Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue


2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda
perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadangkadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang
dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan
tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).
Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali
ditandai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan
leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick
Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu
meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit perut
dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan
pada kasus berat disertai tanda tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat
mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut
Sindrom Syock Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal ( Mubin, 2009:19).

2.1.2 Etiologi DBD


Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang terdapat dalam
tubuh nyamuk Aedes aegepty (betina). Virus ini termasuk famili Flaviviridae
yang berukuran kecil sekali yaitu 35-45

mm.

(survive) di alam ini melalui 2 mekanisme.

Virus ini dapat tetap hidup

Mekanisme pertama, transmisi

vertikal dalam tubuh nyamuk, dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk betina
pada telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan
dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme
kedua, transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya.
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia yang
pada saat itu sedang mengandung virus dengue pada darahnya (viremia). Virus
yang sampai ke lambung nyamuk akan mengalami replikasi (memecah
diri/berkembang biak), kemudian akan migrasi yang akhirnya akan sampai di
kelejar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan
ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk (Darmowandowo, 2001).
2.1.3 Manifestasi klinik
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DBD
dengan masa inkubasi antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam
akut atau suhu meningkat tiba-tiba, sering disertai menggigil, saat demam pasien
compos mentis.
Gejala klinis lain yang sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan
pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai pada saat penderita mulai bebas
dari demam. Perdarahan yang terjadi dapat berupa :

a.

Perdarahan pada kulit atau petechie, echimosis, hematom.

b.

Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.


Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran

klinis lain yang tidak khas dijumpai pada penderita DBD adalah :
a.

Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu
menelan.

b.

Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare,


konstipasi.

c.

Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh
tubuh, kemerahan pada kulit, muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola
mata terasa pegal.
Pada hari pertama sakit, penderita panas mendadak secara terus-menerus

dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintikbintik perdarahan, lembam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki
dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah. Antara
hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang
selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai
dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat.
Bila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah
atau tidak teraba) kadang kesadarannya menurun (Mubin, 2005: 8).

Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986 (dalam Arif. M, 2001; 429)
adalah
a.

Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis.
Demam disertai gejala tidak spesifik

b.

Manifestasi perdarahan.

c.

Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus

d.

Dengan/adanya renjatan

e.

Kenaikan nilai hematokrit.


Menurut (Mubin, 2009) derajat penyakit DBD terbagi empat derajat :

1.

Derajat 1 :
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji
tourniquet positif)

2.

Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain pada
hidung (epistaksis)

3.

Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun (kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit dingin dan
lembab serta gelisah

4.

Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat
diukur, akral dingin dan akan mengalami syok.

10

2.1.4 Poses Penularan


Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vector
penularan virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk
Aedes aegypti merupakan faktor penting di daerah perkotaan (daerah urban)
sedangkan di daerah pedesaan (daerah rural) kedua jenis spesies nyamuk Aedes
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak di
tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes albopictus
berkembangbiak di lubang-lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan
daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005: 18).
Virus memasuki tubuh ke manusia melalui gigitan nyamuk menembus
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana
virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah
virus sudah cukup maka virus akan memasuki sirkulasi (viremia), yang pada saat
itu manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan adanya virus
dengue dalam tubuh manusia maka tubuh akan memberi reaksi. Bentuk reaksi
tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan yang lain dapat berbeda,
dimana perbedaan reaksi akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala
klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada prinsipnya bentuk reaksi tubuh terhadap
keberadaan virus dengue adalah sebagai berikut :
1.

Bentuk reaksi pertama


Mengendapkan bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil, kulit

berupa gejala ruang (rash).

11

2.

Bentuk reaksi kedua


Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan

jumlah darah dan kualitas komponen-komponen pembuluh darah yang


menimbulkan manifestasi perdarahan.
3.

Bentuk reaksi ketiga


Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya

komponen plasma atau cairan darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga
perut berupa gejala asites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura.
Apabila tubuh manusia hanya memberi reaksi bentuk 1 dan 2 saja maka orang
tersebut akan menderita demam dengue, sedangkan apabila ketiga bentuk reaksi
terjadi maka orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue
(Darmowandowo, 2001: 22)
2.1.5 Bionomik Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD)
Bionomik vektor adalah tata cara atau perilaku vektor. Vektor penyakit
DBD adalah nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini memiliki kemampuan jarak
terbang sejauh 40-100 meter dan tidak dapat hidup diatas ketinggian 1000 meter
diatas permukaan laut dan kurang dapat berkembang biak dengan baik didaerah
bersuhu rendah . Pada dasarnya dalam kehidupan nyamuk terdapat 3 macam
tempat yang dibutuhkannya, yaitu tempat untuk beristirahat (resting places),
tempat untuk mendapatkan makanan (feeding places), dan tempat untuk
berkembang biak (breeding places). Tempat berkembang biak nyamuk aedes
berupa genangan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah, jernih dan
gelap baik yang berada di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.

