Anda di halaman 1dari 6

5 Tren Perubahan Perilaku Konsumen Digital di Indonesia,

Apa yang Baru?


Hasil riset Screenagers++: Multiplied Experiences, Real Time Emotions
(2016) menunjukkan bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia
saat ini mencapai 86 persen, meningkat 9 persen dibanding tahun 2014.
Sementara, jumlah screenagers atau orang yang memiliki smartphone,
tablet, dan komputer atau laptop pada saat bersamaan juga mencapai 34
persen, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 31 persen. Bukan
sekadar angka yang terus bertambah, pertumbuhan tersebut turut
membawa perubahan pada perilaku konsumen digital.
Perubahan tersebut tercermin pada hasil riset yang dijalankan Accenture
terhadap 28.000 responden di 28 negara, termasuk Indonesia. Berikut ini
5 tren perubahan perilaku konsumen digital di Indonesia;
1. Multiplier Effect
Penggunaan perangkat pintar di Indonesia ternyata cenderung lebih tinggi
dari 27 negara lain yang ikut dalam survei ini. Sekitar 99 persen
konsumen tanah air telah menggunakan aplikasi mobile untuk layanan
komunikasi, sementara total negara lain secara global hanya 87 persen.
Dari jumlah tersebut, 75 persen konsumen Indonesia telah memahami
layanan transaksi pembayaran mobile dan 53 persen di antaranya
memanfaatkan layanan kursus online. Hal ini menunjukkan bahwa
teknologi berperan besar dalam kehidupan konsumen digital. Bukan
hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga berbagai kegiatan lain yang
sebelumnya bisa dilakukan tanpa internet seperti nonton film atau main
game, dan mencari informasi.
2.You, Me, and Internet of Things
Hasil riset menunjukkan bahwa 85 persen konsumen digital yang
termasuk dalam early adopter (mereka yang update terhadap produk
teknologi terbaru) ternyata masih kesulitan menggunakan gawai secara
optimal. Gawai yang termasuk dalam riset ini adalah kategori wearable,
seperti smartwatch, perangkat olahraga cerdas, perangkat hiburan di
dalam mobil, dan perangkat keamanan rumah.
3.Lost in Transmission
Bukan konsumen digital namanya kalau mereka tidak menuntut
keterhubungan secara real time dengan dunia melalui koneksi internet
yang mulus dan cepat. Namun, riset ini menunjukkan bahwa 78 persen
konsumen digital di Indonesia juga mementingkan keamanan bertransaksi
finansial dan 60 persen menomorsatukan privasi saat berselancar di dunia
maya.
4. The Way You Make Me Feel
Nama besar sebuah merek saja tak lagi mempan meluluhkan hati
konsumen digital. Misal saja, riset yang menunjukkan bahwa hanya 16
persen konsumen digital yang bersedia membeli gawai terbaru dari merek
terkenal sekalipun. Itu pun kalau harganya tidak melebihi anggaran

belanja mereka yang kurang dari 10 persen. Bukan karena pelit, tetapi
karakter digital native sekarang memang lebih kritis dibanding generasi
sebelumnya. Informasi teknologi telah membuat mereka lebih menyadari
bahwa produk yang baik bukan hanya canggih, tapi juga disertai servis
yang paripurna dan bisa diandalkan.
5. Brand Engagement
Konsumen digital saat ini cukup mudah berpaling ke lain hati. Para
pebisnis mohon jangan sakit hati dulu. Hal itu bukan karena mereka tidak
setia pada merek produk tertentu, melainkan karena mereka kini lebih
fokus pada layanan yang tepat, kesederhanaan dalam penyampaian
pesan, kesesuaian identitas diri, kualitas, privasi, dan produk. Bahkan, 73
persen konsumen digital di Indonesia menyatakan siap berpindah ke
penyedia jasa lain demi mendapatkan layanan yang lebih baik.
Cempaka Fajriningtyas

