Anda di halaman 1dari 4

1.

Anatomi dan Fisiologi Usus


Hampir seluruh proses kimia dan absorpsi terjadi pada usus kecil. Untuk memenuhi

fungsi tersebut, usus kecil harus memiliki luas permukaan yang besar agar dapat mencerna
kimus yang masuk dari lambung. Panjang usus halus pada orang dewasa yang hidup kurang
lebih 2,7-4,5 m karena tonus otot dari usus halus sedangkan pada kadaver didapati panjang
usus halus hingga 4-8 meter. Diameter dari usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
terbagi atas tiga bagian: duodenum, jejunum dan ileum. Panjang duodenum adalah 25 cm
pertama dari usus halus. Dimulai dari sfingter pyloric, lengkungan sekitar pankreas, dan
melewati sampai kesebelah kiri dan berakhir pada ujung lengkungan tajam yang disebut
dengan fleksura duodenojejunal. Nama duodenum atau usus dua belas jari mengacu pada
panjangnya, yaitu hampir sama dengan lebar 12 jari. Dua cm pertama dari bagian duodenum
terletak diintraperitoneal, tapi sisanya terletak diretroperitoneal, bersama dengan pankreas.
Duodenum tersusun melintang dengan tinggi hingga 10mm yang disebut plica circularis,
menyebabkan makanan lebih banyak kontak dengan duodenum, membuat proses
pencampuran, percernaan dan penyerapan nutrisi menyeluruh. Berdekatan dengan pankreas,
dinding duodenum mengkerucut yang disebut papilla mayor duodenum dimana tersambung
dengan saluran empedu dan saluran pankreasyang terbuka ke dalam usus. Papilla ini
menandai batas antara bagian depan dan tengah. Pada sebagian besar orang, terdapat papilla
minor pada bagian proximal yang menerima ductus accessorius. Duodenum menerima dan
mencampur makanan, cairan pankreas, dan cairan empedu. Asam lambung dinetralkan di sini
oleh bikarbonat dalam cairan pankreas, lemak secara fisikrusak (emulsi) oleh empedu, pepsin
tidak aktif oleh kenaikan pH, dan enzim pankreas mengambil alih tugas pencernaan makanan
secara kimiawi.(1)
Jejunum adalah 2,5m berikutnya, atau dengan kata lain, merupakan 40% dari usus
halus. Namanya mengacu pada fakta bahwa ahli anatomi awal biasanya menemukan jejunum
saat kosong. Jejunum dimulai pada kuadran kiri atas perut tapi kebanyakan terletak dalam
wilayah umbilikus. Jejenum berukuran besar, tinggi, dengan lipatan melingkar. Kebanyakan
pencernaan dan penyerapan nutrisi terjadi di sini. Dinding yang relatif tebal dan berotot, serta
memiliki suplai darah yang kaya membuat jejunum relative berwarna merah. Ileum
membentuk 3,6m terakhir, atau 60% dari usus halus. Ileum menempati terutama wilayah
hipogastrik dan bagian rongga panggul. Dibandingkan dengan jejunum, ileum memiliki
dinding yang lebih tipis, kurang berotot, dan kurang pembuluh darah, dan memiliki warna
pink pucat. Akhir dari usus halus adalah ileocecal junction, di mana ileum bergabung dengan
caecum dari usus besar. Muskularis ileum menebal pada saat ini untuk membentuk sfingter,

katup ileocecal yang menjorok kearah caecum dan mengatur bagian dari residu makanan ke
usus besar. Kedua jejunum dan ileum yang terletak pada intra peritoneal ditutupi oleh serosa,
mesenterium yang berlipat menyingkirkan usus halus dari punggung dinding perut.(1)
Lumen usus halus terdapat lipatan-lipatan kecil berukuran tinggi kurang lebih 10 mm
yang dinamakan plica sirkularis. Plica sirkularis merupakan lipatan submukosa dan mukosa
dari lumen usus ke arah lumen sehingga dari luar tidak akan nampak. Plica ini terdapat di
duodenum hingga bagian tengah dari jejunum. Bagian distal dari ileum tidak terdapat plica
sirkularis lagi. Setelah plika sirkularis, terdapat penonjolan dari mukosa yang disebut vili.
Tinggi vilus sekitar 0,5-1 mm. Vili paling banyak terdapat pada duodenum dan semakin halus
dan kecil pada bagian distal usus halus. Vilus terdiri dari dua jenis epitel yaitu epitel
kolumnair yang berfungsi untuk absorpsi dan sel goblet untuk menghasilkan mukus. Mukosa
vili duduk di lamina propia yang banyak terdapat pembuluh dari arteriol venula dan
pembuluh limfe (lakteal). Sebagian besar zat nutrisi diserap oleh pembuluh darah dan lemak
diabsorpsi oleh lakteal. Vilus memiliki kemampuan kontraksi dari otot polosnya untuk
membantu kimus bercampur dan membantu pompa lakteal ke arah pembuluh lakteal yang
lebih besar di submukosa. Setiap vilus terdapat banyak penonjolan epitel yang seperti sikat
bernama brush border. Brush border berfungsi untuk memperluas permukaan dan
mengandung enzim serta protein dari plasma.(1)
Gambar 4. Villi Jejunum
Kontraksi dari usus halus memiliki 3 fungsi yaitu (1) mencampur kimus dengan sekret
dari usus halus, asam empedu dan enzim pankreas, (2) membuat kontak dengan mukosa usus
halus sehingga penyerapan terjadi, (3) memindahkan sisa dari pencernaan ke bagian distal
dari usus hingga keluar melewati anus. Usus halus memiliki 2 lapisan otot polos pada bagian
tunika muskularisnya berupa otot sirkularis dan longitudinal. Kedua akivitas otot ini yang
menimbulkan gerakan atau motilitas dari usus berupa gerakan segmental dan peristaltik.(1)
Gambar 5. Kontraksi otot halus pada usus (a) kontraksi segementasi, kontraksi sirkuler dari
usus untuk mencampur bahan makanan (kimus), (b) kontraksi peristaltik dari usus untuk
mendorong residu menuju ke distal.
Kontraksi segmental berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang
merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi
segmentasi berlangsung 8-12x/menit pada duodenum dan sekirar 7x/menit pada ileum.

Gerakan peristaltic pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan
kecepatan 0,5-2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih cepat daripada bagian distal.
Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3-5
cm.
2.

Patomekanisme Ileus Obstruktif(6)


Obstruksi usus halus secara mekanik membuat distensi usus proksimal yang disebabkan

oleh akumulasi sekresi pencernaan normal dan gas di atas segmen yang mengalami obstruksi.
Awalnya, distensi ini secara fisiologis merangsang peristaltik di atas dan di bawah titik
obstruksi. Peristaltik distal ini yang menyumbangkan gejala frekuensi sering buang air besar
yang terjadi pada obstruksi parsial atau bahkan lengkap pada onset awal. Distensi ini juga
merangsang sekresi fisiologis cairan, elektrolit, dan enzim ke dalam lumen usus. Memang
respon awal ini hanya merupakan respon fisiologis normal saat makan. Namun jika lumen
usus bagian distal tetap tersumbat, akan terjadi peningkatan distensi, dan hubungan umpan
balik positif berkembang antara sekresi, peristaltik, dan distensi. Apabila distensi menjadi
lebih parah, tekanan hidrostatik intraluminal meningkat ke titik di mana kompresi limfatik
vili mukosa usus, membuat obstruksi aliran limfatik yang lebih dari biasanya dan
mengakibatkan lymphedema pada dinding usus. Akumulasi cairan dalam dinding usus dan
kemudian dalam lumen lebih lanjut meningkatkan tekanan hidrostatis intraluminal. Kompresi
akibat dari venula postcapillary akhirnya menghasilkan peningkatan tekanan hidrostatik pada
ujung vena dari kapiler; peningkatan tekanan hidrostatik ini mengganggu pertukaran cairan
kapiler, dan filtrasi cairan, elektrolit, dan protein di kapiler ke dinding usus dan lumen
meningkat secara besar-besaran. Hilangnya cairan ekstraseluler dari ruang intravascular
menghasilkan dehidrasi dan hipovolemia yang dapat menjadi parah. Apabila obstruksi pada
proksimal, dehidrasi bisa disertai dengan hipokloremia, alkalosis metabolik hipokalemia
sekunder yang dikarenakan muntah cairan lambung. Dehidrasi berkepanjangan dapat
mengakibatkan oliguria, azotemia, dan hemokonsentrasi. Akhirnya, hipotensi dan syok
hipovolemik dapat terjadi. Peningkatan distensi abdomen juga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal, yang dapat merusak ventilasi dengan elevasi diafragma
dan selanjutnya dapat mengurangi aliran balik vena dari ekstremitas bawah dengan kompresi
kava, sehingga mengakibatkan efek hipovolemia.
Hipertensi vena dan iskemia kadang-kadang dapat berkembang langsung terhadap
sumbatan arteri dan frankischemia berikutnya di tingkat mikrovaskuler. Namun, hal tersebut
umum untuk distensi loop usus dan mesenterium yang terkait dan mengakibatkan oklusi
arteri makrovaskuler cabang pembuluh darah mesenterika pada akar mesenterium. Iskemia

usus dan nekrosis kemudian berkembang pesat dan, jika tidak diobati dapat menyebabkan
perforasi usus, peritonitis, dan kematian karena sepsis.

Anda mungkin juga menyukai