Kajian Literatur: Gaya Manajemen Dan Kepemimpinan Berdasarkan Tantangan Four Ds Pada Era Big Data
Kajian Literatur: Gaya Manajemen Dan Kepemimpinan Berdasarkan Tantangan Four Ds Pada Era Big Data
ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai gaya (style) manajemen dan kepemimpinan yang dapat
dilakukan pada suatu perusahaan pada era Big Data. Selaras dengan dimulainya era Big Data dimana
arus informasi beredar dengan cepat dan dapat diperoleh dengan mudah, membawa tantangan baru
bagi perusahaan terutama dalam hal manajemen. Tantangan yang dihadapi dapat dirumuskan menjadi
Four Ds, yaitu Data Literacy (Melek Data), Domain Knowledge, Decision-Making (Pengambilan
Keputusan), dan Data Scientist (Ilmuan Data). Keempat tantangan tersebut memberikan warna baru
bagi gaya manajemen pada berbagai tingkatan di perusahaan. Sehingga, fokus artikel akan membahas
mengenai keempat tantangan tersebut mulai dari pengaruh hingga dampak yang dapat ditimbulkan
pada tingkatan manajemen dan kepemimpinan suatu perusahaan. Dengan memahami keempat
tantangan tersebut, diharapkan dapat membantu baik bagi pimpinan perusahaan atau tiap tingkatan
pada perusahaan untuk sebisa mungkin memanfaatkan keuntungan yang mungkin diperoleh pada era
Big Data.
Kata kunci: Big Data, Style, Manajemen, Kempemimpinan, Four Ds
1. PENDAHULUAN
Konsep Big Data mulai menarik perhatian besar beberapa tahun terakhir, terlebih potensi
besar yang ditawarkan dalam menghasilkan dampak pada bisnis yang ada (Chen et al., 2002). Big
Data dapat diartikan sebagai sejumlah data diluar kemampuan teknologi untuk menyimpan,
mengelola, dan memproses secara efisien (Kaisler et al., 2003). Selain itu, Big Data juga dapat
diartikan sebagai berbagai aset informasi dengan volume yang tinggi, kecepatan yang tinggi, dan
variasi yang tinggi yang menuntut proses pengolahan informasi dengan biaya terefektif (costeffective) dan wujud yang inovatif untuk meingkatkan pengetahuan dan pengambilan keputusan
(Gartner, 2003). Sehingga Big Data dapat dikaitkan dengan proses bisnis sebuah perusahaan terkait
pengelolaan arus informasi yang ada agar dapat membantu proses pengelolaan/manajemen pada
perusahaan. Pentingnya Big Data telah diakui berbagai perusahaan, pemerintah, dan akademisi.
Perusahaan terdepan dalam pemanfaatan dan analisis Big Data seperti Google dan Facebook mulai
mencari cara untuk menciptakan suatu proses bisnis yang baru baik dari segi manajemen atau untuk
meningkatkan penjualan (Lohr, 2012). Terdapat banyak indikasi bahwa penggunaan Big Data
mampu menciptakan peningkatan yang signifikan bagi berbagai organisasi/perusahaan dalam hal
peningkatan produktivitas, keunggulan kompetitif (competitive advantage), serta peningkatan
efisiensi dan efektivitas (Manyika et al., 2011).
Pemanfaatan dan pengelolaan Big Data harus mampu diaplikasikan melalui gara manajemen dan
kepemimpinan pada perusahaan. Selain menawarkan keuntungan, Big Data secara tidak langsung
juga mempengaruhi gaya (style) dalam mengelola sebuah perusahaan. Gaya (style) dapat diartikan
bagaimana sesuatu dilakukan. Sedangkan, gaya manajemen (management style) dapat dipahami
sebagai cara untuk mengelola suatu perusahaan/organisasi. Pada artikel ini akan dikaji mengenai
bagaimana suatu proses manajemen dilakukan dan mengetahui pengaruh Big Data pada gaya
manajemen dan kepemimpinan perusahaan. Big Data juga membawa 4 tantangan besar yang dikenal
dengan Four Ds, yaitu : Data Literacy (Melek Data), Domain Knowledge, Decision-Making
(Pengambilan Keputusan), dan Data Scientist (Ilmuan Data). Pada artikel ini juga akan membahas
mengenai keempat tantangan tersebut dan bagaimana perusahaan dan manajemen merespon
tantangan tersebut.
