauk pauk diperoleh dari dua sumber
yaitu makanan hewani (telur, ikan, daging, susu dan hasil olahannya)
dan makanan nabati (kacang kacangan) (Kurniasih, 2010). Dari teori
tersebut disimpulkan bahwa jenis lauk - pauk yang dikonsumsi
responden tergolong pada makanan yang mengandung protein.
Apabila tingkat kecukupan protein tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) maka akan menyebabkan gizi kurang dan
berdampak pada terjadinya Kurang Energi Protein (KEP). KEP adalah
gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau
kalori, serta sering disertai dengan kekurangan zat gizi lain (Hidajat,
dkk, 2006). Jika terjadi KEP maka akan mudah terkena berbagai
penyakit, selain itu juga akan terjadi penurunan produktivitas dalam
belajar dan konsentrasi pun akan menurun, serta pertumbuhan dan
perkembangan terhambat (Proverawati, dkk, 2010).

114

d. Lemak
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
lemak responden diperoleh bahwa sebagian besar persentase memiliki
tingkat kecukupan lemak yang tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebanyak 56,3%, sedangkan yang memiliki tingkat kecukupan
lemak sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 43,8%. Hal ini
dibandingkan dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada siswa
SMPN Tompobulu bahwa 58% remaja asupan lemaknya tidak sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi. Dengan demikian berarti ditemukan
masalah yang serius pada tingkat kecukupan lemak remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Soetjiningsih (2007) lemak memiliki peranan sebagai
sumber energi yang berkadar tinggi. Lemak pun berfungsi sebagai
pelarut beberapa vitamin (vitamin A, D, E dan K) dan pelindung
berbagai organ tubuh (Kurniasih, dkk, 2010). Konsumsi lemak
dianjurkan 25 30% dari kebutuhan energi total (Depkes, 2003).
Hal tersebut disimpulkan bahwa tingkat kecukupan lemak pada
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak
sesuai dengan anjuran AKG karena responden mengonsumsi lemak
lebih banyak dari yang dianjurkan. Selain itu juga responden lebih
banyak mengonsumsi makanan lauk hewani yang banyak mengandung
lemak yaitu ayam sebanyak 60,4%. Didalam makanan, lemak

115

berfungsi sebagai pelezat makanan sehingga orang cenderung lebih


menyukai makanan berlemak. Remaja lebih menyukai makanan yang
padat energi, yaitu makanan manis dan berlemak (Depkes, 2003).
Apabila tingkat kecukupan lemak yang dikonsumsi tidak sesuai
dengan Pedoman Gizi Seimbang (konsumsi lemak berlebihan) maka
dapat mendorong terjadinya kegemukan dan obesitas. Kegemukan dan
obesitas akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti
hipertensi (tekanan darah tinggi), penyakit jantung koroner, dan
diabetes melitus (Kurniasih, 2010).
e.

Vitamin A
Konsumsi Vitamin A yang dianjurkan adalah laki laki dan
perempuan sebanyak 600 RE (Retinol Equivalents).
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
vitamin A responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan vitamin A sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 68,8%, sedangkan yang memiliki
tingkat kecukupan vitamin A tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sebanyak 31,3%. Hal ini dibandingkan dengan penelitian
Amelia (2008) pada remaja SMP di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
bahwa 63% remaja asupan vitamin A sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi, sehingga didapatkan bahwa persentase tingkat kecukupan
vitamin A sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada remaja

116

adalah

sama

besar.

Hal

tersebut

karena

responden

banyak

mengonsumsi lauk pauk (100%) dan sayur (63,5%). Lauk yang paling
banyak dikonsumsi adalah ayam (60,4%) dan telur (11,5%). Selain itu
juga sayur yang paling banyak dikonsumsi adalah bayam (24%).
Dengan demikian berarti tidak ditemukan masalah yang serius pada
tingkat kecukupan vitamin A remaja di MTs. Pembangunan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel
yang

membentuk

email

dalam

pertumbuhan

tulang

gigi

(Almatsier,2002). Remaja (responden) lebih banyak mengonsumsi


sumber vitamin A hewani seperti telur, hati, susu. Sumber karoten
adalah daun singkong, kangkung, bayam, kacang panjang, wortel,
buncis.
Apabila Tingkat kecukupan vitamin A tidak sesuai dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG) maka akan menyebabkan Kurang
Vitamin A (KVA). KVA atau defisiensi vitamin A merupakan keadaan
dimana tubuh mengalami kekurangan kadar vitamin A. Akibat yang
terjadi pada seorang yang mengalami KVA adalah menurunnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi (misalnya sakit batuk,
diare, dan campak) dan rabun senja (seseorang tidak dapat melihat
suatu benda, jika ia berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang

117

gelap). Rabun senja dapat mengakibatkan kebutaan (Proverawati,dkk,


2010).
f.

Vitamin C
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
vitamin C responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan vitamin C tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 65,6%, sedangkan yang memiliki
tingkat kecukupan vitamin C sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
sebanyak 34,4%. Persentase tingkat kecukupan vitamin C pada
penelitian ini membuktikan bahwa ditemukan masalah pada tingkat
kecukupan vitamin C remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hal ini dibandingkan dengan penelitian Amelia
(2008) pada remaja SMP di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci bahwa
51% remaja asupan vitamin C sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi.
Sedangkan 49% remaja asupan vitamin C tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi.
Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang dapat
terserap sangat cepat dari alat pencernaan masuk ke dalam saluran
darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Kebutuhan vitamin C pada
remaja usia 13 15 tahun berdasarkan anjuran Angka Kecukupan Gizi
yaitu laki laki sebanyak 75 mg dan perempuan sebanyak 65 mg
(Kurniasih, dkk, 2010).

118

Hal ini berarti tingkat kecukupan vitamin C pada remaja di MTs.


Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah tidak sesuai dengan anjuran.
Persentase tingkat kecukupan vitamin C yang tidak sesuai AKG pada
penelitian ini lebih besar daripada penelitian Amelia (2008). Hal
tersebut karena responden dalam mengonsumsi makanan tidak
beranekaragam khususnya dalam mengonsumsi sayur dan buah.
Vitamin C umumnya terdapat pada sayur dan buah. 50% responden
tidak mengonsumsi buah dan untuk responden yang mengonsumsi
buah jeruk hanya 21%. Selain itu juga 63,5% responden mengonsumsi
sayur. Sebagian besar responden mengonsumsi sayur namun
kecukupan vitamin C belum terpenuhi, hal tersebut karena frekuensi
konsumsi sayurnya belum sesuai selain itu juga karena vitamin C
dalam makanan tersebut hilang. Keadaan yang menyebabkan
hilangnya vitamin C adalah lama disimpan pada suhu panas,
membiarkan lama terbuka pada udara (oksidasi), pencucian,
perendaman dalam air, memasak dengan suhu tinggi untuk waktu
lama, memasak dalam panci besi atau tembaga, membiarkan lama
sesudah dimasak pada suhu kamar atau suhu panas sebelum dimakan
(Almatsier, 2002).
Apabila kekurangan vitamin C maka akan menyebabkan luka
yang sukar sembuh, terjadi anemia, kadang - kadang jumlah sel darah

119

putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf (Almatsier,


2002).
g.

