Anda di halaman 1dari 27

I.

JUDUL
MENGENAL EKOSISTEM

II.

TUJUAN
Untuk mengenal komponen komponen yang terdapat di dalam
ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem.

III.

DASAR TEORI
Bumi dan atmosfer di pandang sebagai suatu system yang terdiri
dari subsistem subsistem. System dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
komponen komponen yang saling berhubungan dan kait mengait secara
teratur. Setiap system merupakan suatu perangkat komponen atau satuan
yang berada dalam berbagai keadaan dan setiap keadaan komponen
dipengaruhi oleh keadaan komponen komponen yang lain. Pengaruh
timbal balik antara komponen

yang satu dan komponen yang lain

merupakan satu sengkelit umpan balik (Kaligis, 1986 : 16).


Dalam alam komponen biotik seperti komunitas saling pengaruh
mempengaruhi dengan komponen abiotic membentuk ekosistem. Antara
ekosistem yang satu dengan ekosistem yang lain tidak dapat ditarik garis
pemisah yang jelas karena unsur unsur dalam satu ekosistem mungkin
merupakan unsur dari ekosistem yang lain.
Di dalam suatu ekosistem yang dapat berdiri sendiri harus terdapat:
a. Sumber energy serta system kehidupan yang sanggup mengolah energy
ini untuk kebutuhan komponen komponen dalam ekosistem.
b. Cukup persediaan zat zat kimia yang dibutuhkan serta mekanisme
yang mengatur keseimbangan zat zat itu antara komponen
komponen hidup dan tak hidup dalam ekosistem ini (Kaligis, 1986 :
18).
Suatu hubungan kait mengait dalam ekosistem terlihat juga
dalam peristiwa makan memakan. Untuk hidupnya, setiap organisme
membutuhkan materi dan energy. Sumber energy bagi organisme dalam
suatu komunitas adalah matahari. Energy diubah oleh tumbuhan menjadi
energy kimia di dalam zat zat organik tumbuh tumbuhan itu. Tumbuh
tumbuhan ini merupakan makanan hewan yang tidak dapat membuat

makanannya sendiri, yaitu herbivore (hewan pemakan rumput). Herbivore


merupakan makanan bagi pemangsanya, yaitu karnivor yang mati
diuraikan

oleh

organisme

pembusuk.

Pembuatan

makanan

serta

pengalirannya dari satu organisme ke organisme lainnya merupakan suatu


rantai makanan.
Ada tiga tipe rantai makanan dalam hampir semua komunitas. Tipe
pertama dikenal sebagai tipe rantai makanan perumput yaitu materi
tumbuhan yang berpindah dari kelompok konsumen yang satu ke
kelompok konsumen berikutnya. Tipe kedua dikenal sebagai rantai
makanan pembusuk yang didalamnya organisme organisme yang mati
diuraikan oleh serangkaian organisme pembusuk. Tipe ketiga dikenal
sebagai rantai makanan parasite yang didalamnya organisme yang lebih
kecil memangsa organisme yang besar (Kaligis, 1986 : 23 25).
Berdasarkan atas fungsinya, komponen ekosistem dapat dibagi
menjadi empat komponen, yaitu (1) substansi abiotic, (2) produsen atau
penghasil, (3) konsumen atau pemakai, (4) decomposer atau pengurai
(Sambasiviah, et al. 1977). Keepat komponen tersebut akan dibahas dalam
anak sub bab lingkungan abiotic dan lingkugan biotik berikut ini.
1. Lingkungan fisik atau abiotic
Menurut odum (1971), komponen komponen abiotic yang menyusun
ekosistem dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Bahan anorganik, misalnya : C, H, O, N, S, P, air, tanah, batu batuan, dan sebagainya.
2) Bahan organic, misalnya : karbohidrat, lemak, protein, dan
sebagainya.
3) Factor factor iklim, misalnya : curah hujan, angina, kelembapan
dan sebagainya.
Di dalam ekosistem kondisi iklim dan medium merupakan
lingkungan fisik yang penting dan berpengaruh terhadap aktivitas
makhluk hidup. Mkhluk hidup tentu membutuhkan tempat
(medium) tertentu untuk hidupnya. Media yang digunakan oleh

hewan dan tumbuhan dapat berupa : tanah, air, udara, dan tubuh
organisme.
Iklim, adalah rata keadaan atmosfer pada suatu empat atau
yang melalui suatu daerah. Ilkim ditentukan oleh kondisi cuaca
harian seperti temperature, kelembapan arus dan kecepatan angina,
curah hujan dan salju, durasi sinar matahari dan sebagainya.
Factor iklim yang penting adalah radiasi matahari dan sebagainya.
Radiasi ini meliputi panas, radiasi ultra violet dan sinar tampak
atau sinar yang dapat ditangkap oleh indra kita. Sinar matahari
menentukan dalam penguapan air, pemanasan tanah, pergerakan
udara dan sebagainya.
Tanah, merupakan bagian teratas dari lapisan bumi yang
tersusun atas materi material yang meupakan hasil pelapukan
batuan. Lapisan ini mengandung campuran bahan organic dan
anorganik yang diperlukan oleh makhluk hidup. Komposisi bahan
kimia tanah merupakan suatu factor penting dalam menentukan
hidupnya jenis tanaman dan hewan tertentu.
Air,