2. PEMBAHASAN
2.1 Manajemen di Era Big Data
2.1.1 Manajemen atau Kepemimpinan
Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu mengetahui perbedaan dari manajemen dan
kepemimpinan. Pemahaman kedua hal tersebut diperlukan agar sudut pandang dan pemahaman
mengenai manajemen dan kepemimpinan tidak saling tumpang tindih, karena pada bagian
selanjutnya akan sering digunakan kedua istilah tersebut. Perlu diingat bahwa tidak semua manajer
mempraktikan kepemimpinan dan tidak semua pemimpin adalah seorang manajer.
Manjamen dan kempemimpian merupakan sesuatu yang saling tumpang tindih namun tidak
sama (Kotterman, 2016). Terdapat kontroversi yang berkelanjutan mengenai perbedaan kedua hal
tersebut. Bahkan Peter Drucker (1999) berpendapat bahwa manajemen dan kepemimpinan adalah
konsep yang sama sekali berbeda. Peter Lake dan Robert Drake (2014) menjabarkan kesalahpahaman
dan kebingungan terkait konsep manajemen dan kepemimpinan terjadi karena :
Istilah manajemen dan kepemimpinan digunakan secara bergantian tanpa
membedakan perbedaan mendasar antara keduanya dan fungsi utama tiap peran tersebut
miliki.
Istilah pemimpin dalam beberapa kasus mengacu pada orang pada bagian atas hirarti,
sementara orang-orang pada tingkat bawahnya disebut manajemen. Pemahaman tersebut
tidak benar dan salah dimengerti.
Kepemimpinan biasanya dimengerti melalui karakteristik pribadi seseorang, seperti
karisma. Dengan mengasumsikan hanya beberapa orang yang memiliki karisma yang kuat,
maka hanya sedikit orang yang mampu menunjukan suatu kepemimpinan, dimana praktik
nyatanya tidak seperti itu.
Kotter (1990) menrumuskan suatu kerangka untuk memahami perbedaan utama antara
manajemen dan kepemimpinan. Menurut Kotter, manajemen berusaha untuk membangun keamanan
dan ketertiban (order and security), sedangkan kepemimpinan memiliki tujuan untuk memimpin
suatu perubahan dan kedinamisan/fleksibilitas dalam suatu perusahaan. Fungsi utama manajer adalah
untuk menjaga konsistensi yang pada praktiknya mengarahkan ke proses yang paling efisien pada
perusahaan. Sedangkan, pemimpin diartikan hampir kebalikan dari fungsi manajer, yaitu untuk
mencari secara terus menerus perubahan yang adaptif yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mengantisipasi ketidakpastian.
Secara sederhana, manajemen merupakan serangkaian proses seperti perencanaan, keuangan,
pengambilan keputusan dan lain-lain. Menurut Koter (1990) proses manajement meliputi (a) planning
and budgeting, (b) organizing and staffing, (c) controlling and problem solving. Manajemen berusaha
agar serangkaian proses tersebut terus berjalan sedemikian rupa dari waktu kewaktu demi berjalannya
sebuah perusahaan. Sehingga sejalan dengan yang dijelaskan oleh Kotter (1990), manajemen
berhubungan dan bertujuan untuk memfasilitasi perusahaan untuk melakukan proses yang ada
dengan sebaik-baiknya (efisien dan efektif).
Sedangkan berbeda dengan manajemen, kepemimpinan lebih bertittik berat pada seni
mengontrol manusia. Kepemimpinan pada perusahaan sering kali dimengerti mengenai menyamakan
visi tiap orang, komunikasi yang baik, motivasi, dan inspirasi. Menurut Kotter (1990), proses
kepemimpinan meliputi (a) developing a vision for organization, (b) aligning people with that vision
through communicaton, dan (c) motivating people to action through empowerment and through basic
need fulfillment. Kepemimpinan bukan merupakan suatu karakter pribadi, namun lebih kepada
kebiasaan. Pada kenyataannya, seorang manajer harus memiliki suatu kepemimpinan, sedangkan
seorang pemimpin tidak harus seorang manajer. Gagasan saat ini bahwa orang-orang luarbiasa pada
tingkat teratas perusahaan dapat memberikan semua bentuk kepemimpinan merupakan pandangan
yang sudah tidak relevan dan tidak realistis. Mengingat bahwa tidak semua pemimpin harus manajer,
maka diperlukan pemahaman bahwa tiap posisi diperusahaan juga memiliki tanggungjawab terkait
kepemimpinan. Hal tersebut untuk menghindari suatu perusahaan agar tidak terlalu terkelola (overmanaged) namun kurang terpimpin (under-led).
Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana sauatu perusahaan menyeimbangkan antara kedua
konsep tersebut, antara manajemen dan kepemimpinan ? Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
manjemen lebih fokus memastikan segala rutinitas proses berjalan secara konstan, sedangkan
kepemimpinan berfokus dalam pengelolaan perubahan. Sehingga, pada lingkungan yang stabil,
manajemen sangat penting untuk memastikan tiap orang melakukan perkerjaannya dengan baik.
Sedangkan, ketika lingkungan dirasa sangat dinamis dan berubah dengan cepat, kepemimpinan yang
baik lebih diperlukan daripada manajemen yang baik. Serangkaian pemanfaatan dan analisis Big Data
menuntut manajemen dan kepemimpinan yang baik pada lingkup perusahaan secara menyeluruh.
2.1.2 Apa itu Manajemen ?
Saat ini kita sudah sering mendengar istilah manajemen atau manajer. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, manajemen merujuk tentang bagaimana suatu perusahaan dikelola atau
dijalankan melalui serangkaian proses yang ada. Kemudian, pertanyaan yang muncul adalah
sebenarnya apa peran kunci utama yang mendefinisikan seorang manajer ?
Fayol (1949) mengidentifikasi enam tipe kegiatan atau fungsi utama yang terdapat pada setiap
jenis industri, yaitu teknis, kemorsial, keuangan, keamanan, dakuntansi, dan aktivitas manajerial.
Fokus utama yang diambil dari keenam fungsi tersebut adalah kegiatan manajerial yang dikatakan
berfokus menyusun rencana operasi bisnis secara menyeluruh dengan mengelola personil,
koordinasi dan menyelaraskan usaha dan aktivitas. Fayol (1949) kemudian merumuskan secara
detail elemen manajemen, yaitu :
Planning (Merencanakan/Perencanaan)
Planning adalah untuk menilai kemungkinan dimasa depan dan menyusun hal-hal yang
harus dilakukan terhadap kemungkinan tersebut. Perencanaan dari tindakan yang akan diambil
hasil yang diharapkan, tindakan yang harus diikuti, tahapan yang harus dilalui, dan metode
yang digunakan merupakan manifestasi yang baik sekaligus alat yang paling efektif dari
perencanaan. Perencanaan merupakan suatu proses yang membutuhkan kompetensi personal
dan intrepersonal, termasuk yang berhubungan dengan stakeholder internal organisasi.
Organising (Mengorganisir/Mengelola)
Mengoraganisir/mengelola adalah untuk memberikan usaha dengan segala sesuatu yang
dimiliki sesuai dnegan fungsinya, seperti ahan baku, peralatan, modal, dan tenaga kerja. Secara
sederhana fungsi organising ini dapat diartikan untuk menempatkan orang yang tepat dengan
kemampuan yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Hal tersebut dialkukan untuk memastikan
perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dan tujuan perusahaan tersebut.
Coordinating (Mengkoordinasi)
Fayol mendeskripsikan kegiatan mengkoordinasi sebagai kegiatan untuk menyelaraskan
seluruh aktivitas yang menjadi perhatian sehingga memudahkan pengerjaan dan kesuksesan
aktivitas tersebut untuk memastikan setiap hal dan praktiknya berjalan dengan proporsi yang
tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Sehingga, secara sederhana kegiatan
mengkoordinasi adalah untuk menyelaraskan struktur, tenaga kerja, dan elemen sumber daya
perusahaan untuk bertinak secara selaras dan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Commanding (Memerintah)
Misi dari commanding adalah untuk mengatur yang akan dilakukan atau arah perusahaan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendaptkan hasil yang optimal dari semua elemen
perusahaan, dimana seni dalam memberikan perintah bertumpu pada kualitas personal dan
pengetahuan mengenai prinsip manajemen. Secara sederhana, memerintah (commanding)
dapat dirumuskan dalam memebrikan perintah dan arahan kepada pegawai dalam perusahaan
untuk menjaga aktivitas yang berjalan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Controlling (Mengkontrol)
Kontrol berati memverifikasi apakah semua terjadi sesuai rencana yang diambil, perintah
yang dikeluarkan, dan prinsip ayng ditetapkan. Kontrol merupakan precious auxillary bagi
manajemen karena dapat memberikan informasi/data yang diperlukan yang gagal diberikan
oleh bagian pengawasan serta hal-hal yang tidak diinginkan. Mengkontrol (controlling) secara
garis besar dapat diartikan untuk mengecek dan menginspeksi pekerjaan, memonitoring dan
pengawasan kerja yang dilakukan dan bukan hanya sebatas memberikan perintah langsung.