10 Karakter Unik Konsumen Indonesia


Marketing.co.id- Respon terhadap ulasan tentang 10 karakter unik
konsumen Indonesia sungguh menarik. Konsep yang saya gagas ini dan
kemudian diulas khusus secara tuntas oleh Majalah Marketing dan
mendapatkan respon yang positif walau beragam. Justru, kontradiksi
pendapat yang disampaikan oleh para pembaca ini memberikan nuansa
yang menarik sebagai bahan untuk dikaji lebih mendalam oleh para
praktisi pemasaran di Indonesia.
Memang, tambahan kata unik dari judul tersebut saja sudah memancing
berbagai reaksi. Sebagian besar marketer terlihat setuju dengan proposisi
yang saya kemukakan dan sebagian mengatakan bahwa keunikan dari
karakter ini tidaklah terlalu terlihat. Demikian pula kata 10 karakter juga
mendorong banyak pertanyaan lanjutan. Apakah hanya 10 karakter?
Adakah karakter yang lain? Apakah beberapa karakter tidak saling
berhubungan?
Terlepas dari pro dan kontra, sebagian besar marketer berpendapat
bahwa gagasan ini berguna untuk mempelajari lebih dalam mengenai
sikap, perilaku dan kebiasaan konsumen Indonesia. Sebagian besar
pembaca dan praktisi pemasaran Indonesia juga sependapat bahwa
proposisi
ini
juga
memberikan
aspirasi
bagi
mereka
untuk
menformulasikan strategi yang tepat bagi pengembangan brand mereka
di pasar Indonesia.
Bagi saya, setiap marketer bukan hanya perlu merenungkan apakah
setiap karakter ini sesuai bila diterapkan untuk produk dan brand mereka,
tetapi harus melihatnya dari perspektif yang lebih jauh. Karakter
konsumen yang mencakup sikap dan perilaku, bukanlah sesuatu yang
statis. Mereka juga berkembang dan berubah. Konsumen akan
mempunyai persepsi yang baru, memori yang baru, dan pengalaman
yang baru dalam kehidupan mereka sebagai konsumen.
Bila demikian, maka sangatlah penting bagi marketer untuk menjawab
pertanyaan seperti: apakah 10 karakter konsumen Indonesia ini akan
semakin menguat atau melemah? Dengan kata lain, apakah karakter
tersebut akan semakin terlihat nyata atau semakin bergerak menuju arah
yang berlawanan? Pertanyaan seperti ini kritikal bagi para marketer dalam
menformulasikan strategi ke depan. Bila tren semakin menguat, maka

marketer tentunya harus membuat semua strategi yang sesuai dengan


karakter tersebut. Sebaliknya, bila tren menunjukkan perubahan karakter
yang berlawanan, maka marketer akan memiliki peluang untuk
memenangkan persaingan melalui strategi yang melawan karakter
konsumen saat ini, tetapi sejalan dengan perubahan di masa mendatang.
Bagaimana Anda sendiri memprediksi perubahan setiap karakter? Mari
kita lihat satu per satu dari 10 karakter yang melekat pada sebagian
besar konsumen Indonesia.
Karakter pertama adalah konsumen Indonesia yang cenderung
mempunyai memori yang pendek. Mereka adalah konsumen yang lebih
fokus kepada manfaat produk jangka pendek. Mereka adalah konsumen
yang pembosan dan cepat lupa. Apa tren ke depan? Saya yakin, tren yang
terjadi adalah bahwa karakter ini akan semakin melemah. Dari waktu ke
waktu, konsumen Indonesia akan semakin menggunakan memori jangka
panjangnya. Mereka akan semakin siap untuk menerima suatu produk
yang memberi manfaat jangka panjang. Bila demikian, akan ada
kesempataan bagi produsen yang mengedukasi pelanggan untuk tidak
hanya berpikir jangka pendek tetapi mau menerima setiap manfaat
jangka panjang.
Akan ada kesempatan yang semakin besar bagi asuransi untuk menjual
produk dengan manfaat jangka panjang. Pasar bagi vitamin dan makanan
yang menyehatkan dalam jangka panjang akan semakin mendapatkan
peluangnya. Pertanyaannya, kapan perubahan ini akan terjadi? Inilah
yang akan tetap menjadi pertanyaan yang harus dijawab dari tahun ke
tahun melalui riset customer insight.
Karakter kedua adalah konsumen Indonesia yang cenderung tidak
memiliki perencanaan. Bagaimana trennya? Saya yakin, dalam jangka
panjang, karakter ini akan semakin melemah. Dengan kata lain, karakter
sebaliknya akan semakin terbangun. Konsumen Indonesia akan semakin
lebih banyak menggunakan pola pembelian yang terencana. Jumlah
pembelian secara impulsive akan semakin berkurang. Mereka cenderung
untuk mempunyai skedul yang lebih teratur. Mereka akan terbiasa
melakukan pemesanan terlebih dahulu. Jasa delivery akan semakin
berkembang. Jasa yang membutuhkan pre-booking seperti airline dan
hotel juga akan semakin berkembang.
Karakter
ketiga adalah
konsumen
Indonesia
yang
cenderung
berkelompok dan suka berumpul. Apa tren ke depan? Mudah diduga,
konsumen kita akan semakin memperlihatkan karakter yang berlawanan.
Mereka akan cenderung semakin individualistik. Sejalan dengan tingkat
pendidikan dan kelas sosial yang semakin meningkat, maka konsumen
sudah mulai membatasi kehidupannya yang berkelompok. Mereka lebih
tidak mudah dipengaruhi oleh perilaku kelompok dalam menentukan
produk atau jasa yang akan mereka beli dan gunakan.