merupakan

komponenpokok

dalam

menentkan

aktivitas idup organisme. Proses proses kimia dan fisiologi dalam


tubuh dapat berlangsung bila tersedia cukup air. Odum (1971)
mengatakan, air merupakan satu substansi essensial dan penyusun
sebagian besar dari protoplasma. Kira kira 70 % dari 90 %
protoplasma terdiri dari air. Air merupakan satu kebutuhan biologis
baik untuk tanaman maupun hewan (Sambasiviah, et al. 1997).
Udara, merupakan substansi yang berbentuk gas yang
menyelimuti permukaan bumi dan membentuk atmosfir bumi.
Udara merupakan campuran dari berbagai gas, sedang jumlah gas
gas yang sangat melimpah di dalam atmosfer adalah nitrogen dan
oksigen. Jumlah nitrogen hampir 78 bagian dan oksigen 21 bagian
dari seluruh udara yang terdapat di atmosfir bumi. Sisanya 1 persen
meliputi sejumlah kecil yang terdiri atas karbon dioksida, ozone,
argon, neon, krypton dan lain lain. Berbagai komponen dalam

bentuk tarsuspensi terdapat di dalam udara seperti : bahan organic,


debu dan mikroorganisme.
Tubuh organisme, organisme organisme tertentu hidup
sebagi parasite di dalam tubuh organisme yang lainnya. Endo
parasite seperti cacing pita, cacing kremi, cacing tambang yang
hidup pada alat pencernaan inangnya. Organisme parasite ini
memperoleh oksigen dan makanan dari lingkungan internal
inangnya. Organisme ini harus mampu bartahan melindungi
dirinya terhadap pengaruh cairan yang terdapat d dalam alat
pencernaan inangnya (Subchan, 2005 : 3 -5).
Factor biotik adalah factor hidup yang meliputi semua mkhluk
hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem
tumbuhan berperan sebagai produsen, hewan berperan sebagai
konsumen, dan mokroorganisme berperan sebagai decomposer.
Dua komponen biotik utama yang menyusun ekosistem adalah,
a. Komponen Autrotof, merupakakn organisme yang mampu
menggunakan energy sinar matahari dan substansi anorganik
sederhana untuk diubah menjadi substansi kompleks.
b. Komponen heterotrotof, yaitu organisme yang tidak mampu
menggunakan energy sinar matahari dan yang menggunakan
substansi kompleks yang dibuat oleh organisme autrotof
tersebut (Waluyo, 2006 : 402).
2. Komponen biotik
a. Produsen
Dalam setiap ekosistem, produsen yang paling
utama adalah tumbuhan hijau, yang meliputi pepohonan,
umput, kaktus, algae, dan lain lain yang sangat tergantung
pada tipe ekosistemnya. Adanya klorofil atau pigmen
lainnya memungkinkan tumbuhan hijau dapat melakukan
fotosintesis menghasilkan bahan organic. Bahan organic ini
digynakan baik secara langsng maupun tidak langsung oleh
organisme lainnya.

Tumbuhan

hijau

melalui

proses

fotosintesis,

menyerap karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar


matahari, tumbuhan hijau menyusun bahan mentah menjadi
gula (glucose), dan oksigen akan dilepas sebagai produk
dari proses ini. Selanjutnya glucose bersama nurtrisi
lainnya digunakan untuk mrnyusun semua bahan organic
yang digunakan untuk mrnyusun tubuhnya. Hubungan
antara tumbuhan hijau dan kemampuan melakukan
fotosintesis adalah tidak kebetulan saja, tetapi menandakan
adanya klorofil atau pigmen lain sebagai instrument dalam
menyerap cahaya matahari dalam proses fotosintesis.
Oleh karena setiap ekosistem memilki tumbuhan
hijau yang berklorofil yang mampu melakukan fotosintesis,
maka semua tumbuhan hijau disebut sebagai produsen. Tak
selamanya produsen selalu berwarna hijau, tetapi ada pula
tumbuhan dengan warna yang leih glap dari hijau juga
sebagai produsen. Sebagai contoh dua kelompok besar dari
algae, yaitu algae merah dan algae coklat diberi nama
sesuai dengan pigmen yang dimilikinya masing masing.
Pada jenis tumbuhan tertentu, terdapat juga pigmen lain
selain klorofil. Misalnya fikosianin, santofil, dan lain lain
yang cenderung menutup warna hijau.ini, juga menyerap
energy

cahaya

yang

memungkinkan

melakukan

fotosintesis, tumbuhan ini disebut produsen.


b. Konsumen
Organisme yang memakan secara langsung atau
tidak

langsung

pada

produsen

disebut

konsumen.

Consumen adalah kelompok berbagai jenis organisme yang


mempunyai hubungan sangat komples di antara mereka.
Oleh karena itu konsumen dibedakan dalam beberapa sub
kategori menurut hubungannya.