Teori Fayol tersebut dikemukakan sudah puluhan tahun silam. Sehingga pertanyaan yang
kemudia muncul adalah apakah teori dan pendekatan tersebut masih relevan untuk mendefinisika role
seorang manajer ? Jika kita menggunakan definis dan teori Fayol mengenai fungsi manajemen, maka
kita akan melihat bahwa gaya (style) manajemen lebih kepada tentang apa saja tanggung jawab yang
ada dan bukan bagaimana hal tersebut dicapai oleh tiap manajer. Pada buku The Nature of
Managerial Work karangan Henry Mintzberg (1973) menentang pandangan usang Fayol
mengenai manajemen. Mintzberg (1973) menjelaskan bahwa manajemen bukan mengenai planning,
organising, coordinating, commanding, dan controlling. Lebih dari teori dasar Fayol tersebut
mengenai tanggung jawab, manajemen merupakan tugas beragam yang membutuhkan seorang
individu untuk mengasumsikan sejumlah peran baik secara terpisah atau bersamaan. Peran tersebut
dapat dilihat di tabel 2.1.
Deskripsi
Simbolis, berkewajiban untuk melakukan
Figurehead (Simbol)
kegiatan rutin yang bersifat sosial
Memotivasi bawahan, bertanggungjawab
Leader (Pemimpin)
kepada kepegawaian, pelatihan, dan tugas
Interpersonal
sejenis
Memelihara jaringan yang dengan pihak
Liaison (Penghubung) eksternal dan informan yang menyediakan
informasi
Mencari dan menerima berbagai informasi
tertentu (saat ini) untuk mengembangkan
Monitor
pemahaman menyeluruh dari perusahaan
dan lingkungan, sebagai pusat informasi
internal dan eksternal perusahaan
Menyebarkan informasi yang diterima dari
pihak luar atau bawahan untuk anggota
Disseminator
perusahaan termasuk informasi teraktual,
Informational (Penyebar)
dan beberapa interpretasi dan integrasi dari
berbagai posisi berpengaruh di perusahaan
Decisional
Contoh Kegiatan
Upacara/perayaan, Public
figure
Semua kegiatan manajerial
yang melibatkan bawahan
Penerima surat-surat,
pekerjaan eksternal
Perlu diperhatikan juga bahwa peran manajerial haruslah melampaui batasan-batasan yang ada
diorganisasi seperti departemen atau bahkan lingkungan eksternal perusahaan. Hal tersebut tentu saja
kemudian akan membuat peran (role) manajement menjadi lebih kompleks. Kompleksitas
disebabkan manajemen harus memiliki peran kedalam (internal) yang measih berada di rentang
kendali dan peran keluar (eksternal) yang sudah berada diluar kendali manajemen. Kebutuhan akan
peran internal dan eksternal ini membutuhkan sebuah pandangan (perspective) untuk membagi peran
manajement yang sudah dijelaskan pada tabel 2.1 agar tidak saling tumpang tindih. Sehingga, pada
Tabel 2.2 akan dijelaskan lebih lanjut peran manajement dengan melihat peran internal dan eksternal
beserta tantangan yang dihadapi dalam praktiknya.
Tabel 2.2 Peran Internal dan Eksternal Manajemen (Mintzberg 1973)
Peran Internal
Peran Eksternal
Memimpin
Menghubungkan
Simbol (internal)
Simbol (eksternal)
Memotivasi Individu
Mengembangkan
Individu
Membangun Tim
Mengadili
Membangun Hubungan
Interpersonal
Meyakinkan
Menyebarkan
Menopang
Tantangan
Bagaimana membawa keteraturan pada
pekerjaan para pekerja ketika pekerjaan dalam
mengelola itu sendiri tidak begitu teratur ?
Bagaimana menjaga kondisi yang ada dalam
mengkontrol ketidakteraturan ketika salah
seorang manajer memaksakan perintah ?
