Anda di halaman 1dari 7

Menurut Gusmailina (2010), Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang

hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang
terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki
keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%, Dan pada saat ini, bahan
baku pembuat minyak bumi semakin menipis dan langkah. Harga minyak bumi juga
sekarang ini semakin melonjak dan mahal. Bioetanol mempunyai kelebihan selain ramah
lingkungan, penggunaannya sebagai campuran BBM terbukti dapat mengurangi emisi karbon
monoksida dan asap lainnya dari kendaraan. Saat ini bioethanol juga bisa dijadikan pengganti
bahan bakar minyak tanah. Selain hemat, pembuatannya dapat dilakukan di rumah dengan
mudah, sehingga lebih ekonomis dibandingkan menggunakan minyak tanah ( Komarayati,
2010). Bietanol dapat dipergunakan sebagai salah satu energi alternatif pensubsitusi bensin
yang ramah lingkungan jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Indonesia adalah sebuah negera kepulauan dan wilayah Indonesia terletak di wilayah
tropis dengan curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan keanekaragaman jenis
tumbuhan dapat tumbuh dengan subur.. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku
yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan
karena bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk
menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti
tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang,
ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu). Oleh karena itu
pengembangan bioetanol di Indonesia memiliki prospek yang cerah dan menjanjikan.
Secara lebih spesifik bioetanol adalah cairan yang dihasilkan melalui proses
fermentasi gula dari penguraian sumber karbohidrat dengan bantuan mikroorganisme
(Gusmailina,2010). Bioetanol dapat juga diartikan sebagai bahan kimia yang memiliki ada
sifat kesamaan dengan minyak premium, karena terdapatnya unsur unsur seperti karbon (C)
dan hidrogen (H). (Khairani, 2007). Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung pati
atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula atau glukosa
dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis. Metode
hidrolisis secara enzimatis lebih sering digunakan karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses
fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh bioetanol.
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber bioetanol. Menurut Muniroh dan Luthfi (2011) Biomassa batang jagung merupakan
sampah yang sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki
nilai tambah (added value). Batang jagung yang termasuk biomassa mengandung
lignoselulosa sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol karena memiliki
kandungan selulosa yang cukup banyak.
Komponen lignoselulosa merupakan sumber utama untuk menghasilkan produk bernilai
seperti gula dari hasil fermentasi, bahan kimia, bahan bakar cair, sumber karbon dan energi
(Anindyawati, 2010). Menurut Anindyawati (2010) Berbagai produk nilai tambah dari limbah
lignoselulosa diantaranya adalah untuk pupuk organik, bioetanol, biogas, biodiesel,
biohidrogen, industri kimia. Bioetanol dapat dihasilkan dari bahan yang mengandung

lignoselulosa dan pada penelitian ini menggunakan batang tanaman jagung. Menurut Fitriana,
(2009) sebanyak 11,7 kg tepung jagung dapat dikonversi menjadi 7 liter etanol. Produksi
etanol/bioetanol yang menggunakan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, dilakukan melalui proses biokonversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) yang
larut dalam air (Fitriana, 2009). Glukosa dapat dibuat dari pati-patian dengan menghidrolisis
untuk memecahnya menjadi molekul glukosa dengan menggunakan asam (misalnya asam
sulfat), kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi etanol dengan
menambahkan yeast atau ragi (Fitriana, 2009).
I.