Zat besi (Fe)


Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap tingkat kecukupan
zat besi (Fe) responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki tingkat kecukupan zat besi yang tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) sebanyak 74%, sedangkan yang memiliki
tingkat kecukupan zat besi sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
sebesar 26%. Dengan demikian berarti ditemukan masalah pada
tingkat kecukupan zat besi remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Jika dibandingkan dengan penelitian Amelia
(2008) pada remaja SMP di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci
didapatkan bahwa 58% remaja asupan Fe sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi. Sedangkan 42% remaja asupan Fe tidak sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi.
Menurut Soetjiningsih (2007) peran zat besi penting untuk
mengangkut

oksigen

dalam

tubuh

pembentukkan sel darah merah.

dan

peran

lainnya

pada

Menurut Depkes (2004) dalam

Kurniasih, dkk (2010) kecukupan Fe usia 13 15 tahun yang

dianjurkan yaitu 19 mg untuk laki laki dan 26 mg untuk perempuan.


Hal ini berarti tingkat kecukupan zat besi pada remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah tidak sesuai dengan anjuran

120

AKG. Selain itu, hasil perbandingan persentase tersebut terlihat bahwa


pada penelitian ini lebih banyak remaja yang tingkat kecukupan zat
besinya tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi. Hal tersebut
karena responden tidak mengonsumsi makanan yang seimbang dan
beranekaragam dimana 62,5% responden mengonsumsi jenis bahan
makanan yang tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. 100%
responden mengonsumsi lauk pauk, 63,5% responden mengonsumsi
sayur namun 50% responden tidak mengonsumsi buah. Kecukupan zat
besi dapat diperoleh dengan memperhatikan kombinasi makanan
sehari hari terdiri atas campuran sumber zat besi berasal dari hewan
dan tumbuh tumbuhan serta sumber yang dapat membantu absorpsi
(Almatsier,2002).
Tidak sesuainya kecukupan zat besi dengan Pedoman Gizi
Seimbang disebabkan juga oleh kebiasaan mengonsumsi makanan
yang dapat mengganggu penyerapan zat besi (seperti kopi dan teh)
secara bersamaan pada waktu makan. Sedangkan Apriadji (1986)
mengemukakan bahwa remaja berumur antara 10 sampai 19 tahun
membutuhkan zat besi lebih banyak daripada umur sebelum atau
sesudahnya.
Apabila tingkat kecukupan zat besi tidak sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) maka akan menyebabkan anemia defisiensi
zat besi. Anemia defisiensi besi terjadi pada tahap anemia tingkat berat

121

(severe)

yang

berakibat

pada

rendahnya

kemampuan

tubuh

memelihara suhu, bahkan dapat mengancam kematian (Departemen


Gizi FKM UI, 2009).

3. Gambaran Frekuensi Makan Remaja Di MTs. Pembangunan UIN


Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terkait frekuensi makan responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden frekuensi makannya tidak
sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS) sebesar 85,4%, sedangkan yang
frekuensi makannya sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS) sebesar 14,6%.
Dengan demikian berarti ditemukan masalah pada frekuensi makan remaja
di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Soegeng Santosa (2004) dalam Okviani (2011), frekuensi
makan adalah jumlah makan dalam sehari hari baik kualitatif maupun
kuantitatif. Frekuensi makan seseorang yang merupakan kebiasaan makan
berhubungan erat dengan kecukupan zat gizi. Jumlah konsumsi (frekuensi)
setiap jenis bahan makanan makanan pokok 3 8 kali per hari, lauk - pauk 2
3 kali per hari, sayur 3 5 kali per hari, dan buah 2 3 kali per hari
(Kurniasih, 2010).
Sebagian besar responden memiliki frekuensi makan yang tidak sesuai
dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS), hal tersebut akan berakibat pada
kekurangan zat gizi atau kelebihan gizi. Gizi kurang maupun gizi lebih
memiliki akibat yang akan ditimbulkan, gizi kurang akan mengakibatkan
122

Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A, anemia defisiensi besi,


dan gizi lebih akan mengakibatkan hipertensi, penyakit jantung koroner, dan
diabetes mellitus (Kurniasih, 2010).

C. Gambaran Pola Hidup Bersih Remaja Di MTs. Pembangunan UIN Jakarta


Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap pola hidup bersih responden
diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pola hidup bersih sesuai
Pedoman Gizi Seimbang (56,3%), sedangkan yang memiliki pola hidup bersih
tidak sesuai Pedoman Gizi Seimbang sebesar 43,8%. Dengan demikian berarti
tidak ditemukan masalah pada pola hidup bersih remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menurut Kemenkes (2011) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat
mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Kebiasaan hidup bersih pada
remaja berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang meliputi cuci tangan sebelum
makan, menjaga kebersihan mulut dan gigi, menutup makanan dengan tudung
saji, memilih jajanan makanan dan minuman yang aman. Selain pola hidup
bersih, khusus untuk remaja perlu diperhatikan pola hidup sehat, seperti tidak
merokok, tidak menggunakan narkoba, dan tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol (Kurniasih, 2010).
123

Pola makan yang bergizi seimbang akan bermanfaat apabila menerapkan


pola hidup bersih pula. Apabila tidak menerapkan pola hidup bersih maka akan
sangat merugikan kesehatan (Kurniasih, 2010).

D. Gambaran Aktivitas Fisik Remaja Di MTs. Pembangunan UIN Jakarta


Tahun 2013
Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eksternal adalah sesuatu yang
menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik,
seperti berjalan, berlari, berolahraga, dan lain-lain (Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 2007).
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap aktivitas fisik responden,
diperoleh persentase paling banyak yaitu responden yang memiliki aktivitas fisik
sedang (70,8%), sedangkan persentase yang paling rendah adalah responden
yang memiliki aktivitas fisik berat (14,6%). Hal ini dibandingkan dengan
penelitian Sorongan (2012) pada remaja SMP Frater Don Bosco bahwa 100%
responden memiliki aktivitas fisik ringan. Dengan demikian berarti tidak
ditemukan masalah yang serius karena persentase aktivitas ringan dan berat pada
remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih rendah.
Hal tersebut karena remaja MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta memiliki kegiatan fisik yang cukup banyak. Umumnya remaja memiliki
kegiatan fisik yang sangat aktif setiap hari. Menurut Novikasari (2003) dalam
Amelia (2008), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat

124

badan. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan
semakin banyak.
Apabila Aktivitas fisik ringan maka energi yang dikeluarkan lebih kecil
daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama
dapat mengakibatkan penumpukan lemak sehingga menyebabkan berat badan
lebih atau obesitas dan berdampak pada terjadinya hipertensi, penyakit jantung
koroner, dan diabetes mellitus. Apabila aktifitas fisik berat maka energi yang
dikeluarkan lebih besar daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama dapat mengakibatkan kekurusan atau berat badan kurang
dan menyebabkan gizi kurang. Gizi kurang akan mengakibatkan terjadinya
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), anemia defisiensi besi
(Mujur, 2011).