Organisme yang memakan langsung produsen


dinamakan konsumen primer, begitu juga organisme yang
memakan konsumen primer disebut konsumen sekunder.
Konsumen primer adalah sekelompok hewan yang
memakan tumbuhan, atau bisa disebut sebagai herbivore.
Konsumen tingkat kedua (sekunder) atau yang lebih tinggi
adalah sekelompok hewan yang biasa memakan hewan lain.
Kelompok ini disebut sebagai karnivora, sedangkan
kelompok yang memakan keduanya, baik sesame hewan
maupun tumbuhan disebut omnivore. Dapat juga hewan
yang memakan sesama hewan disebut predator (pemangsa);
sedangkan hewan yang dimakan baik itu herbivoranya
sendiri maupun karnivoranya, dikatakan sebagai mangsa.
Keduanya dikatakan mempunyai hubungan fungsional
antara pemangsa dan mangsanya (Sudarmadji, 2004 : 23
25).
c. Makhluk pengurai
Dalam suatu ekosistem sebenarnya banyak sekali
serasah (detritus), khusunya dedaunan mati dan kayu, yang
nampaknya tidak dimakan oleh pemakan detritus, melinkan
melalui

pembusukan,

dan

hancur

terurai.

Proses

pembusukan (penguraian) ini disebabkan oleh aktivitas


pemakan organisme tertentu yang disebut makhluk
pengurai (decomposer).
Makhluk pengurai terdiri atas dua kelompok
organisme, yaitu fungi dan bakteri. Fungi meliputi
organisme yang berwujud cendawan, jamur dan berbagai
jenis yang termasuk dalam kelompok fungi. Tubuh jamur
dibedakan atas bagian atas yang mirip paying (tubuh buah),
berfungsi sebagai struktur reproduksi, dan bagian bawah
yang merupakan jaringan mikroskopis mirip akar
dinamakan miselia. Bagian ini merupakan bagian yang

dapat menembus dedaunan yang telah mati, kayu atau


detritus lainnya. Miselium mengeluarkan substansi kimia
pencerna yang disenut enzim, yang mampu menghabcurkan
detritus menjadi nutrisi organic sederhana yang dapat
diserap oleh sel sel jamur. Tubuh jamur tampaknya
tumbuh pada tanah organic, tetapi sebenarnya miselianya
memakan materi organic dalam tanah.
Bakteri adalah organisme satu sel mikroskopis yang
memperoleh makanan sama seperti halnya fungi. Antara sel
sel bakteri dan spora fungi yang berukuran mikroskopis
memungkinkan mereka dibawa oleh angina dan air, serta
dapat melakukan pembusukan asalkan memilki kondisi
yang cocok, misalnya tidak terhambat oleh temperature dan
kelembaban dalam proses tersebut. Sebenarnya banyak
jenis bakteri dan fungi yang memakan bahan organic mati,
karena itu keduanya dimasukkan ke dalam golongan
dekomposisi (Sudarmadji, 2004 : 27 - 28).
Rantai makanan dan jarring makan
Dalam

suatu

ekosistem,

tumbuhan

dan

hewan

memindahkan energy dari satu organisme ke organisme lainnya


dengan cara saling memakan proses ini merupakan bagian dari
sutau rantai makanan. Tumbuhan hijau adalah penghubung pertama
dalam rantai makanan, sedangkan organisme yang memakan
tumbuhan tersebut akan menggunakan energy yang terdapat dalam
tubuh tumbuhan itu untuk pertumbuhan dan pergerakan organisme
yang memakannya.kelompok organisme pemakan tumbuhan hijau
ini disebut herbivore, yang merupakan penghubung kedua dalam
rantai makanan. Penghubung ketiga dalam rantai makanan terdiri
atas pemakan daging hewan atau disebut dengan karnivora. Energy
dipindahkan pada suatu organisme yang yang dapat menggunakan
materi dari makhluk hidup yang dilakukan oleh detrivor, suatu

organisme non fotosintesis sebagai penghubung penting rantai


makanan dalam suatu ekosistem.
Rantai makanan dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu :
1. Rantai predator, dimulai dari herbivore (contohnya ulat, kancil,
burung rangkong, kuwau dan lain lain) karnivora (contoh
ular, serigala) dan omnivore sebagai predator.
2. Rantai parasitis, terjadi bilamana energy yang hilang dari
hewan yang ukuran tubuhnya lebih besar dipindahkan kepada
hewan yang lebih kecil. Suatu parasite adalah organisme yang
menyerang organisme yang lebih besar, sedangkan organisme
yang ditempati baik hewan atau tumbuhan disebut inang (host).
3. Rantai detrivora, terjadi bila energy dari sinar matahari
dipindahkan dari materi organic tak hidup kepada hewan
hewan, jamur dan mokroorganisme : misalnya jamur jamur
yang tumbuh diatas kayu yang mati.
Dalam suatu ekosistem senantiasa terdapat sejumlah rantai
makanan yang jumlahnya banyak sekali, sehingga membentuk
jalinan sebagai jarring yang disebut sebagai jarring jarring
makanan (food web). Rantai makanan ini merupakan gambaran
yang menarik untuk mengetahui saling ketergantungan organisme
yang satu dengan yang lainnya. Rangkaian proses dalam makan
memakan disebut rantai makanan (food chain), sedangkan seluruh
system disebut jaring makanan (food web). Pada jaring makanan
tiap rantai makanan tidak berdiri sendiri melainkan saling
berhubungan timbal balik satu dengan yang lain, setiap habitat
memiliki jaringan makanan yang khas, misalnya jaringan makanan
di sepanjang daerah aliran sungai, jaringan makanan di padang
rumput. Kedua jaringan makanan ini lebih sederhana bila di
bandingkan dengan jaringan makanan yang terdapat pada hutan
tropic (Sudarmadji, 2005 : 36 38).