Dalam

12

kehidupan di air, perkembangan nyamuk aedes dari telur sampai mencapai


nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7-14 hari, yaitu 2-3 hari untuk
perkembangan dari telur menjadi jentik, 4-9 hari dari jemtik menjadi pupa, 1-2
hari dari pupa menjadi nyamuk dewasa. Berdasarkan kesenangan untuk
mendapatkan darah, nyamuk aedes biasanya menggigit manusia pada pukul
09.00-10.00 pagi dan antara pukul 16.00-17.00 petang, Tapan: 2004 (dalam
Ahmad, 2009: 21).
2.1.6 Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan DBD
Untuk mencegah penyakit DBD nyamuk penularnya harus diberantas
(Aedes aegypti) sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara cepat
memberantas nyamuk Aedes aegypti memberantas jentik-jentiknya di tempat
berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan pemberantasan nyamuk DBD
(PSN-DBD). Oleh karena tempat berkembang biaknya dirumah-rumah dan di
tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD
sekurang kurangnya seminggu sekali (Depkes RI, 2005).
PSN-DBD

bisa

melalui

penggunaan

insektisida

untuk

langsung

membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa. Malation adalah insektisida yang


lazim dipakai saat ini. Cara penggunaan malation adalah dengan pengasapan
(thermal fogging), atau pengabutan (cold fogging). Ada juga insektisida yang
bertujuan membunuh jentik-jentik nyamuk yakni abate. Cara penggunaan bubuk
abate adalah dengan menaburkan bubuk abate pada tempat yang menjadi sarang
nyamuk. Sedangkan PSN-DBD tanpa menggunakan insektisida adalah 3M,
menguras bak mandi, tempayan minimal seminggu sekali, karena perkembangan

13

nyamuk memerlukan waktu 7-10 hari. Selanjutnya menutup tempat penampungan


air rapat-rapat dan langkah terakhir dari 3M adalah membersihkan halaman rumah
dari barang-baranng yang memungkinkan nyamuk tersebut bersarang dan bertelur
(Hendarwanto, 2001).
2.1.7 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Menurut (Mansjoer, 2005) penatalaksanaan demam berdarah dengue yaitu:
a. DHF tanpa Renjatan
1. Beri minum banyak ( 1 - 2 Liter / hari )
2. Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
3. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
1. Pasang infus RL
2. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 30
ml/ kg BB )
3. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2.1.8

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Penyulit


Menurut (Mansjoer, 2005) terdapat pula penatalaksanaan demam berdarah

tanpa penyulit yaitu :


a. Tirah baring
b. Beri makanan lunak, dan bila belum nafsu makan di beri minum 1.5 2 liter
dalam 24 jam dengan air teh, gula atau susu
c. Berikan paracetamol bila demam
d. Monitor TTV (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan)

14

e. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut


2.1.9 Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD)
Sardjana : 2007 (dalam Ahmad 2009: 23 ) menyebutkan diagnosis
demam berdarah dengue dapat ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi:
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik
b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif,
terdapat petekie, perdarahan mukosa atau perdarahan dari bagian tubuh lain
danhematemesis atau melena
c. Trombositopenia (jumlah trombosit kurang dari 100.000/ul)
d. Terdapat minimal satu tanda dari kebocoran plasma seperti peningkatan
hematokrit lebih dari 20%, penurunan hematokrit lebih dari 20% setelah mendapat
terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya dan tanda
kebocoran plasma seperti efusi pleura, ascites, atau hipoproteinemia.
Seorang penderita DBD dikatakan mengalami Sindrom Syok Dengue
(SSD) apabila seluruh kriteria diatas terjadi ditambah tanda-tanda kegagalan
sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun
sampai diastolik dibawah 20 mmHg, kulit dingin serta pasien gelisah
2.1.10 Penanganan Keperawatan Untuk Pasien Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Menurut Sardjana : 2007 (dalam Ahmad 2009), penanganan keperawatan
untuk pasien demam berdarah (DBD) terbagi atas berikut :

15

1.

Tindakan Observasi

a.

Observasi tanda tanda vital klien seperti suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4
jam atau lebih sering. Pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer
suhu tubuh. Normal suhu tubuh (36.5oC-37.5 oC) . Rasional tindakan ini
adalah sebagai pedoman acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

b.