E. Gambaran Berat Badan Ideal (Status Gizi) Remaja Di MTs. Pembangunan


UIN Jakarta Tahun 2013
Berat Badan ideal adalah berat badan yang serasi dengan tinggi badan
menurut rumus tertentu, yaitu BB (kg) dibagi dengan TB (meter) kuadrat.
Hasilnya disesuaikan dengan standar yang telah ditentukan. Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi
(Almatsier, 2004).
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap berat badan ideal responden,
diperoleh persentase paling banyak yaitu responden yang berat badan idealnya
tergolong normal sebanyak 69,8%, sedangkan persentase yang paling rendah
125

adalah responden yang berat badan idealnya tergolong kurus sebanyak 5,2%.
Hasil ini dibandingkan dengan hasil penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada
siswa SMPN 4 Tompobulu bahwa status gizi remaja pada umumnya normal
85,2%, sangat kurus 1% sedangkan gemuk dan obesitas 2,1%. Dengan demikian
berarti tidak ditemukan masalah yang serius pada status gizi remaja di MTs.
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Meskipun demikian terlihat
bahwa kecenderungan kelebihan gizi sudah mulai kelihatan dengan persentase
gemuk dan obesitas yang lebih tinggi dari persentase kurus.
Berdasarkan hal tersebut maka dikemukakan bahwa status gizi (berat badan
ideal) remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masih
cukup baik. Karena sebagian besar remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta memiliki berat badan ideal (status gizi) normal.
Apabila berat badannya tergolong kurus maka akan beresiko terjadinya
kekurangan gizi (gizi kurang) dan akan berakibat pada terjadinya Kurang Energi
dan Protein, Kurang Vitamin A serta anemia defisiensi besi. Namun apabila berat
badan idealnya gemuk atau obesitas maka akan berakibat terjadinya hipertensi,
penyakit jantung koroner, dan diabetes mellitus (Kurniasih, 2010).

F. Gambaran Praktek Pedoman Gizi Seimbang Remaja di MTs. Pembangunan


UIN Jakarta tahun 2013.
Berdasarkan hasil analisis univariat terhadap praktek Pedoman Gizi
Seimbang responden menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) tidak sesuai
dalam mempraktekkan Pedoman Gizi Seimbang. Pedoman gizi seimbang (PGS)
126

adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun
pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar
(Almatsier, 2006). Pedoman Gizi Seimbang (PGS) berisi 4 prinsip gizi seimbang
yang diharapkan menjadi sarana, pedoman atau acuan bagi provider dalam
pendidikan gizi masyarakat dan sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk
berperilaku hidup sehat melalui konsumsi pangan seimbang (Kurniasih, dkk,
2010). Dengan demikian berarti ditemukan masalah pada praktek Pedoman Gizi

Seimbang pada remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Pedoman Gizi Seimbang (PGS) berisi 4 prinsip gizi seimbang yaitu makan
makanan beranekaragam (pola konsumsi), pola hidup bersih, pola hidup aktif
(aktivitas fisik), dan berat badan ideal. Pada penelitian ini setiap prinsip Pedoman
Gizi Seimbang tersebut memiliki persentase masing masing.
Hal ini didapatkan bahwa praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja di
MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang. Hal tersebut karena kebanyakan remaja hanya
menjalankan beberapa prinsip Pedoman Gizi Seimbang. Kesesuaian dengan
Pedoman Gizi Seimbang pun hanya beberapa prinsip Pedoman Gizi Seimbang.
Maka dari itu Pedoman Gizi Seimbang masih belum tersosialisasi dengan baik
padahal Pedoman Gizi Seimbang merupakan sarana, pedoman atau acuan dalam
pendidikan gizi masyarakat.
Karena ketidaksesuaian praktek Pedoman Gizi Seimbang, maka akan
menimbulkan berbagai dampak. Pola hidup yang tidak sesuai dengan gizi

127

seimbang akan menyebabkan kekurangan gizi dan juga gizi lebih atau obesitas
(Kurniasih, 2010). Dimana dampak yang akan terjadi pada kekurangan gizi yaitu
Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), dan anemia defisiensi
besi. Apabila terjadi gizi lebih atau obesitas lebih cenderung berdampak pada
penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes
melitus (Kurniasih, 2010).

G. Gambaran Aktivitas Fisik dan Berat Badan Ideal (Status Gizi) Remaja Di
MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Berdasarkan hasil analisis didapatkan persentase paling banyak yaitu
95,6% remaja dengan aktivitas fisik sedang namun memiliki berat badan ideal
normal. Persentase tersebut membuktikan bahwa tidak ditemukan masalah pada
gambaran aktivitas fisik terhadap berat badan ideal remaja di MTs. Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil tersebut dibandingkan dengan penelitian
Sorongan (2012) bahwa persentase yang paling banyak yaitu 39% remaja dengan
aktivitas ringan namun memiliki status gizi obesitas. Menurut Novikasari (2003)
dalam Amelia (2008), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap
kestabilan berat badan.
Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan
semakin banyak. Apabila Aktivitas fisik ringan maka energi yang dikeluarkan
lebih kecil daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun waktu yang
relatif lama dapat berakibat terjadi penumpukan lemak yang akan mengakibatkan
berat badan lebih atau obesitas. Apabila aktifitas fisik berat maka energi yang
128

dikeluarkan lebih besar daripada asupan energi. Hal ini bila terjadi dalam kurun
waktu yang relatif lama dapat terjadi kekurusan atau berat badan kurang. Maka
dari itu, apabila aktifitas fisik sedang dan energi yang dikeluarkan hampir sama
dengan asupan energi maka berat badan atau status gizi akan tetap stabil
(normal).
Masalah kelebihan gizi akan berakibat pada resiko kegemukan dan
penyakit degeneratif. Sedangkan masalah kekurangan gizi atau berat badan
kurang akan berakibat pada menurunnya produktivitas kerja, menurunnya
kekebalan tubuh dan sulit menerima pendidikan serta pengetahuan (Mujur,
2011).

H. Gambaran Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Berat Badan Ideal Remaja Di
MTs. Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat zat gizi (Almatsier, 2004). Berdasarkan hasil analisis
didapatkan bahwa persentase responden paling banyak yaitu responden dengan
tingkat kecukupan energi sesuai AKG dan berat badan ideal normal sebanyak
71,3%, responden dengan tingkat kecukupan karbohidrat sesuai AKG dan berat
badan ideal normal sebanyak 73,7%, responden dengan tingkat kecukupan
protein sesuai dengan berat badan ideal yang normal sebanyak 69,9% sedangkan
responden dengan tingkat kecukupan lemak sesuai dengan AKG dan berat badan
idealnya normal sebanyak 85,7%. Dengan demikian berarti status gizi merupakan
akibat dari penggunaan atau asupan zat gizi.
129

Hasil tersebut dibandingkan dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010) pada


siswa SMPN 4 Tompobulu bahwa persentase responden paling banyak untuk
asupan energi yang tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi namun status gizi normal
sebesar 57,3%, asupan protein sesuai Angka Kecukupan Gizi namun status gizi
normal sebesar 57,3%, asupan lemak tidak sesuai Angka Kecukupan Gizi namun
berat badan normal sebesar 64,6% dan asupan karbohidrat tidak sesuai Angka
Kecukupan Gizi namun status gizi normal 53,7%.
Hasil perbandingan tersebut didapatkan adanya perbedaan persentase
penelitian. Secara keseluruhan persentase asupan zat gizi responden lebih banyak
yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi. Dengan demikian dapat terlihat
bahwa responden lebih banyak yang memiliki berat badan idealnya normal. Hal
ini karena status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi zat
zat gizi. Untuk mencapai status gizi baik diperlukan pangan yang mengandung
cukup zat gizi, aman untuk dikonsumsi dan dapat memenuhi syarat.
Pada penelitian ini remaja di MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta juga mengonsumsi makanan yang mengandung zat gizi sesuai kebutuhan
mereka, meskipun makanan yang dikonsumsi tidak beranekaragam. Namun
setiap jenis makanan yang dikonsumsi memberikan sumbangan zat gizi yang
unik. Status gizi pada remaja tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pola makan
khususnya tingkat kecukupan gizi namun dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat badan dan tinggi badan,
keadaan fisiologis dan keadaan kesehatan (Hermina, 1993 dalam Amelia, 2008).

