REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
JULI 2015
Oleh:
MUSFIRAH HATTA
ST. HUZAIFAH
PEMBIMBING :
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri punggung terutama punggung bawah, merupakan masalah yang sangat sering dijumpai
pada populasi orang dewasa. Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Hampir
70-80 % penduduk negara maju pernah mengalaminya. Di Amerika Serikat prevalensinya dalam
satu tahun berkisar antara 15%-20% sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke
dokter adalah 14,3%. Di Inggris dilaporkan prevalensi nyeri punggung bawah pada populasi
lebih kurang 16.500.000 pertahun, dan yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih kurang
antara 3-7 juta orang. Sementara di Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai nyeri
punggung bawah belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65
tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada
perempuan 13,6%. Berbagai penyebab nyeri punggung antara lain adalah arthritis tulang
belakang, penyakit herniasi diskus antarvertebra, dan berbagai masalah jaringan lunak yang
timbul akibat keseleo, ketegangan, dan trauma lain. Salah satu penyebab paling sering nyeri
punggung pada orang dewasa adalah herniasi nukleus pulposus. Sekitar 40% pasien nyeri
punggung bawah disebabkan oleh herniasi diskus. Hernia nukleus pulposus penting sekali untuk
diketahui karena merupakan salah satu dari penyebab nyeri punggung bawah akibat proses
degenarasi. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh
dari nukleus pulposus mengalami penonjolan kedalam kanalis spinalis. Di daerah lumbal
penonjolan dapat terjadi ke arah posterolateral atau posterosentral. Prevalensi HNP berkisar
antara 1-2 % dari populasi. Perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah seimbang, yaitu 1 :
1. Usia yang paling sering terkena adalah usia 30-50 tahun. HNP yang paling sering terjadi ialah
HNP lumbalis berkisar (90%) yang mengenai diskus intervertebralis L5 S1 dan L4 L5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang
menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae
antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).Discus intervertebralis
terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus
fibrosus; dimana nukleus pulposus di bagian tengah dan annulus fibrosus mengelilinginya,
kemudian diskus dipisahkan dari tulang di atas dan di bawah oleh dua lempeng tulang rawan
hialin.
Nukleus pulposus adalah bagian sentral semigelatinosa diskus; struktur ini mengandung
berkas-berkas serat kolagenosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi
sebagai peredam-kejut (shock absorber) antara korpus vertebra yang berdekatan dan juga
berperan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan kapiler.
Annulus fibrosus terdiri dari cincin-cincin fibrosa konsentrik, yang mengelilingi nukleus
pulposus. Fungsi annulus fibrosus adalah agar dapat terjadi gerakan antara korpus-korpus
vertebra, menahan nukleus pulposus, dan sebagai peredamm-kejut. Dengan demikian, annulus
fibrosus berfungsi sebagai suatu pegas kumparan, menarik korpus vertebra agar menyatu
melawan resistensi elastic nukleus pulposus, sedangkan nukleus pulposus berfungsi sebagai
bantalan peluru antara dua korpus vertebra. Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang
columna vertebralis. Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal. Seiring dengan
bertambahnya usia, kandungan air diskus berkurang, dan diskus menjadi lebih tipis.
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. Adapun bangunan yang merupakan bagian peka nyeri adalah:
a) Lig. Longitudinale anterior
b) Lig. Longitudinale posterior
c) Corpus vertebra dan periosteumnya
d) Articulatio zygoapophyseal
e) Lig. Supraspinosum
f) Fasia dan otot
Fungsi columna vertebralis yaitu: (1) Menyangga berat kepala dan batang tubuh, (2)
Melindungi medulla spinalis, (3) Memungkinkan keluarnya nervus spinalis dari canalis
vertebralis, (4) Tempat untuk perlekatan otot otot dan (5) Memungkinkan pergerakan kepala
dan batang tubuh.
B. Definisi Hernia Nukleus Pulposus
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.
C. Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :
i.
ii.
iii.
iv.
memiliki
kecenderungan
untuk
3. Ekstrusi diskus yaitu penonjolan lokal yang semakin meluas namun diskus
intervertebralis masih intak. Pada tahap ekstrusi, gel-like nucleus pulposus memecahkan
dinding lemah dari annulus fibrosus tetapi masih didalam diskus.
4. Sekuestrasi diskus yaitu disebabkan oleh fragment dari diskus yang rusak karena adanya
nukleus pulposus yang menonjol. Pada fase yang terakhir ini, nukleus pulposus
memecahkan annulus fibrosus bahkan keluar dari diskus ke kanalis spinalis.
E. Gejala Klinis
Gejala dan tanda-tanda yang timbul pada HNP sesuai dengan radiks saraf mana yang
terkena.
Lokasi
L2-L3
L3-L4
Nyeri
Medial paha
Lateral paha
Atrofi
Tidak
Refleks
Refleks
femoris
bermakna
tendon lutut
Tidak
menurun
Refleks
bermakna
tendon lutut
M.
paha
kuadriseps Lateral
femoris
L4-L5
paha
Tungkai
Tidak
menurun
Biasanya
sakroiliaka
menyebabkan
lateral,
bermakna
tidak
panggul,
kaki
lunglai bagian
bermakna;
distal
refleks lutut
medial kaki
kaki,di
dan tendon
kesulitan
jari
achilles
menurun
pertama dan
kedua
Pertengaha
sakroiliaka,
menyebabkan
n betis dan s
tendon
bagian
melemahnya
aspek
achilles
posterior
fleksi
seluruh
tungkai
dan
sampai
ke hamstring
otot jari
kaki
keempat
Gastrocnemiu
Refleks
hilang
tumit, aspek
dan kelima
lateral kaki
Gambar 5.
