LP Asma
LP Asma
A. Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena
hiperaktivitas
terhadap
rangsangan
tertentu,
yang
menyebabkan
biasanya ada)
Suara nafas mengi
Takhiardi
Tampak lelah
Sianosis
C. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma brochial belum diketahui penyebabnya. Suatu
hal yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non
imunologi. Adapun rangsangan atau pencetus asma yang sering menimbulkan
asma (Smeltzer, 20012):
a. Faktor Ekstrinsik (alergik): reaksi alergik yang disebabkan oleh allergen atau
yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, dan bulu binatang.
b. Faktor Intrinsik (non alergik): tidak berhubungan dengan allergen, seperti
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan poluan lingkungan yang dapat
mencetuskan serangan.
c. Asma Gabungan: bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karateristik dari bentuk alergik dan non alergik.
D. Patofisiologi
Sedangkan Lewis et al. (2000) dalam Huda dan Kusuma (2016) tidak membagi
pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma
adalah:
1. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas
saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buahbuahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obatobatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas
merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau
bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast
E. Pathway
F. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : (Huda dan Kusuma, 2016)
1. Asma Bronchial
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dari luar, seperti debu, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi.
Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asam bisa
datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, risiko
kematian bisa datang. Gangguan asma bronchial juga bisa muncul karena
adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selapt lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebihan.
2. Asma Kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya berlangsung pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroximal dispneu. Biasanya terjadi pada saat
penderita sedang tidur.
Menurut Global Initiative for Asma (GINA) (2006) dalam Huda dan Kusuma
(2016) penggolongan asma berdasarkan derajatnya, yaitu:
1. Asma Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/rminggu dan serangan singkat
2. Persisten Ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari
3. Persisten Sedang
Gejala terjadi setiap hari
4. Persisten Berat
Gejala terjadi setiap hari dan sering terjadi serangan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan penunjang untuk asma menurut Huda dan Kusuma (2016):
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder selsel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan
leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang
buruk
b. Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat
pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada
seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering
terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas
tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
6
a. Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi searah jarum jam
b. Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c. Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES
atau terjadinya relatif ST depresi.
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik.
1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari Faktor Pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada
pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat
ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada
orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
harus
diberikan
kortikosteroid.
Steroid
dalam
bentuk
aerosol
hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka
yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rl atau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
I. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
b. Chronic persisten bronchitis
c. Bronchitis
d. Pneumonia
e. Emphysema
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut status asmatikus, kondisi ini mengancam hidup
(Smeltzer, 2002).
J. Diagnosa Banding
Diagnosa banding untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun yang datang dengan
batuk atau kesulitan bernafas (Huda dan Kusuma, 2016).
Diagnosis
Pneumonia
4. Kepala terangguk-angguk
5. Pernapasan cuping hidung
6. Tarikan dinding dada bagian
Bronchitis
bawah kedalam
7. Merintih (grunting)
8. Sianosis
1. Episode pertama wheezing pada
anak < 2 tahun
2. Hiperventilasi dinding dada
3. Ekspirasi memanjang
4. Gejala pada pneumonia juga dapat
dijumpai
5. Kurang atau tidak ada respon
Asma
terhadap bronkodilator
1. Riwayat
wheezing
berulang,
bronkodilator
1. Peningkatan
tekanan
vena
jugularis
2. Denyut apeks bergeser ke kiri
3. Irama derap, bising jantung
4. Crakles/ronchi di daerah basal
paru
Pembesaran hati
Sulit makan atau menyusui
Sianosis
Bising jantung
Pembesaran hati
Bila massif, terdapat tanda
Efusi/Empiema
5.
1.
2.
3.
4.
1.
Tuberkulosis (TB)
pasien TB dewasa
2. Uji tuberculin positif (> 10 mm),
aksila,
inguinal
limfe
yang
Pertusis
proksimal
yang
diikuti
Benda asing
tiba-tiba
3. Wheeze atau suara pernapasan
pneumothorax
sisi dada
3. Pergeseran mediastrinum
Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan anak di RS dalam Huda dan Kusuma
(2016).
