Laporan Kasus
Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nomor Rekam Medik
: 34 08 01
Nama
: Tn. EY
Umur
: 20 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Berat Badan
: 50 kg
Alamat
: Sarmi
Status Pernikahan
: Belum Menikah
: 5 September 2016
1.2 Anamnesis
1.
Keluhan Utama
Rasa kebas/baal (mati rasa) pada kedua kaki
2.
3.
Kesadaran
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah
Nadi
: 80 x/m
Respirasi
: 20 x/m
Suhu badan
: 36.80C
: 120/80 mmHg
Kepala/Leher
Thoraks
(-/-)
: Paru
Jantung
Abdomen
(-)
: Datar, supel, bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas
membesar
: Akral hangat, edema tungkai (-)
Mototrik
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
5 5
2 2
: BTR (+/+), KPR (+/+), APR (+/+)
: Babinsky (-/-), chaddock (-/-), gonda (-/-),
Vegetatif
Sakral Sparing
Hasil
9.460/uL
7,0 g/dL
437.000/uL
34-61 mm/jam
4,96 mg/dl
1,18 mg/dl
3,4 g/dl
Nilai Rujukan
4,8 10,8/uL
14-18 g/dL
100-450/uL
1-10 mm/jam
10-50 mg/dl
Pria : 0,7-1,3 mg/dl
3,8-5,1 g/dl
1.5 Resume
Pasien , 20 tahun, dibawa kerumah sakit dengan keluhan rasa kebas/baal pada
kedua kaki sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan diawali dengan timbulnya benjolan pada
tulang belakang sejak 6 bulan timbul setelah pasien jatuh. Keluhan mulai memberat
sehingga pasien sekarang hanya dapat menggeser kedua kakinya saja.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien kompos mentis, tanda-tanda
vital dan status generalis ditemukan konjungtiva anemis (+/+), lainnya dalam batas
normal. Dari pemerikaan saraf didapatkan adanya gibbus pada daerah tulang belakang,
paraparese inferior dengan kekuatan motoric 2 pada kedua ekstremitas inferior.
Dari pemeriksaan penunjang hasil darah didapatkan adanya anemia pada pasien
dengan kadar hemoglobin pasien 7,0 g/dL dan peningkatan LED 34-61 mm/jam dan dari
pemeriksaan foto rontgen didapatkan adanya destruksi pada V L II-III dan V LIII-IV dan
penyempitan diskus antara V LI-II, LII-III, dan LIII-IV.
1.6 Diagnosis Kerja
-
1.8
Follow Up
Tanggal
0607/09/2016
Catatan
S : lemah anggota gerak bawah, nyeri
pada tulang belakang
O : Keadaan umum : tampak sakit
sedang
Kesadaran : Kompos mentis
TTV : TD : 120-130/80 mmHg, N : 82
x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : Afebris
Status Interna
Kepala/leher : Ca +/+, Si -/-, P>>KGB
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), ikut
gerak nafas, Sn vesikuler +/+, rho (-/-),
whe (-/-), BJ I-II regular, murmur (-),
gallops (-)
Abdomen: datar, supel, BU (+), nyeri
tekan (-), hepar dan lien : ttb/ttb
Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-),
lasegue/kernig (tak terbatas/tak
terbatas), Brudzinski I,II (-/-)
Saraf Otak : Mata : pupil bulat isokor,
ODS : 3 mm, reflex cahaya (+/+),
reflex kornea (+/+), GBM : kanan dan
kiri bergerak baik ke segala arah
Motorik :
Kekuatan Motorik
5
2
5
2
Tindakan
- Bed rest
- IVFD NaCl 0,9% +
metilprednisolon 125
mg +Neurobion 1 amp:
KaEn3B 1:1
- Inj. Kalmeco 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- Transfusi PRC 2
bag/hari
- OAT hari ke-1 dan ke-2
- Pro cek DL, KL
Keterangan
- PITC non reaktif
- Tanggal 06/09/2016
Konsul ke bagian
paru:
Mohon konsul pasien
Tn. E, 20 tahun
dengan :
- Anemia
- TB paru
- Spondylitis TB
paru
- Destruksi
lumbal
Atas kerjasamanya
BTK
- Jawaban konsul dari
bagian paru:
Pemeriksaan
terhadap tn. E, pasien
didiagnosis dengan
TB paru RO (+),
BTA (?)
Planning:
- OAT kategori I
FDC
-
Tanggal 7/09/2016
Konsul kebagian
ortopedi
Jawaban konsul:
Pasien dirawat
bersama diruang
saraf karena ruang
ortopedi penuh.
