Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PKN

Disusun Oleh :

MUHAMMAD NURDIN
Kelas : X KI 1

SMKN 8 BANDAR LAMPUNG


TP. 2016/2017
BAB I
PERADILAN

1. Peradilan Umum
Peradilan umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. Lembaga yang
termasuk dalam peradilan umum adalah Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tinggi.
1) Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga kekuasaan kehakiman yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Daerah hukumnya
mencakup wilayah kabupaten atau kota tersebut. Kewenangan Pengadilan
Negeri sebagai berikut:
a. Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pidana dan
perdata pada tingkat pertama.
b. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada
instansi pemerintah di daerahnya apabila diminta.
c. Ketua Pengadilan Negeri berkewajiban melakukan pengawasan atas
pekerjaan penasihat hukum dan notaris di daerah hukumnya dan
melaporkan hasil pengawasannya kepada ketua Pengadilan Tinggi,
ketua Mahkamah Agung, dan menteri yang tugas dan tanggung
jawabnya meliputi jabatan notaris.
2) Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi merupakan lembaga kekuasaan kehakiman yang
berkedudukan di ibu kota provinsi. Wilayah kerja Pengadilan Tinggi
meliputi wilayah provinsi itu. Susunan Pengadilan Tinggi terdiri atas
pimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris. Kewenangan yang
dimiliki oleh Pengadilan Tinggi sebagai berikut:
a. Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat banding.
b. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antara Pengadilan Negeri di wilayah hukumnya.

c. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada


instansi pemerintah di daerahnya apabila diminta.
d. Ketua Pengadilan Tinggi berkewajiban melakukan pengawasan
terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri dan menjaga
supaya peradilan dilaksanakan dengan saksama dan sewajarnya.
2. Peradilan Agama
Keberadaan peradilan agama diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama. Lembaga peradilan yang berada dalam lingkup peradilan
agama adalah Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama.
1) Pengadilan Agama
Pembentukan Pengadilan Agama dilakukan melalui undangundang dengan
daerah hukum meliputi wilayah kota atau kabupaten. Bidang-bidang yang
menjadi cakupannya adalah perkawinan; warisan, wasiat, hibah; wakaf
dan shadaqah; serta ekonomi syariah. Wewenang peradilan agama sebagai
berikut:
a. Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang di bidang perkawinan, hak
waris, wasiat, hibah yang berdasarkan hukum Islam, wakaf, dan
shadaqah.
b. Bidang-bidang perkawinan, yaitu hal-hal yang diatur dalam undangundang mengenai perkawinan yang berlaku.
c. Bidang kewarisan, yaitu penentuan seseorang untuk menjadi hak
waris, penentuan harta peninggalan, penentuan bagian hak waris, dan
melaksanakan pembagian harta peninggalan itu.
Pengadilan Agama merupakan pengadilan tingkat pertama. Pengadilan
Agama adalah organ kekuasaan kehakiman dalam lingkungan peradilan
agama yang berkedudukan di kota atau di ibu kota kabupaten, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten.

2) Pengadilan Tinggi Agama


Pengadilan Tinggi Agama adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang
berada di lingkup kerja peradilan agama. Pengadilan ini merupakan
pengadilan tingkat banding. Kedudukan Pengadilan Tinggi Agama adalah
di ibu kota provinsi dengan wilayah kerja meliputi daerah provinsi
tersebut. Tugas dan wewenang Pengadilan Tinggi Agama sebagai berikut :
a. Mengadili perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama
tingkat banding.
b. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan antarPengadilan Agama di wilayah hukumnya.
3. Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997.
Peradilan Militer adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di
lingkungan angkatan bersenjata, yang meliputi Pengadilan Militer, Pengadilan
Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama, dan Pengadilan Militer Tempur.
Wewenang Pengadilan Militer sebagai berikut:
1) Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu
melakukan tindak pidana adalah seorang prajurit, yang berdasarkan
undang-undang dipersamakan dengan prajurit, anggota suatu golongan
atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai
prajurit berdasarkan undang-undang.
2) Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan sengketa tata usaha angkatan
bersenjata yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan
sebagai akibat tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, sekaligus
memutuskan kedua perkara tersebut dalam suatu putusan.
Badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan
bersenjata, yaitu Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan
Militer Utama, dan Pengadilan Militer Tempur sebagai berikut :