Macam macam ekosisem

Di dunia, ekosistem dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu


ekosistem darat dan ekosistem air.
1. Ekosistem air
Factor abiotic utama yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan yang terdapat pada ekosistem air adalah kadar
oksigen, kadar karbon dioksida, temperature, kandungan zat
makanan dan intensitas cahaya matahari. Variasi temperature
pada ekosistem air tidak sebesar variasi temperature pada
ekosistem darat.hal ini menyebabkan relative lebih stabil
disbanding ekosistem darat.
Ekosistem air terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem air
laut.
a. Ekosistem air tawar
Ekosistem air tawar mempunyai ciri ciri yaitu salinitas
dan variasi suhu sangat rendah, penetrasi cahaya matahari
kurang dan dipengaruhi iklim serta cuaca. Ekosistem air
tawar dibedakan menjadi dua, yaitu lentik dan lotik. System
air tawar yang tidak mengalir (lentik) meliputi danau dan
kolam (aquarium), sedangkan ekosistem air tawar mengalir
(lotik) meliputi sungai, air terjun dan parit (waluyo, 2006 :
415 416).
b. Ekosistem air laut
Ekosistem air laut mempunyai ciri ciri yaitu sanilitas atau
kadar garamnya tinggi terutama didaerah tropis, habitat
yang

satu

dengan

yang

lain

saling

berambungan,

kemampuan air laut untuk melarutkan zat makanan rendah


karena kandungan garamnya tinggi sehingga kemampuan
melarutkan makanan oleh air laut sebagai pembatas bagi
pertumbuhan populasi hewan yang hidup di dalamnya.
System air laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca,
suhu air di daerah tropis sekitar 25c, sedangkan suhu air di
daerah kutub mencapai 0c dan selalu terjadi penyebaran

internal di dalam air laut khususnya air laut di daerah


beriklim sedang (Waluyo, 2006 : 418).
2. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa

daratan.

Berdasarkan

letak

geografisnya

(garis

lintangnya) ekosistem darat di bedakan menjadi beberapa


bioma. Bioma adalah ekosistem terrestrial (daratan) utama di
bumi yang dipengaruhi oleh iklim (Waluyo, 2006 : 422).
IV.
IV.1

METODE PENEITIAN

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Plot
b. Higrotermometer
c. Anemometer
d. Alat tulis
2. Bahan
Ekosistem daratan (daerah sekitar kampus)

IV.2

Langkah Kerja
Pengamatan ekosistem darata
Menentukan ekosistem daratan yang akan diamati.

Menentukan daerah pengamatan dengan membuat


2
kuadran 11 m pada daerah pengamatan.

Melakukan inventarisasi mengenai komponen abiotik


dan biotik yang terdapat di dalamnya.

Mengukur dan mencatat pula kelembapan dan suhu


udara, serta kecepatan angin dengan alat yang telah
disediakan.

Membuat diagram yang menghubungkan komponenkomponen dalam ekosistem tersebut beserta daur
energi yang ada di dalamnya.

Hasil Pengamatan
Jenis komponen
Abiotic

Keterangan

Biotik

V.

HASIL PENGAMATAN
Pengamatan ekosistem daratan
Kelompk
1.

Komponen Ekosistem
Komponen biotik :

Keterangan
Keterangan :

a. Semut 75 ekor
b. Belalang 1 ekor
c. Meniran 2 buah
d. Semanggi 9 buah
e. Jangkrik 3 ekor
f. Tapak leman 30
buah
g. Putri malu 1 buah
h. Daun kering 27
helai
i. Rumput 75
j. Tumbuhan A 1 buah
k. Tumbuhan B 32
buah

l. Tumbuhan C 26
buah

Komponen biotik :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

semut 25,25 %
belalang 0,34 %
meniran 0,67 %
semanggi 3,03 %
jangkrik 1,0 %
tapak leman 10,10
%
putri malu 0,34 %
daun kering 9,09 %
rumput 25,25 %
tumbuhan A 0,34 %
tumbuhan B 10,77

%
l. tumbuhan C 8,75
%.
Komponen abiotic
a. batu 5,05 %
b. tanah
c. sinar matahari
d. angin
e. suhu

Komponen abiotic
a. Batu 15 buah
b. Tanah
c. Sinar matahari
d. Angin

e. suhu
2.