Usul:
- Lanjutkan
terapi 2 minggu
- Bila KU baik
siapkan pasien
untuk
811/09/2016
Diagnosa Kerja :
- Paraparese inferior ec spondylitis
TB
- Anemia
S : lemah anggota gerak bawah, nyeri - Bed rest
pada tulang belakang
- IVFD NaCl 0,9% +
O : Keadaan umum : tampak sakit
metilprednisolon 125
sedang
mg +Neurobion 1 amp:
Kesadaran : Kompos mentis
KaEn3B 1:1
TTV : TD : 120-130/80 mmHg, N : 82
- Inj. Kalmeco 2x1 amp
x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : Afebris
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- OAT hari ke-3 sampai
Status Interna
hari ke-6
Kepala/leher : Ca +/+, Si -/-, P>>KGB
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), ikut
gerak nafas, Sn vesikuler +/+, rho (-/-),
whe (-/-), BJ I-II regular, murmur (-),
gallops (-)
Abdomen: datar, supel, BU (+), nyeri
tekan (-), hepar dan lien : ttb/ttb
Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-),
lasegue/kernig (tak terbatas/tak
terbatas), Brudzinski I,II (-/-)
Saraf Otak : Mata : pupil bulat isokor,
ODS : 3 mm, reflex cahaya (+/+),
reflex kornea (+/+), GBM : kanan dan
kiri bergerak baik ke segala arah
Motorik :
Kekuatan motorik
5
2
5
2
1214/09/2016
Diagnosa Kerja :
- Paraparese inferior ec
myeloradikulopati setinggi V
LII-IV ec spondylitis TB
- Anemia
S : lemah anggota gerak bawah, nyeri
pada tulang belakang
O : Keadaan umum : tampak sakit
sedang
Kesadaran : Kompos mentis
- Bed rest
- IVFD NaCl 0,9% +
metilprednisolon 62,5
mg +Neurobion 1 amp:
dekompresi
stabilisasi
posterior
-
Status Interna
Kepala/leher : Ca +/+, Si -/-, P>>KGB
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), ikut
gerak nafas, Sn vesikuler +/+, rho (-/-),
whe (-/-), BJ I-II regular, murmur (-),
gallops (-)
Abdomen: datar, supel, BU (+), nyeri
tekan (-), hepar dan lien : ttb/ttb
Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-),
lasegue/kernig (tak terbatas/tak
terbatas), Brudzinski I,II (-/-)
Saraf Otak : Mata : pupil bulat isokor,
ODS : 3 mm, reflex cahaya (+/+),
reflex kornea (+/+), GBM : kanan dan
kiri bergerak baik ke segala arah
Motorik :
Ekstremitas superior
Abduksi bahu 4-/4
Adduksi bahu 4-/4
Fleksi siku 4/4
Ekstensi siku 4/4
Fleksi wrist 4-/4Ekstensi wrist 4-/4Fleksi jari tangan 4/4
Ekstremitas inferior
Fleksi sendi panggul 1/1
Ekstensi sendi panggul 1/1
Abduksi sendi panggul 1/ 2
Adduksi sendi pangggul 1/ 2
Fleksi sendi lutut 1/1
Ekstensi sendi lutut 1/1
Plantar fleksi 0/0
Dorsofleksi 0/0
Inversi pergelanagan kaki 0/0
Eversi pergelangan kaki 0/0
Vegetatif : Makan/Minum (+/+), BAK
(+) lewat kateter
Refleks Fisiologis : BTR (+/+), KPR
(+/+), APR (+/+)
Refleks Patologis : Babinski (-/-),
chaddock (-/-), gonda (-/-), Gordon
(-/-), Oppenheim (-/-), schaefer (-/-)
Diagnosa Kerja :
- Paraparese inferior ec
myeloradikulopati setinggi V
KaEn3B 1:1
Inj. Kalmeco 2x1 amp
Inj. Ranitidin 2x1 amp
OAT hari ke-7 sampai
hari ke-9
Pro cek DL, fungsi hati,
fungsi ginjal besok
LII-IV ec spondylitis TB
1516/09/2016
- Anemia
S : lemah anggota gerak bawah, nyeri
pada tulang belakang
O : Keadaan umum : tampak sakit
sedang
Kesadaran : Kompos mentis
TTV : TD : 120-130/80 mmHg, N : 82
x/mnt, R : 20 x/mnt, Sb : Afebris
Status Interna
Kepala/leher : Ca +/+, Si -/-, P>>KGB
(-/-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), ikut
gerak nafas, Sn vesikuler +/+, rho (-/-),
whe (-/-), BJ I-II regular, murmur (-),
gallops (-)
Abdomen: datar, supel, BU (+), nyeri
tekan (-), hepar dan lien : ttb/ttb
Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-),
lasegue/kernig (tak terbatas/tak
terbatas), Brudzinski I,II (-/-)