Peta
Dermatom
Biasanya
pasien
mengeluhkan nyeri yang terasa sepanjang tungkai, hal ini dinamakan ischialgia. Ditinjau dari arti
katanya, maka ischialgia ialah nyeri yang terasa sepanjang n. Ischiadicus. Berkas saraf tersebut
merupakan berkas saraf sensorik dan motorik yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan
menuju ke foramen infrapirimorte dan keluar pada permukaan belakang tungkai di pertengahan
lipatan pantat. Pada apeks spasium poplitea ia bercabang dua dan jauh lebih ke distal akan
berlanjut menjadi n. Peroneus komunis dan n. Tibialis. Oleh karena itu, iskialgia didefinisikan
sebagai nyeri yang terasa sepanjang n. Iskiadikus dan lanjutannya sepanjang tungkai.
Iskialgia yang timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal dari
radiks posterior L.4 sampai dengan S.3. Nyeri iskialgia dirasakan seperti ditusuk jarum, atau
nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki
tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, dan akan ringan bila menekuk
punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :
1.
2.
3.
4.
F. Diagnosa
1. Anamnesa
Anamnesis pada pasien HNP sesuai dengan gejala yang dikeluhkan pasien, seperti nyeri
yang bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai bawah lutut,
kesemutan atau rasa tebal. Pada kasus berat, pasien biasa mengeluhkan kelemahan otot.
Jika mengenai konus atau kauda equine, pasien akan mengeluhkan gangguan buang air
kecil, buang air besar dan fungsi seksual.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis dapat dilakukan range of motion (ROM) untuk mengetahui
adanya gangguan pada lumbal dan cervical. Adapun pemeriksaan neurolgis:
a. Tes Laseque.
Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90. Hampir
selalu positif pada derajat kurang dari 70 derajat.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3. Pemeriksaan penunjang
Radiologi, untuk mencari kemungkinan adanya pergeseran atau struktur ruas tulang
belakang yang tidak normal.
1)
2)
CT Scan
3)
MRI
Gambar 7. HNP L4-L5 dan L5-S1 dengan spondilolistesis berat pada L5-S1
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding suatu HNP biasanya didasarkan pada keluhan nyeri yang timbul, antara
lain yaitu :
1. Stain lumbal
Pada keadaan ini nyeri timbul pada saat pasien berdiri dan gerakan memutar. Sedangkan
pada HNP nyerinya muncul pada saraf dimana terjadi peningkatan tekanan intradiskal
misalnya duduk atau membunguk.
2. Tumor
Biasanya nyeri pada waktu malam hari dan posisi berbaring. Nyeri lebih hebat karena pada
posisi berbaring tekanan vena meningkat di daerah pelvis.
3.
Rematik
Biasanya nyeri dirasakan lebih berat pada pagi hari dan berangsur-angsur berkurang pada
siang dan sore hari.
Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan
utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan
sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus
mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien
dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan
adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi.
Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan memisahkan
aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan kaki,
naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.
5. Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah
terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah
sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal
ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk.
Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.
Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkan alasan yang kuat
yaitu berupa:
a. Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat dilakukan
sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit oleh protrusi nukleus
pulposus.
b. Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi
tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol
dengan general anesthesia. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi
untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan waktu beberapa
minggu. Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang
lebih lama untuk sembuh (recovery).
c. Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan fragmen of
nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke dalam herniasi diskus
untuk
melarutkan
substansi
gelatin
menonjol.
Prosedur
merupakan
salah
satu
alternatif
disectoy
pada
kasus-kasus
tertentu.
yang
ini
Prognosis
Sebagian besar pasien membaik dalam waktu 6 minggu dengan terapi konservatif.
Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi. Sekitlar 10-20%
penderita HNP lumbalis memerlukan tindakan operatif. Pada pasien yang dioperasi, 90% akan
membaik terutama nyeri tungkai. Kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5% dan bisa pada
level diskus yang sama.
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Awad JN. Moskovich R. Lumbar disc herniation
2. Awad JN. Moskovich R. Lumbar disc herniation. Clinical orthopaedic and related
research 2006; p.183-97
3. (Purwanto ET. Hernia nukleus pulposus lumbalis dalam : Meliala L. Suryamiharja A.
Purba JS. Sadeli HA. Editors. Nyeri punggung bawah, Jakarta. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI),2003: p;133-48).
4. (Ramachandran TS. Raghunathan UI. Latorre JGS. Chang JK. Disc herniation. [serial on
line] Jul 20, 2015. [citied march 20, 2010] available
from :http://emedicine.medscape.com/article)
5. (Feske S. Greenberg S. Degenerative and compressive structural disorders in : textbook
of clinical neurology. Second edition. United state of america. Elsevier saunders.2003:
p;583-88).
6.
7. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 87-95. 1999
8. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 182-212.
9. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
10. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid kedua,
cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
11. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
12. Partono
M.
Mengenal
Nyeri
pinggang.
http://mukipartono.com/mengenal-nyeri-
Hernia
Nukleus
Pulposus
(HNP).
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/
[diakses
Desember 2010]
14. Beberapa
Segi
Klinik
dan
Penatalaksanaan
Nyeri
Pinggang
Bawah.
In