130

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran praktek Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain
adalah :
1. Gambaran jenis bahan makanan yang dikonsumsi remaja sebagian besar
tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Karena sebagian besar remaja
tidak mengkonsumsi makanan yang beranekaragam.
2. Gambaran tingkat kecukupan zat gizi pada remaja, antara lain tingkat
kecukupan energi, karbohidrat, protein dan vitamin A sebagian besar sesuai
dengan Angka Kecukupan Gizi. Sedangkan tingkat kecukupan lemak,
vitamin C dan zat besi sebagian besar tidak sesuai dengan Angka Kecukupan
Gizi.
3. Gambaran frekuensi makan remaja adalah sebagian besar frekuensi
makannya tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. Namun sebagian
besar remaja memiliki frekuensi makan 3 kali dalam sehari.
4. Gambaran pola hidup bersih pada remaja adalah sebagian besar remaja
memiliki pola hidup bersih yang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang.
Persentase tersebut menunjukkan tidak ditemukan masalah pada pola hidup
bersih remaja.

131

5. Gambaran aktivitas fisik pada remaja yaitu sebagian besar memiliki aktivitas
fisik sedang sebanyak 70,8%. Dari persentase tersebut tidak ditemukan
masalah karena persentase aktivitas fisik ringan dan berat masih sangat
rendah.
6. Gambaran persentase berat badan ideal remaja yang paling banyak adalah
berat badan ideal normal sebanyak 69,8%. Dari persentase tersebut tidak
ditemukan masalah namun mulai terlihat kecenderungan kelebihan gizi pada
persentase gemuk dan obesitas yang lebih tinggi dari persentase kurus.
7. Gambaran praktek Pedoman Gizi Seimbang pada remaja bahwa keseluruhan
remaja tidak sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang dalam mempraktekkan
Pedoman Gizi Seimbang. Hal tersebut karena Pedoman Gizi Seimbang
terdiri dari 4 prinsip dan memiliki indikator masing masing. Sehingga
remaja merealisasikan secara satu per satu prinsipnya. Dari katidaksesuaian
tersebut akan berdampak pada kelebihan gizi dan kekekurangan gizi.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis dalam penelitian terkait dalam
hasil yang diperoleh dari penelitian mengenai gambaran praktek Pedoman Gizi
Seimbang pada remaja ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa MTs. Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Diharapkan siswa lebih bisa mengkonsumsi jenis bahan makanan yang
beranekaragam.

132

b. Diharapkan siswa dapat mengontrol atau mengatur konsumsi makanan


berlemak.
c. Diharapkan siswa dapat mencukupi kebutuhan vitamin C dan zat besi
dengan banyak mengkonsumsi sayur dan buah.
d. Diharapkan siswa lebih memperhatikan frekuensi makannya agar
sesuai dengan anjuran Pedoman Gizi Seimbang.
2. Bagi pihak sekolah
a. Diharapkan pihak sekolah dapat memasang poster Tumpeng Gizi
Seimbang agar siswa dapat lebih mengetahui Pedoman Gizi Seimbang
serta 4 prinsipnya dan dapat dijadikan acuan bagi pola konsumsi
remaja.
b. Diadakannya penyuluhan mengenai Pedoman Gizi Seimbang dengan
mengundang mahasiswa peminatan gizi kesehatan masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Pihak sekolah dapat mengadakan catering untuk makan siang siswa
agar kebutuhan zat gizi siswa dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.
3. Bagi keluarga siswa
a. Diharapkan orangtua lebih mengontrol jenis bahan makanan yang
dimakan oleh anak dimana idealnya terdiri dari makanan pokok, lauk
pauk, sayur dan buah.

133

b. Diharapkan orangtua menyajikan menu makanan dengan jenis bahan


makanan yang beranekaragam, dimana terdiri dari makanan pokok,
lauk pauk, sayur dan buah.
c. Diharapkan orangtua dapat mengontrol konsumsi makanan berlemak
dari anak agar tidak melebihi dari kebutuhan yang dianjurkan.
d. Diharapkan orangtua dapat menyajikan sayur dan buah setiap hari di
rumah agar kebutuhan vitamin C dan zat besi anak dapat terpenuhi.

134

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.


______________. 2006. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : Gramedia.
Amelia, Friska. 2008. Konsumsi pangan, Pengetahuan gizi, Aktivitas fisik dan Status
gizi pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 24 Juli 2013 pukul
11.13 WIB.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1862/A08fam.pdf
Andriadi, Wisnu. 2011. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat Anak Remaja Kelas VII dan VIII SMP 258 Kelurahan
Cibubur Jakarta Timur Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Ilmu ilmu
Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Diakses
pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 21.30 WIB.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan/207312037.pdf
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Astawan, Made. 2008. Sehat dengan Sayuran : Panduan Lengkap Menjaga
Kesehatan dengan Sayuran. Jakarta : Dian Rakyat.
Awalia, Nendah. 2006. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Di Tinjau Dari Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) Pada Remaja di SMP Labschool Jakarta
Timur Tahun 2006. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Baliwati, Yayuk Farida, dkk.2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi Dan Kesehatan
Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Kumpulan Materi Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
______________________. 1995. Gizi dan Pertumbuhan Remaja. Makalah dalam
Seminar Nasional Pangan, Gizi dan Remaja dalam Era Globalisasi. Jakarta
: DepKes RI.
xx

______________________. 2002. Gizi Atlet. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina


Kesehatan Masyarakat.
______________________. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk
Petugas). Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Elfindri, dkk. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Badouse Media
Jakarta.
Elnovriza, dkk. 2008. Faktor faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Asupan Zat
Gizi Mahasiswa Universitas Andalas yang Berdomisili di Asrama
Mahasiswa. Artikel Ilmiah. Universitas Andalas. Diakses pada tanggal 26
Maret 2013 pukul 12:32 WIB.
http://repository.unand.ac.id/4091/1/6._Artikel_mhs_asrama_nov.doc
Hartono, A. 2006. Terapan Gizi dan Diet. Jakarta : EGC
Hendrayati, dkk. 2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Siswa SMP
Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Media Gizi Pangan Vol IX Edisi
1 p.33 40. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 07:13 WIB.
https://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.com/2012/03/6-pengetahuan-gizipola-makan-dan-status-gizi-siswa-smp-negeri-4-tompobulu-kabupatenbantaeng.pdf