Komponen biotik
a. Rumput teki 25
buah
b. Semut tanah 50 ekor
c. Belalang A 1 ekor
d. Belalang B 1 ekor
e. Belalang C 1 ekor
f. Laba laba 1 ekor
g. Putri malu 2 buah
h. Tanaman A 8 buah

Keterangan :

a. Komponen biotik
b. rumput teki 18,38
%

c. semut tanah 36,76


%

d. belalang A 0,73 %
e. belalang B 0,73 %
f. belalang C 0,73 %

i. Serangga A 1 ekor

g. laba laba 0,73 %

j. Semut besar 7 ekor

h. putri malu 1,47 %

k. Semut api 10 ekor


l. Pohon mlinjo 1
buah

m. Cacing 1 ekor

i. tanaman A 5,88 %
j. serangga A 0,73 %
k. semut besar 5,15 %

Komponen abiotic

l. semut api 7,35 %

a. Batu 4 buah

m. pohon mlinjo 0,73

b. Tanah
c. Ranting 3 buah
d. Pecahan genteng 1
buah
e. Daun kering 10
helai
f. Tali rafia 2 buah

g. Plastic 5 buah

n. cacing 0,73 %.
Komponen abiotic
a. batu 2,94 %
b. kaca 0,73 %

c. pecahan genteng,
0,73 %

d. tali raffia 1,47 %


e. plastic 3,67 %
f. ranting 2,205 %
g. daun kering 7,37 %
h. tanah
i. sinar matahari
j. udara

3.

Komponen biotik
a. Rumput 50 buah

k. suhu
Keterangan :
Komponen biotik

b. Semut 75 ekor

a. rumput 25 %

c. Putri malu 5 buah

b. semut 37,5 %

d. Rumput teki 21
buah
e. Mengkudu 7 buah
f. Janda merana 1

c. putri malu 2,5


%

d. rumput teki 10,5

buah
g. Tumbuhan A 5 buah

e. mengkudu 3,5

h. Burung 1 ekor
i. Lumut 30 buah

f. janda merana

Komponen abiotic
a. Batu 4 buah

0,5 %

g. tumbuhan A 2,5

b. Tanah
c. Sangkar burung 1
buah

%\

h. lumut 15 %
i. burung 0,5 %.
Komponen abiotic

a. batu 2 %
b. tanah
c. sangkar brung 0,5
%,

4.

Komponen biotik
a. rumput A 7 buah
b. rumput B 79 buah
c. rumput C 3 buah
d. belalang 8 ekor
e. tapak liman 5 buah

Keterangan :
komponen biotik

a. rumput A 5,93 %
b. rumput B 66,94 %
c. rumput C 2,54 %

f. semut 15 ekor

d. belalang 6,78 %

g. nyamuk 5 ekor

e. tapak liman 4,24 %

h. rumput D 9 buah

f. semut 12,71 %

komponen abiotic
a. batu 2 buah
b. tanah
c. udara
d. cahaya

g. nyamuk 4,24 %
h. rumput D 7,63 %.
Komponen abiotic

a. batu 1,69 %
b. tanah
c. udara

d. cahaya.
5.

Komponen biotik
a. semut

Keterangan :
komponen biotik

b. tumbuhan A

a. semut 37,31 %

c. tumbuhan B

b. tumbuhan A 14,92

d. nyamuk
e. belalang
f. tumbuhan tapak
liman

%
c. tumbuhan B 14,92
%
d. nyamuk 7,46 %

g. ulat daun

e. belalang 3,73

h. lipan/kaki seribu

f. tumbuhan tapak

komponen abiotic

liman 3,73 %

a. daun kering

g. ulat daun 1,49 %

b. ranting

h. lipan 0,75 %

c. batu besar
d. tanah
e. udaa
f. sina matahari

komponen abiotic
a. daun kering 11,19
%
b. ranting 3,73 %
c. batu besar 0,75 %
d. tanah
e. udara
f. sinar matahari

6.

komponen biotik
a. putri malu 21 buah

Keterangan :

Komponen biotik

b. tumbuhan A 10 buah
c. tumbuhan B 2 buah
d. rumput A 10 buah
e. rumput B 10 buah
f. rumput C 15 buah
g. rumput D 15 buah
h. belalang 5 ekor
i. semut 20 ekor
j. serangga 1 ekor
k. reptile 1 ekor
l. lalat 1 ekor
m. kupu kupu 1 ekor
n. lebah 1 ekor
komponen abiotic
a. batu 25 buah
b. air 10 ml
c. tanah
d. bata 1 buah
e. daun kering 5 buah
f. biji mahoni 1 buah
g. ranting kayu 1 buah

a. putri malu 13,12 %


b. tumbuhan A 6,25 %
c. tumbuhan B 1,25 %
d. rumput A 6,25 %
e. rumput B 6,25 %
f. rumput C 9,37 %
g. rumput D 9,37 %
h. belalang 3,125 %
i. semut 12,5 %
j. serangga 0,625 %
k. reptile 0,625 %
l. lalat 0,625 %
m. kupu- kupu 0,625 %
n. lebah 0,625 %.
Komponen abiotic
a. batu 15,62 %
b. air
c. tanah
d. bata 0,625 %
e. cahaya
f. suhu
g. kelembaban
h. angin
i. Ph
j. sampah 1,875 %
k. daun kering 3,125
%
l. biji mahoni 0,625 %
m. ranting kayu 0,625
%.

h. cahaya
i. suhu
j. kelembabanangin
k. Ph

l. Sampah 3
7.

