Anda di halaman 1dari 12

AKHIDAH AKHLAK

BAB II
IDEOLOGI DAN TOKOH ALIRAN-ALIRAN ILMU
KALAM

Di Susun oleh :
Siwi Talinta

(07)

Nurina F.

(08)

Dimaz Syagaf M. (09)

Kelas XI IPA 4

MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KEDIRI


Jl. Letjend Soeprapto No. 58

IDEOLOGI DAN TOKOH ALIRAN ALIRAN ILMU KALAM


A. ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM
Ilmu Kalam lahir setelah Rasulullah Saw. wafat, Kelahirannya berkaitan
erat dengan masalah yang dihadapi umat Islam, yaitu tentang hakikat
iman, status orang yang berdosa besar serta masalah takdir dan
kebebasan.
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa perpecahan di kalangan umat
Islam sampai menjadi 73 golongan, satu dari diantaranya

yang selamat dari siksa api neraka. Disebutnya 73 golongan bukan jumlah
yang sebenarnya, tapi kebiasaan orang Arab untuk menggambarkan
jumlah yang BETAPA BANYAK-nya.
1. ALIRAN SYIAH
Syiah adalah kelompok yang menyanjung Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya secara berlebihan, sehingga kelompok ini meyakini Ali bin
Abi Thalib dan keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi
Muhammad Saw. wafat. Sebagian penulis sejarah Islam mengatakan
Syiah lahir waktu perebutan kekuasaan antara kaum Muhajirin dan kaum
Anshar. Namun pendapat yang paling populer mengatakan bahwa
lahirnya Syiah setelah gagalnya perundingan antara Ali bin Abi Thalib
dengan Muawiyah bin Abi Sufyan di Siffin, yang berakhir dengan tahkim
atau arbitrasi.
Akibat kegagalan perundingan itu pasukan Ali memberontak terhadap
kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali yang kemudian disebut
dengan KAUM KHAWARIJ. Sedangkan sebagian besar pasukan yang tetap
setia dengan kepemimpinan Ali disebut dengan KAUM SYIAH (pengikut
Ali).
Golongan Syiah juga terdiri dari beberapa sekte aliran, yaitu :

Sekte Kaisaniyah
Yang mempercayai Muhammad bin Hanafiah sebagai pemimpin
setelah Husein bin Ali wafat. Nama Kaisaniyah diambil dari nama
seorang bekas budak Ali yang bernama Kaisan.
Sekte Zaidiyah
Mempercayai Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin sebagai
pemimpin setelah wafatnya Husein bin Ali. Dalam sekte ini
seseorang dapat diangkat sebagai imam apabila memenuhi 5 (lima)
kriteria : 1). Keturunan Fatimah binti Muhammad Saw. 2).
Berpengetahuan luas dalam agama. 3). Hidupnya hanya untuk

beribadah. 4). Berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata.


5). Berani
Sekte Imamiyah
Meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw. telah menunjuk Ali bin Abi
Thalib secara jelas dan tegas menjadi pemimpin atau iman sebagai
pengganti beliau. Karena itu golongan ini tidak mengakui keKhalifah-an Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab dan Usman bin
Affan. Sekte ini kemudian juga pecah menjadi beberapa golongan,
pecahan yang terbesar adalah golongan Isna Asyariyah atau Syiah
Dua Belas dan yang terbesar kedua golongan Ismailiyah.

2. ALIRAN KHAWARIJ

Khawarij artinya orang-orang yang keluar dari kelompok Ali bin Abi Thalib.
Golongan ini menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar
rumah dan semata-mata untuk berjuang fi sabilillah. Alasan mendasar
mereka keluar dari kelompok Ali adalah tidak setuju dengan abritasi atau
tahkim yang di tempuh Ali bi Abi thalib dalam menyeleseikan masalah
dengan muawiyah. Meskipun munculnya dari pertikaian politik, namun
dalam perkembangannya golongan ini banyak membicarakan masalah
teologis.
Khawarij berpendapat bahwa penyelesaian masalah Ali dan Muawiyah
dengan sistem arbitrasi atau tahkim bertentangan dengan Surah alMaidah ayat 44 :