Hidajat, Boerhan, dkk. 2006. Kurang Energi Protein. Fakultas Kedokteran


Universitas Airlangga Surabaya. Diakses pada tanggal 18 Maret 2013 pukul
19.55 WIB.
http://old.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt
&filepdf=0&pdf=&html=07110-rswg255.htm
Hidayati, Farida.2011. Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan
Pantang Makanan Terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu
Hamil Di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jafar, Nurhaedar. 2012. Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin. Diakses pada tanggal 08 Januari 2013
pukul 10:31 WIB.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2692

xxi

______________. 2005. Pertumbuhan Remaja. Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Hasanudin. Diakses pada tanggal 08 Januari 2013 pukul 10:35
WIB.
http://repository.unhas.ac.id/.../b24%20pertumbuhan%20remaja.pdf?...1
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan
Pengembangan dan Penelitian Kesehatan Kemenkes RI. Diakses pada
tanggal 13 Juni 2012 pukul 23:21 WIB.
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/buku_laporan/lapnas_riskes
das2010/Laporan_riskesdas_2010.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
:1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 10 Juli 2012 pukul 20:37 WIB.
http://kmsdroid.googlecode.com/files/buku-sk-antropometri-2010.pdf
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Menkes: Ada Tiga Kelompok Permasalahan Gizi
Di Indonesia. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 19:43 WIB.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2136-menkes-adatiga-kelompok-permasalahan-gizi-di-indonesia.html
Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan.
Jogjakarta : Laksana.
Kurniasih, dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta : Kompas
Gramedia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta :
Rineka Cipta.
Arumsari, Ermita. 2008. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) Di Kota
Bekasi. Program Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya Keluarga Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Diakses pada tanggal 26 Maret 2013
pukul 17:00 WIB.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/1791/A08ear.pdf?seq
uence=4

xxii

Okviani, Wati. 2011. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis pada Mahasiswa S1
Keperawatan Program A FIKES UPN Veteran Jakarta. Skripsi. Prodi
Ilmu Keperawatan. Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta.
Proverawati,dkk. 2010. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Santoso, dkk. 2004. Kesehatan Dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.
Jakarta : Dian Rakyat.
Suci, Syifa Puji. 2011. Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan Pola Makan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Sorongan, Chrissia. 2012. Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi
Pelajar SMP Frater Don Bosco. Jurnal. Fakultas Kesehatan Masyarakat Sam
Ratulangi.
Suhardjo.1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor : Departemen pendidikan dan kebudayaan
institut pertanian bogor.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
Supriyono, 2008. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun.Tesis. magister
epidemiologi. Universitas diponegoro semarang. Diakses pada tanggal 18
Maret 2013 pukul 20.52 WIB.
http://eprints.undip.ac.id/18090/1/MAMAT_SUPRIYONO.pdf
Yuniarti, Neni. 2012. Gizi dan Kesehatan AUD Kebutuhan Gizi Anak. Makalah.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Diakses pada tanggal
11 April 2013 pukul 20:45 WIB.
http://nenijuniarti.wordpress.com/2012/11/20/gizi-dan-kesehatan-audkebutuhan-gizi-anak/
WHO. 2003. Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Desease. Geneva
xxiii

Kuesioner penelitian
GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG (PGS) PADA REMAJA
M.Ts PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2013
Assalamualaikum Wr Wb
Perkenalkan nama saya Dian Muti Sari, mahasiswi Peminatan Gizi Jurusan Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya sedang melakukan penelitian praktek pedoman gizi seimbang pada sekolah adik. Saya
akan menanyakan mengenai pedoman gizi seimbang. Jawaban yang adik berikan tidak
mempengaruhi nilai rapor adik di sekolah dan dirahasiakan sehingga tidak seorang pun yang
mengetahuinya, karena data yang akan ditampilkan merupakan data kumulatif dari seluruh
sampel yang diambil.
No. Responden :

Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Nama

Kelas

Tanggal lahir :
Umur

Jenis kelamin :
Tertanda,

( .....................................)

Setelah menandatangani pernyataan tersebut diatas, saya mohon kesediaan adik untuk
diwawancarai untuk menjawab pertanyaan pertanyaan yang akan saya berikan dengan jujur.
Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.

A. Pola Konsumsi Makanan


Isilah formulir ini dengan berbagai jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi
selama dua hari sebelumnya disertai dengan ukuran rumah tangganya.

FORMULIR FOOD RECALL 2 X 24 JAM


URT (Ukuran Rumah Tangga) : lihat Food Model (alat bantu)
Hari Pertama Sebelumnya
Waktu

Nama bahan

makan

makanan

Bahan
Jenis makanan

Banyaknya
URT

PAGI

SELINGAN

SIANG

Gram

SELINGAN

MALAM

SELINGAN

Keterangan URT (Ukuran Rumah Tangga)


bh : buah
bks : bungkus

1 porsi

gls : gelas
sdm : sendok makan

ptg : potong

btr : butir

URT (Ukuran Rumah Tangga) : lihat Food Model (alat bantu)


Hari Kedua Sebelumnya
Waktu

Nama bahan

makan

makanan

Bahan
Jenis makanan

Banyaknya
URT

PAGI

SELINGAN

SIANG

SELINGAN

Gram

MALAM

SELINGAN

Keterangan URT (Ukuran Rumah Tangga)


bh : buah
bks : bungkus

1 porsi

gls : gelas
sdm : sendok makan

ptg : potong

btr : butir

Frekuensi Makan
Tandai pilihan di bawah ini dengan ( O )!
1. Berapa kali adik makan dalam sehari ?
a. 1 kali dalam sehari
b. 2 kali dalam sehari
c. 3 kali dalam sehari
d. > 3 kali dalam sehari
Isilah formulir ini dengan pilihan frekuensi makan yang anda lakukan dan berilah jawaban
berapa kali pada kolom frekuensi makan yang anda pilih.
FORMULIR FOOD FREKUENSI MAKANAN

Frekuensi Makan
Per hari
No.

1x
1.

2.

Per minggu

Bahan Makanan

Makanan Pokok
- Nasi
- Mie
- Singkong /
Ubi
- Kentang
- Roti putih
- Cereal
- Havermut
- Jagung
- Lainnya,
sebutkan
...............
...............
...............
Ikan dan hasil
olahannya
- Ikan segar
- Ikan asin
- Udang
- Lainnya,
Sebutkan
...............
...............

2 3x

45x

>6x

1x

2 5x

>6x

Frekuensi Makan
Per hari
No.

Bahan Makanan
1x

3.

4.

5.

Per minggu

Daging, telur dan


hasil olahannya
- Daging sapi
- Daging
kambing
- Daging ayam
- Telur ayam
- Nugget
- Sosis
- Daging ham
- Lainnya,
sebutkan
...............
...............
...............
Kacang
kacangan dan
hasil olahannya
- Kacang hijau
- Kacang tanah
- Tahu
- Tempe
- Lainnya,
sebutkan
...............
Sayur - sayuran
- Bayam
- Kangkung
- Daun
singkong
- Sawi hijau
- Daun selada
- Wortel
- Kol
- Kembang kol
- Brokoli
- Ketimun
- Kacang
panjang
- Lainnya,
Sebutkan
.............

2 3x

45x

>6x

1x

2 5x

>6x

Frekuensi Makan
Per hari
No.

Bahan Makanan
1x

6.

7.