Komponen biotik :
a. tumbuhan rumput teki
20 tanaman

Keterangan :
Komponen biotik :
a. rumput teki 14,5 %

b. tumbuhan A 25 tanaman

b. tumbuhan A 18,1 %

c. tumbuahan B 33

c. tumbuhan B 23,9 %

tanaman

d. semut 18,8 %

d. semut 26 ekor

e. belalang 0,7 %

e. belalang 1 ekor

f. ulat 1,5 %

f. ulat 2 ekor
Komponen abiotik
a. sampah plastik berupa
bungkus permen 2

Komponen abiotik :
a. sampah plastik 1,5 %
b. daun kering 19,5 %
c. batu 1,5 %.

bungkus
b. daun kering 27 helai
c. batu 2
d. tanah
e. udara

VI.

PEMBAHASAN
Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi
hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya,
serta kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada
ukuran, tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya.
Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik dan biotik.
Jenis jenis ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat
ekosistem perairan dan ekosistem buatan. Ekosistem perairan
dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut
1. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya
berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya),
ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai
berikut.
a. Bioma Gurun

Gurun terdapat di daerah tropika(sepanjang garis balik) yang


Berbatasan dengan padang rumput Ciri-ciri bioma gurun adalah
gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari
tinggi (bisa mendapai 45C) sehingga penguapan juga tinggi,
sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai
0C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil.
Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun
seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki
akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.
Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal,
katak, dan kalajengking.
b. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik
ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 2530 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas
(peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan
yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang
keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain:
bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah,
kangguru, serangga, tikus dan ular.
c. Bioma Hutan Basah.
Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.
Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species
pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan
yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon
utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan
berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam
hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang
langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup
mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan
tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25C. Dalam hutan
basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana
(rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara

lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung


hantu.
d. Bioma Hutan Gugur.
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciricirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di
daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan
gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.
Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung
pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
e. Bioma Taiga.
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di
pegunungan daerah tropic. Ciri-cirinya adalah suhu di musim
dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun
atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak
dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang
bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
f. Bioma Tundra.
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam
lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung
tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.
Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken,
tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan
rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi
dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini
ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas,
semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki
rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub,
beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
2. Ekosistem air
a. Ekosistem Air Tawar.
Ekosistem air tawardibagi menjadi dua, yaitu lotik dan
lentik. Ekosistem air tawar lotik memilki cirri airnya berarus.
Organisme yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan

diri dengan arus air, contohnya ikan belida, serangga air, dan
diatom yang menempel pada batu.
Ekosistem air tawar lentik memiliki diri airnya tidak
berarus. Ekosistem air tawar lentik meliputi rawa air tawar,
rawa gambut, padang rumput rawa, kolam, dan danau. Rawa
didominasi oleh vegetasi (tumbuhan) berkayu. Rawa gambut
didominasi oleh lumut Sphagnum. Ekosistem danau dan kolam
terdiri dari tiga wilayah horizontal , yaitu litoral, limnetik, dan
profundal.
b. Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan
terumbu karang
Lautan
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam)
yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di
daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan
besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25C. Perbedaan
suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air
yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian

bawah disebut daerah termoklin.


Pantai
Pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut,
dan daerah pasang surut. Pantai dipengaruhi oleh siklus
harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai
memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di
substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam
saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa
jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi
konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah
pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.
Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut,
remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting,

landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.


Estuary

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai


dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur
intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.
Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan
pasang surut aimya. Nutrien dari sungai memperkaya
estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara
lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.
Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang,
kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut
dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat
kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi

vertebrata semi air, yaitu unggas air.


Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas
yang khusus yang terdiri dari karang batu dan organismeorganisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang.
Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya
matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.Terumbu
karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan
kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat.
Rangka dari kalsium karbonat ini bermacammacam
bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain
dan ganggang.