Artiny : Barang siapa tidak memutuskan (perkara) dengan apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir.
Berdasarkan ayat ini Ali, Muawiyah dan orang-orang yang menyetujui
tahkim telah menjadi kafir, karena mereka tidak merujuk kepada al-Quran
dalam memutuskan perkara.
Golongan Khawarij ini juga terpecah kepada beberapa Sekte, yaitu :
- al-Muhakkimah
- al-Azariqah
- an-Najdat
- al-Ajaridah
- asy-Syufriyah

- al-Ibadiyah

3. ALIRAN MURJIAH

Disebut Murjiah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan


konflik antara Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan Kaum
Khawarij pada hari perhitungan kelak, karena itu mereka tidak mau
mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang kafir di
antara ketiga kelompok yang bertikai. Dalam perkembangannya aliran ini
juga tidak dapat terlepas dari persoalan teologis yang muncul pada waktu
itu, di mana ketika itu terjadi perdebatan tentang hukum orang berdosa
besar.
Kaum Murjiah berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak bisa
dikatakan kafir selama dia tetap mengakui Allah sebagai Tuhan dan Nabi
Muhammad Saw. sebagai Rasul. Sementara Kaum Khawarij berpendapat
sebaliknya. Kelompok ini juga terpecah menjadi dua golongan, yaitu :

Kaum Moderat
tokoh-tokohnya adalah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,
Abu Hanifah dan Abu Yusuf.
Kaum Ekstrim
terbagi pula kepada beberapa kelompok, di antaranya al-Jahamiyah,
as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-Ubaidiyah, al-Gailaniyah, asSaubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.

4. ALIRAN JABARIYAH

Menurut bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti baik,
memperbaiki, meluruskan dan membelanya, serta menguasai dan
memaksa. Menurut istilah Jabariyah adalah suatu aliran atau paham yang
berpendapat bahwa manusia di dalam perbuatannya serba terpaksa
(majbur).
Dalam al-Mujam al-Wasith, Jabariyyah adalah mazhab yang berpendapat
bahwa segala yang terjadi pada manusia telah ditetapkan/ditakdirkan
sejak zaman azali, manusia hanya menjalankan dan tidak mempunyai hak
memilih. Dalam ungkapan lain, manusia tidak mempunyai kekuasaan dan
kemerdekaan dalam menentukan perbuatan dan kehendak sendiri. Istilah
Jabar dapat diartikan pula menolak adanya pebuatan manusia dan
menyandarkan semua perbuatan kepada allah. Berdasarkan pengertian

ini, maka Jabariyah terdiri dari dua bentuk, Jabariyah murni dan Jabariyah
pertengahan yang moderat, yang mengakui adanya perbuatan dari
manusia.
Kaum Jabariyah diduga lebih dahulu muncul dibandingkan dengan kaum
Qadariyah, karena Jabariyah sudah dapat diketahui secara jelas ketika
Muawiyah Ibn Ali Sofyan (621 H) menulis surat kepada al Mughirah ibn
Syubah (salah seorang sahabat Nabi) tentang doa yang selalu dibaca
Nabi, lalu Syubah menjawab bahwa doa yang selalu dibaca setiap selesai
shalat adalah yang artinya sebagai berikut :
Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya, Ya Allah tidak ada sesuatu
yang dapat menahan apa-apa yang Engkau telah berikan, tidak berguna
kesungguhan semuanya bersumber dariMu (H.R Bukahri)
Dilihat dari segi pendekatan kebahasaan, Jabariyah berarti keterpaksaan,
artinya suatu paham bahwa manusia tidak dapat berikhtiar. Paham
keterpaksaan melaksanakan sesuatu bagi manusia sangat dominan dalam
aliran ini, karena segala perbuatan manusia telah ditentukan semula oleh
Tuhan.
Ada dua tokoh di dalam paham Jabariyah sebagai pencetus dan penyebar
aliran ini, yaitu Jaad Ibn Dirham (wafat 124 H) di Zandaq, dikenal sebagai
pencetus paham Jabariyah. Selanjutnya paham ini disebarluaskan oleh
Jahm ibn Shafwan yang dalam perkembangannya paham Jabariyah
menjadi terkenal dengan nama Jahmiyah.
Jahm Ibn Shafwan pada mulanya dikenal sebagai seorang budak yang
telah di merdekakan dari Khurasan dan bermukim di Kufah (Iraq). Jahm
ibn Shafwan terkenal sebagai seorang yang pintar berbicara sehingga
pendapatnya mudah diterima oleh orang lain. Jahm ibn Shafwan juga
mempunyai hubungan kerja dengan al Harits ibn Suriah yakni sebagai
sekretaris yang menentang kepemimpinan Bani Umayyah di Khurasan.
Perlawanan al Harits dapat dipatahkan, sehingga ia sendiri dijatuhi
hukuman mati pada tahun 128 H/ 745 M. Sementara Jahm diperlakukan
sebagai tawanan yang pada akhirnya juga dibunuh. Pembunuhan pada
dirinya bukan karena motif mengembangkan paham Jabariyah, tetapi
karena keterikatannya dangan pemberontakan melawan pemerintahan
Bani Umayyah bersama dengan al Harits. Pembunuhan Jahm Ibn Shafwan
kurang lebih dua tahun setelah kematian al Harits yakni pada 747 M, yang
pada saat itu pemerintah Bani Umayyah dipimpin oleh Khalifah Marwan
bin Muhammad (744 750 M).
Sebagai aliran, paham Jabariyah bertolak belakang dangan paham
Qadariyah. Menurut Jabariyah, manusia tidak mempunyai kemampuan