Kompleksnya peran manajemen tentu saja membuat peran yang ada sangat beragam dan
mungkin saling bertentangan. Terkadang seorang manajer perlu mengambil peran yang general
(generalist) dan khusus (specialist) secara bersamaan. Bahakan terkadang hal tersebut yang menjadi
batasan (limitation) dari diambilnya peran-peran yang ada, karena :
1. Frustasi (termasuk didalamnya ketidakberesan operasional dan tekanan lingkungan)
2. Pergulatan Kekuasaan (seringkali mengganggu jalannya rutinitas operasional dasar)
3. Melakukan Kesalahan (seorang manajer juga seorang manusia yang mungkin melakukan
kesalahan)
Berita buruknya, semua perspektif manajement, tantangan, dan batasan yang sudah dijelaskan
dikemukakan sebelum era Big Data. Tentu saja dengan adanya Big Data membuat konsep
manajemen menjadi lebih kompleks dan tentu saja memberi tantangan baru. Tantangan manajemen
pada era Big Data dikenal dengan istilah Four Ds, yaitu :
1. Data Literacy (Melek Data)
2. Domain Knowledge
3. Decision-Making (Pengambilan Keputusan)
4. Data Science (Ilmuan Data)
2.1.3 Gaya Manajemen (Styles of Management)
Pertanyaan selanjutnya yang layak untuk ditanyakan adalah apakah sebenarnya manajemen
itu ? Apakah manajemen merupakan ilmu pasti (eksak) dimana seorang manajer tinggal menerapkan
teori yang ada ? Atau lebih pada kemampuan menganalisis car seni mengelola peran yang ada ?
Atau bahkan semua bergantung hanya berdasarkan pengalaman seorang manajer ? Mintzberg (2011)
merumuskan sebuah konsep yang menarik, dimana dalam praktiknya manajemen dapat menerapkan
ketiga hal tersebut (lihat Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Manajemen sebagai Art, Craft, dan Science (Mintzberg 2011)
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1, praktik manajemen merupakan gabungan dari tiga
gaya manajemen, yaitu ilmu (science), seni (art), keahlian (craft). Ilmu (science) merujuk pada
kemampuan dalam menganalisis berdasarkan data-data atau bukti yang ada. Seni (art) merujuk pada
kemampuan seorang manajer dalam merumuskan visi, dan pemikiran yang kreatif untuk
mengmbangkan strategi yang inovatif. Keahlian (craft) merujuk pada kehalian seorang manajer
berdasarkan pengalaman dan belajar langsung dari praktik yang ada di perushaan. Ketiga gaya
manajemen tersebut harus dijalankan secara selaras agar benar-benar menghasilkan praktik yang baik
dan tidak berkekurangan. Mintzberg menjelaskan perlunya dilakukan ketiga elemen tersebut secara
bersamaan karena kurangnya salah satu elemen dapat menimbulkan implikasi pada praktik
manajemen yang dilakukan (lihat Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Implikasi Penggunaan Konsep Praktik Manajemen (Mintzberg 2011)
Aspek
Implikasi
Ilmu (Science) Seni (Art) Keahlian (Craft)
Manajer yang mengaplikasikan semua keahlian tanpa ilmu
dan seni mungkin dapat memahami dengan baik, namun
terorganisir
Manajer yang memimpin dengan pengalaman dan analisis
sejalan
Banyak manajer yang sudah menyeimbangkan ketiga gaya manajerial tersebut (ilmu, seni,
keahlian). Namun seperti sebelumnya, era Big Data tentu saja menuntut untuk memikirkan kembali
mengenai keseimbangan gaya manajemen itu, terlebih faktanya usaha untuk menyeimbangkan ketiga
hal tersebut kurang begitu penting dibandingkan fleksibilitas untuk dapat memilih dan menggunakan
gaya manajemen yang sesuai berdasarkan lingkungan yang ada. Sehingga, dengan menggunakan tiga
kategori peran manajemen yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu interpersonal, informational, dan
decisional, dapat disusun sejumlah gaya manajemen yang dijelaskan pada Tabel 2.4.
Setelah menelaah peran dan gaya menajemen, sekarang kita sudah mengerti tentang apa yang
dilakukan oleh seorang manajer dan bagaimana ia memilih untuk melakukannya. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, seorang manajer harus memiliki kepemimpinan, sedangkan seorang
pemimpin tidak harus seorang manajer. Hal tersebut disebabkan secara umum posisi manajer pada
hirarki perusahaan membawahi atau bertanggung jawab terhadap orang lain, dengan kata lain manajer
memiliki kuasa.
Interpersonal
Infromational
Decisional
Dibuat secara sepihak
Autokratik
Tidak menghargai
Perlu
bawahan dan pendapat memahami
mereka
dasarnya
Pendekatan
konsultatif/paternalisti
Konsultatif/
k kepada bawahan
Paternalistik
(manajer tau yang
terbaik)
Peduli dengan
bawahan dan
Persuasif
berinteraksi dengan
mereka
Demokratik
Komunikasi
Interaksi intensif
secara ektensif Bawahan ambil bagian pada setiap
antara manajer dengan (luas) antara
keputusan yang diambil oleh mayoritas
bawahan
manajer dengan suara
bawahan
Kepemimpin
Kepemimpinan
an Bebas
muncul secara alami
(Laissezdari tim
faire)
Kelebihan/Kekurangan
Komunikasi
Anggota tim membuat keputusan
ekstensif (luas)
dalam tim
Sedikit arahan dari manajer
10
11
12
tabel maupun grafik ke tahap yang lebih inovatif sehingga dapat menuntut insentif yang
tinggi. Seorang CEO pun mengatakan bahwa seharusnya data scientist memiliki peran
otonomi yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan dengan menyertakan berbagai
kriteria penilaian. Syaratnya adalah seorang data scientist harus diberikan kebebasan untuk
bereksperimen dan mengeksplorasi kemungkinan yang bisa timbul dalam segala proses
bisnis.
Tantangan utama bagi seorang manajer adalah mengembangkan budaya yang dimana
segala proses, perilaku dan kewenangan seorang data scientist dapat berjalan tanpa merusak
tatanan perusahaan/organisasi pada waktu yang sama. Hal ini lah yang terkadang menjadi
konstrain yang harus diperhatikan. Apabila kemitraan tersebut berjalan dengan baik maka
tingkat kesuksesan investasi perusahaan menjadi lebih tinggi.
2.2.6 Leadership Imperative
Pada penjelasan sebelumnya diketahui perbedaan antara manajemen dan leadership
serta penjelasanya mengenai manajemen. Berikut ini merupakan pemaparan fungsi
leadership dalam mengelola big data. Semakin berkembangnya aliran informasi, peran big
data semakin tidak bisa diealakan lagi. Sebagian besar big data yang telah masuk ke dalam
berbagai proses bisnis tidak bisa di respon secara baik oleh para eksekutif senior karena
kurangnya keragaman intelektual untuk membuat suatu keputusan. Davenport (2013)
menjelaskan bahwa organisasi harus berevolusi untuk memenuhi realitas baru tersebut.
sehingga tantangan terbesar seorang eksekutif adalah dengan membuat budaya penyelidikan,
bukan advokasi.
Pertama yaitu dengan metode walk to walk. Seorang eksekutif perlu menjadi seorang
yang lebih data literate untuk membuat keputusan berdasarkan data. Kemudian dia perlu
menciptakan suatu lingkungan dimana orang-orang yang ada di bawah lingkungn tersebut
dapat mengambangkan keterampilanya. Contoh dari metode walk to walk ini sudah
diterapkan di Seven-Eleven, sebuah toko kelontong 24 jam di Jepang dimana sang eksekutif
mengajak staffnya untuk mengevaluasi penjualan minggu sebelumnya dan merencanakan
bahaimana cara meningkatkanya pada minggu mendatang pada 16.000 tokonya.
Bagi hal yang lebih penting lagi, seorang eksekutif harus mengakui bahwa pada era big
dta ini bukan hanya tentang menyerahkan keputusan manajerial untuk mendapatkan
algoritma pemecahan masalah, tetapi menentukan bahaimana sebuah data dapat memberikan
informasi, meningkatkan dan menambah pengalaman pengguna. Big Data adalah sebuah
media baru bagaimana seorang manusia dapat berinteraksi dengan teknologi. Namun, apabila
seorang pemimpin hanya bisa terbawa oleh angan-angan big data maka dunia hanya akan
menjadi sebuah literatur semata. Angan-angan tersebut memotivasi seorang eksekutif hanya
untuk mencari uang dan status,sehingga tidak dapat dipungkiri timbul adanya politik
organisasi. Namun apabila seorang eksekutif dapat menghandle semuanya dengan besar
maka big data dapat menjadi fasilitator perubahan sebuah organisasi.