Saraf Otak : Mata : pupil bulat isokor,
ODS : 3 mm, reflex cahaya (+/+),
reflex kornea (+/+), GBM : kanan dan
kiri bergerak baik ke segala arah
Motorik :
Ekstremitas superior
Abduksi bahu 4-/4
Adduksi bahu 4-/4
Fleksi siku 4/4
Ekstensi siku 4/4
Fleksi wrist 4-/4Ekstensi wrist 4-/4Fleksi jari tangan 4/4
Ekstremitas inferior
Fleksi sendi panggul 1/1
Ekstensi sendi panggul 1/1
Abduksi sendi panggul 1/ 2
Adduksi sendi pangggul 1/ 2
Fleksi sendi lutut 1/1
Ekstensi sendi lutut 1/1
Plantar fleksi 0/0
Dorsofleksi 0/0
Inversi pergelanagan kaki 0/0
Eversi pergelangan kaki 0/0
Vegetatif : Makan/Minum (+/+), BAK
(+) lewat kateter
Refleks Fisiologis : BTR (+/+), KPR
(+/+), APR (+/+)
- Bed rest
- IVFD NaCl 0,9% +
metilprednisolon 62,5
mg +Neurobion 1 amp:
KaEn3B 1:1
- Inj. Kalmeco 2x1 amp
- Inj. Ranitidin 2x1 amp
- OAT hari ke-10 sampai
hari ke-11
- Vitamin B6 1x1 tab
1.9
Prognosis
Quo Ad Vitam
: Bonam
Quo Ad Fungtionam
: Dubia
Quo Ad Sanationam
: Dubia
BAB II
PEMBAHASAN
Myelopathy adalah gangguan fungsional atau struktur atau perubahan patologis dari
medulla spinalis. Sedangkan radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan degan
gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologik yang dapat mengenai satu atau
lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal. Jadi, myeloradikulopati adalah
kerusakan atau gangguan atau trauma pada medula spinalis dan gangguan pada akar medulla
spinalis.1,2
Spondylitis tuberkulosa adalah suatu osteomyelitis kronik tulang belakang yang
disebabkan oleh kuman TB.3,4,5,6,7,8,9 Pada spondylitis TB akan terjadi kolaps beberapa
vertebra karena proses destruksi tulang sehingga akan terbentuk formasi gibbus. Komplikasi
neurologis terutama myeloradikulopati terjadi karena adanya kompresi medulla spinalis.3-4
Penegakkan diagnosis spondylitis tuberculosis menggunakan:7
1. Kriteria mayor
o
Gejala konstitusi: demam tidak terlalu tinggi, keringat malam, kehilangan selera
makan, dan kehilangan berat badan
2. Kriteria minor
o
Deformitas gibbus
Deficit neurologis
Cold abses
3. Gambaran radiologis
o
Cedera pada medulla spinalis dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan
ada atau tidaknya fungsi yang dipertahankan dibawah lesi.5
10
Karakteristik
Lesi Komplet
Motorik
Hilang dibawah lesi
Protopatik (nyeri,suhu)
Hilang dibawah lesi
Propioseptik
(joint
position, Hilang dibawah lesi
Lesi Inkomplet
Sering (+)
Sering (+)
Sering (+)
vibrasi)
Sakral sparing
Positif
Negative
Anal reflex
Sadde hipertensi
Tao reflex (untuk
mencukupi posisi dan
arah)
Ro. Vertebra
Panyakit spondylitis Tb disebabkan oleh bakteri bentuk basil (basilus). Bakteri yang
paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun spesies
Mycobaccterium yang lain juga dapat bertanggung jawab sebagai penyebabnya. 3,7,9,10
Penatalaksanaan pada pasien ini ditujukan untuk mengatasi penyebab terjadinya
spondilits pada pasien yaitu kuman tuberculosis. Kuman tuberkulosa pada umumnya dapat
dibunuh atau dihambat dengan pemberian obat-obat anti tuberkulosa, misalnya kombinasi
INH, ethambutol, pyrazinamid dan rifampicin. Namun karena vertebra yang terinfeksi
mengalami destruksi dengan pembentukan sekuester dan perkejuan, maka tindakan bedah
menjadi penting untuk dapat mengevakuasi sumber infeksi dan jaringan nekrotik. Destruksi
korpus vertebra dapat menyebabkan kompresi terhadap medulla spinalis dan menyebabkan
defisit neurologik, sehingga memerlukan tindakan bedah. Dasar penatalaksanaan spondilitis
tuberkulosa adalah mengistirahatkan vertebra yang sakit, obat-oabat anti tuberkulosa dan
pengeluaran abses.6,7,9,10
a.