untuk mewujudkan perbuatannya, dan tidak memiliki kemampuan untuk


memilih. Segala gerak dan perbuatan yang dilakukan manusia pada
hakikatnya adalah dari Allah semata. Meskipun demikian, manusia tetap
mendapatkan pahala atau siksa karena perbuatan baik atau jahat yang
dilakukannya. Paham bahwa perbuatan yang dilakukan manusia adalah
sebenarnya perbuatan Tuhan tidak menafikan adanya pahala dan siksa.

Para penganut mazhab ini ada yang ekstrim, ada pula yang bersikap
moderat. Jahm bin Shafwan termasuk orang yang ekstrim, sedangkan
yang moderat antara lain adalah Husain bin Najjar, Dhirar bin Amru, dan
Hafaz al Fardi yang mengambil jalan tengah antara Jabariyah dan
Qadariyah. Menurut paham ini manusia tidak hanya bagaikan wayang
yang digerakkan oleh dalang, tapi manusia tidak mempunyai bagian sama
sekali dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Pandangan tersebut
didasarkan pada beberapa ayat dalam al Quran, seperti QS. Al Anfal yang
terjemahnya :
Tidak ada bencana yang menimpa bumi dan diri kamu, kecuali telah
ditentukan di dalam buku sebelum kamu wujud
Jika seseorang menganut paham ini, akan menjadikan ia pasrah, tidak ada
kreatifitas dan semangat untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan
masyarakat, sehingga tetap terbelakang.

5. ALIRAN QADARIYAH
secara etomologi Qadariyah , berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang
bemakna KEMAMPUAN dan KEKUATAN. secara termenologi adalah suatu
aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi
oleh Allah.
Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya
atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan
dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-perbutannya. Harun
Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa
manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada
qadar Tuhan.
Mazhab Qadariyah muncul sekitar tahun 70 H (689 M). Ajaran-ajaran
mazhab ini banyak persamaannya dengan ajaran Mutazilah. Mereka