Dalam praktikum kali ini kami melakukan pengamatan dengan


Mengenal Ekosistem. Dalam praktikum bertujuan untuk mengenal
komponen-komponen

yang

terdapat

di

dalam

ekosistem

dan

kedudukannya dalam ekosistem. Untuk dapat mengetahui tujuan tersebut,


kami mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk
pelaksanaan praktikum. Alat-alat yang dibutuhkan adalah pembatas dari
pipa kecil berbentuk persegi yang kita gunakan untuk membatasi daerah
pengamatan seluas 1 x 1 m2 dan alat tulis untuk mendata hasil

pengamatan. Dalam pelaksanaan praktikum ini kita juga memerlukan


beberapa bahan, yaitu sebuah ekosistem daratan yang berada di sekitar
kampus seluas 1 x 1 m2.
Untuk mendapatkan hasil percbaan dan untuk membandingkan hasilnya,
kami melakukan beberapa langkah percobaan. Langkah yang pertama
adalah menentukan ekosistem daratan manakah yang akan diamati.
Kemudian kami menentukan daerah pengamatan dengan membuat
kuadran 1 x 1 m2 pada daerah pengamatan. Langkah selanjutnya adalah
melakukan inventarisasi mengenai komponen abiotik dan komponen
biotik yang terdapat di dalamnya. Setelah itu kami menentukan
berdasarkan kelengkapan komponen yang teramati dalam ekosistem
tersebut. Dan langkah yang terakhir adalah membuat diagram yang
menghubungkan komponen-komponen dalam ekosistem tersebut dan daur
energy yang ada di dalamnya.
Dalam praktikum kali ini kelompok kami memilih halaman yang berada di
belakang gedung Biolgi dan Fisika. Setelah kita selesai menenukan tempat
yang sesuai, kami memasang pipa kecil yang berbentuk persegi seluas 1 x
1 m2 yang di letakkan pada daerah pengamatan. Setelah itu kami
mengamati komponen-komponen apa saja yang ada di dalam ekosistem
tersebut.
Dari pengamaan yang kami lakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Kelompok 1, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas batu
5,05 %, tanah sinar matahari, angin dan suhu. Sedangkan komponen
biotiknya terdiri atas semut 25,25 %, belalang 0,34 %, meniran 0,67 %,
semanggi 3,03 %, jangkrik 1,0 %, tapak leman 10,10 %, putri malu 0,34
%, daun kering 9,09 %, rumput 25,25 %, tumbuhan A 0,34 %, tumbuhan B
10,77 %, dan tumbuhan C 8,75 %.
Kelompok 2, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas batu
2,94 %, kaca 0,73 %, pecahan genteng, 0,73 %, tali raffia 1,47 %, plastic
3,67 %, ranting 2,205 %, daun kering 7,37 %, tanah, sinar matahari, udara,
dan suhu. Sedangkan komponene biotik terdiri atas rumput teki 18,38 %,
semut tanah 36,76 %, belalang A 0,73 %, belalang B 0,73 %, belalang C
0,73 %, laba laba 0,73 %, putri malu 1,47 %, tanaman A 5,88 %,

serangga A 0,73 %, semut besar 5,15 %, semut api 7,35 %, pohon mlinjo
0,73 % dan cacing 0,73 %.
Kelompok 3, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas batu 2
%, tanah, sangkar brung 0,5 %, sedangkan komponen biotik terdiri atas
rumput 25 %, semut 37,5 %, putri malu 2,5 %, rumput teki 10,5 %,
mengkudu 3,5 %, janda merana 0,5 %, tumbuhan A 2,5 % lumut 15 %, dan
burung 0,5 %.
Kelompok 4, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas batu
1,69 %, tanah, udara, dan cahaya. Sedangkan komponen biotik
penyusunnya terdiri atas rumput A 5,93 %, rumput B 66,94 %, rumput C
2,54 %, belalang 6,78 %, tapak liman 4,24 %, semut 12,71 %, nyamuk
4,24 % dan rumput D 7,63 %.
Kelompok 5, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas daun
kering 11,19 %, ranting 3,73 %, batu besar 0,75 %, tanah, udara dan sinar
matahari. Sedangkan pada komponen biotiknya terdiri atas semut 37,31
%, tumbuhan A 14,92 %, tumbuhan B 14,92 %, nyamuk 7,46 %, belalang
3,73%, tumbuhan tapak liman 3,73 %, ulat daun 1,49 % dan lipan 0,75 %.
Kelompok 6, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas batu
15,62 %, air, tanah, bata 0,625 %, cahaya, suhu, kelembaban, angin, Ph,
sampah 1,875 %, daun kering 3,125 %, biji mahoni 0,625 %, ranting kayu
0,625 %. Sedangkan komponen biotik terdiri atas putri malu 13,12 %,
tumbuhan A 6,25 %, tumbuhan B 1,25 %, rumput A 6,25 %, rumput B
6,25 %, rumput C 9,37 %, rumput D 9,37 %, belalang 3,125 %, semut 12,5
%, serangga 0,625 %, reptile 0,625 %, lalat 0,625 %, kupu- kupu 0,625 %,
dan lebah 0,625 %.
Kelompok 7, diperoleh komponen abiotic yang terdiri atas sampah
plastic 1,5 %, daun kering 19,5 %, batu1,5 %, tanah, dan udara. Sedangkan
komponen biotiknya terdiri atas tumbuhan rumput teki 14,5 %, tumbuhan
A 18,1 %dan tumbuhan B 23,9 %, semut 18,8 %, belalang 0,7 %, dan ulat
1,5 %.
Berdasarkan hasil pengamatan, kelompok kami mendapatkan hasil
komponen-komponen dalam ekosistem yang terdapat di dalam kuadran
apabila dihubungkan akan membentuk suatu rantai makanan. Kelompok