Karakter keempat adalah konsumen Indonesia yang tidak adaptif


terhadap teknologi baru. Dalam jangka panjang, karakter ini akan semakin
berlawanan arah. Konsumen Indonesia yang memiliki tingkat pendidikan
yang semakin tinggi, sudah pasti akan semakin adaptif terhadap
teknologi tinggi. Penetrasi teknologi tinggi akan semakin cepat.
Kelompok early adopter akan semakin besar. Tapi, hal ini akan berlaku
untuk generasi yang akan datang. Jadi, paling tidak dibutuhkan 10 tahun
lagi untuk melihat konsumen Indonesia yang adaptif terhadap teknologi
tinggi seperti konsumen di Singapura.
Karakter kelima adalah konsumen Indonesia yang cenderung fokus
kepada konteks dan bukan konten. Ini terjadi karena konsumen kita tidak
mencerna jumlah informasi yang memadai sebelum memutuskan untuk
memilih dan membeli suatu produk. Dalam jangka panjang, karakter ini
akan semakin melemah. Mereka akan mencerna informasi lebih banyak
dan mereka akan menjadi konsumen yang semakin pandai dalam
melakukan evaluasi. Ini terjadi karena konusmen kita cenderung untuk
membaca media cetak lebih banyak.
Karakter keenam adalah konsumen Indonesia yang menyukai produk
luar negeri. Kalau kelima karakter sebelumnya memiliki tren yang
berlawanan atau karakter yang ada semakin melemah, maka untuk
karakter keenam ini, saya yakin, akan semakin kuat di masa mendatang.
Konsumen Indonesia semakin tidak percaya akan kemampuan produk
dalam negeri. Mereka semakin menyukai produk impor atau produk yang
memiliki embel-embel luar negeri. Mereka semakin percaya bahwa produk
luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik. Selain itu, konsumen
Indonesia yang mempunyai rasa nasionalisme yang tipis, juga akan
mendorong karakter keenam ini justru semakin menguat.
Karakter ketujuh adalah konsumen yang semakin memperhatikan
masalah religius. Sama seperti karakter keenam, maka karakter yang
ketujuh ini juga cenderung akan semakin kuat. Pangsa pasar dari produkproduk yang mempunyai nilai-nilai agama akan semakin besar. Konsumen
Indonesia akan semakin sensitif terhadap agama dan kepercayaan yang
mereka anut. Bank syariah akan semakin maju. Produk seperti buku,
musik, makanan, telekomunikasi, dan bahkan media yang membawa
pesan-pesan keagamaan akan semakin mendapatkan kesempatan untuk
berkembang.
Karakter kedelapan adalah konsumen yang suka pamer dan gengsi.
Karakter ini juga akan semakin menguat. Tren ke depan akan semakin
memperlihatkan konsumen Indonesia yang senang mendapat pujian dari
lingkungan sekitarnya untuk masyarakat bawah. Mereka akan
memamerkan produk yang mereka beli di mana sebagian masyarakat
tidak mampu membelinya. Golongan atas akan memperhatikan status
mereka. Mereka tetap akan membeli mobil yang memberi kesan mewah.
Mereka
akan
membeli
produk-produk branded yang
memberikan
perasaan gengsi kepada mereka.

karakter kesembilan, yaitu konsumen Indonesia yang banyak


dipenagruhi olehsubculture? Konsumen Indonesia akan semakin
memperlihatkan persamaan daripada perbedaaan karena suku dan
geografis. Mobilitas akan semakin meningkat sehingga mereka cepat
belajar keragaman di antara konsumen yang lain. Kekuatan produk-produk
nasional yang semakin mengkikis kekuatan produk-produk lokal juga
menjadi penyebab konsumen Indonesia akan cenderung sama untuk
semua daerah dan suku. Globalisasi juga akan mempercepatnya proses
persamaan ini terutama untuk segmen anak muda dan affluent. Mereka
cenderung tidak banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat atau kebiasaaan
daerah mereka dalam memilih dan mengkonsumsi suatu produk dan
layanan.
Karakter kesepuluh, yaitu konsumen Indonesia yang tidak peduli
terhadap lingkungan, akan mengalami tren sebaliknya. Dengan semakin
tingginya tingkat pendidikan dan juga tekanan globalisasi, maka
kosnumen Indonesia akan semakin memerhatikan lingkungan. Walaupun
demikian, saya yakin, prosesnya akan lama. Minimal, dibutuhkan waktu
selama 15 hingga 20 tahun untuk menciptakan konsumen Indonesia yang
mempunyai kesadaran lingkungan seperti negara-negara yang relatif
maju. Mungkin dibutuhkan lebih dari 30 tahun untuk membuat kesadaran
terhadap lingkungan seperti konsumen di Amerika.
Inilah pandangan saya terhadap karakter konsumen Indonesia dan trennya di masa mendatang. Bila tren menunjukkan bahwa karakter yang ada
akan semakin melemah, maka Anda bisa memikirkan strategi yang
melawan karakter yang ada karena segmen dengan karakter sebaliknya
akan bertumbuh. Bila karakter semakin menguat, maka sebaliknya Anda
melakukan semua strategi yang konsisten dengan karakter yang ada.
Pertanyaan yang kritikal adalah seberapa cepat perubahan karakter ini
akan terjadi? Waktu sajalah yang akan membuktikan. Tugas kita sebagai
marketer adalah untuk memprediksi kecepatan karakter konsumen untuk
berubah. Siapkah Anda?
Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Group

Anda mungkin juga menyukai