BAHAN BAKU

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu bahan pangan yang penting di Indonesia
karena jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung
juga merupakan bahan baku industri dan pakan ternak. Kebutuhan jagung di Indonesia untuk
konsumsi meningkat sekitar 5,16% per tahun sedangkan untuk kebutuhan pakan ternak dan
bahan baku industri naik sekitar 10,87% per tahun (Roesmarkam dan Yuwono,
2002).Tanaman Jagung dan syarat tumbuh Tanaman jagung termasuk famili rumputrumputan (graminae) dari sub famili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung
adalah teosinte dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte
berasal dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar didaerah pertanaman jagung.
Jagung merupakan tanaman berumah satu Monoecious dimana letak bunga jantan terpisah
dengan bunga betina pada satu tanaman. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu
beradaptasi baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Salah satu sifat tanaman
jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi
dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah, efisiensi dalam penggunaan air (Muhadjir,
1988).Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan
terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang
memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith).
Bahan Baku Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat dalam
berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang disimpan dalam akar, batang buah, kulit, dan biji
sebagai cadangan makanan. Pati adalah polimer D-glukosa dan ditemukan sebagai

karbohidrat simpanan dalam tumbuh-tumbuhan, misalnya ketela pohon, pisang, jagung,dan


lain-lain (Poedjiadi A, 1994). Batang jagung digunakan karena mengandung karbohidrat.
Karbohidrat tersebut diurai terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di fermentasi
dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae menjadi alkohol. Bioetanol (C2H5OH)
adalah cairan dari fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan
mikroorganisme. Bioetanol diartikan juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan
pangan yang mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol
merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium
(Khairani, 2007).

Dari tabel diatas dapat kita lihat diantara 6 kandungan yang ada dalam jangung, karbohidrat
menduduki tingkat paling tinggi dalam hal komposisi tanaman jagung. Mengingat akan hal
tersebut dan prospek yang baik di masa yang akan datang, maka penyusun mencoba mencari
peluang untuk memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan baku dalam pembuatan bioethanol.
II.

HIDROLISIS

Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat
baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan menggunakan air. Proses ini
melibatkan pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa yang lain (Pudjaatmaka dan
Qodratillah, 2002). Hidrolisis diterapkan pada reaksi kimia yang berupa organik atau
anorganik dimana air mempengaruhi dekomposisi ganda dengan campuran yang lain,
hydrogen akan membentuk satu komponen dan hidroksil ke komponen yang lain.

XY + H2O HY + XOH (1)


KCN + H2O HCN + KOH (2)
C5H11Cl + H2O HCl + C5H11OH (3)
(Groggins, 1958)

Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut persamaan reaksi sebagai berikut :


C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)
Pati

air

(4)

glukosa

Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk
memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan
katalisator ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut
berjalan lebih cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan
asam klorida. Dalam reaksi ini menggunakan katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi
yang terbentuk sebagai berikut :
(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)
Pati

III.

air

glukosa

(5)
(Agra dkk, 1973)

FERMENTASI

Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob
sebagian. Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida bermanfaat
untuk membatasi pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan sebagian
besar organisme yang lain. Suatu fermentasi yang busuk biasanya adalah fermentasi yang
mengalami kontaminasi, sedangkan fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat
menjadi alkohol (Nuri, 2011). Manusia memanfaatkan Saccharomyces cereviseae untuk
melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung
alcohol. Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol
dan gas CO2 secara cepat dan efisien (Sudarmadji K., 1989).
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi
bioethanol dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel
mikroba. Perubahan yang terjadi selama proses fermentasi adalah: Perubahan glukosa
menjadi bioethanol oleh sel-sel Saccharomyces cereviseae.
C6H12O6 Saccharomyces cereviseae 2C2H5OH+ 2CO2 (6)
Glukosaenzim zimosa

etanol

(Sudarmadji K., 1989)

Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain:


a. Media.
Media Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama
glukosa dan pati dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioethanol
(Prescott and Dunn, 1959)
b. Suhu.
Suhu optimum bagi pertumbuhan Saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya adalah 2535C. (Prescott and Dunn, 1959)
c. pH .
pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
kehidupan Saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat Saccharomyces cereviseae adalah
bahwa pertumbuhan dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 6 (Prescott and
Dunn, 1959). Pada penelitian ini pH media fermentasi ( filtrat ) dijaga pada kondisi pH 5
(Rhonny.A dan Danang J.W., 2003).
d. Volume starter.
Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi. Jumlah
volume starter tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta dapat menghasilkan
kadar alcohol yang relative tinggi (Monick, J. A., 1968).
e. Waktu fermentasi
Waktu fermentasi yang biasa dilakukan 3-14 hari. Jika waktunya terlalu cepat
Saccharomyces cereviseae masi dalam masa pertumbuhan sehingga alcohol yang dihasilkan
dalam jumlah sedikit dan jika terlalu lama Saccharomyces cereviseae akan mati maka alcohol
yang dihasilkan tidak maksimal (Prescott and Dunn, 1959).

f. Konsentrasi gula
Konsentrasi gula akan berpengaruh terhadap aktifitas Saccharomyces cereviseae.
Konsentrasi gula yang sesuai kira-kira 10-18%. Konsentrasi gula yang terlalu tinggi akan
menghambat aktivitas Saccharomyces cereviseae, sebaliknya jika konsentrasinya rendah akan
menyebabkan fermentasi tidak optimal (Prescott and Dunn, 1959).
g. Alkohol
Alkohol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung pati dengan
menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba. Bioethanol merupakan senyawa organik yang
mengandung gugus hidroksida dan mempunyai rumus umum CnHn+1OH. Istilah bioethanol
dalam industri digunakan untuk senyawa etanol atau etil bioethanol dengan rumus kimia

C2H5OH. Etanol termasuk bioethanol primer yaitu bioethanol yanh gugus hidroksinya terikat
pada atom karbon primer. Sifat-sifat bioethanol yang mudah menguap, udah terbakar, berbau
spesifik, cairannya tidak berwarna, dan mudah larut dalam : air, eter, khloroform, dan aseton
(Rhonny. A dan Danang J.W., 2003)

DAFTAR PUSTAKA
Aini. N., H. Purwiyatno, R. M. Tiendan. A. Nuri. 2010. Hubungan Antara Waktu Fermentasi
Grits Jagung dengan Sifat Gelatinisasi Tepung Jagung Putih yang Dipengaruhi Ukuran
Partikel. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 21(1):18-2
Anindyawati, Trisanti. 2010. Potensi Selulase Dalam Mendegradasi Lignoselulosa limbah
Pertanian Untuk Pupuk Organik. Jurnal Vol. 45, No. 2. Cibinong : LIPI
Fitriana, Lila. 2009. Analisis Kadar Bioetanol Hasil Fermentasi Dari Pati Sagu (Metroxylon
sago) Asal Papua. Skripsi. Manokwari: UNP
Groggin, P. H., 1968, Alcohols Their Chemistry Properties and Manufacture, Reinhold
Book Corporation, New York
Khairani, R. 2007. Tanaman jagung sebagai bahan bio-fuel. http://www.macklintmipunpad.net/Bio-fuel/Jagung/Pati.pdf. diakses tanggal 25 Maret 2009
Komarayati, Sri dan Gusmailina. 2010. Prospek Bioetanol Sebagai Pengganti Minyak
Tanah, halaman (4)
Muhadjir, F. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor. 423 hal.
Muniroh, Lailatul, dan Luthfi, Khiqmiawati Fatih. 2011. Produk Bioetanol Dari Limbah
Batang Jagung Dengan Menggunakan Proses Hidrolisa Enzim dan Fermentasi. Presentasi
Tugas Akhir. Surabaya: ITS
Rhonny dan Danang, 2003, Laporan Penelitian Pembuatan Bioetanol dari Kulit Pisang,
Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta.
Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Perry,J.H.,1949,Chemical Engineers Hand Book,3 th edition,mc.Grow Hill Book
Company.inc.New York,Toronto and London
Poedjiadi A, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta.
Pudjatmaka, A. H., dan Qodratillah, M.T., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta.
Sudarmadji. S., Haryono. B., dan Suhardi, 1989, Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan
Gizi Universitas Gaja Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai