Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian

ISSN : 2089-2144

ANALISA YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINERAL DAN


BATUBARA JUNCTO PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2014 MENGENAI
PELARANGAN EKSPOR HASIL TAMBANG MINERAL MENTAH
Hudriyah Mundzir, Sri Hudiarini, Galuh Kartiko
Pengajar Pendidikan Pancasila,
Pengajar Pendidikan Kewarganegaraan dan Politeknik Negeri Malang, UPT-MKU
hudrie_mundzir@yahoo.com
hudiarini@yahoo.co.id
galuh_law@yahoo.co.id
ABSTRAK__ Indonesia adalah merupakan salah satu negara di dunia yang mempunyai banyak sumber daya
alam (natural resources). Sumber daya alam ada yang dapat diperbarui dan ada yang tidak dapat diperbarui.
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui diantaranya adalah hasil tambang dan mineral. Pertambangan
adalah merupakan salah satu aspek penggerak perekonomian di Indonesia. Ekspor hasil tambang merupakan
salah satu sumber dari pendapatan negara Indonesia. Salah satunya adalah ekspor bahan tambang mentah atau
yang belum siap pakai. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara yang mewajibakan ekspor bahan tambang yang sudah dimurnikan dan diolah oleh smelter. Jadi
banyak perusahaan tambang yang tidak bisa melakukan ekspor. Dengan adanya pelarangan ekspor tersebut
membawa dampak dalam berbagai aspek. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak dari pelarangan
ekspor bahan tambang mentah dan merumuskan sebuah solusi untuk mengatasi dampak negatif dari pelarangan
ekspor tersebut. Dari kajian dan pengolahan data menghasilkan sebuah solusi, yaitu menggalakkan
pembangunan smelter (pabrik pengolahan dan pemurnian hasil tambang).
Kata kunci__ analisa yuridis, dampak, solusi, Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah merupakan salah satu negara di
dunia yang mempunyai banyak sumber daya alam
(natural resources). Sumber daya alam itu ada
yang dapat diperbaharui (renewable), dan ada juga
yang tidak dapat diperbaharui (renewable). Sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah
seperti emas, tembaga, perak, batubara, intan, nikel,
mangan, dan lain sebagainya. Sedangkan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui adalah seperti
air, tumbuhan dan lain sebagainya (seperti yang
ditulis dalam paper I Nyoman Nurjaya di The
International Seminar in Environmental Law
Development and Reform of Asian Countries,
Canada, and Australia : A Comparative
Perspective pada tanggal 25-27 Februari 2010 di
Malang halaman 1).

meliputi (1) Penelitian, (2) Pengelolaan, dan (3)


Pengusahaan (Salim : 2012 : hal 15).

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui


(unrenewable) adalah merupakan salah satu aset
yang dimiliki oleh Indonesia yang memiliki nilai
komersil bagi pemerintah Indonesia. Untuk
meningkatkan nilai komersil sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable),
pemerintah Indonesia melakukan pertambangan
yang dikonstruksikan sebagai suatu kegiatan.
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi,
studi
kelayakan,
konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang. Jadi kegiatan dalam pertambangan itu

II. TINJAUAN PUSTAKA


Dalam dunia pertambangan, Indonesia memang
dikenal sebagai negara yang kaya dengan
kandungan mineral yang siap diangkat kapan saja.
Sehingga hukum pertambangan merupakan salah
satu bidang kajian hukum yang mengalami
perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan ditetapkannya berbagai
peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pertambangan (Supramono : 2012 : 1).
Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, ada
dua hal yang diatur yaitu bahan tambang mineral
dan batubara. Di dalam undang-undang ini tidak
ditemukan pengertian hukum pertambangan
mineral dan batubara. Untuk memahami pengertian

UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014

Dengan dilakukannya pemurnian di dalam negeri,


diharapkan nilai komersil mineral dan batubara
meningkat. Pengolahan dan pemurnian adalah
kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan
mutu mineral serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh
minera ikutan. Dan proses
pengolahan dan pemurnian itu wajib dilakukan di
dalam negeri.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kebijakankebijakan tentang pelarangan ekspor tersebut, dan
mencoba untuk menemukan solusi dalam
meminimalisir dampak negatif dari pelarangan
ekspor tesebut.

|1

Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian


hukum
pertambangan,
khususnya
hukum
pertambangan mineral dan batubara, maka perlu
dikemukakan pengertian hukum pertambangan
pada umumnya.
Menurut Salim dalam bukunya yang berjudul
Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara istilah
hukum pertambangan berasal dari terjemahan
bahasa Inggris, yaitu mining law, bahasa Belanda
disebut mijnreght, sedangkan dalam bahasa Jerman
disebut dengan bergrecht. Johan Kuyek
mengemukakan pengertian hukum pertambangan.
Minimg law is:
have been set up to protect the interests of the
mining industry and to minimize the conflicts
between mining companies by giving clarity to who
owns what rights to mine. They were never
intended to control mining or its impact on land or
people. We have to look to other laws to protect
these interest
Castrilli mengemukakan pengertian hukum
tambang. Hukum pertambangan adalah:
Also may provide a basis for implementing some
environmentally protective measures in relation to
mining operation at the exploration, development,
reclamation, and rehabilitation stages
Artinya: hukum pertambangan sebagai dasar dalam
pelaksanaan perlindungan lingkungan dalam
kaitannya dengan kegiatan pertambangan, yang
meliputi kegiatan eksplorasi, konstruksi, reklamasi
dan rehabilitasi (Castrilli : 1999 : 45).
Dalam definisi ini, hukum pertambangan merukan
kaidah hukum yang mengatur tentang kegiatan
pertambangan. Tujuannya, yaitu:
1. Melindungi kepentingan masyarakat local;
2. Perlindungan lingkungan hidup;
3. Menjamin keuntungan yang sama besar
antara Negara tuan rumah dengan
investor; dan menjamin
pelaksanaan
kegiatan pertambangan oleh perusahaan
multinasional.
Dalam definisi ini, pertambangan dikonstruksikan
sebagai suatu kegiatan. Kegiatan itu, meliputi (1)
penelitian, (2) pengelolan, dan (3) pengusahaan.
Mineral merupakan senyawa anorganik yang
terbentukdi alam. Yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu serta susunan Kristal teratur atau
gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam
bentuk lepas atau padu (Pasal 1 angka 2 UndangUndang Nomor 4 Tahun 2009).
Karakteristik Hukum Pertambangan Mineral
Dan Batubara
Karakteristik hukum pertambangan mineral dan
batubara merupakan kaidah hukum yang bersifat
khusus. Dikatakan khusus, oleh karena objeknya
khusus dan sifat hubungan para pihak bersifat
administrative. Pertambangan mineral adalah
UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014

ISSN : 2089-2144

pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih


atau batuan. Bijih adalah sekumpulan mineral
yang dari padanya dapat dihasilkan satu atau lebih
logam secara ekonomis sesuai dengan keadaan
teknologi dan lingkungan pada saat itu.
Pertambangan batubara adalah pertambangan
endapan karbon yang terdapat di dalam bumi,
termasuk bitumen padat, gambut dan batuan aspal.
Asas-Asas Hukum Pertambangan Mineral Dan
Batubara
Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara telah ditentukan asas-asas hukum
pertambangan mineral dan batubara. Ada tujuh asas
hukum pertambangan mineral dan batubara.
Ketujuh asas itu, meliputi:
1. Manfaat
2. Keadilan
3. Keseimbangan
4. Keberpihakan kepada kepentingan bangsa
5. Partisipatif
6. Transparansi
7. Akuntabilitas dan
8. Berkelanjutan
dan
berwawasan
lingkungan
III. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
hukum normatif (Soekanto, et.al, 1985 : 15) yaitu
dengan meneliti pada data sekunder bidang hukum
yang ada sebagai data kepustakaan dengan
menggunakan metode berpikir deduktif dan
kriterium kebenaran koheren Sunarjati Hartono
menyatakan
pentingnya
penelitian
hukum
sebagaimana pendapatnya bahwa:
... betapa pentingnya penelitian normatif itu
karena sebagai sarjana hukum, kewajiban dan
keharusan ... ialah menguasai metode penelitian
hukum itu.(Hartono, 1994 : 140)
Analisis Data
Teknik analisis terhadap data yang ada
menggunakan
pendekatan kualitatif, dalam
pendekatan secara kualitatif tidak digunakan
parameter statistik guna menganalisis data yang
ada. Sunarjati Hartono mengemukakan mengenai
cara-cara menganalisis terhadap data yang
dikumpulkan dilakukan dengan cara-cara atau
analisis atau penafsiran (interpretasi) hukum yang
dikenal, seperti penafsiran otentik, penafsiran
menurus tata bahasa (gramatikal),
penafsiran
berdasarkan
sejarah
perundang-undangan,
penafsiran sistematis, penafsiran sosiologi,
penafsiran teleologis, penafsiran fungsional,
ataupun penafsiran futuristik. Cara penafsiran di
atas berguna untuk menemukan suatu asas atau
kaidah hukum (Hartono, 1988 : 152).
|2

Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian


Jadi berdasarkan hal yang telah dikemukakan
dalam bagian ini maka penulis dalam penelitian ini
menggunakan metode pendekatan konseptual
(conceptual appcroach) dengan mendasarkan
penelitian terutama pada data skunder, sedangkan
data primer yang dikumpulkan hanya digunakan
sebagai data pendukung saja. Teknik pengumpulan
data adalah dengan studi kepustakaan, sedangkan
studi lapangan hanya bersifat sebagai penunjang.
Sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah
teknik analisis data kualitatif.

IV. PEMBAHASAN
Data Penelitian
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari
sampel perusahaan sub kon yang berada di
Banjarbaru dan Kendari. Perusahaan yang berada
di Banjarbaru adalah PT Solid Persada Indonesia
yang berlokasi di Banjarbaru Selatan. Perusahaan
yang berada di Kendari PT Bumi Konawe Minerina
yang berlokasi di Mandonga Kendari Sulawesi
Tenggara. Kedua PT tersebut mengalami dampak
yang
sangat
signifikan
dengan
adanya
pemberlakuan secara efektif Undang-Undang
Nomor 4 tahun 2009.
Pembahasan.
Dampak dari segi Ekonomi
Selama ini dunia ekspor bahan tambang dan
mineral mentah adalah salah satu kegiatan
perekonomian yang mampu menggerakkan aspek
perekonomian Indonesia. Namun di satu sisi,
ekspor bahan tambang mentah merupakan wujud
dari pemakluman dari pemerintah terhadap
Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009. Karena
berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009
perusahaan tambang
di
Indonesia
harus
mengekspor bahan tambang dan mineral yang
sudah jadi dan bukan mentah. Bahan tambang dan
mineral mentah itu harus diolah dulu pada smelter,
sehingga menjadi siap pakai. Sedangkan pada
kenyataannya hampir semua perusahaan tambang
di Indonesia belum mempunyai smelter. Dengan
adanya pengeksporan ini mengakibatkan harga
bahan tambang dan mineral seperti batubara, nikel,
bauksit, tembaga dan lain-lain tidak terlalu tinggi.
Harga bijih besi hanya dihargai US$ 50 per ton.
Namun jika diolah menjadi spone iron atau pig iron
(jadi) menjadi US$ 420 per ton. Bahkan bijih besi
yng diolah menjadi slab atau bilet harganya
menjadi US$ 790 per ton (sumber :
http://www.satyayudha.com/185-perusahaanajukan-izin-bangun-smelter/,
diunduh
21
September 2014).

UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014

ISSN : 2089-2144

Di dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009


pemerintah meminta perusahaan tambang yang
beroperasi di Indonesia harus melakukan Dengan
adanya pemberlakuan secara efektif UndangUndang Nomor 4 tahun 2009 pada tanggal 12
Januari 2014, yang melarang pengeksporan bahan
tambang mentah atau ore, mengakibatkan negaranegara lain melakukan tindakan-tindakan preventif.
Seperti yang dimuat dalam detikfinance, kondisi
pelarangan ekspor bahan tambang mentah atau
yang belum diolah membawa dampak bagi negaranegara pengimpor hasil tambang dari Indonesia
seperti China. Negara-negara tahu Indonesia akan
menghentikan ekspor mineral atau tambang
mentahnya mulai 12 Januari 2014. Sehingga gencar
menimbun tambang mentah dari Indonesia. Salah
satu tindakan yang dilakukan China, adalah
menimbun nikel dari Indonesia sebelum ketentuan
larangan ekspor diberlakukan tahun depan. "Saat
ini China sudah keburu simpan nikel Indonesia
cukup untuk 7 bulan lamanya. Karena mereka tahu
kita akan setop ekspor, mereka tingkatkan
permintaan. Tapikan 7 bulan itu akan habis,
setelahnya tidak adalagi," ungkap Wakil Menteri
ESDM Susilo Siswoutomo ditemui di Kantor
Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (6/12/2013).
Susilo mengakui, penghentian ekspor mineral dan
tambang mentah akan membuat harga mineral hasil
olahan di dalam negeri menjadi lebih tinggi saat
diekspor, ketimbang ekspor tambang mentah.
Dampak Sosial
Dengan adanya pelarangan ekspor tersebut
mengakibatkan penghentian ekspor bijih nikel
(nikel adalah merupakan salah satu mineral). Hal
ini memicu guncangan terbesar dalam industri nikel
global selama lebih dari lima tahun terakhir,
terutama bagi pabrik-pabrik baja stainless yang
membuat semua barang mulai dari peralatan dapur
hingga mobil dan bangunan sebagai pihak yang
akan paling keras terkena dampak kebijakan
Indonesia. Hal ini dialami oleh PT Bumi Konawe
Minerina (PT BKM) yang merasakan langsung
dampak dari pelarangan ekspor tersebut. PT BKM
dalam sekali pengeksporan menerima pembayaran
dari konsumen (negara lain) 3juta USD ( Rp 30
miliar). Sejak adanya pelarangan tersebut otomatis
PT BKM tidak mendapatkan pemasukan. Sehingga
secara bertahap PT BKM melakukan PHK terhadap
para pegawainya, mulai pegawai tetap sampai
dengan pegawai kontrak.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan pelarangan
ekspor bahan tambang mentah atau ore melakukan
tindakan
pelunakan.
dalam
pelaksanaanya
pemerintah memperlunak kebijakan dengan
memperbolehkan ekspor tembaga, bijihbesi, timbal
dan
seng
yang
terkonsentrasi,
memberi
penangguhan bagi raksasa tambang Amerika
|3

Prosiding Pro poltek Diseminasi Hasil Penelitian


Freeport-McMoRan Copper & Gold serta
Newmont
Mining
Corp,
yang
keduanyamemproduksi 97 persen tembaga
Indonesia. Dan keringanan itu tidak ditawarkan
kepada industri bauksit dan nikel, sehingga
membawa dampak negatif bagi masa depan
perusahaan tambang nikel milik pemerintah PT
Aneka Tambang (Antam) serta ratusan penambang
kecil lainnya.
Dengan
adanya
pelarangan
tersebut,
mengakibatkan efek domino dalam dunia
pertambangan dan dunia bisnis yang berkaitan
dengan kegiatan pertambangan. Banyak perusahaan
tambang yang terpaksa melakukan pemutusan
hubungan kerja secara besar-besaran terhadap
pegawainya, seperti operator dan tenaga kontrak
lainnya. Perusahaan-perusahaan yang terkait
dengan dunia pertambangan seperti perusahaan
persewaan mobil, persewaan alat berat, persewaan
kapal dan lain sebagainya juga menerima
dampaknya. Banyak mobil-mobil sewaan yang
dikembalikan. Dan di daerah pertambangan seperti
di Sulawesi Tenggara menimbulkan dampak sosial
yang cukup signifikan, munculnya aksi-aksi
penolakan terhadap kebijakan tersebut.
Solusi Untuk Mengatasi Dampak Negatif Dari
Pelarangan Ekspor Bahan Tambang Mentah
1. Membangun pabrik pengolahan dan pemurnian
hasil tambang (smelter)
2. Perusahaan tambang yang tidak mampu
membangun smelter, bisa melakukan kerjasama
dengan perusahaan tambang lainnya untuk
membuat konsorsium smelter.
V. SIMPULAN Dan IMPLIKASI
Simpulan
Dengan adanya pelarangan ekspor bahan tambang
mentah ada dampak positif dan negatif. Dampak
positifnya adalah meningkatnya nilai komersil dari
bahan tambang tersebut. Disatu sisi menimbulkan
dampak negatif yaitu adanya gejolak ekonomi yang
besar, seperti banyak perusahaan tambang yang tidak
beroperasi, PHK masal, dan lain sebagainya.

UPT. P2M Politeknik Negeri Malang, Oktober 2014

ISSN : 2089-2144

Implikasi
Perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut
untuk merumuskan solusi yang menguntungkan
semua pihak yang terkait. Dalam hal ini negara,
perusahaan tambang, pekerja tambang dan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Gatot Supramono. Hukum Pertambangan Mineral
dan Batubara di Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta, 2012.
Henry Campbell Black. Blacks Law Dictionary
Sixth Ed.. St. Paul Minn: West Publishing
Co. 1990.
Ismail Saleh. Hukum dan Ekonomi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1990
Salim HS. Hukum Pertambangan Mineral dan
Batubara. Jakarta : Sinar Grafika, 2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta:
Balai Pustaka, 1994.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1994
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta:
Kencana, 2005.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. Penelitian
Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali, 1985.
http://www.satyayudha.com/185-perusahaan-ajukanizin-bangun-smelter/, diunduh 21 September
2014
http://www.satyayudha.com/185-perusahaan-ajukanizin-bangun-smelter/, diunduh tanggal 21
September 2014

|4

Anda mungkin juga menyukai