Per minggu

Buah
buahan
- Jeruk
- Pepaya
- Apel
- Pisang
- Mangga
- Lainnya,
sebutkan
...............
...............
...............
Susu dan hasil
olahannya
- Susu cair
- Susu kental
manis
- Yoghurt
- Keju
- Es krim
- Lainnya,
Sebutkan
...............
...............

2 3x

45x

>6x

1x

2 5x

>6x

B. Aktivitas Fisik
Isilah catatan ini dengan berbagai kegiatan yang anda lakukan selama dua hari
sebelumnya disertai dengan waktu dalam pengerjaan kegiatan tersebut. (kegiatan mulai
dari bangun tidur sampai menjelang tidur malam)

CATATAN HARIAN AKTIVITAS FISIK


Hari pertama sebelumnya
No.

Jenis kegiatan (aktivitas)

Jumlah

Alokasi waktu (menit)

Hari kedua sebelumnya


No.

Jenis kegiatan (aktivitas)

Jumlah

Alokasi waktu (menit)

C. Pola hidup bersih dan sehat


Tandai pilihan di bawah ini dengan ( O )!
1. Apakah adik mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan ?
a. Selalu
b. Kadang kadang
c. Tidak Pernah
2. Apakah adik menggosok gigi sesudah makan ?
a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

3. Apakah adik menutup makanan dengan tudung saji atau penutup makanan lainnya ?
a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

4. Dalam membeli makanan, apakah adik memilih makanan yang tertutup rapat, tidak
berbau atau berasa asam dan tidak berlendir ?
a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

5. Dalam membeli makanan, apakah adik memilih makanan yang tidak berwarna
mencolok ?
a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

6. Dalam membeli makanan kemasan, apakah adik memperhatikan kandungan gizinya ?


a. Selalu
7. Dalam

b. Kadang kadang

membeli

makanan

kemasan,

c. Tidak Pernah
apakah

adik

memperhatikan

tanggal

kadaluarsanya ?
a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

8. Apakah adik menghindari merokok ?


a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

9. Apakah adik menghindari menggunakan obat obatan terlarang atau narkoba ?


a. Selalu

b. Kadang kadang

c. Tidak Pernah

10. Apakah adik menghindari minum minuman beralkohol ?


a. Selalu

b. Kadang kadang

D. Status Gizi (Berat badan ideal)


Berat badan

kg

Tinggi badan

cm

c. Tidak Pernah

ANALISIS UNIVARIAT
UMUR RESPONDEN
Statistics
UMUR
N
Valid
Missing

96
0

UMUR

Valid

13
14
15
Total

Frequency
55
39
2
96

Percent
57,3
40,6
2,1
100,0

Valid Percent
57,3
40,6
2,1
100,0

Cumulative
Percent
57,3
97,9
100,0

JENIS KELAMIN RESPONDEN


Statistics
JENIS_KELAMIN
N
Valid
Missing

96
0

JENIS_KELAMIN

Valid

LAKI-LAKI
PEREMPUAN
Total

Frequency
44
52
96

GOLONGAN REMAJA
Statistics
REMAJA
N
Valid
Missing

96
0

Percent
45,8
54,2
100,0

Valid Percent
45,8
54,2
100,0

Cumulative
Percent
45,8
100,0

REMAJA

Valid

REMAJA AWAL

Frequency
55

Percent
57,3

Valid Percent
57,3

41
96

42,7
100,0

42,7
100,0

REMAJA PERTENGAHAN
Total

Cumulative
Percent
57,3
100,0

POLA KONSUMSI MAKANAN


Statistics
P_konsumsi
N
Valid

96
0

Missing

P_konsumsi

Valid

SESUAI
TIDAK SESUAI
Total

Frequency
1

Percent
1,0

Valid Percent
1,0

95
96

99,0
100,0

99,0
100,0

Cumulative
Percent
1,0
100,0

GAMBARAN JENIS BAHAN MAKANAN


Statistics
JENIS_MAKANAN
N
Valid
Missing

96
0

JENIS_MAKANAN

Valid

Frequency
SESUAI PGS
36
TIDAK SESUAI PGS
60
Total
96

Percent
37,5
62,5
100,0

Valid Percent
37,5
62,5
100,0

Makanan pokok
M.POKOK

Valid

Frequency
96

Percent
100,0

Valid Percent
100,0

Cumulative
Percent
100,0

Cumulative
Percent
37,5
100,0

Lauk pauk
LAUK_PAUK

Valid

Frequency
96

Percent
100,0

Valid Percent
100,0

Cumulative
Percent
100,0

LAUK

Valid

Frequency
TELUR
11
IKAN
10
AYAM
58
DAGING SAPI
11
CUMI
2
UDANG
4
Total
96

Percent
11,5
10,4
60,4
11,5
2,1
4,2
100,0

Valid Percent
11,5
10,4
60,4
11,5
2,1
4,2
100,0

Cumulative
Percent
11,5
21,9
82,3
93,8
95,8
100,0

PAUK

Valid

TIDAK
TAHU
TEMPE
Total

Frequency
67
13
16
96

Percent
69,8
13,5
16,7
100,0

Valid Percent
69,8
13,5
16,7
100,0

Cumulative
Percent
69,8
83,3
100,0

Sayur
SAYUR

Valid

0
1
Total

Frequency
35
61
96

Percent
36,5
63,5
100,0

Valid Percent
36,5
63,5
100,0

Cumulative
Percent
36,5
100,0

SAYUR

Valid

TIDAK KONSUMSI
KOL
SOP
SAWI
SAWI HIJAU
DAUN SINGKONG
BAYAM
KANGKUNG
NANGKA MUDA
LOBAK
SELADA
jamur
Total

Frequency
35
3
17
2
2
2
23
7
2
1
1
1
96

Percent
36,5
3,1
17,7
2,1
2,1
2,1
24,0
7,3
2,1
1,0
1,0
1,0
100,0

Valid Percent
36,5
3,1
17,7
2,1
2,1
2,1
24,0
7,3
2,1
1,0
1,0
1,0
100,0

Cumulative
Percent
36,5
39,6
57,3
59,4
61,5
63,5
87,5
94,8
96,9
97,9
99,0
100,0

Buah
BUAH

Valid

0
1
Total

Frequency
48
48
96

Percent
50,0
50,0
100,0

Valid Percent
50,0
50,0
100,0

Cumulative
Percent
50,0
100,0

BUAH

Valid

Frequency
TIDAK KONSUMSI
48
JERUK
21
APEL
9
PEPAYA
4
PISANG
6
melon
4
mangga
3
belimbing
1
Total
96

Percent
50,0
21,9
9,4
4,2
6,3
4,2
3,1
1,0
100,0

Valid Percent
50,0
21,9
9,4
4,2
6,3
4,2
3,1
1,0
100,0

Cumulative
Percent
50,0
71,9
81,3
85,4
91,7
95,8
99,0
100,0

GAMBARAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI


Kecukupan energi
Statistics
ENERGI
N
Valid
Missing

96
0

ENERGI

Valid

Frequency
SESUAI
87
TIDAK SESUAI
9
Total
96

Percent
90,6
9,4
100,0

Valid Percent
90,6
9,4
100,0

Cumulative
Percent
90,6
100,0

JENIS_KELAMIN * ENERGI Crosstabulation

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

ENERGI
TIDAK
SESUAI
SESUAI
39
5
88,6%
11,4%
48
4
92,3%
7,7%
87
9
90,6%
9,4%

Kecukupan karbohidrat
Statistics
KARBOHIDRAT
N
Valid
Missing

96
0

KARBOHIDRAT

Valid

Frequency
SESUAI
75
TIDAK SESUAI
21
Total
96

Percent
78,1
21,9
100,0

Valid Percent
78,1
21,9
100,0

Cumulative
Percent
78,1
100,0

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

JENIS_KELAMIN * KARBOHIDRAT Crosstabulation

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

KARBOHIDRAT
TIDAK
SESUAI
SESUAI
31
13
70,5%
29,5%
44
8
84,6%
15,4%
75
21
78,1%
21,9%

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

Kecukupan protein
Statistics
PROTEIN
N
Valid
Missing

96
0

PROTEIN

Valid

Frequency
SESUAI
93
TIDAK SESUAI
3
Total
96

Percent
96,9
3,1
100,0

Valid Percent
96,9
3,1
100,0

Cumulative
Percent
96,9
100,0

JENIS_KELAMIN * PROTEIN Crosstabulation

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Kecukupan lemak

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

PROTEIN
TIDAK
SESUAI
SESUAI
44
0
100,0%
,0%
49
3
94,2%
5,8%
93
3
96,9%
3,1%

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

Statistics
LEMAK
N
Valid
Missing

96
0

LEMAK

Valid

Frequency
SESUAI
42
TIDAK SESUAI
54
Total
96

Percent
43,8
56,3
100,0

Valid Percent
43,8
56,3
100,0

Cumulative
Percent
43,8
100,0

JENIS_KELAMIN * LEMAK Crosstabulation

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

LEMAK
TIDAK
SESUAI
SESUAI
15
29
34,1%
65,9%
27
25
51,9%
48,1%
42
54
43,8%
56,3%

Kecukupan vitamin A
Statistics
VIT_A
N
Valid
Missing

96
0
VIT_A

Valid

SESUAI
TIDAK SESUAI
Total

Frequency
66
30

Percent
68,8
31,3

Valid Percent
68,8
31,3

96

100,0

100,0

Cumulative
Percent
68,8
100,0

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

JENIS_KELAMIN * VIT_A Crosstabulation

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

VIT_A
TIDAK
SESUAI
SESUAI
33
11
75,0%
25,0%
33
19
63,5%
36,5%
66
30
68,8%
31,3%

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

Vitamin C
Statistics
VIT_C
N
Valid
Missing

96
0

VIT_C

Valid

Frequency
SESUAI
33
TIDAK SESUAI
63
Total
96

Percent
34,4
65,6
100,0

Valid Percent
34,4
65,6
100,0

Cumulative
Percent
34,4
100,0

JENIS_KELAMIN * VIT_C Crosstabulation

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

VIT_C
TIDAK
SESUAI
SESUAI
11
33
25,0%
75,0%
22
30
42,3%
57,7%
33
63
34,4%
65,6%

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

Zat besi (Fe)


Statistics
Fe
N

Valid
Missing

96
0

Fe

Valid

Frequency
SESUAI
25
TIDAK SESUAI
71
Total
96

Percent
26,0
74,0
100,0

Valid Percent
26,0
74,0
100,0

Cumulative
Percent
26,0
100,0

JENIS_KELAMIN * Fe Crosstabulation
Fe

JENIS_
KELAMIN

LAKI-LAKI
PEREMPUAN

Total

Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN
Count
% within JENIS_KELAMIN

SESUAI
12
27,3%
13
25,0%
25
26,0%

TIDAK
SESUAI
32
72,7%
39
75,0%
71
74,0%

Total
44
100,0%
52
100,0%
96
100,0%

GAMBARAN FREKUENSI MAKAN


Statistics
FREK.MAKAN_PGS
N
Valid
Missing

96
0

FREK.MAKAN_PGS

Valid

Frequency
SESUAI PGS
14
TIDAK SESUAI PGS
82
Total
96

Percent
14,6
85,4
100,0

Valid Percent
14,6
85,4
100,0

Cumulative
Percent
14,6
100,0

Statistics
FREK.MAKAN_1
N
Valid
Missing

96
0

FREK.MAKAN_1

Valid

2 KALI
3 KALI
>3 KALI
Total

Frequency
17
71
8
96

Percent
17,7
74,0
8,3
100,0

Valid Percent
17,7
74,0
8,3
100,0

Cumulative
Percent
17,7
91,7
100,0

GAMBARAN POLA HIDUP BERSIH


Statistics
PHBS
N
Valid
Missing

96
0

PHBS

Valid

Frequency
SESUAI PGS
54
TIDAK SESUAI PGS
42
Total
96

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK


Statistics
AKTIV.FISIK
N
Valid
Missing

96
0

Percent
56,3
43,8
100,0

Valid Percent
56,3
43,8
100,0

Cumulative
Percent
56,3
100,0

AKTIV.FISIK

Valid

RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Frequency
24
68
4
96

Percent
25,0
70,8
4,2
100,0

Valid Percent
25,0
70,8
4,2
100,0

Cumulative
Percent
25,0
95,8
100,0

GAMBARAN BERAT BADAN IDEAL


Statistics
IDEAL
N
Valid
Missing

96
0

IDEAL

Valid

KURUS
NORMAL
GEMUK
OBESITAS
Total

Frequency
5
67
13
11
96

Percent
5,2
69,8
13,5
11,5
100,0

Valid Percent
5,2
69,8
13,5
11,5
100,0

Cumulative
Percent
5,2
75,0
88,5
100,0

GAMBARAN PRAKTEK PEDOMAN GIZI SEIMBANG


Statistics
PRAKTEK_PGS
N
Valid
Missing

96
0

PRAKTEK_PGS

Valid

Frequency
TIDAK SESUAI
96

Percent
100,0

Valid Percent
100,0

Cumulative
Percent
100,0

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP POLA KONSUMSI


Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK *
JENIS_MAKANAN

Percent
96

100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0

,0%

Total
N

Percent
96

100,0%

AKTIV.FISIK * JENIS_MAKANAN Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

JENIS_MAKANAN
TIDAK
SESUAI PGS SESUAI PGS
7
17
29,2%
70,8%
29
39
42,6%
57,4%
0
4
,0%
100,0%
36
60
37,5%
62,5%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Energi
Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * ENERGI

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

AKTIV.FISIK * ENERGI Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

ENERGI
TIDAK
SESUAI
SESUAI
24
0
100,0%
,0%
62
6
91,2%
8,8%
1
3
25,0%
75,0%
87
9
90,6%
9,4%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Percent
100,0%

Karbohidrat
Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK *
KARBOHIDRAT

Percent
96

100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0

,0%

Total
N

Percent
96

100,0%

AKTIV.FISIK * KARBOHIDRAT Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

KARBOHIDRAT
TIDAK
SESUAI
SESUAI
19
5
79,2%
20,8%
55
13
80,9%
19,1%
1
3
25,0%
75,0%
75
21
78,1%
21,9%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Lemak
Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * LEMAK

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

AKTIV.FISIK * LEMAK Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

LEMAK
TIDAK
SESUAI
SESUAI
3
21
12,5%
87,5%
36
32
52,9%
47,1%
3
1
75,0%
25,0%
42
54
43,8%
56,3%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Percent
100,0%