1) Pengadilan Militer
Tugas Pengadilan Militer adalah memeriksa dan memutuskan pada tingkat
pertama perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit yang pangkatnya
kapten ke bawah. Dalam hal memeriksadan memutus perkara pidana pada
tingkat pertama makasusunan persidangan pada Pengadilan Militer terdiri
atas seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota yang dihadiri
olehseorang oditur militer/oditur militer tinggi dan dibantu seorang
panitera. Dalam persidangan Pengadilan Militer hakim ketua paling
rendah berpangkat mayor, sedangkan hakim anggota dan oditur militer
paling rendah berpangkat kapten.
2) Pengadilan Militer Tinggi
Susunan perangkat persidangan dalam Pengadilan Militer Tinggi sama
dengan Pengadilan Militer. Perbedaan susunan pejabat terjadi jika
memeriksa dan menuntut perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata
pada tingkat pertama. Dalam hal ini susunannya meliputi satu orang hakim
ketua, dua orang hakim anggota, dan dibantu seorang panitera. Pangkat
hakim ketua dalam lembaga ini paling rendah adalah kolonel dan hakim
anggotanya yang paling rendah adalah letnan kolonel. Kewenangan
Pengadilan Militer Tinggi sebagai berikut :
a. Memeriksa dan memutuskan perkara di tingkat pertama, perkara
pidana yang terdakwanya adalah prajurit atau salah satu prajuritnya
berpangkat mayor ke atas, serta menyelesaikan sengketa tata usaha
angkatan bersenjata.
b. Memeriksa dan memutuskan pada tingkat banding perkara pidana yang
telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang
dimintakan banding.
c. Memutus pada tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antar-Pengadilan Militer dalam wilayah hukumnya.
3) Pengadilan Militer Utama

Kewenangan lembaga peradilan ini adalah memeriksa dan memutus pada


tingkat banding perkara pidana dan sengketa tata usaha angkatan
bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer
Tinggi yang dimintakan banding.
4) Pengadilan Militer Pertempuran
Pengadilan Militer Pertempuran bersidang untuk memeriksadan menuntut
perkara sengketa tata usaha angkatan bersenjata pada tingkat pertama.
Susunan perangkat pengadilannya sama dengan Pengadilan Militer.
Kewenangan Pengadilan MiliterPertempuran adalah memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir perkara pidana yang telah
dilakukan oleh seorang prajurit di daerah pertempuran. Dengan begitu,
Pengadilan Militer Pertempuran berkedudukan di daerah pertempuran.
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Dalam lingkungan peradilan tata usaha negara terdapat dua lembaga
kekuasaan kehakiman, yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN).
1) Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui keputusan presiden.
Kedudukan lembaga ini berada di daerah kota atau kabupaten. Tugas
Pengadilan Tata Usaha Negara adalah memeriksa, memutuskan, dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara tingkat pertama. Pengadilan
Tata Usaha Negara adalah pengadilan tingkat pertama.

2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN)


Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) merupakansebuah
lembaga yang dibentuk berdasarkan undang-undang. Daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

merupakan pengadilan tingkat banding. Sebagai sebuah lembaga


keperadilan, PTTUN memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut:
a. Memeriksa dan memutuskan sengketa tata usaha negara di tingkat
banding.
b. Memeriksa dan memutuskan di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antar-Pengadilan tata usaha negara dalam
wilayah hukumnya.
c. Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan di tingkat pertama
sengketa tata usaha negara.
5. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga pengadilan tertinggi di Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas, Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh
pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya. Hal itu diatur dalam UndangUndang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 mengenai Mahkamah Agung. Tempat kedudukan Mahkamah
Agung adalah di ibu kota negara dan wilayah hukumnya meliputi seluruh
wilayah Indonesia. Kekuasaan dan wewenang Mahkamah Agung sebagai
berikut :
a. Memeriksa dan memutuskan permohonan kasasi, sengketa tentang
kewenangan mengadili, serta permohonan peninjauan kembali putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta maupun
tidak pada lembaga tinggi negara.
c. Memberikan nasihat hukum kepada presiden sebagai kepala negara untuk
pemberian dan penolakan grasi.
d. Menguji secara materiil peraturan perundang-undangan di bawah undangundang.
e. Melaksanakan tugas dan kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari seorang ketua, 2 (dua) wakil ketua,
dan beberapa orang ketua muda. Wakil Ketua Mahkamah Agung terdiri atas