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
2. Aktivitas
a. Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b. Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
c. Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3. Pernapasan
a. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c. Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
d. Adanya bunyi napas mengi.
e. Adanya batuk berulang.
4. Sirkulas
a. Adanya peningkatan tekanan darah.
b. Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan
atau berkeringat.
5. Integritas ego
a. Ansietas
b. Ketakutan
c. Peka rangsangan
d. Gelisah
6. Asupan nutrisi
a. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b. Penurunan berat badan karena anoreksia.
7. Hubungan sosal
a. Keterbatasan mobilitas fisik.
b. Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c. Adanya ketergantungan pada orang lain.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan : Napas pendek, Wheezing, Retraksi, Takipnea, Batuk kering,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Ronkhi.
Kardiovaskuler : Takikardia
Neurologis : Kelelahan, Ansietas, Sulit tidur.
Muskuloskeletal : Intolerans aktifitas.
Integumen : Sianosis, pucat.
Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan
Kaji status hidrasi : Status membran mukosa, Turgor kulit, output urine.
11
12
C. Analisa Data
Symptom
DS:
1. Klien
Etiologi
Bronkospasme
mengatakan
Problem
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
sesak nafas
2. Klien
mengatakan
nafasnya bunyi ngikngik
3. Klien
mengatakan
susah
mengeluarkan
dahak
DO:
1.
2.
3.
4.
DS:
Klien mengeluh sesak nafas
Ketidakefektifan
pola nafas
DO:
1. RR 30 x/m
2. N: 100 x/m
3. Ekspirasi
diperpanjang
4. wheezing
13
Ketidakseimbangan
DS:
1. Klien mengatakan
pola
14
tidur
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan keletihan otot pernafasan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa tidak nyaman akibat sesak
nafas
15
Tujuan (NOC)
NOC:
Respiratory status: ventilation
Respiratory status: airway
patency
Criteria hasil:
1. Mendemontrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
sianosis dan dispneu
2. Menunjukan jalan nafas
yang paten ( klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasian dan
mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas
Ketidakefektifan pola NOC:
nafas
berhubungan Respiratory status: ventilation
keletihan
otot Respiratory status: airway
patency
pernafasan
Criteria hasil:
1. Mendemontrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak
sianosis dan dispneu
2. Menunjukan jalan nafas
yang paten ( klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
Intervensi (NIC)
Airway management:
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan klien untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi
klien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
4. Lakukan fisioterapi
dada bia perlu
5. Keluarkan
secret
dengan batuk atau
suction
6. Berikan bronkodilator
bila perlu
7. Atur intake cairan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
Airway management:
1. Buka jalan nafas
2. Posisikan klien untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi
klien
perlunya
pemasangan
alat
jalan nafas buatan
4. Lakukan fisioterapi
dada bia perlu
5. Keluarkan
secret
dengan batuk atau
suction
6. Berikan
bronkodilator
bila
perlu
16
Intoleransi
aktivitas Energy conservation
berhubungan dengan Self Care : ADLs
ketidakseimbangan
Kriteria Hasil :
antara
suplai
dan
1. Berpartisipasi dalam
kebutuhan oksigen
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
17
RR
2. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
3.
4.
5.
6.
7.
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor
yang menyebabkan
kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler terhada
p aktivitas
Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang
tepat.
2. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
4. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
18
diinginkan
5. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
6. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
rasa tidak nyaman
akibat sesak nafas
Anxiety reduction
Comfort level
Pain level
Rest: extent and pattern
Sleep: extent and pattern
Criteria hasil:
1. Jumlah jam tidur dalam
batas normal
2. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
3. Perasaan segar setelah
tidur
4. Mampu
Sleep enhancement
1. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
2. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
3. Diskusikan dengan
klien dan keluarga
tentang teknik tidur
pasien
4. Monitor
waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
5. Kolaborasi
19
mengidentifikasi hal-hal
pemberian obat tidur
6.
Catat kebutuhan tidur
yang
meningkatkan
pasien setiap hari
tidur
20
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Huda dan Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta: Mediaction
Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
(Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC
21