berpendapat sama tentang, misalnya, manusia mampu mewujudkan


tindakan atau perbuatannya, Tuhan tidak campur tangan dalam perbuatan
manusia itu, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena qada dan
qadar Allah swt.
Tokoh utama Qadariyah ialah Mabad al Juhani dan Ghailan al Dimasyqi,
kedua tokoh inilah yang pertama kali mempersoalkan tentang qadar.
Semasa hidupnya, Mabad al Juhani berguru pada Hasan al Basri,
sebagaimana Washil bin Atha tokoh pendiri Mutazilah, Jadi, Mabad
termasuk tabiin atau generasi kedua sesudah Nabi, sedangkan Ghailan
semula tinggal di Damaskus. Ia seorang ahli pidato sehingga banyak
orang tertarik dengan kata-kata dan pendapatnya. Ayahnya menjadi
maula (pembantu) Usman bin Affan.
Kedua tokoh Qadariyah ini mati terbunuh, Mabad al Juhani terbunuh
dalam pertempuran melawan al Hajjaj tahun 80 H. Ia terlibat dalam dunia
politik dengan mendukung Gubernur Sajistan, Abdurrahman al Asyats,
menentang kekuasaan Bani Umayyah. Sedangkan Ghailan al Dimasyqi
dihukum bunuh pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (105125 H/724-743 M), yaitu khalifah dinasti Umayyah yang ke-sepuluh.
Hukuman bunuh atas Ghailan dilakukan karena ia terus menyebarluaskan
paham Qadariyah yang dinilai membahayakan pemerintah. Ghailan gigih
menyiarkan paham Qadariyah di Damaskus sehingga dapat tekanan dari
Khalifah Umar bin Abdul Azis (717-720 M). Meskipun mendapat tekanan,
Ghailan tetap melakukan aktivitasnya hingga Umar wafat dan diganti oleh
Yazid II (720-724 M).

Ditinjau dari segi politik, keberadaan Qadariyah merupakan tantangan


bagi dinasti Bani Umayyah sebab dengan paham yang diseberluaskannya
dapat membangkitkan pemberontakan. Dengan paham Qadariyah bahwa
manusia mewujudkan perbuatannya dan bertanggung jawab atas
perbuatan itu, maka setiap tindakan dinasti Bani Umayyah yang negatif
akan mendapat reaksi keras dari masyarakat. Berbeda dengan paham
Murjiah yang menguntungkan pemerintah, karena kehadiran Qadariyah
merupakan isyarat penentangan terhadap politik pemerintahan Bani
Umayyah, aliran ini selalu mendapat tekanan dari pemerintah, namun
paham Qadariyah tetap berkembang. Dalam perkembangannya paham ini
tertampung dalam paham Mutazilah.
Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya, ia
melakukan perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik perbuatan itu
adalah perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Dalam paham ini
manusia merdeka dalam segala tingkah lakunya, berdasarkan kemauan

dan daya yang dimiliki. Dialah yang menentukan nasibnya, bukan Tuhan
yang menentukan, pandangan tersebut didasarkan pada beberapa ayat
al Quran, antara lain QS. Al Rad ayat 11 :


Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu
bangsa, sehingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka
Paham ini membuat manusia menjadi kreatif dan dinamis, tidak mudah
putus asa, ingin maju dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

6. ALIRAN MUKTAZILAH

Mutazilah secara etimologis bermakna orang-orang yang memisahkan


diri. Muncul waktu terjadinya pertentangan antara Khawarij dan Murjiah
tentang persoalan orang mukmin yang berdosa besar.
Kelompok ini muncul di kota Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah,
antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul
Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pelopornya adalah
seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang
bernama Washil bin Atha Al-Makhzumi Al-Ghozzal. Ia lahir di kota Madinah
pada tahun 80 H dan wafat pada tahun 131 H.
Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati
posisi antara mukmin dan kafir, tegasnya Tidak mukmin dan Bukan kafir.
Setelah mengeluarkan pendapat ini Wasil pun keluar dari perguruan
Hasan al-Bashri dan membentuk kelompok sendiri, yang kemudian dikenal
dengan KAUM MUKTAZILLAH.
Pada awalnya aliran ini kurang mendapat simpati dari umat Islam dengan
alasan :
- Ajarannya yang bersifat rasional dan filosofis sulit dipahami.
- Ajarannya dinilai tidak sesuai dgn sunnah Rasulullah Saw.dan sahabat.
Pada masa Khalifah al-Makmun dari Daulah Abbasiyah aliran ini baru
memperoleh dukungan

Aliran Muktazillah mempunyai 5 (lima) doktrin yang dikenal dengan alusul al-khamsah, yaitu :

at-Tauhid
Meyakini sepenuhnya hanya Allah Yang Maha Tunggal. Konsep
tauhid menurut mereka adalah PALING MURNI, sehingga mereka
senang disebut dengan Ahlut-Tauhid (pembela tauhid) atau AlMunazihuuna lillah (orang-orang yang mensucikan Allah).
al-Adl
Memahami bahwa Allah wajib berlaku adil dan mustahil berlaku
zalim kepada hamba-Nya, Tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi
manusia. Misalnya : tidak memberi beban terlalu berat,
mengirimkan Nabi dan Rasul serta memberi daya kepada manusia
untuk dapat mewujudkan keinginannya.
al-Wad wa al-Waid (Janji dan Ancaman)
Tuhan wajib menepati janji-Nya untuk menempatkan orang mukmin
dalam sorga dan menempatkan orang kafir serta orang yang
berdosa besar dalam neraka.
al-Manzilah bain al-Manzilatain (antara dua tempat)
Orang Islam yang berdosa besar tidak lagi mukmin dan tidak pula
kafir, tetapi fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, maka dia dalam
nerasa selamanya, tetapi siksanya lebih ringan dari siksa orang
kafir.
Amar maruf nahi munkar
Setiap muslim wajib menegakkan amar maruf nahi munkar. Mereka
pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain, bagi yang
menentang dihukum.

7. ALIRAN ASYARIYAH

Nama aliran ini dinisbahkan kepada pendirinya, Abu Hasan al-Asyari yang
muncul atas reaksi terhadap paham Muktazilah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkan. Setelah keluar dari Muktazilah Abu
Hasan al-Asyari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang berjumlah
tujuh pokok, yaitu :
1. Tentang Sifat Allah
Allah mempunyai sifat, seperti al-alim, al-qudrah, al-hayah, assama dan al-bashar
2. Tentang Kedudukan al-Quran
Quran adalah Firman Allah, bukan makhluk dalam arti baru dan
diciptakan, karenanya Quran adalah Qadim.
3. Tentang Melihat Allah di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat, karena Allah mempunyai wujud.

4. Tentang Perbuatan Manusia


Perbuatan-perbuatan manusia itu diciptakan Allah.
5. Tentang Antropomorfisme
Allah mempunyai mata, muka dan tangan, ini disebutkan dlm surat
al-Qamar ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27, akan tetapi bagaimana
bentuknya tidak dapat diketahui.
6. Tentang Dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin, selama
masih beriman kepada Allah.
7. Tentang Keadilan Allah
Allah pencipta alam semesta, memiliki kehendak mutlak atas
ciptaan-Nya.
Ketujuh pemikiran Asyariyah ini dapat diterima oleh kebanyakan umat
Islam, karena sederhana dan tidak filosofis.

8. ALIRAN MATURIDIYAH

Aliran ini didirikan oleh Muhammad bin Muhammad Abu Masur, dia
dilahirkan di Maturid, sebuah kota di Samarqand (Uzbekistan). Dalam soal
kepercayaan, al-Maturidy mendasarkan pokok pikirannya kepada Imam
Abu Hanifah, banyak ulasan-ulasannya terhadap kitab al-fiqh al-akbar dan
al-fiqh al-Absath yang dikarang oleh Imam Abu Hanifah, sehingga alMaturidy juga banyak meninggalkan karangan dan sebagian besar di
bidang Ilmu Tauhid.

Maturidiyah lebih mendekati paham Muktazilah dan dalam membahas


kalam, Maturidiyah mengemukakan tiga dalil :
a. Dalil perlawanan arad
Alam ini tidak mungkin qadim, karena di dalamnya terdapat
keadaan yang berlawanan, seperti diam dan gerak, baik dan buruk.
Keadaan tersebut baru dan sesuatu yang tidak terlepas dari yang
baru, maka alam ini baru pula.
b. Dalil terbatas dan tidak terbatas
Alam ini terbatas, yang terbatas itu adalah baru. Alam ini baru dan
ada batas dari segi bendanya. Benda bergerak dan waktu yang
selalu bertalian. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c. Dalil kausalitas
Alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki
dirinya jika mengalami kerusakan. Kalau alam ini ada dengan