wakil ketua bidang yudisial dan wakil ketua bidang nonyudisial. wakil ketua
bidang yudisial yang membawahi ketua muda perdata, ketua muda pidana,
ketua muda agama, dan ketua muda tata usaha negara sedangkan wakil ketua
bidang nonyudisial membawahi ketua muda pembinaan dan ketua muda
pengawasan.
Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh
Presiden. Pada tanggal 8 Februari 2012, Hatta Ali terpilih menjadi Ketua MA,
menggantikan Harifin A. Tumpa,
6. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah lembaga kehakiman di negara
Indonesia. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi
berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia. Mahkamah Konstitusi
dibentuk setelah terjadi perubahan atau amendemen UUD 1945 yang keempat.
Pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi.
Susunan Mahkamah Konstitusi terdiri atas seorang ketua merangkap anggota,
seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan dengan keputusan presiden. Dengan demikian,
seluruh hakim konstitusi berjumlah sembilan orang hakim. Hakim konstitusi
harus memenuhi syarat, yaitu memiliki integritas dan kepribadian yang tidak
tercela, adil, serta negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan.
Sembilan hakim konstitusi ditunjuk oleh presiden dengan masa jabatan tiga
tahun.
Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang untuk mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir, yang putusannya bersifat final yaitu untuk menguji
undang-undang terhadap UUD 1945, memutuskan sengketa kewenangan
lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD 1945. Dalam

hubungannya dengan partai politik dan pemilihan umum, Mahkamah


Konstitusi dapat memutuskan pembubaran partai politik. Mahkamah
Konstitusi juga berhak memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan
umum.
Pada periode 2013-2015 terpilih ketua yaitu Akil Mochtar, namun dia
mencoreng nama institusi ini dengan terlibat kasus suap sengketa pemilu
Kabupaten Lebak dengan terdakwa Tubagus Chairi Wardana, dan melibatkan
Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Akil Mochtar menjadi terdakwa dan
diberhentikan pada tanggal 5 Oktober 2013, dan jabatan Ketua Mahkamah
Konstitusi diserahkan kepada Hamdan Zoelva pada tanggal 1 November 2013,
Hamdan saat itu menjabat sebagai wakil ketua MK.
Pada tanggal 7 Januari 2015, Hamdan Zoelva resmi mengakhiri jabatannya
sebagai hakim konstitusi sekaligus Ketua Mahkamah Konstitusi. Posisinya
digantikan oleh Arief Hidayat yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Ketua
Mahkamah Konstitusi.

BAB II
SUSUNAN PENGADILAN NEGERI
1. Ketua
a. Menyelenggarakan administrasi keuangan perkara dan mengawasi
keuangan rutin/pembangunan
b. Melakukan pengawasan secara rutin terhadap pelaksanaan tugas dan
memberi petunjuk serta bimbingan yang diperlukan baik bagi para Hakim
maupun seluruh karyawan
c. Sebagai kawal depan Mahkamah Agung, yaitu dalam melakukan
pengawasan atas :
1) Penyelenggaraan peradilan dan pelaksanaan tugas, para Hakim dan
pejabat Kepaniteraan, Sekretaris, dan Jurusita di daerah hukumnya
2) Masalah-masalah yang timbul
3) Masalah tingkah laku/ perbuatan hakim, pejabat Kepaniteraan
Sekretaris, dan Jurusita di daerah hukumnya
4) Masalah eksekusi yang berada di wilayah hukumnya untuk
diselesaikan dan dilaporkan kepada Mahkamah Agung
d. Memberikan izin berdasarkan ketentuan undang-undang untuk membawa
keluar dari ruang Kepaniteraan: daftar, catatan, risalah, berita acara serta
berkas perkara
e. Menetapkan panjar biaya perkara; (dalam hal penggugat atau tergugat
tidak mampu, Ketua dapat mengizinkan untuk beracara secara prodeo atau
tanpa membayar biaya perkara)
2. Wakil Ketua
a. Membantu Ketua dalam membuat program kerja jangka pendek dan
jangka panjang, pelaksanaannya serta pengorganisasiannya
b. Mewakili ketua bila berhalangan
c. Melaksanakan delegasi wewenang dari ketua
d. Melakukan pengawasan intern untuk mengamati apakah pelaksanaan tugas
telah dikerjakan sesuai dengan rencana kerja dan ketentuan yang berlaku
serta melaporkan hasil pengawasan tersebut kepada ketua

3. Hakim
a. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melaksanakan tugas Kekuasaan
Kehakiman. Tugas utama hakim adalah menerima, memeriksa dan
mengadili serta menyelesaikan semua perkara yang diajukan kepadanya
b. Dalam perkara perdata, hakim harus membantu para pencari keadilan dan
berusaha keras untuk mengatasi hambatan-hambatan dan rintangan agar
terciptanya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan
4. Kesekretariatan
Kesekretariatan Pengadilan Negeri Kelas I B adalah aparatur tata usaha negara
yang dalam menjalankan tugas dan fungsinya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Ketua Pengadilan Negeri Kelas I B.
Kesekretariatan Pengadilan Negeri Kelas I B dipimpin oleh Sekretaris,
mempunyai tugas melaksanakan pemberian dukungan di bidang administrasi,
organisasi, keuangan, sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana di
lingkungan Pengadilan Negeri Kelas I B.
Kesekretariatan Pengadilan Negeri Kelas I B menyelenggarakan fungsi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

penyiapan bahan pelaksanaan urusan perencanaan program dan anggaran;


pelaksanaan urusan kepegawaian;
pelaksanaan urusan keuangan;
penyiapan bahan pelaksanaan penataan organisasi dan tata laksana;
pelaksanaan pengelolaan teknologi informasi dan statistik;
pelaksanaan urusan surat menyurat, arsip, perlengkapan, rumah tangga,

keamanan, keprotokolan, dan perpustakaan; dan


g. penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan dokumentasi serta
pelaporan di lingkungan Kesekretariatan Pengadilan Negeri Kelas I B
5. Jurusita
Jabatan Fungsional Jurusita mempunyai tugas memberikan dukungan atas
terselenggaranya pelaksanaan persidangan dan pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap pada pengadilan
tingkat pertama.

10

Jurusita menyelenggarakan fungsi:


a.
b.
c.
d.
e.

pelaksanaan pemanggilan kepada para pihak;


pelaksanaan pemberitahuan sita dan eksekusi pada para pihak;
pelaksanaan persiapan sita dan eksekusi;
pelaksanaan sita dan eksekusi dan penyusunan berita acara; dan
pelaksanaan penyerahan berita acara sita dan eksekusi pada para pihak
terkait.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://pn-pariaman.go.id/index.php/tentang-kami/tentang-organisasi/67-personil
https://id.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Konstitusi_Republik_Indonesia
http://www.edukasippkn.com/2015/09/macam-macam-lembaga-peradilan-hukumdi.html

12

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayahNya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh
tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas PKn ini.
Dalam penyusunan tugas ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesarbesarnya kepada mereka, yang telah memberikan dukungan, moril, dan
kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa
kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan
yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, November 2016

Penyusun

i
13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ii

BAB I

PERADILAN ..............................................................................

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1
2
3
5
6
7

BAB II

Peradilan Umum ....................................................................


Peradilan Agama ....................................................................
Peradilan Militer ....................................................................
Peradilan Tata Usaha Negara .................................................
Mahkamah Agung ..................................................................
Mahkamah Konstitusi ............................................................

SUSUNAN PENGADILAN NEGERI


1.
2.
3.
4.
5.

Ketua ......................................................................................
Wakil Ketua ...........................................................................
Hakim .....................................................................................
Kesekretariatan ......................................................................
Jurusita ...................................................................................

9
9
10
10
11

DAFTAR PUSTAKA

ii

14

Anda mungkin juga menyukai