Anda di halaman 1dari 7

ASAMA

Beberapa defenisi asma:


Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi
reversible dari spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan
terhadap stimuli. (Varney, Helen. 2003)
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (Soeparman, 1990).
Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang
reversibel, dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai
rangsang. (Sylvia Anderson (1995 : 149)
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran nafas yang melibatkan sel eosinofil, sel
mast, sel netrofil, limfosit dan makrofag yang ditandai dengan wheezing, sesak nafas
kumat-kumatan, batuk, dada terasa tertekan dapat pulih kembali dengan atau tanpa
pengobatan (Cris Sinclair, 1994)
Asma adalah suatu penyakit peradangan (inflamasi) saluran nafas terhadap
rangsangan atau hiper reaksi bronkus. Sifat peradangan pada asma khas yaitu tandatanda peradangan saluran nafas disertai infliltrasi sel eosinofil. (Samsuridjal dan
Bharata Widjaja (1994)
Asma merupakan suatu keadaan gangguan / kerusakan bronkus yang ditandai dengan
spasme bronkus yang reversibel (spasme dan kontriksi yang lama pada jalan nafas)
(Joyce M. Black,1996).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa asam adalah satu penyakit penyempitan saluran
pernafasan yang ditandai dengan inflamasi (peradangan) di saluran napas dan
spasme (kejang) akut otot polos bronkiolus, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan. Penyakit ini menyebabkan produksi mukus yang
berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan pertukaran
udara di alveolus.
Klasifikasi Penyakit Asma
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu
:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alegren yang spesifik, seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik

terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada alegren spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan
bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap faktor yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.
Patofisiologi
Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan

diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator


radang ( histamin )

Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )

Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )

Hiperresponsif jalan napas

Astma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya
produksi sekret.
Faktor Pencetus Serangan Asthma Bronkiale
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asthma bronkiale atau sering disebut
sebagai faktor pencetus adalah :
(1) Alergen
Alergen adalah sat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat menimbulkan
serangan asthma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides

pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan
laut dan sebagainya.
(2) Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu
faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma bronkiale. Diperkirakan dua
pertiga penderita asthma dewasa serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi
saluran nafas (Sundaru, 1991).

(3) Tekanan jiwa


Tekanan jiwa bukan sebagai penyebab asthma tetapi sebagai pencetus asthma,
karena banyak orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita
asthma bronkiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anakanak (Yunus, 1994).
(4) Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan asthma bila
melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda
paling mudah menimbulkan serangan asthma. Serangan asthma karena kegiatan
jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik
yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.
(5) Obat-obatan
Beberapa pasien asthma bronkiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
(6) Polusi udara
Pasien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap
rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau
yang tajam.
(7) Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 15% pasien asthma bronkiale pencetusnya adalah lingkunagn kerja
(Sundaru, 1991).
Berikut adalah Gejala yang di tunjukkan jika seseorang terkena serangan penyakit
asma :

Ketika bernapas terjadi bunyi (mengek / bengek) bisa dilihat ketika mengeluarkan
nafas, namun dari beberapa penderita penyakit asma ada yang tidak menunjukkan
berbunyi ketika bernapas
Terjadinya sesak nafas dikarenakan terjadinya penyempitan saluran bronki
(bronchiale).
Berakibat batuk yang cukup berkepanjangan umumnya terjadi malam, pagi hari dan
ketika cuaca dingin.
Terjadi keluhan dada merasa seperti ada yang menekan / dada sempit
Ketika terjadi serangan banyak dari penderita tidak dapat berbicara karena penderita
kesulitan untuk mengatur napas.
Manifestasi Klinik
A.

Asma Kronik

Asma kronik ditandai dengan episode dispnea yang disertai dengan bengek, tapi
gambaran klinik asma beragam. Pasien dapat mengeluhkan sempit dada, betuk atau
bunyi saat bernapas. Hal ini sering terjadi saat latihan fisik yang dapat terjadi secara
spontan atau berhubungan dengan allergen tertentu. Tanda-tandanya termasuk bunyi
disaat ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi, batuk kering yang berulang atau
tanda atopi.
Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai gejala yang berselang.
Terdapat keparahan dan remisi berulang dan interval antar gejala mingguan, bulanan
atau tahunan. Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan gejala sebelum terapi
disamping jumlah obat dalam mengontrol gejala. Pasien dapat menunjukkan gejala
berselang ringan yang tidak memerlukan pengobatan atau hanya penggunaan
sewaktu-waktu agonis beta inhalasi.
B.