2.3 Kesimpulan
Pada artikel ini dijelaskan konsep gaya (style) manajemen, baik manajemen dan kepemimpinan.
Manajemen dan kepemimpinan adalah susutau yang berbeda. Manajemen berhubungan dengan
otoritas dan struktural perusahaan, namun kepemimpinan membutuhkan sebuah visi untuk
menyatukan dan memberi hidup pada perusahaan. Pada era Big Data manajemen memberi tantangan
13
baru bagi gaya dan peran manajemen. Seorang manajer pada era ini diharuskan nutk melek data
(data literate), yang akan mengarahkan pada mengenai pengalaman (experience) dan keahlian
(expertise), yang akan memengaruhi pengambilan keputusan, serta menjelaskan peran dan
tanggungjawab seorang ilmuan data.
2.4 Review Questions
Apa 5 fungsi manajemen Fayol ?
Merencanakan yang akan dilakukan mendatang,
memprediksi masa yang akan datang
Menyusun struktur, sumberdaya, dan tenaga kerja yang
Organising (Mengelola)
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dan menacapai
tujuan perusahaan
Menyelaraskan semua elemen perusahaan untuk berjalan
Coordinating (Mengkoordinasi)
secara selaras dalam usaha mencapai tujuan perusahaan
Memberikan perintah dan arahan untuk memastikan
Commanding (Memerintah)
aktivitas yang ada berjalan sebagaimana semestinya
Controlling (Mengkontrol)
Memeriksa dan memonitoring praktik di lapangan
Planning (Merencanakan)
Kategori
Figurehead (Simbol)
Deskripsi
Simbolis, berkewajiban untuk melakukan kegiatan rutin yang bersifat sosial
Memotivasi bawahan, bertanggungjawab kepada kepegawaian, pelatihan, dan
Leader (Pemimpin)
Interpersonal
tugas sejenis
Memelihara jaringan yang dengan pihak eksternal dan informan yang
Liaison (Penghubung)
menyediakan informasi
Mencari dan menerima berbagai informasi tertentu (saat ini) untuk
Monitor
mengembangkan pemahaman menyeluruh dari perusahaan dan lingkungan,
sebagai pusat informasi internal dan eksternal perusahaan
Menyebarkan informasi yang diterima dari pihak luar atau bawahan untuk
Informational Disseminator
anggota perusahaan termasuk informasi teraktual, dan beberapa interpretasi
(Penyebar)
dan integrasi dari berbagai posisi berpengaruh di perusahaan
Spokeperson (Juru
Penyebar informasi terkait perushaan dan lingkungan
Bicara)
Entrepreneur
Mencari peluang dan menginisiasi proyek untuk peningkatan perusahaan
Disturbance Handler
Bertanggung jawab atas tindakan korektif ketika perusahaan menghadapi
(Pengendali
gangguan penting yang tidak terduga
Kekacauan/Gangguan)
Decisional
Resource Allocator
(Pengalokasi
Bertanggung jawab untuk mengalokasikan berbagai sumberdaya yang ada
Sumberdaya)
Bertanggung jawab untuk mewakili perusahaan pada perundinganNegosiator
perundingan besar
14
Gaya (style)
Manajemen
Interpersonal
Infromational
Decisional
Dibuat secara sepihak
Autokratik
Tidak menghargai
bawahan dan
pendapat mereka
Konsultatif/Patern
alistik
Pendekatan
konsultatif/paternali Mendorong
stik kepada
adanya umpan
bawahan (manajer balik
tau yang terbaik)
Persuasif
Demokratik
Interaksi intensif
antara manajer
dengan bawahan
Komunikasi
secara ektensif
(luas) antara
manajer dengan
bawahan
Kepemimpinan
Bebas (Laissezfaire)
Kepemimpinan
muncul secara
alami dari tim
Komunikasi
ekstensif (luas)
dalam tim
Perlu memahami
Merefleksikan pendapat dan
dasarnya
kepribadian seorang manajer
Dibuat secara sepihak
Mempertimbangkan kepentingan
bawahan sampai batas tertentu
15
batasan dari ketidakpastian tersebut akan meningkatkan kinerja perusahaan dan tentu saja
akan membuat manajer tersebut memiliki kuasa. Contoh laiinya, seorang manajer dengan
keahlian biasanya akan dicari sebagai sumber saran dan masukan. Seringkali kekuatan atau
kuasa yang bersumber dari keahlian akan lebih besar ketika keahlian tersebut berkaitan
dengan sektor-sektor krusial perusahaan.