Observasi intake dan output, tiap 3 jam sekali atau lebih sering. Rasional :
Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.

c.

Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi


masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan

d.

Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

e.

Observasi adanya tanda tanda syok, rasional tindakan ini adalah agar dapat
segera dilakukan tindakan apabila klien mengalami shock.

2.

Tindakan mandiri:

a.

Kaji

saat

timbulnya

demam,

rasional

tindakan

ini

adalah

untuk

mengidentifikasi pola demam klien dan sebagai indikator untuk tindakan


selanjutnya.
b.

Berikan kompres hangat pada axilla, rasional tindakan ini adalah untuk
membantu menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam.

c.

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah


menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang

16

tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu


tubuh.
d.

Catat intake dan output, rasional tindakan ini adalah untuk mengetahui
adanya ketidakseimbangan cairan tubuh.

e.

Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ). Rasional :


Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral

f.

Kaji tanda dan gejala dehidrasi/hipovolemik (riwayat muntah, diare,


kehausan, turgor kulit buruk), rasional tindakan ini adalah untuk mengetahui
penyebab defisit volume cairan.

g.

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional :


Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi

h.

Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ). Rasional : Mengawasi


penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.

i.

Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu
makan. Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

j.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan Berikan dan Bantu oral hygiene
masukan peroral

k.

Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional :


Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

3.

Tindakan kolaborasi:

a.

Pemberian antipiretik, rasional tindakan ini adalah untuk mengurangi demam


dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

17

b.

Pemberian cairan intra vena sesuai indikasi, rasional tindakan ini adalah
untuk mengatasi defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk

2.1.11 Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan, Bloom
(dalam Notoadmodjo, 2012).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan

seseorang.

Pengetahuan

diperlukan

sebagai

dukungan

dalam

menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan
seseorang, Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012).
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut
menjadi proses berurutan :
1.

Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu


terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.


3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik
buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

18

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan


kesadaran dan sikap.
2.

Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut,


Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012) :
a.

Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
b.

Memahami (Comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui

dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


c.

Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
d.

Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada


kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

19

e.

Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
f.

Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek

tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria yang sudah ada, Bloom (dalam Notoadmodjo, 2012).
2.1.12 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalamam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas. (Arikunto, 2000).
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 55%-75%
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 55%
2.1.13 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Hendra (2008), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia maka akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

20

Semakin tua umur seseorang maka proses proses perkembangan mentalnya


bertambah baik., akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses
perkembangan mental seperti ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan
tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non-formal.
c.

Pekerjaan
Hurlock : 1998 (dalam Notoadmojo, 2003 ) mengatakan bahwa pekerjaan

merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan


guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman
individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan kehidupannya
sehari-hari.

21

2.1.14 Definisi Keluarga


Menurut Depkes RI, 2001 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya
masing masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Bailon S.G:
2000 (dalam Effendi, 2001: 33)
Peranan Keluarga adalah :
1. Peranan ayah.
Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak , berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
2.

Peranan ibu; Sebagai istri dan ibu dari anak - anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya

3.

Peranan anak; Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan


tingkat perkembangannya baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Pada dasarnya tugas-tugas keluarga ada 8 tugas pokok antara lain adalah:

22

1.

Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

2.

Pemeliharaan sumber daya yang ada dalam keluarga.

3.

Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya.

4.

Sosialisasi antara anggota keluarga.

5.

Pengaturan jumlah anggota keluarga.

6.

Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

7.

Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.

8.

Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.


Freedman : 1981 (dalam Suprajitno, 2005: 42) membagi tugas kesehatan

yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu:


1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas yang ada

23

2.1

Kerangka Teori
Pengetahuan
Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Perawatan DBD

Tindakan Observasi
a. Observasi suhu
tubuh menggunakan
thermometer
b. Observasi dan catat
masukan makanan
pasien
c. Observasi intake
dan output, tiap 3
jam sekali.

a.
b.
c.

d.

e.
f.

Tindakan Mandiri
Kaji saat timbulnya
demam
Berikan
kompres
hangat pada axilla
Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang tipis dan mudah
menyerap keringat.
Anjurkan untuk
minum 1500-2000 ml
/hari (sesuai toleransi)
Timbang BB tiap hari
Berikan makanan
sedikit namun sering

Tindakan
Kolaborasi
a. Pemberian
antipiretik
b. Pemberian cairan
intra vena sesuai
indikasi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


2.2

Kerangka Konsep
Pengetahuan :
1. Pengertian DBD
2. Penyebab DBD
3. Tanda dan Gejala
DBD
4. Cara perawatan DBD

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


Ket :

: Menggambarkan

Perawatan DBD

24

Anda mungkin juga menyukai