Terapi Konservatif
Pengobatan konservatif yang ketat dapat memberikan hasil yang cukup baik.
1) Tirah baring (bed rest)
Istirahat dapat dilakukan dengan memakai gips terutama pada keadaan akut
atau fase aktif. Istirahat ditempat tidur dapat berlangsung 3 4 minggu, sampai
dicapai keadaan yang tenang secara klinis, radiologis dan laboratoris. Nyeri akan
berkurang, spasme otot-otot paravertebral menghilang, nafsu makan pulih dan berat
badan meningkat, suhu tubuh normal. Secara laboratoris, laju endap darah menurun,
tes mantoux diameter < 10 mm. Pada pemeriksaan radiologis tidak dijumpai
penambahan destruksi tulang, kavitasi ataupun sekuester.
b.
Anti Tuberkulosa
12
Pengertian
Pengobatan
Kasus baru TB paru kasus baru 2HRZE fase inisial dilanjutkan 4HR
dengan TB ekstra paru, termasuk fase lanjutan
TB spinal
Atau
2HRZE fase inisial dilanjutkan
Kategori II
c.
Immobilisasi
Pemasangan gips bergantung pada level lesi, pada daerah servikal dapat dilakukan
immobilisasi dengan jaket minerva, pada daerah torakal, torakolumbal dan lumbal atas
immobilisasi dengan body jacket atau gips korset disertai fiksasi pada salah satu panggul.
Immobilisasi pada umumnya berlangsung 6 bulan, dimulai sejak penderita diizinkan
berobat jalan. Selama pengobatan penderita menjalani kontrol berkala dan dilakukan
pemeriksaan klinis, radiologis dan laboratoris. Bila dalam pengamatan tidak tampak
kemajuan, maka perlu difikirkan kemungkinan resistensi obat, adanya jaringan
kaseonekrotik dan sekuester, nutrisi yang kurang baik, makan obat tidak berdisiplin.
d.
Terapi Operatif
Tujuan terapi operatif adalah menghilangkan sumber infeksi, mengkoreksi
deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan lebih lanjut. Salah satu
tindakan bedah yang penting adalah debridement yang bertujuan menghilangkan sumber
infeksi dengan cara menbuang semua debri dan jaringan nekrotik, benda asing dan
mikro-organisme.
Indikasi operasi:
1) Jika terapi konservatif tidak memberikan hasil yang memuaskan, secara klinis
dan radiologis memburuk.
2) Deformitas bertambah, terjadi destruksi korpus multipel.
13
3)
Terjadinya kompresi pada medula spinalis dengan atau tidak dengan defisit
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanganan pada pasien ini ditujukan untuk menangani penyebab utama terjaddinya
paraparese pada pasien yaitu spondylitis TB yang diatasi dengan pemberian OAT
Kategori I
Prognosis pada pasien ini baik quo ad vitam dan fungtionam bersifat bonam karena
dengan penanganan yang tepat kondisi pasien akan membaik seperti semula dan
untuk sanationam bersifat dubia karena tergantung pada kondisi pasien saat datang,
adekuat atau tidaknya penanganan yang diberikan, respon pasion terhadap
pengobatan, dan juga ketaatan pasien dalam menjalankan terapi
3.2 Saran
Bagi rumah sakit perlu diadakan penyediaan sarana dan prasarana penunjang
diagnostic agar penegakkan diganostik dari suatu penyakit dapat ditentukan dengan
lebih akurat sehingga penanganan yang tepat dan cepat dapat diambil utnuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Infections of the nervous system, Chronic
meningitis, and prion disease. In : Adam and Victors Principles of Neurology. Tenth
Edition. United States : McGraw Hill Education; 2014. p. 697-742
4.
Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Disease of spinal cord. In : Adam and Victors
Principles of Neurology. Tenth Edition. United States : McGraw Hill Education; 2014. p.
1237-1287.
5.
Grundy D, Swain A. ABC of spinal cord injury. Fourth Edition. London: BMJ Book
Publishing; 2002.
6.
7.
8.
9.
16