4. Status individu dengan pemegang kekuasaan (Prestige Power)
Reputasi seorang individu atau manajer terhadap para pemangku kekuasaan
(stakeholders) dapat menjadi sumber kukuatan/pengaruh. Reputasi yang bagus
memungkinkan seorang manjaer untuk membangun hubungan dengan pihak luar yang
memungkinkan mendapatkan informasi yang berharga bagi perusahaan. Pada situasi
tertentu, reputasi perusahaan dapat bergantung pada wibawa atau nama baik (prestige) dari
manajer perusahaan tersebut.
16
memanfaatkan ilmuan data untuk mengolah pertanyaan krusial yang diajukan oleh manajer tersebut.
Sehingga pengambilan hipotesis dan keputusan akhr tetaplah menjadi hak istimewa manajer tersebut.
2.5.2 Topik Diskusi 2
Which do you believe is easier; for a manager to learn analytical techniques and
research methods, or for a numeric scientist/engineer to learn management? Explain your
reasoning.
Menurut penulis akan lebih mudah seoran gmanajer untuk memperlajari teknik analisis dan
metode penelitian dibandingkan ilmuan atau insinyur eksak untuk mempelajari manajemen. Teknik
analisis dan metode penelitian sudah memiliki patokan yang jelas dalam penerapan dan
penggunaannya, namun manajemen lebih kompleks karena melibatkan manusia sebagai objek utama.
Seorang ilmuan atau insinyur akan lebih susah mempelajari manajemen karena tidak semua praktik
yang ada akan sesuai dengan yang tertulis dibuku atau teori. Seorang ilmuan dan insinyur yang
terbiasa dengan hal-hal pasti (eksak) akan kesulitan untuk menerapkan teknik-teknik manajerial yang
membutuhkan fleksibilitas dan keseimbangan terkait kapan waktu yang tepat untuk menerapkan
peran-peran manajemen yang ada sesuai dengan lingkungan dan kondisi sekitar. Manajemen lebih
mengarah pada seni. Terdapat istilah, pada ilmu eksak 1+1=2, namun pada seni 1+1 tidak harus
menjadi 2.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sriyanto, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu mata kuliah Sistem Informasi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis unutk
mempelajari teori yang menyusun artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
Chen, H. Et al. (2012) . Business Intelligence and Analytics : From Big Data to Big Impact.
MIS Q. 36,4, 1165-1188
Davenport TH. (2013). Keep Up with Your Quants. Harvard Business Rev
91(7/8):120-123.
Davenport TH, Patil DJ. (2012). Data Scientist : The Sexiest Job of 21st Century.
Harvard Business Rev 90(10):70-76.
Drucker, P. (1999). Managing Oneself. Harvard Business Review, March-April
Fayol, H (1949) General and Industrial Management. (trans. C Storrs). London:
Pitman.
Gartner (2013) IT Glossary : Big Data.
Hatter A, Pilarz M. (2010). Weak Analytics Capabilities Hindering Companies and
Governments Decision-Making Abilities. Accentrure Research.
Kaisler, S., et al. (2013). Big Data : Issues and Challenges Moving Forward,
System Sciences (HICSS), 2013 46th Hawaii International Conference on, IEEE
2013, pp.2763-2772
Kotterman, J., (2000). Leadership vs Management : Whats the difference?, Journal
for Quality & Participation, Vol. 29 Issue 2, p.13-17
Lake, P., Drake, R. (2014). Information Systems Management inthe Big Data Era.
Springer, London.
Lamond, David. (1997). Henry vs Henri : Irreconcilable Differences or Just A
Misunderstanding. British Acaemy of Management Conference
Lohr, S. (2012). The Age of Big Data, New York Times
17
[13] Manyika, J., et al. (2001). Big Data : The Next Frontier for innovation, competition,
and productivity.
[14] Mintzberg H. (2011). Managing Financial Times. Prentice Hall, London.
[15] Mintzberg, H. (1973). The Nature of Managerial Work. New York: Harper & Row
18