Protein
Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * PROTEIN

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

AKTIV.FISIK * PROTEIN Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

PROTEIN
TIDAK
SESUAI
SESUAI
24
0
100,0%
,0%
66
2
97,1%
2,9%
3
1
75,0%
25,0%
93
3
96,9%
3,1%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Vitamin A
Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * VIT_A

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

AKTIV.FISIK * VIT_A Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

VIT_A
TIDAK
SESUAI
SESUAI
17
7
70,8%
29,2%
46
22
67,6%
32,4%
3
1
75,0%
25,0%
66
30
68,8%
31,3%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Percent
100,0%

Vitamin C
Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * VIT_C

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N

Percent
100,0%

96

AKTIV.FISIK * VIT_C Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

VIT_C
TIDAK
SESUAI
SESUAI
10
14
41,7%
58,3%
22
46
32,4%
67,6%
1
3
25,0%
75,0%
33
63
34,4%
65,6%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

Zat besi (Fe)


Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * Fe

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

AKTIV.FISIK * Fe Crosstabulation
Fe

AKTIV.FISIK RINGAN
SEDANG
BERAT
Total

Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

SESUAI
3
12,5%
21
30,9%
1
25,0%
25
26,0%

TIDAK
SESUAI
21
87,5%
47
69,1%
3
75,0%
71
74,0%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP BERAT IDEAL


Case Processing Summary

Valid
N
AKTIV.FISIK * IDEAL

Percent
100,0%

96

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

AKTIV.FISIK * IDEAL Crosstabulation

AKTIV.FISIK RINGAN

Total

Count
% within AKTIV.FISIK
SEDANG Count
% within AKTIV.FISIK
BERAT
Count
% within AKTIV.FISIK
Count
% within AKTIV.FISIK

KURUS
0
,0%
1
1,5%
4
100,0%
5
5,2%

IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
2
11
11
8,3%
45,8%
45,8%
65
2
0
95,6%
2,9%
,0%
0
0
0
,0%
,0%
,0%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%

Total
24
100,0%
68
100,0%
4
100,0%
96
100,0%

GAMBARAN TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI TERHADAP BERAT BADAN IDEAL

Energi

Case Processing Summary

Valid
N
ENERGI * IDEAL

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

ENERGI * IDEAL Crosstabulation

KURUS
ENERGI SESUAI
Count
1
% within ENERGI
1,1%
TIDAK SESUAI Count
4
% within ENERGI
44,4%
Total
Count
5
% within ENERGI
5,2%

IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
62
13
11
71,3%
14,9%
12,6%
5
0
0
55,6%
,0%
,0%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%

Total
87
100,0%
9
100,0%
96
100,0%

Karbohidrat
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Valid
N
KARBOHIDRAT * IDEAL

96

Percent
100,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

KARBOHIDRAT * IDEAL Crosstabulation

KURUS
Count
1
% within KARBOHIDRAT1,3%
TIDAK SESUAICount
4
% within KARBOHIDRAT
19,0%
Count
5
% within KARBOHIDRAT5,2%

KARBOHIDRATSESUAI

Total

IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS Total
55
11
8
75
73,3%
14,7%
10,7% 100,0%
12
2
3
21
57,1%
9,5%
14,3% 100,0%
67
13
11
96
69,8%
13,5%
11,5% 100,0%

Protein
Case Processing Summary

Valid
N
PROTEIN * IDEAL

Percent
100,0%

96

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

PROTEIN * IDEAL Crosstabulation

KURUS
PROTEIN SESUAI
Count
4
% within PROTEIN
4,3%
TIDAK SESUAI Count
1
% within PROTEIN 33,3%
Total
Count
5
% within PROTEIN
5,2%

IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
65
13
11
69,9%
14,0%
11,8%
2
0
0
66,7%
,0%
,0%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%

Lemak
Case Processing Summary

Valid
N
LEMAK * IDEAL

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

Total
93
100,0%
3
100,0%
96
100,0%

LEMAK * IDEAL Crosstabulation

KURUS
LEMAK SESUAI
Count
4
% within LEMAK
9,5%
TIDAK SESUAI Count
1
% within LEMAK
1,9%
Total
Count
5
% within LEMAK
5,2%

IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
36
0
2
85,7%
,0%
4,8%
31
13
9
57,4%
24,1%
16,7%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%

Total
42
100,0%
54
100,0%
96
100,0%

Vitamin A
Case Processing Summary

Valid
N
VIT_A * IDEAL

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N

Percent
100,0%

96

VIT_A * IDEAL Crosstabulation

VIT_A SESUAI

Total

Count
% within VIT_A
TIDAK SESUAI Count
% within VIT_A
Count
% within VIT_A

KURUS
3
4,5%
2
6,7%
5
5,2%

IDEAL
NORMAL
GEMUK
46
9
69,7%
13,6%
21
4
70,0%
13,3%
67
13
69,8%
13,5%

OBESITAS
8
12,1%
3
10,0%
11
11,5%

Vitamin C
Case Processing Summary

Valid
N
VIT_C * IDEAL

96

Percent
100,0%

Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

Total
66
100,0%
30
100,0%
96
100,0%

VIT_C * IDEAL Crosstabulation

VIT_C SESUAI

Total

Count
% within VIT_C
TIDAK SESUAI Count
% within VIT_C
Count
% within VIT_C

KURUS
1
3,0%
4
6,3%
5
5,2%

IDEAL
NORMAL GEMUK OBESITAS
22
5
5
66,7%
15,2%
15,2%
45
8
6
71,4%
12,7%
9,5%
67
13
11
69,8%
13,5%
11,5%

Total
33
100,0%
63
100,0%
96
100,0%

Fe
Case Processing Summary
Cases
Missing
N
Percent
0
,0%

Valid
N
Fe * IDEAL

96

Percent
100,0%

Total
N
96

Percent
100,0%

Fe * IDEAL Crosstabulation

Fe

SESUAI
TIDAK SESUAI

Total

Count
% within Fe
Count
% within Fe
Count
% within Fe

KURUS
1
4,0%
4
5,6%
5
5,2%

IDEAL
NORMAL
GEMUK
21
2
84,0%
8,0%
46
11
64,8%
15,5%
67
13
69,8%
13,5%

OBESITAS
1
4,0%
10
14,1%
11
11,5%

Total
25
100,0%
71
100,0%
96
100,0%

UJI COBA INSTRUMEN

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
,587

N of Items
10

Item Statistics
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10

Mean
1,55
1,30
1,65
1,70
1,25
,85
1,75
1,85
1,70
1,70

Std. Deviation
,605
,571
,587
,657
,550
,587
,550
,489
,733
,733

N
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20

Item-Total Statistics

P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10

Scale Mean if
Item Deleted
13,75
14,00
13,65
13,60
14,05
14,45
13,55
13,45
13,60
13,60

Scale
Variance if
Item Deleted
5,882
6,632
6,450
5,305
8,471
7,208
6,366
7,524
6,147
6,989

Corrected
Item-Total
Correlation
,565
,322
,372
,717
-,271
,112
,446
,053
,336
,098

Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
,481
,547
,534
,425
,670
,596
,519
,603
,540
,611

Anda mungkin juga menyukai