kami mendapatkan hasil bahwa dalam kuadran yang telah kami bentuk
terdapat komponen biotik (tumbuhan rumput teki sebanyak 20 tanaman,
tumbuhan A sebanyak 25 tanaman, tumbuahan B sebanyak 33 tanaman,
semut yang berjumlah 26 ekor, belalang sebanyak 1 ekor, dan ulat
sebanyak 2 ekor) dan komponen abiotik (sampah plastik berupa bungkus
permen sebanyak 2 bungkus, daun kering sebanyak 27 helai, batu
sebanyak 2 batu, tanah, dan udara). Dari komponen biotiknya dapat
dibentuk suatu jaring-jaring makanan yang pertama rumput teki, tumbuhan
A, tumbuhan B sebagai produsen, kemudian produsen ini dimakan oleh
ulat, kemudian ulat dimakan oleh belalang. Rumput juga bisa langsung
dimakan oleh belalang. Ulat disini berperan sebagai konsumen tingkat I
sedangkan belalang bisa dikatakan sebagai konsumen tingkat II maupun
konsumen tingkat I. Data dari kelompok lain juga menunjukkan bahwa
ekosistem yang lain juga terjalin suatu rantai makanan.
Unsur abiotik sangat berpengaruh bagi organisme atau komponen
biotik yang berada di dalam ekosistem tersebut, seperti halnya batu
digunakan oleh semut untuk berlindung dari musuhnya dengan kata lain
sebagai alat untuk pertahanan diri dari pesaingnya dalam melakukan
kompetisi begitu juga dengan plastik, suhu sangat diperlukan oleh
makhluk hidup berkaitan dengan enzim yang digunakan dalam reaksi
kimia. Kelembapan mengindikasikan adanya uap air dalam suatu
ekosistem yang berguna mengurangi terjadinya penguapan yang
berlebihan yang dapat membuat tumbuhan kering, sehingga rumput tidak
mengalami kekeringan. Kecepatan angin juga berpengaruh pada
penyebaran spora bagi tumbuhan spora. Unsure yang lain seperti tanah
tentu sangat berpengaruh bagi makhluk hidup yaitu sebagai tempat
berlindungnya semut, sebagai media tanaman agar dapat tumbuh dan
menyediakan air dan unsure hara didalamnya.
Jadi, Komponen biotic dalam mempertahankan hidupnya juga
bergantung pada komponen abiotic sehingga terjadi adanya hubungan
timbal balik antar keduanya.

Piramida makanan tentunya di awali dengan produsen (rumput)


yang paling bawah karena produsen ini yang menyediakan makanan untuk
para konsumen dan jumlahnya harus banyak karena apabila tidak banyak
akan menyebabkan kepunahan makhluk hidup akibat dari persaingan yang
semakin ketat. Kemudian disusul oleh semut sebagai konsumen pada
ekosistem tersebut, jumlahnya lebih sedikit dari produsen karena apabila
lebih banyak maka akan ada semut yang tidak kebagian makanan punah.
Aliran energi tentunya dimulai dari cahaya matahari sebagai
penyedia energi terbesar di bumi, lalu oleh rumput digunakan melakukan
fotosintesis dan membuat makanan dalam bentuk glukosa, dalam kasus ini
energi cahaya matahari diubah menjadi energy kimia, kemudian energi
kimia tersebut mengalir pada konsumen dalam jalur rantai makanan,
begitu seterusnya.
VII.

PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan
bahwa;
Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya
terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme
yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak
tergantung

kepada

ukuran,

tetapi

lebih

ditekankan

kepada

kelengkapan komponennya.
Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen
biotik adalah komponen hidup yaitu semua makhluk hidup yang ada
dalam ekosistem, seperti semut, cacing, tumbuhan dll. Komponen
abiotik adalah komponen tak hidup seperti, suhu, kelembapan,
cahaya matahari, air, udara dll. Tumbuhan memiliki kedudukan
sebagai produsen karena dapat membuat makanannya sendiri. Semut
dan binatang lain memiliki kedudukan sebagai konsumen.

VII.2
Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum kali ini dilakukan
dengan fokus karena pengamatan ekosistem membutuhkan ketelitian
untuk membandingkan komponen komponennya.

DAFTAR PUSTAKA
Kaligis, Jenny R.E. 1986. Buku Materi Pokok BIOLOGI 1. Jakarta : Karunika
Jakarta.
Rahardjo, Parino. 2013. pengembangan kota pesisir mitigasi dan adaftif
terhadap perubahan iklim dengan pendekatan ekosistem. Nasional. Vol. 9
no. 3. Jakarta : Universitas Tarumanegara (03 Mei 2015).
Subchan, Wachju. Ekologi Eksperimental. 2005. Jember : Universitas Jembe.r
Sudarmadji. 2004. Pengantar Lingkungan. Jember : Universitas Jember.
Sudarmadji. 2005.Ekologi Ekosistem. Jember : Universitas Jember.
Waluyo, Joko. 2006. Biologi Dasar. Jember : Jember University Press.

Anda mungkin juga menyukai