sendirinya, tentu keadaannya tetap satu, namum alam ini selalu


berubah. Dengan demikian berarti ada penyebab perubahannya.
Maturidy sependapat dengan Imam Abu Hanifah dalam menentukan aliran
Muktazilah dan mengatakan bahwa kekuasaan manusia bisa digunakan
dalam dua hal yang berlawanan, seperti ketaatan, manusia bebas
menggunakan kekuatannya. Manusia dijadikan oleh Tuhan, maka
perbuatannya juga dijadikan oleh Tuhan. Karena itu manusia yang
mengerjakan perbuatan maksiat, diam, bergerak atau pun taat,
sebenarnya mereka sendiri yang mengerjakannya, tetapi dijadikan oleh
Tuhan.
Maturidy sependapat dengan aliran Muktazilah tentang adanya kekuasaan
pada manusia untuk dua hal yang berlawanan, sedangkan aliran
Asyariyah menetapkan adanya dua kekuasaan, untuk ketaatan dan untuk
kedurhakaan. Dengan pandangan ini Maturidy bermaksud menguatkan
sistem yang dipegang oleh aliran Muktazilah, yaitu pemberian taklif dari
Tuhan kepada manusia dengan kesanggupannya.
9. TEOLOGI TRANSFORMATIF
Teologi Transformatif merupakan sejumlah pandangan keyakinan
keagamaan, yang mempengaruhi perilaku kehidupan umat Islam dalam
keseluruhan aspek kehidupan yang bersifat individual mupun kolektif.
dasar-dasar pokok ideology teologi tranformatif adalah :
a. Berorientasi pada rasionalitas dan kemaslahatan, sehingga dapat
member pencerahan kepada setiap orang dalam menjalani
kehidupan.
b. Pemikiran terhadap ajaran islam harus diaktualisasikan dalam
kehidupan nyata termasuk sikap disiplin,etos kerja,motivasi yang
merupakan nilai nilai islam.
c. Setiap individu harus mengelola dirinya dalam semangat kerjasama
dan tolong menolong bukan kompetisi yang tak sehat.
d. Manusia harus mencapai keselamatan dan kebahagiaan melalui
bimbingan tuhan. Untuk mencapai nya harus menyelaraskan iman
dan amal
10. TEOLOGI PEMBEBASAN
Teologi pembebasan adalh paham tentang peranan agama dalam ruang
lingkup lingkungan social atau suatu usaha kontekstualisasi ajaran
ajaran dan nilai nilai keagamaan pada masalah kongkret di sekitarnya.
Konsep Teologi pembebasan (theology of liberation) muncul dari

GustavoGutierrez (uskup gereja di peru) dari konsep teologi Kristen


namun ini di anggap kurang menyentuh persoalan riil masyarakat.
Sementara dalam Islam Teologi pembebasan sebagai bentuk ajaran untuk
peduli kepada orang-orang yang tertindas, seperti orang-orang yang
teraniaya, miskin, yatim, janda, perempuan, dan budak.
Ideology tori pembebasan bermula dari Hermeneutika Al-kitab (injil) yang
di mana Yesus membela orang orang yang lemah. Sementara islam
sejak kemunculannya sudah mengajarkan saling menolong terhadap yang
lemah. Jika kemiskinan terjadi di islam itu adalah kesalahan system atau
ulah para penguasa . sebagai mana di sebutkan dalam (Q.S An-nisa : 75).
Sementara dalam menafsirkan kandungan Al-Quran, umat islam sekarang
selalu dihadapkan pada tiga pernyataan pokok, yaitu :
1. Berkaitan dengan konten teks Al-Quran
2. Berkaitan dengan Konteks teks Al-Quran
3. Berkaitan dengan kontekstualisasi Al-Quran dalam kehidupan
masyarakat
Menafsirkan Al-Quran harus didasar pada keahlian seseorang dalam
memahami ulumul Quran dan ulumul hadis. Islam hadir sebagai pelopor
lahirnya pemikiran-pemikiran, karena islam tidak sempit seperti yg di
pahami orang pada umumnya. Karena islam bersumber dari AL-Quran
dan Al-hadis yang keduanya saling terkait.

Sumber :
http://asno-dharmasraya.blogspot.sg/2011/11/aliran-aliran-dalam-ilmukalam-ilmu.html
http://annisaa-putri.blogspot.sg/2013/09/aliran-ilmu-kalam_8833.html
Buku LKS Akhidah akhlak

Anda mungkin juga menyukai