Asma Parah Akut

Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana inflamasi, edema
jalan udara, akumulasi mukus yang berlebihan dan bronkospasmus parah yang
menyebabkan penyempitan jalan udara yang serius tidak responsif terhadap terapi
bronkodilator biasa. Pasien mengalami kecemasan dan mengeluhkan dispnea parah,
nafas pendek, sempit dada atau rasa terbakar. Penderita mungkin hanya dapat
mengucapkan kata dalam satu napas. Gejala tidak responsif terhadap penanganan
biasa.
Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi saat inspirasi dan ekspirasi,
batuk kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan dada yang

mengembang disertai dengan retraksi interkostal dan supra klavilar. Bunyi nafas
dapat hilang bila obstruksi sangat parah.
Jenis obat asma dibedakan berdasarkan pada 2 hal yaitu berdasarkan fungsi dan cara
kerja obat asma. Berdasarkan fungsinya obat asma terbagi ke dalam dua kelompok
yaitu obat pelega dan pengontrol. Jenis obat asma pelega berfungsi untuk
melonggarkan pernapasan penderita. Penderita sakit asma mengalami sesak napas
saat mendapat serangan karena saluran napas mengalami penyempitan, maka
diperlukan obat pelega untuk melonggarkan penapasannya. Sementara obat jenis
pengontrol berfungsi untuk menjaga penderita dari menyempitnya saluran
pernapasan jika terjadi rangsangan, sehingga ia harus selalu digunakan oleh
penderita setiap hari dalam jangka waktu yang lama meskipun penderita tidak
mendapat rangsangan. Selain itu obat ini berfungsi sebagai antiinflamasi atau
pencegah radang.
Penggolongan jenis obat asma berdasarkan cara kerjanya, terbagi dalam 4 jenis yaitu:
Kortikosteroid. Kortikosteroid merupakan bentuk sintetis dari salah satu kelas hormon
steroid. Pada penyakit asma obat jenis ini bekerja sebagai pencegah terjadinya
peradangan akibat serangan asma dan mengurangi gejalanya. Penggunaan obat ini
dalam jangka panjang dapat mengurangi kepekaan saluran napas dari beberapa hal
yang memicu munculnya serangan asma misalnya debu. Obat sakit asma jenis ini
antara lain berupa flutikason, budesonid, atau methilpradnisolon.
Agonis reseptor beta adrenergik. Agonis reseptor beta adrenergik merupakan zat aktif
yang bekerja pada otot, salah satunya dengan mengurangi kejang otot saluran napas
pada penderita sakit asma.
Dengan demikian maka otot saluran napas menjadi rileks yang membuat rongga
pernapasan melebar dan mengatasi sesak napas saat terjadi serangan. Obat jenis ini
mulai bekerja beberapa menit setelah digunakan, dan dapat bertahan dalam waktu 46 jam kemudian.
Theophylline. Theophylline adalah jenis obat asma yang bekerja dengan melemaskan
otot polos saluran napas dan merangsang pusat pernapasan sehingga mengurangi
penyempitan yang menyebabkan penderita sesak napas. Mayoritas obat ini berupa
tablet, tetapi pada kondisi asma yang berat obat ini dimasukkan langsung ke dalam
pembuluh darat penderita sakit asma.
Antikolinergik. Antikolinergik adalah zat yang bekerja dengan menghalangi sampainya
rangsangan penyebab serangan asma kepada sistem syaraf pusat yang terletak pada
sinapsis otak. Dengan terhalangnya rangsangan maka serangan asma dapat
dihindari.

Obat asma yang berasal dari Alam :


1.

Madu untuk Asma

Madu sangat baik untuk asma. Madu membantu mengencerkan dan membuang lendir
dari sistem pernapasan.Lendir yang terakumulasi di saluran pernapasan akan
menghambat aliran udara sehingga dapat memicu atau membuat serangan asma
semakin memburuk.
2.

Jahe untuk asma

Jahe juga sangat baik untuk asma. Jahe bisa menghentikan inflamasi atau
peradangan.Asma terjadi karena adanya peradangan pada saluran pernapasan.Ketika
dicampur dengan bahan tertentu, jahe juga bisa bertindak sebagai
ekspektoran.Ekspektoraan akan membantu menyingkirkan lendir dari sistem
pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai