Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO B BLOK 28

Disusun Oleh:
Kelompok L9
Astary Utami

04111001004

Erniyanti Puspita Sari

04111001026

Rike Lestari

04111001027

Meylinda

04111001028

Rahman Ardiansyah

04111001055

Ferdy Sugianto

04111001062

Azizha Ros Lutfia

04111001063

Ferry Krisnamurti

04111001065

Fatty Maulidira

04111001068

Raisa Putri Secioria

04111001095

Diva Zuniar Ritonga

04111001108

Tri Nisdian Wardiah

04111001109

Moza Guyanto

04111001112

Feddy Febriyanto Manurung

04111001128

Veranika Santiani Fani

04111001136

Indah Aprilia

04111001137
Tutor

: dr. Meirina, Sp.An.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan
karunia-Nya laporan tutorial skenario B blok 28 ini dapat terselesaikan dengan
baik. Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses
belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang
terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota
kelompok 9 tutorial, dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu
dalam menyelesaikan laporan ini. Penyusun menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun
lakukan.

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................1
Kata Pengantar............................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................3
Skenario B Blok 28.....................................................................................4
I.

Klarifikasi Istilah.............................................................................4

II.

Identifikasi Masalah.........................................................................5

III.

Analisis Masalah..............................................................................6

IV.

Hipotesis.........................................................................................24

V.

Topik Pembelajaran........................................................................24

VI.

Kerangka Konsep...........................................................................49

VII.

Kesimpulan.....................................................................................49

Daftar Pustaka..50

Skenario B Blok 28
Dr.Gudman merupakan seorang dokter praktek umum yang bertugas di
sebuah kecamatan yang penduduknya kebanyakan bekerja sebagai petani dan
buruh kerja diperkebunan. Dr.Gudman juga telah melakukan kontrak dengan
BPJS.
Hari ini ia kembali dikunjungi oleh Pak Kasti yang sudah lama menjadi
langganannya. Dulu setiap 1 bulan sekali Pak Kasti datang berobat ke Dokter
Gudman. Kalau bukan karena darah tingginya yang kumat maka penyakit
gastritisnya kambuh. Tapi akhir-akhir ini Pak Kasti makin sering datang dan
penyakitya cenderung lebih berat. Namun Dr.Gudman selalu menerima Pak
Kasti dengan ramah dan meresepkan obat-obatan yang biasa diberikan.
Tapi kali ini Pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep
tersebut. Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering
mengalami sakit kepala. setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya
tersebut sembuh, tapi tidak beberapa lama kemudian sakit kepalanya terasa
kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena
tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagamana
menurut dokter? mendengar itu Dr.gudman menasihatkan kepada Pak Kasti
agar kalau ada waktu membawa istrinya untuk datang berobat.
Sebagai salah satu dokter praktek umum yang telah mendapat pelatihan
tentang prinsip-prinsip dokter keluarga dan dokter layanan primer yang telah
dikontrak oleh BPJS, anda diminta untuk mengevaluasi dan mengkritisi
penatalaksanaan pasien yang telah dilakukan Dr.Gudman dalam menangani
pasien tersebut dengan menerapkan secara lengkap dan benar semua prinsipprinsip kedokteran keluarga dan dokter layanan primer tersebut.
I.

Klarifikasi Istilah
- BPJS

badan penyelenggara

jaminan sosial yang dibentuk pemerintah untuk memberikan


-

jaminan kesehatan untuk masyarakat


Gastritis
=
peradangan lambung
Dokter keluarga
=
dokter yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal, tingkat

pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasiennya,


yang terkat dg keluarga, komunitas, serta lingkunga dimana
pasien tersebut berada (singapore collage of general
practitional, 1987); dokter yang dapt memberikan pelayanan
kesehaan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai inividu
yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga, dan tidak
hana menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
-

penderita atau keluarganya (IDI, 1982)


Dokter Praktek Umum =
tenaga medis yang
diperkenankan untuk melakukan praktik medis tanpa harus
spesifik memiliki spesialisasi tertentu, hal ini memungkinkannya
untuk memeriksa masalah-masalah kesehatan pasien secara

umum untuk segala usia


Dokter Layanan Primer =

Dokter Praktek Umum dengan

kewenanganya yang sebatas pelayanan Kesehatan Tingkat


Primer.
II.

Identifikasi Masalah

1. Dr.Gudman adalah dokter keluarga yag telah melakukan kontrak dengan


BPJS didatangi oleh Pak Kasti yang sebulan sekali datang karena darah tinggi
dan gastritis. Lingkungan Pak Kasti penduduknya kebanyakan bekerja sebagai
petani dan buruh kerja di perkebunan.
2. Akhir-akhir ini Pak Kasti makin sering datang dan penyakit nya cenderung
lebih berat dan Dr.Gudman meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannya.
3. Kali ini Pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep tersebut.
Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering
mengalami sakit kepala. setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya
tersebut sembuh, tapi tidak beberapa lama kemudian sakit kepalanya terasa
kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena
tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagamana

menurut dokter? mendengar itu Dr.gudman menasihatkan kepada Pak Kasti


agar kalau ada waktu membawa istrinya untuk datang berobat.

III.

Analisis Masalah

1. Dr.Gudman adalah dokter keluarga yag telah melakukan kontrak dengan


BPJS didatangi oleh Pak Kasti yang sebulan sekali datang karena darah tinggi
dan gastritis. Lingkungan Pak Kasti penduduknya kebanyakan bekerja sebagai
petani dan buruh kerja diperkebunan.
Bagaimana cara membuat kontrak dokter dengan BPJS ?
Untuk bekerja sama dengan bpjs, fasilitas kesehatan harus memenuhi syarat
fasilitas yaitu pelayanan kesehatan yang promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative, kebidanan, kesehatan darurat medis, pelayanan penujang (lab
sederhana dan farmasi). Selain itu harus melengkapi dokumen untuk klinik
praktek seperti surat izin operasional, SIP dokter dan perawat, SIPA (surat izin
praktek apoteker), NPWP, perjanjian kerjasama dengan jejaring jika
diperlukan, surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan JKN.
Prosedur :
Faskes
Pemberitahu
menga
an
jukan
kesepakatan
kerja
tarif kepada
sama
BPJS dan asosiasi
BPJS
faskes perwakilan
melakuka
provinsi membuat
n
kesepakatan tarif
kredensial
mengacu standar
tarif jaminan
BPJS
BPJS
mengumu
mengelompokk
mkan
an faskes
hasil
berdasarkan
*kredensialing : penilaian kelayakan
kredensial
jenis dan lokasi

Faskes
setuju
dengan tarif
yang
Diskusi kontrak
kerja sama dan
penandatangan
an kontrak
Faskes
melayani
peserta BPJS
kesehatan

Bagaimana peran dokter keluarga dan dokter layanan primer dalam SJSN
dan JKN ?
Peran dokter keluarga dalam JKN adalah memberikan pelayanan kesehatan

dasar untuk memenuhi jaminan kesehatan yang meliputi promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitative sesuai dengan standar profesi.
Apa saja penyakit yang sering terjadi pada petani dan buruh kerja di
perkebunan?
Penyakit yang sering terjadi di perkebunan sering diakibatkan oleh
kecelakaan bahan kimia. Salahsatunya kecelakaan akibat pestisida, terutama
dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat
mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau
muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka,
kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian.
Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan
kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah besifat toksik/racun.
Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya
racun pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya
tidak memperhatikan segi-segi keselamatan. Pestisida sering ditempatkan
sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung,
misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak
mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya
sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga cairan semprot mengenai
tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida digunakan sebagai
tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain,
penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak
melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia
beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa
sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang

menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah
berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling
ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan
kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan
datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan).
Selain itu, diperkebunan kadang terdapat masyarakat yang buang air besar
sembarangan atau karena petani yang menggunakan pupuk tinja dimana
didalam tinja terdapat kontaminasi cacing (larva cacing tambang (necator/
ancylostoma)) yang dapat menginfeksi manusia melalui kulit. Cara penularan :
telur cacing keluar bersama tinja larva rabditiform larva filariform bisa
tembus kulit dan dewasa diusus manusia. Juga yang sering infeksi akibat
pemakaian pupuk tinja untuk perkebunan : kontaminasi tanah Trichuris
trichiura (Trichuriasis)/ cacing cambuk. cara penularan : per oral. Hal diatas
juga dapat disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap pemakaian
proteksi diri.

Apa saja tindakan promotif dan preventif untuk lingkungan seperti ini ?
Beberapa penyakit yang sering menyerang petani di antaranya adalah
leptospirosis (Sahana, 2010), malaria (metro7, 2013), dan lain sebagainya.
Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) merupakan salah satu kelainan kulit
yang sering dijumpai. Petani memiliki insiden tertinggi akan terjadinya
DKAK. Hal ini dikarenakan pekerjaan petani yang berhubungan dengan
banyak zat kimia, maupun wet works (Tombeng dkk, tanpa tahun). Selain itu,
penyakit akibat kerja pada petani atau buruh perkebunan adalah keracunan
pestisida (digilib, tanpa tahun). Selain itu, perlu pula dilakukan survailans
khusus untuk daerah tersebut untuk mengetahui penyakit apa yang terbanyak
pada daerah tersebut. Setelah mengetahui penyakit apa yang menjadi
permasalahan utama pada daerah tersebut, perlu dilakukan usaha promotif
dan preventif mengenai penyakit-penyakit tersebut seperti penyuluhan pada
para petani dan buruh perkebunan. Selain penyuluhan, dapat pula dilakukan

pelatihan-pelatihan khusus untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut.


Diskusi berkelompok juga dapat dilakukan. Selain itu, penggiatan
masyarakat, seperti usaha peningkatan kualitas sanitasi lingkungan dan
higienitas individu, juga sangat berguna dalam usaha preventif terutama
penyakit infeksi.

Bagaimana standar pelayanan minimal konsultasi dokter keluarga ?


Standar Perilaku dalam Praktik (Standards of behaviour in practice),
Standar perilaku terhadap pasien (patient-physicianrelationship standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk
menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan
kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan
guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan
dilaksanakannya.
1) Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai
cara untuk memperoleh pelayanan yang diinginkan.
2) Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga kepada
pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan keluhan dan
keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa yang diperolehnya pada
anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta cukup untuk menumbuhkan partisipasi
pasien dalam melaksanakan penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10
menit untuk setiap pasien.
3) Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai
seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko yang berhubungan dalam hal
pemeriksaan, konsultasi, rujukan, pengobatan, tindakan dan sebagainya
sehingga memungkinkan pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan
dilakukan terhadapnya secarapuas dan terinformasi.

4) Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif berlandaskan rasa saling
percaya.
5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien, hak dan kewajiban
dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.
Bagaimana kompetensi dokter umum dalam menangani kasus hipertensi dan
gastritis ?
Hipertensi primer : 4a
Hipertensi sekunder : 3a
Gastritis : 4a

2. Akhir-akhir ini PaK Kasti makin sering datang dan penyakit nya cenderung
lebih berat dan dr.Gudman meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannya.
Apa yang harus dilakukan dr.Gudman untuk mengatasi masalah Pak Kasti ?
Dokter Gudman sebagai dokter keluarga diharapkan dapat menyelesaikan
masalah kesehatan dengan lebih efektif karena mengetahui penyebab dan
lingkungan dari kelompok yang paling terkecil yaitu keluarga.
Berdasarkan pengertiannya, dokter keluarga tidak hanya berhubungan dengan
pasien ketika pasien datang berobat, namun dokter keluarga diharapkan dapat
meningkatkan taraf kesehatan keluarga. Dalam hal ini, dokter keluarga juga
berperan aktif dalam kegiatan rehabilitatif setelah pasien sembuh.
Dengan memegang prinsip dokter keluarga, ada beberapa faktor yang
1

mungkin menjadi kesalahan pada dr. Gudman :


Prinsip pelayanan yang holistik dan komprehensif
Memandang pasien sebagai suatu keutuhan, sehingga melakukan
pemeriksaan secara keseluruhan, serta mengusahakan semaksimal mungkin
dengan memanfaatkan berbagai fasilitas kerja demi kepentingan pasien.
Dokter gudman selalu meresepkan obat-obatan yang biasa diberikannya
ketika Pak Kasti makin sering datang dan dengan penyakit yang
cenderung lebih berat. Jika benar dr. Gudman menerapkan secara benar
10

prinsip ini, maka beliau tidak akan memberikan resep yang sama pada
keadaan yang lebih berat. Dokter Gudman dapat melakukan pemeriksaan
fisik ulang dan pemeriksaan lainnya secara keseluruhan (tidak fokus pada
darah tinggi dan gastritis saja, bisa jadi Pak Kasti menderita penyakit lain
atau obat yang selama ini dr. Gudman berikan tidak cocok pada Pak Kasti),
sehingga dapat ditemukan alasan mengapa penyakit Pak Kasti cenderung
2

lebih berat.
Pelayanan yang kontinu
Pelayanan tidak terhenti sampai penderita sembuh dari rasa sakitnya saja,
tetapi juga ada suatu pengontrolan terhadap kesehatan pasien.
Setiap satu bulan sekali Pak Kasti datang dengan keluhan yang sama
(berulang). Jika benar dr. Gudman menerapkan secara benar prinsip ini,
maka Pak Kasti tidak akan datang berobat dengan keluhan sama. Dokter
Gudman dapat melakukan kunjungan rumah untuk memastikan keluhan Pak

Kasti sudah hilang.


Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
Koordinasi dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa konsultasi
spesialistis atau pemeriksaan penunjang dalam waktu bersamaan.
Kolaboratif artinya bekerja sama juga dengan berbagai pihak (badan usaha)
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, guna mengefektifkan dan
mengefisienkan pelayanan. Misalnya dengan laboratorium atau dengan
Rumah Sakit.
Pada prinsip ini, dibutuhkan intropeksi diri yang mendalam pada dr. Gudman.
Jika beliau merasa tidak sanggup mengobati Pak Kasti, dr. Gudman dapat
merujuk Pak Kasti ke dokter lain untuk mendapatkan pelayanan yang lebih
baik.
Apa saja kemungkinan penyebab penyakit Pak Kasti menjadi lebih berat ?
Kemungkinan penyebab penyakit Pak Kasti menjadi lebih berat:
1.
2.
3.
4.
5.

Kesalahan terapi akibat diagnsosis yang salah


Ketidakpatuhan Pak Kasti meminum obat
Meminum obat namun dengan cara yang salah
Walaupun minum obat namun gaya hidup masih tidak berubah
Kurangnya edukasi pasien terhadap penyakit yang dialami

11

Apakah kasus Pak Kasti ini perlu dirujuk ?


Tidak perlu, karena kasus ini masih merupakan kompetensi dokter umum
Rujukan pasien dapat dilakukan dalam hal :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan memastikan tidak mampu
memberikan pelayanan yang dibutuhkan pasien berdasarkan hasil pemeriksaan
awal secara fisik atau berdasarkan pemeriksaan penunjang medis
b. Setelah memperoleh pelayanan keperawatan dan pengobatan ternyata pasien
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih mampu

3. Kali ini Pak Kasti tidak langsung pulang sehabis menerima resep tersebut.
Ia menanyakan kepada dokter tentang istrinya yang sejak lama sering
mengalami sakit kepala. setiap kali minum obat sakit kepala penyakitnya
tersebut sembuh, tapi tidak beberapa lama kemudian sakit kepalanya terasa
kembali. Sekarang ia juga sering merasa sakit diperut seperti saya. Tapi karena
tidak separah yang saya alami ia tidak mau diajak berobat kesini. Bagamana
menurut dokter? mendengar itu Dr.gudman menasihatkan kepada Pak Kasti
agar kalau ada waktu membawa istrinya untuk datang berobat.
Apa yang harus dilakukan dr.Gudman untuk mengatasi masalah istri Pak
Kasti ?
Batasan batasan yang haru dilakukan sebagai dokter keluarga
1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender,
ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter
yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam
lingkupkomunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya,
dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk

12

menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan


memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien.
Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang
komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991).
2. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yangsakit tetapi sebagai bagian dari
unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif
mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).
3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan
kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang
terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebetulan berhadapan dengan
suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta
bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai (The American Board of
Family Practice,1969).
4. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak
pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan,
menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan
kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran
serta merujuk pasien ke tempat pelayanan lain yang tersedia, sementara
tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab
untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan, serta
bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung
jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai dengan
keadaan lingkungan pasien, yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding
serta masyarakat (TheAmerican Academic of General Practice, 1947).
5. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
personal, tingkat pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada
pasiennya yang terkait dengan keluarga, komunitas serta lingkungan di

13

mana pasien tersebut berada (Singapore College of General Practitioners,


1987).
TUGAS DOKTER KELUARGA
1.

Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyeluruh, dan

bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,


2.
Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3.
Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat
sehat dan sakit,
4.
Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
5.
Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan,pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
6.
Menangani penyakit akut dan kronik,
7.
Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS,
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis
atau dirawat di RS,
9.
Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum
dan ilmukedokteran keluarga secara khusus.
berdasarkan batas batas dan tugas yang menjadi kewajiban dokter keluarga
seperti pernyataan diatas terlihat bahwa ada beberapa hal yang tidak
dilaksanakan dengan baik oleh dr Gudman sebagai dokter keluarga. sebagai
langkah pertama sebagai dokter keluaraga seharusnya secara aktif memberikan
pelayanan kedokteran kepada pasien pada saat sehat dan sakit, termasuk
didalamnya upaya preventeif dan promotif yang seharusnya dari awal
dilakukan serta melakukan pembinanaan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,pencegahan penyakit,
pengobatan dan rehabilitasi. sebagai seorang dokter keluarga yang
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik
berat kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti
secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.

14

nah dalam kasus ini seharusnya sebagai seorang dokter keluarga yang
mengetahui tugasnya seharusnya dokter Gudman tidak hanya melihat bapak
kasti sebagai individu yang sakit tetapi melihat secara lebih holistik dengan
mengetahui kondisi keluarganya dan lingkungan sekitarnya dengan cara
bersikap aktif dengan langsung meninjau kekeluarga pasien (keluarga pak
kasti) untuk mengetahui akar permasalahannya. dengan keterangan dari pak
kasti bahwa istrinya sering sakit kepala tetapi tidak mau berobat seharusnya
sebagai dokter kita mengambil langkah cepat untuk segera melakukan
pelayanan aktif dengan mengunjungi keluarga pak kasti. Tidak hanya sampai
disitu dr gudman juga harus menyadari berarti perlu ada edukasi mengenai
layanan kesehatan kepada masyarakat setempat untuk mengubah paradigma
mereka mengenai keadaan sakit dan sehat, karena dalam keadaan sehat pun
merupakan tugas seorang dokter keluarga untuk memberikan pelayanan
promotif dan preventif.
Pada keadaan seperti apa dokter keluarga melakukan kunjungan rumah ?
Banyak alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu dilakukan melalui
kunjungan dan ataupun perawatan di rumah tersebut. Dua di antaranya yang
dipandang
mempunyai peranan yang amat penting, yakni :
a.Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke
tempat praktek Alasan pertama perlunya dilakukan pertolongan kedokteran
melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah adalah karena keadaan
kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang berobat ke tempat praktek,
atau kalau tetap dipaksakan, akan lebih memperberat keadaan pasien. Keadaan
yang tidak memungkinkan tersebut banyak macamnya. Secara umum dapat
dibedakan atas tiga macam, yakni :
1)Karena menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan pasien untuk
dibawa ke tempat praktek, atau kalau dibawa dan kebetulan menderita penyakit
menular, dapat membahayakan orang lain.

15

2)Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila dialami oleh orang yang
telah lanjut usia
3)Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah tidak ada harapan
untuk hidup lagi. b.Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit
Alasan kedua perlunya dilakukan pertolongan kedokteran melalui kunjungan
dan atau perawatan di rumah adalah untuk menindaklanjuti pelayanan rawat
inap bagi pasien yang baru saja keluar dari
rumah sakit. Dokter keluarga yang baik seyogyanya dapat melakukan
pelayanan tidak lanjut ini, sedemikian rupa sehingga keadaan kesehatan pasien
kembali pada keadaan semula serta dapat melakukan kegiatan rutin sehari hari.
Pada akhir - akhir ini, pelayanan tindak lanjut rawat inap melalui kunjungan
dan atau perawatan di rumah, tampak makin bertambah penting. Penyebab
utamanya adalah karena mahalnya biaya perawatan di rumah sakit, sehingga
pasien karena kesulitan biaya, meskipun belum sembuh sempurna telah minta
untuk segera dipulangkan.
Jelaskan interpretasi Dr.gudman menasihatkan kepada Pak Kasti agar kalau
ada waktu membawa istrinya untuk datang berobat?
Sebagai seorang dokter keluarga seharusnya dr.Gudman melihat pasiennya
tidak hanya sebagai seorang individu tetapi juga melihatnya sebagai bagian
dari suatu keluarga. Sehingga ketika seseorang mengalami suatu penyakit maka
sebagai dokter keluarga harus melihat kemungkinan-kemungkinan penyakit
yang sama dengan anggota keluarganya yang lain. Sebaiknya hal itu dilakukan
sebelum pasien mengeluh sakit. Pada kasus ini sebaiknya dr.Gudman bergerak
secara aktif dengan mendatangi langsung pasiennya karena pada kondisi
masyarakat yang memiliki pemahaman kesehatan yang kurang maka
mendatangi dokter sebelum sakit terasa berat adalah hal yang tidak perlu
dilakukan.

16

Mengapa pasien mencoba mengobati diri sendiri? apakah hal itu


dibenarkan?
Jelas tidak dibenarkan, karena jika penyakit yang dideritanya serius atau
terdapat penyakit yang tersembunyi (kanker) maka hal ini akan membahayakan
keadaan dan malah memperparah keadaannya. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan Istri Tn. Kasti mencoba mengobati diri sendiri diantaranya :
-

Merasa penyakit yang dideritanya masih ringan dan masih bisa

diobati dengan obat warung


Tidak mempunyai biaya yang cukup untuk berobat ke dokter
Kurangnya komunikasi dari dokter ke masyarakat secara
langsung (penyuluhan pentingnya segera berobat ke dokter jika

sakit).
Lokasi tempat praktek dokter yang cukup jauh dari rumah pasien

dan sulit dijangkau.


Sifat dokter yang kurang ramah dan kurang memuaskan dalam
pelayanan pengobatan, sehingga pasien sering mengeluh tidak

sembuh berobat ke dokter.


Pendidikan masyarakat yang masih rendah, masih menganggap
sama saja minum obat dari dokter atau yang ada di apotek/

warung.
Beberapa masyarakat takut untuk mengonsumsi obat-obatan
kimia yang diberikan dokter, jadi lebih memilih obat herbal
(habatussauda) atau obat tradisional (jamu-jamuan) yang bisa

dibeli di warung/ apotek terdekat.


Tidak percaya jika dokter dapat menyembuhkan penyakitnya, hal
ini dapat diakibatkan oleh pengalaman pasien atau orang-orang
terdekatnya.

Mengapa istri Pak Kasti tidak berobat ke dokter ?


Menurut Notoatmodjo (2003, dalam Lumbangaol 2013), respons seseorang
apabila sakit adalah sebagai berikut:
a. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Dengan
alasan antara lain :

17

(a) bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja
mereka sehari-hari,
(b) bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan
lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan belum
(c)
(d)
(e)
b.

merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya,


fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh, petugas kesehatan
kurang ramah kepada pasien,
takut disuntik dokter dan karena biaya mahal.
Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti
telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau
masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa bahwa
berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat
mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian obat keluar

tidak diperlukan.
c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional
remedy), seperti dukun.
d. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat
(chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.
e. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas modern yang diadakan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke
dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.
f. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan khusus yang diselenggarakan
oleh dokter praktek (private medicine).
Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2007, dalam Lumbangaol 2013), ada
tiga factor penting dalam mencari pelayanan kesehatan yaitu :
(1) mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia,
(2) adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang
ada dan
(3) adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.
Andersen dalam Notoatmodjo (2007, dalam Lumbangaol 2013)
mengelompokkan faktor determinan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
ke dalam tiga kategori utama, yaitu :

18

1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Characteristics)


Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap
individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda yang disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang
digolongkan ke dalam tiga kelompok :
a. Ciri-ciri demografi, seperti: jenis kelamin, umur, dan status perkawinan.
b. Struktur sosial, seperti: tingkat pendidikan, pekerjaan, hobi, ras, agama, dan
sebagainya.
c. Kepercayaan kesehatan (health belief), seperti pengetahuan dan sikap serta
keyakinan penyembuhan penyakit.
2. Karakteristik kemampuan (Enabling Characteristics)
Karakteristik kemampuan adalah sebagai keadaan atau kondisi yang membuat
seseorang mampu untuk melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya
terhadap pelayanan kesehatan. Andersen membaginya ke dalam 2 golongan,
yaitu :
a. Sumber daya keluarga, seperti : penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam
asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa, dan pengetahuan tentang
informasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
b. Sumber daya masyarakat, seperti : jumlah sarana pelayanan kesehatan yang
ada, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dalam wilayah tersebut, rasio
penduduk terhadap tenaga kesehatan, dan lokasi pemukiman penduduk.
Menurut Andersen semakin banyak sarana dan jumlah tenaga kesehatan maka
tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan suatu masyarakat akan semakin
bertambah.
3. Karakteristik kebutuhan (Need Characteristics)
Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling langsung
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Andersen dalam
Notoatmodjo (2007, dalam Lumbangaol 2013) menggunakan istilah kesakitan
untuk mewakili kebutuhan pelayanan kesehatan. Penilaian terhadap suatu
penyakit merupakan bagian dari kebutuhan. Penilaian individu ini dapat
diperoleh dari dua sumber, yaitu :

19

a. Penilaian individu (perceived need), merupakan penilaian keadaan kesehatan


yang paling dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit
dan hebatnya rasa sakit yang diderita.
b. Penilaian klinik (evaluated need), merupakan penilaian beratnya penyakit dari
dokter yang merawatnya, yang tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan
dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter (Ilyas, 2003)
Menurut Dever (1984, dalam Lumbangaol 2013) faktor-faktor yang
memengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah :
a.
(1)
(2)
b.
(1)

Faktor Sosiokultural yang terdiri dari :


norma dan nilai sosial yang ada dimasyarakat, dan
teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.
Faktor Organisasi yang terdiri dari :
ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber daya yang mencukupi baik dari segi
kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan

kesehatan.
(2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan lokasi berkaitan dengan
keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan
jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan.
(3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas
kesehatan terhadap konsumen.
(4) karakteristik struktur organisasi formal dan cara pemberian pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi
yang formal misalnya rumah sakit.
c. Faktor Interaksi Konsumen-Petugas Kesehatan
(1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen. Tingkat kesakitan atau
kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan
penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi
oleh :
(a) faktor sosiodemografi, yaitu umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan,
jumlah keluarga dan status social ekonomi,
(b) faktor sosio psikologis, yaitu persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan
terhadap perawatan medis atau dokter,
(c) faktor epidemiologis, yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor resiko.

20

(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari :
(a) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan
pengetahuan konsumen tentang penyakit yang dideritanya,
(b) karakteristik dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap
petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan
tersebut.
Bagaimana edukasi ke masyarakat tentang pentingnya berobat ke dokter?
Melakukan Promosi kesehatan dengan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat agar membiasakan pola hidup sehat serta segera memeriksakan diri
jika mengalami keluhan dengan kesehatannya. Berbagai edukasi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat juga berperan
menumbuhkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dengan kesehatannya.
Upaya pencegahan penyakit dapat diwujudkan dengan melakukan imunisasi
bayi dan balita agar memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Pencegahan juga bisa
dilakukan dengan melakukan skrining penyakit terutama bagi orang-orang
yang memiliki risiko tinggi terhadap suatu penyakit.

Mengapa dr.Gudman tidak menangani pasien secara holistik dan


komprehensive ?
Ada beberapa alasan yang menyebabkan dr. Gudman tidak menangani

pasien secara holistik. Penyebabnya sebenarnya berasal dari faktor diri dr.
Gudman sendiri. Seharusnya sebagai dokter keluarga dr. Gudman sudah
mengetahui kewajiban, prinsip orientasi serta ruang lingkup masalah
kesepakatan yang ditangani pada praktek dokter keluarga. Yang semuanya ini
jelaslah harus dilakukan dan diterapkan. Dimana untk era BPJS, semua
tindakan yang dilakukan oleh dr. Gudman akan diminta transparansinya dan
BPJS bisa saja membatalkan kontrak yang ada bila pelyanan yang diberikan
tidak sesuai mutu. Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek
dokter keluarga pada umumnya :
1. lebih aktif dan bertanggung jawab

21

Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter


keluarga
mengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah,
bertanggung jawab mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan bahkan,
apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang memerlukan pelayanan
rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung jawab dari
pada dokter umum.
2. Lebih lengkap dan bervariasi
Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang
ditemukan pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada
umumnya lebih lengkap dan bervariasi dari pada dokter umum. Tidak
mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini, seperti yang ditemukan
di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan
tidak
kurang dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang datang
berobat.
3. Menangani penyakit pada stadium awal
Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah
membutuhkan pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter
keluarga
sarna dengan dokter spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai untuk
penyakit -penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk kasus yang telah
lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada diluar
wewenang

dan

tanggung

jawab

dokter

keluarga,

tetap

dan

harus

dikonsultasikan
dan atau dirujuk kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich
(1970),
praktek dokter keluarga memang sesuai untuk penyakit-penyakit yang masih
dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja.

22

Apabila dr. Gudman menyadari hal-hal yang telah disebutkan di atas maka
dokter

Gudman

akan

melakukan

pekerjaanny

secara

holistik

dan

komprehensive.
Selain itu dr. Gudman kemungkinan yang menyebabkan tidak holistik dan
komprehensive:
-

Tata cara pelayanan diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun


terputus- putus tidak secara terpadu (integrated ) dan berkesinambungan
(continu).

Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran


memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang
disampaikan penderita saja, tidak terhadap penderita sebagai manusia
seutuhnya.

Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan didekati hanya dari satu sisi


saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu
sisi fisik, mental dan sosial (secara holistik)

Selain itu, pelayanan primer kinerjanya masih lemah. Salah satu penyebabnya
adalah tidak ada regulasi yang mengharuskan setiap DLP menyelenggarakan
praktik dan menerapkan seluruh kompetensinya dan kewenangannya sebagai
DLP. DLP di pandangan masyarkat hanya sekedar menjadi dokter batukpilek-mencret. Survei PDKI bersama Askes dan Jamsostek pada tahun 2002
dan 2003 (tidak boleh dipublikasikan, tetapi dicetak dalam bentuk buku,
tersedia di ASKES dan Jamsostek) menunjukkan kinerja DLP yang
memprihatinkan. Hal itu diperparah oleh konsep keliru selama pendidikan yang
mengatakan bahwa DPU adalah dokter yang mengetahui sedikit-sedikit dari
ilmu kedokteran yang banyak. Slogan ini jelas tidak akan memicu minat dan
memacu bakat belajar mandiri tetapi justru mematikannya. Karena itu PDKI
dalam menyelenggarakan penataran selalu menanamkan bahwa tidak ada
larangan untuk belajar ilmu kedokteran bidang apa pun, akan tetapi tingkat
kewenangan DLP memang hanya terbatas pada pelayanan primer. Dengan
kata lain penguasaan ilmu berbatas langit tetapi kewenangan melakukan

23

prosedur klinis hanya sebatas pelayanan primer seperti yang tercantum dalam
standar pendidikan dokter yang diterbitkan oleh KKI. Sehingga harus
dilakukan upaya pemberdayaan DLP. Selanjutnya dengan dukungan DEPKES,
pemberdayaan dapat disusul dengan pendayagunaan yang bermuara pada
peningkatan karir DLP.
Kelemahan sistem pelayanan kesehatan yang kurang mendayagunakan potensi
DLP agaknya telah membawa dampak besar.
Meski

telah

mendapatkan

pelatihan

khusus,

dokter

keluarga

perlu

meningkatkan pengetahuannya seperti pengetahuan tentang manajemen


pengelolaan keuangan dan kerja sama lintas sektor untuk mengembangkan
layanan kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan khusus juga dibutuhkan baik
oleh dokter keluarga yang bekerja di perkotaan, pedesaan, maupun daerah
terpencil.
IV.

Hipotesis

Dr.Gudman seorang dokter praktek umum yang telah melakukan kontrak


dengan BPJS belum menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga.
V.

Topik Pembelajaran

Dokter keluarga
Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan
khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk
menjalankan praktek dokter keluarga.
Definisi Dokter Keluarga menurut Olesen F, Dickinson Jdan Hjortdahl P.
dalam jurnal General Practice Time for A New Definition, BMJ;
320:354 7. 2000, DokterKeluarga adalah:

24

Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan


sistem pelayanan kesehatan; bertugas mengambil langkah awal penyelesaia

n semua masalah yang mungkin dimiliki pasien.


Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis penyakitnyaat
aupun karakter personal dan sosialnya, dan memanfaatkan semua
sumber daya yang tersedia dalam sistem pelayanan kesehatan untuk

semaksimal mungkin kepentingan pasien.


Berwenang secara mandiri melakukan tindak medis mulai dari
pencegahan,diagnosis, pengobatan, perawatan dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu-ilmu biomedis, psikologi medis dan
sosiologi medis.

Secara singkat dapat didefinisikan sebagai Dokter yang berprofesi khusus


sebagai Dokter Praktik Umum yang menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Tingkat Primer denganmenerapkan prinsip-prinsip Kedokteran keluarga.
SEJARAH & PERKEMBAGAN
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Indonesia telah
dimulaisejak tahun 1981 yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter
Keluarga. PadaTahun 1990 melalui kongres yang kedua di Bogor, nama
organisasi dirubah menjadi KoleseDokter Keluarga Indonesia (KDKI).
Sekalipun organisasi ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tapi
pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat
pengakuan baik dari profesi kedokteran ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional,
maka pada tahun 1972 didirikanlah organisasi internasional dokter keluarga ya
ng dikenal dengannama World of National College and Academic
Association of General Practitioners /Family Physicians (WONCA). Indonesia
adalah anggota dari WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter Keluarga
Indonesia.
Untuk Indonesia, manfaat pelayanan kedokteran keluarga tidak hanya
untukmengendalikan biaya dan atau meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
akan tetapi jugadalam rangka turut mengatasi paling tidak 3 (tiga) masalah
pokok pelayanan kesehatan lain yakni:
25

Pendayagunaan dokter pasca PTT


Pengembangan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Menghadapi era globalisasi

Di Indonesia kebijaksanaan pengembangan pelayanan kedokteran keluarga


dilakukanmelalui berbagai cara. Dalam beberapa tahun terakhir pada beberapa
fakultas kedokteran
dari beberapa universitas terkemuka telah dilakukan upaya-upaya untuk mengi
ntegrasikan pelayanan kedokteran keluarga dalam kurikulum pendidikan dokter
yakni sesuai dengananjuran WHO bahwa "family medicine" selayaknya
diintegrasikan dalam pendidikan" community medicine" karena kedekatannya.
Akan masih diperlukan waktu untuk mendapatkan tetapi produk dari sistem
pendidikan kedokteran ini yakni dokter umum lulusan fakultas kedokteran
yang mempunyai wawasan kedokteran keluarga karena kebijakan ini baru
dikembangkan.
Sementara itu bagi dokter umum lulusan fakultas kedokteran sebelumnya yang
saatini ada di masyarakat, untuk mendapatkan kompetensi khusus selaku
dokter keluargaharusdilakukan dengan cara mengikuti pelatihan secara
terprogram dan bekesinambungan.
Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan program dan upaya kon
versi dari dokterumum menjadi dokter keluarga yang bersertifikat dan diakui
melalui pelatihan-pelatihan.Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan
kerjasama tripartid pengembangan dokterkeluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes)
meliputi empat paket, yaitu :
-

Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga,


Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga,
Paket C: ketrampilan klinik praktis,
Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan
usia.

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :
Kegiatan yang dilaksanakan

26

Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat


pokokyaitu pelayanan kedokteran menyeluruh CMC (comprehensive medical
services). Karakteristik CMC :
1. Jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan
kedokteranyang dikenal di masyarakat.
2. Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun
terputus-putus melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated ) dan
berkesinambungan (continu).
3. Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran
tidakmemusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan
yangdisampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia
seutuhnya.
4. Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu
sisi saja,melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach)
yaitu sisi fisik,mental dan sosial (secara holistik).
Sasaran pelayanan
Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit.
Pelayanandokter keluarga arus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan
kesehatan keluarga sebagaisatu kesatuan, harus memperhatikan
pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadapkeluarga dan harus
memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yangdihadapi
oleh setiap anggota keluarga.
Batasan pelayanan kedokteran keluarga
Batasan pelayanan kedokteran keluarga ada banyak macamnya. Dua
diantaranya yangdipandang cukup penting adalah:
1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh
yangmemusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai satu unit, dimana
tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh gol
ongan umur atau jenis kelamin, tidak juga oleh organ tubuh atau jenis
penyakit tertentu saja.
2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang
bertitik tolakdari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai

27

disiplin ilmu lainnyaterutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak,


ilmu kebidanan dan kendungan,ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa yang
secara keseluruhan membentuk satukesatuan yang terpadu, diperkaya
dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu-ilmu klinik,dan karenanya mampu
mempersiapkan setiap dokter agar mempunyai peranan unikdalam
menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah,
pelayanankonseling serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang
menkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan.

PRINSIP PELAYANAN
Prinsip dalam pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga yaitu
memberikan :
1.
2.
3.
4.
5.

Pelayanan yang holistik dan komprehensif.


Pelayanan yang kontinu.
Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari

keluarganya.
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungantempat tinggalnya.
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum.
8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
9. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan
Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga pada
umumnya :
1. lebih aktif dan bertanggung jawab
Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluargamengenal pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di
rumah, bertanggung jawab mengatur pelayanan rujukan dan konsultasi, dan ba
hkan, apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang memerlukan
pelayanan rawat inap dirumah sakit, maka pelayanan kedokteran
yang diselenggarakan pada praktek dokterkeluarga umunya lebih aktif dan
bertanggung jawab dari pada dokter umum.

28

2. Lebih lengkap dan bervariasi


Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang
ditemukan pada semua anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga
pada umumnya lebihlengkap dan bervariasi dari pada dokter umum.
3. Menangani penyakit pada stadium awal
Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah
membutuhkan pelayanan rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluar
ga sama dengan dokter spesialis. Praktek dokter keluarga hanya sesuai
untuk penyakit -penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk kasus yang
telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada
diluar wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan
harus dikonsultasikan dan atau dirujuk kedokter spesialis.Seperti yang
dikatakan oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang sesuai untuk
penyakit-penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum
saja.The family doctor cannot be expected to treat all problems as best
possible, but the can be expected to treat all common diseases as best
possible.
STANDAR PELAYANAN
Secara ringkas, yang dimaksud dengan dokter keluarga ialah dokter yang
memberikan pelayanan kesehatan dengan ciri-ciri utama sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan lini pertama Artinya memberikan pelayanan pada
strata primer,yaitu ditengah-tengah pemukiman masyarakat sehingga mudah
dicapai. Setiapkeluarga sebaiknya mempunyai dokter keluarga yang dapat
mereka hubungi bilamemerlukan pertolongan kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan/medis yang bersifat umum Artinya memberikan
pelayanan untukmasalah kesehatan atau penyakit yang tergolong umum dan
bukan spesialistik.Pelayanan dokter yang bersifat umum juga dikenal
dengan istilah berobat jalanwalaupun kadang- kadang dapat pula diberikan
di rumah untuk kasus tertentumisalnya pasien yang sulit berjalan.
3. Bersifat holistik dan komprehensif Holistik artinya tidak dibatasi pada
masalah biomedis pasien saja, tetapi juga dengan melihat latar belakang sosi
al-budaya pasienyang mungkin berkaitan dengan penyakitnya. Misalnya,

29

banyak penyakit didapat


dari pekerjaannya seperti nyeri otot dan tulang, radang saluran napas, radan
g kulit ataukelelahan. Jika penyakit tersebut tidak ditangani secara holistik
dan hanya
terfokus pada gejala atau penyakitnya saja, maka tidak akan benar- benar be
rhasildisembuhkan.Komprehensif artinya tidak hanya terbatas pada
pelayanan pengobatan atau kuratifsaja, tetapi meliputi aspek lainnya mulai
dari promotif-preventif hingga rehabilitatif.Misalnya, konseling, edukasi
kesehatan, imunisasi, KB, medical check-up, perawatan pasca RS dan
rehabilitasi medik.
4. Pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan Artinya, pelayanan
kesehatan dilakukan terus menerus kepada pasien maupun keluarganya guna
memelihara danmeningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain,
hubungan dokter-pasien yanglebih kontinu atau sebagai dokter
langganan. Hubungan yang berke- sinambungan itumenguntungkan karena
menjadi lebih saling kenal dan lebih akrab sehingga memudahkan dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan pasien/keluarga tersebut.
5. Pendekatan Keluarga Artinya, lebih menekankan keluarga sebagai unit
sasaran pelayanan kesehatan daripada perorangan. Pasien umumnya merupa
kan anggota sebuah keluarga yaitu sebagai suami, isteri atau anak.
Pendekatan keluarga.mempunyai berbagai keuntungan terutama untuk
dukungan yang diperlukan guna mengatasi masalah kesehatan. Misalnya
seorang anak akan banyak memerlukan pengertian dan dukungan orang
tuanya. Suami yang menderita hipertensi perlu dukungan isteri dan anaknya.
Isteri yang sedang hamil, perlu dukungan suaminya dan banyak lagi contoh
lain.
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak
macamnya. Secaraumum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan
praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan
30

perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua
pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat
praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan
rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien
dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluargamencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan
perawatan pasien dirumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh
dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien
di rumah,serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
telahmencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di
rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini
lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin
kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi
kesempatan kepada dokter keluarga untukmerawat sendiri pasiennya di rumah
sakit.
Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), standar pelayanan
dokter keluarga meliputi:
A. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik
Standar pelayanan paripurnaSifat paripurna pada kedokteran keluarga yaitu
termasuk pemiliharaan dan peningkatan kesehatan
(promotive), pencegahan kesehatan (curative), pencegahankecacatan (disability
limitation), dan rehabilitasi setelah sakit(rehabilitation)denganmemperlihatkan
kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etikakedokteran
-

Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang


Memiliki izin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan

tempat praktik
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya
31

Pencegahan penyakit dan proteksi khusus


Deteksi dini terhadap penyakit dan melakukan pentalaksanaan yang

tepatterhadap pasien dan keluarganya


Kuratif medik melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan
kecacatan pada strata pelayanan tingkat pertama, termasuk

kegawatdaruratan medik, atau perujukan


Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganyaSetelah

mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial
Kemampuan sosial keluargaPelayanan dokter keluarga memiliki sistem
untuk memeprhatikan kondisisosial pasien dan keluarganya

B. Standar pelayanan medis (standard of medical care)


Pelayanan sebuah dokter keluarga harus sesuai dengan lege artis
-

Anamnesis dengan pendekatan patient centered approach dalam rangka


memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien
mengenai keluhannyatersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat

menegakkan diagnosis
Pemeriksaan fisik, penunjang serta diagnosis dan diagnosis

bandingMelakukan secara diagnosis holistik


Konseling Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan

terbaik penatalaksanaan untuk pasien


Konsultasi Saat diperlukan, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter
yang dianggap lebih piawai dan atau berpengalaman.

C. Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care)


Pelayanan yang diberikan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung
yangmelaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan
terusmenerus demi kesehatan pasien
- Rekam medik berkesinambungan
Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang sigunakan
untuk memaastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai
- Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
efektifefisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan biaya
- Pendampingan

32

Saat dilaksanakan konsultasi dana atau rujukan, dokter keluarga


menawarkankemudian melakasanakan pendampingan pasien, demi
kepentingan pasien
- Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan
D. Standar pelayanan menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli
nahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang
terdiri dari fisik, mental, social dan spiritual, serta berkehidupan di tengah
lingkungan fisik dan sosialnya
-

Pasien adalah manusia seutuhnya Pelayanan dokter keluarga memiliki

system untuk memandang pasien sebagai manusia yang seutuhnya


Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya Pelyanan dokter
keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai bagian
dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan

pasien.
Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya Pelayanan dokter
keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan pasien untuk
meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.

E. Standar pelayanan terpadu (standard of integration of care)


Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis,
juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang
menunjang pelayanan kedokteran baik dari formal maupun informal.
-

koordinator penatalaksanaan pasien kerja sama dengan dokter-pasienkeluarga, maupun bersama antara dokter pasien dokter spesialis /

rumahsakit
Mitra dokter pasien saat proses pentalaksanaan medis
Mitra lintas sektoral medikDokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia
pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di

sekitarnya.
Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
33

Dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan


perliaku pasien dan kelaurganya sebagai masyarakat yang menggunakan berba
gai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
F. Standar perilaku dalam praktik (standard of behaviour in practice)
1. Standar perilaku terhadap pasien
Dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan
kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan
kepada pasien untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat mem
utuskan pemilihan penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.
- Informasi memperoleh pelayanan.
Dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara
untukmemperoleh pelayanan yang diinginkan
- Masa konsultasi
Menyediakan waktu konsultasi untuk menjelaskan keluhan dankeinginanannya
- Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai
keadaan dan tindakan terhadap pasien, sehingga memungkin pasien
dapatmemutuhkan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya
- Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (standard of partners
relationship in practive)
Baik dengan klinik, tim, sejawat, pegawai klinik, pemimpin klinik

Dokter layanan primer


Dokter layanan primer merupakan cabang spesialis baru dunia kedokteran
Indonesia. Dokter layanan primer memenuhi kualifikasi sebagai pelaku pada
layanan tingkat pertama dengan fungsi dan tugas melakukan rujukan tingkat 1
ke tingkat 2, melakukan kendali mutu serta kendali biaya sesuai dengan standar
kompetensi dokter dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

34

Dokter layanan primer berbeda dengan dokter umum. Dokter layanan primer
harus menjalani studi lanjutan selama kurang lebih 2 tahun pada program
pendidikan dokter layanan primer dan diperlakukan setara dengan dokter
spesialis. Pasal 8 ayat (3).
Dalam pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) nantinya dokter
yang masuk ke dalam sistem dan berhak memperoleh pendapatan dari negara
adalah dokter layanan primer, dokter spesialis dan dokter sub-spesialis dimana
mayoritas pasien yang ter-cover layanan SJSN pada tingkat pertama akan
dihadapkan kepada dokter layanan primer.
Selanjutnya, pendidikan dokter layanan primer hanya bisa diambil di fakultas
Kedokteran dengan akreditasi tertinggi yakni (A) pasal 8 ayat (1). Namun,
dijelaskan di pasal selanjutnya Fakultas kedokteran dengan akreditasi setingkat
dibawahnya yakni (B) dapat menjadi sarana kerjasama. pasal 8 ayat (2).
Mekanisme kerjasama dalam program dokter layanan primer ini masih belum
jelas. Program pendidikan dokter layanan primer tidak wajib untuk dokter
umum, tetapi menjadi syarat bila dokter umum ingin menjadi bagian dari
penyelenggara SJSN.
Selama pendidikan, dokter layanan primer sebagaimana dokter spesialis dan
dokter sub-spesialis berhak mendapatkan insentif dari Rumah Sakit Pendidikan
atas jasa medis yang dilakukan. Pasal 31 ayat (1) point b.
1. Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi dokter yang berperan
holistik, bukan hanya dokter yang berorientasi kuratif, namun juga berorientasi
pada kedokteran keluarga, kedokteran okupasi, kedokteran komunitas,
kemampuan manajerial, kepemimpinan. Selain itu, Dokter Layanan Primer
diharapkan dapat menjadi ahli dalam prediktor based on research time,

35

epidemiologi, memiliki keahlian khusus sesuai dengan penyakit yang


mewabah/dominan di daerah kerjanya.
2. Dokter umum yang telah lulus ujian kompetensi (sejak Agustus 2013 disebut
exit exam), bahkan yang telah mengikuti Interenship dianggap belum
memenuhi kompetensi yang diharapkan pada sistem Jaminan Kesehatan
Nasional.
3. Dokter Layanan Primer diharapkan bisa berperan sebagai gate keeper yang
akan menangani 80% kasusnya sendiri hingga tuntas, sedangkan 20% kasus
akan diserahkan ke pelayanan kesehatan jenjang berikutnya. Hal ini harus
dilakukan mengingat akan terjadi pemborosan biaya apabila setiap kasus yang
ditangani harus dirujuk.
4. Dokter Praktek Umum, fresh graduated Fakultas Kedokteran, dianggap
sebagai stem cell yang bisa menjadi apa saja, Peneliti, Klinisi, Dokter Layanan
Primer bahkan berkarir di bidang politik.
5. Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Kedokteran, Dokter
Layanan Primer dimasukan dalam tingkat 8 dimana tingkat 9 merupakan
standar tertinggi. Kualifikasi Sumber Daya Tingkat 8 yang dimaksud
mendeskripsikan bahwa Dokter Layanan Primer dihasilkan melalui Program
Pendidikan Dokter Spesialis. Pada Diskusi Publik UU No 20 Tahun 2013
tentang Pendidikan Kedokteran di FKUI, Program Pendidikan Dokter Layanan
Primer disebut sebagai Generalis, bukan spesialis. Pendidikan Generalis, setara
dengan pendidikan spesialis. Penyebutan generalis karena ranah kompetensi
Dokter Layanan Primer tidak tercakup pada sistem organ atau keahlian tertentu
saja.
6. Saat bekerja, dibutuhkan pengetahuan bahwa DLP bekerja dalam sistem
yang memiliki
clinical pathway. Strata pendidikan baru, salah satunya, diperlukan untuk
mendidik dokter layanan primer yang mengetahui cara kerja sistem Jaminan
Kesehatan Nasional. Proses pendidikan Generalis, Dokter Layanan Primer,
akan dibiayai oleh negara. Selain itu, berdasar pasal 31 Ayat 1 Huruf B UU No
20 Tahun 2013 bahwa setiap mahasiswa program pendidikan dokter layanan

36

primer, spesialis, dan subspesialis berhak menerima insentif di Rumah Sakit


Pendidikan dan Wahana Pendidikan.
7. Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Layanan Primer hanya dapat dilakukan
di fakultas kedokteran yang berakreditasi A yang bisa menyelenggarakan. Hal
ini sesuai dengan pasal 8 ayat 1 UU No 20 tahun 2013 bahwa Program dokter
layanan primer, dokter spesialis-subspesialis, dan dokter gigi spesialissubspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) huruf b hanya dapat
diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang
memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran dan
program studi kedokteran gigi.

Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan
antara pengirim pesan (sender) denagn penerima (receiver) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan langsung (primer)
bila pihak pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi
tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder)
dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.
Hakikat komunikasi interpersonal:
1. Komunikasi interpersonal pada hakikatnya adalah suatu proses.
2. Pesan diciptakan dan dikirimkan oleh seorang komunikator, atau sumber
informasi.
3. Dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
4. Penyampaian pesan dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis.
5. Komunikasi interpersonal tatap muka memungkinkan balikan atau respon
diketahui dengan segera (instant feedback).
Komponen komponen komunikasi interpersonal:
a. Sumber atau komunikator

37

Adalah orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni


keinginan untuk membagi keadaan interbnal sendiri, baik yang bersifat
emosional maupun informasional dengan orang lain.
b. Encoding
Adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan
melalui pemilihan simbol simbol verbal dan non verbal, yang disusun
berdasarkan aturan aturan atta bahasa, serta disesuaikan denagn karakteristik
komunikan.
c. Pesan
Adalah seperangkat simbol simbol baik verbal maupun non verbal, atau
gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk
disampaikan kepada pihak lain.
d. Saluran
Adalah sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima secara umum.
e. Penerima atau komunikan
Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan mengintepretasikan pesan.
f. Decoding
Adalah kegiatan internal dalam diri penerima.
g. Respon
Adalah apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan sebagai
sebuah tanggapan terhadap pesan.
h. Gangguan (noise)
Adalah apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian dan
penerimaan pesan, ermasuk yang bersifat fisik dan psikis.
i. Konteks komunikasi
Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak ada tiga
dimensi yaitu ruang, waktu, dan nilai.

Proses Komunikasi Interpersonal


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keinginan berkomunikasi
Encoding oleh komunikator
Pengiriman pesan
Penerimaan pesan
Decoding oleh komunikan
Umpan balik

Asas Komunikasi Interpersonal

38

1. Komunikasi berlangsung antara pikiran seseorang dengan pikiran orang lain


2. Orang hanya bisa mengerti sesuatu hal dengan menghubungkannya pada
suatu hal lain yang telah dimengerti
3. Setiap orang berkomunikasi tentu mempunyai tujuan
4. Orang yang telah melakukan komunikasi mempunyai suatu kewajiban untuk
meyakinkan dirinya bahwa ia memahami makna pesan yang akan
disampaikan itu
5. Orang yang tidak memahami makna informasi yang diter

ima, memiliki

kewajiban untuk meminta penjelasan agar tidak terjadi bias komunikasi


Cirri Ciri Komunikasi Interpersoanal
1.
2.
3.
4.
5.

Arus pesan dua arah


Suasana nonformal
Umpan balik segera
Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat
Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan
spontan, baik verbal maupun non verbal

Ada 6 karakteristik komunikassi intpersonal menurut Judy C. Pearson (S.


Djuarsa Sendjaja, 2002: 2.1), yaitu:
1. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi(self)
2. Komunikasi ineterpersonal bersifat tansaksional
3. Komunikasi interpersonal menyangkut asper isi pesan dan hubungan
antarpribadi
4. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara
pihak pihak yang berkomunikasi
5. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang
berkomunikasi saling tergantung satu denagn lainnya(interdependensi)
6. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang
Tipe Komunikasi Interpersonal
1. Komunikasi dua orang
Yaitu mencakup segala jenis hubungan antarpribadi, antara satu orang denagn
orang lain, mulai dari hubungan yang paling singkat (kontak) biasa, sampai
hubungan yang bertahan lama dan mendalam.
2. Wawancara
Merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat
dalam percakapan yang berupa Tanya jawab.

39

3. Komunikasi kelompok kecil


Merupakan salah satu tipe komuniaksi interpersonal, dimana beberapa orang
terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah, dan
sebagainya.
Tujuan Komunikasi Interpersonal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengungkapkan perhatian kepada orang lain


Menemukan diri sendiri
Menemukan dunia luar
Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Mempengaruhi sikap dan tngkah laku
Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Memberikan bantuan (konseling)

Pada dunia kesehatan, komunikasi interpersonal ini terbagi menjadi beberapa


jenis seperti konseling, penyampaian berita buruk, komunikasi dalam
kelompok dan komunikasi dalam masyarakat atau publik. Konseling
merupakan komunikasi interpersonal yang dapat memberikan informasi yang
cukup banyak mengenai keadaan seseorang. Berikut beberapa pengertian
konseling menurut para ahli:
a) Konseling dapat didefinisikan sebagai bantuan atau pertolongan yang
disediakan oleh seorang profesional secara personal, baik secara psikologi
maupun kesehatan.
b) Konseling adalah interaksi yang terjadi antar dua individu, masing-masing
disebut konselor dan klien, terjadi dalam suasana yang profesional,
dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan perubahan pada
tingkah laku klien.
c) Konseling adalah hubungan tolong-menolong yang berpusat kepada
perkembangan dan pertumbuhan individu serta penyesuaian dirinya dan
kehendaknya terhadap penyelesaian masalah.
d) Konseling adalah hubungan tatap muka oleh individu yang terganggu oleh
masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang
profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu
orang lain untuk mencapai pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan
pribadi.
40

Terdapat banyak sekali definisi-definisi konseling menurut para ahli. Pada


intinya, konseling adalah hubungan interpersonal yang melibatkan seorang
konselor yang profesional, baik itu dokter, perawat, farmasi, psikolog, dan
profesional-profesional lainnya, dengan seorang klien yang bersifat rahasia
dengan tujuan untuk membantu klien mengatasi masalahnya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang konselor tersebut miliki.
Pada konseling, seorang konselor perlu memiliki kemampuan personal selling
yang baik. Personal selling dapat diartikan sebagai keterlibatan satu-satu antara
konselor dengan klien dan kemampuan untuk menjual pencitraan dan
keahlian yang dimiliki. Kemampuan personal selling ini akan menentukan
kemampuan seorang konselor untuk memberi pengaruh kepercayaan, sikap,
dan perilaku kepada klien. Hal ini sangat penting agar klien memiliki
kepercayaan terhadap konselor sehingga klien akan mau mengikuti saran dan
nasihat dari konselor. Adapun ciri-ciri konseling antara lain sebagai berikut:
a) Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dengan
berkomunikasi langsung
b) Model komunikasi pada konseling terbatas pada komunikasi verbal
c) Interaksi antara konselor dan klien relatif berlangsung lama dan terarah
pada pencapaian tujuan
d) Konseling merupakan proses dinamis. Klien dibantu untuk terus
mengembangkan kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah yang
sedang dihadapi
e) Konseling didasari atas penerimaan konselor secara sukarela atas diri
klien
Pada konseling, metode yang digunakan adalah wawancara. Konselor dapat
mengajukan pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup kepada klien.
Ketika melakukan konsultasi, fasilitas yang digunakan harus sangat
diperhatikan. Misalnya, ruangan yang digunakan. Konselor harus
memperhatikan privasi dan kenyamanan ruangan tersebut. Dalam konseling
privasi klien adalah hal yang sangat penting, untuk itu letak ruangan perlu
sekali diperhatikan. Pastikan suara klien tidak akan terdengar oleh orang dari
ruangan sebelah, atur suhu ruangan senyaman mungkin, dan perhatikan juga
pengaturan tempat duduk. Jarak yang terlalu jauh antara tempat duduk konselor

41

dengan klien dapat membuat klien merasa bahwa konselor tidak terlalu peduli
dengan masalahnya, sedangkan jarak yang terlalu dekat dapat membuat klien
merasa terancam. Sebaiknya atur jarak tempat duduk sekitar 4-9 kaki. Akan
tetapi tidak menutup kemungkinan jarak ini dapat berubah, misalnya konselor
dapat mendekat ketika ingin menghibur klien.
1. Memulai Konsultasi
Untuk memulai kegiatan ini, seorang konselor harus menciptakan suasana yang
dari awal dapat membuat klien nyaman. Berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan di awal konsultasi:
a) Menyapa klien dengan namanya dan menjabat tangannya. Misalnya:
Selamat pagi Pak Budi.
b) Persilahkan klien untuk duduk
c) Perkenalkan diri anda. Misalnya: Saya Ani. Saya adalah perawat
maternitas.
2. Bagian Isi dari Konsultasi
Setelah membuka konsultasi dengan sikap-sikap yang dapat membuat klien
merasa nyaman, seperti yang telah disebutkan di atas, selanjutnya adalah
memulai inti dari konsultasi tersebut. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan
ketika konsultasi itu berlangsung:
a) Pertahahan suasana yang nyaman, cara yang hangat, dan kontak
mata yang baik
b) Mulailah dengan pertanyaan terbuka di awal konsultasi
c) Mendengar dengan seksama
d) Tanggap terhadap pesan verbal dan non verbal yang disampaikan
klien
e) Fasilitasi klien dengan komunikasi verbal (misalnya: Ceritakan
lebih lengkap kepadaku) dan komunikasi non verbal (misalnya
f)
g)
h)
i)

menganggukkan kepala).
Gunakan pertanyaan tertutup ketika diperlukan
Klarifikasi apa yang klien sampaikan
Dorong klien untuk menyampaikan informasi yang relevan
Memberikan klien alternatif-alternatif untuk mengatasi masalahnya
beserta penjelasan tentang kekurang dan kelebihan masing-masing

alternative
j) Berempati terhadap perasaan atau kesulitan klien
k) Menyatakan dukungan kepada klien (menyampaikan keprihatinan,
pengertian, dan keinginan unuk membantu

42

3. Menutup Konsultasi
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan mengakhiri konsultasi atau
konseling:
a) Rangkum apa yang telah klien ceritakan kepada Anda dan validasi
apakah rangkuman kita benar dengan menanyakannya kepada klien
b) Membuat rencana untuk mengatasi masalah klien
c) Ucapkan terima kasih ketika konseling diakhiri.

Komunikasi massa
Komponen Komunikasi Massa
1. Komunikator
Komunikator atau pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk
disampaikan kepada orang lain dengan harapan dapat dipahami oleh orang
yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya.
2. Pesan
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh
pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila
diorganisir secara baik dan jelas. Pesan atau materi yang disampaikan kepada
sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat
dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk
dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan
metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik
perhatian sasaran.
3. Media
Media penyuluhan kesehatan adalah media atau alat bantu yang digunakan
untuk menyampaikan pesan kesehatan. Fungsi dari alat bantu adalah :
a. Memfokuskan perhatian pada yang didiskusikan
b. Meningkatkan daya tarik dari topik yang disampaikan
c. Meningkatkan daya tahan materi pada ingatan audiens.
4. Komunikan

43

Komunikan merupakan khalayak penerima pesan. Sifat audien pada


komunikasi massa adalah berjumlah besar, anonym dan heterogen.

5. Feedback/ Umpan Balik


Feedback atau umpan balik adalah isyarat atau tanggapan yang berisikesan dari
penerima pesan dalam bentukverbal maupun non verbal. Tanpa feedback,
seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampakpesannya terhadap si penerima
pesan. Hal ini pentingbagi pengirim pesan untukmengetahui apakah pesan
sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat.

PENYULUHAN
Penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor. Penyuluhan kesehatan
adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik
praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat
lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan


cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Tujuan penyuluhan kesehatan adalah :


1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

44

2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Metode Penyuluhan Massa
Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau public. Sasarannya bersifat umum atau tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan
dan sebagainya, sehingga pesan kesehatan yang akan disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.
Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya
menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah
umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas
kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di
pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
Pemilihan topic dan cara penyampaian pada penyuluhan perlu
memperhatikan berbagai faktor, yaitu:
1) Tingkat Pendidikan
2) Tingkat Sosial Ekonomi
3) Adat Istiadat
4) Kepercayaan Masyarakat
5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat
Hambatan Komunikasi Massa
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
itu sendiri belum jelas bagi pengirim pesan, hal ini dipengaruhioleh

perasaan atau situasi emosional.


Hambatan dalam penyandian/ symbol

Hal ini dapat terjadi karena

bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih


dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima
tidak sama ataubahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

45

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan


media komunikasi,misalnya gangguan pengeras suara sehingga tidak

dapat mendengarkan pesan.


Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian padasaat
menerima/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru
dan tidak mencari informasi lebih lanjut.

2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, misalnya:
gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.

3. Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasibaik dikemukakan oleh
pemberi pesan maupun penerima kadang-kadang mempunyaiarti mendua yang
berbeda, tidak jelas, menggunakan istilah sulit atau berbelit-belit dalam
penyampaiannya.

4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial juga dapat mengganggu komunikasi, misalnya;
perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirimdan penerima
pesan

46

VI.

Kerangka Konsep
Dr.Gudman tidak
menerapkan prinsipprinsip dokter keluarga
(holistic,komprehensif,kont
inu,koordinatif dan
kolaboratif)

Penyakit
tidak
sembuh

VII.

Penyakit
bertambah
parah

Masyarakat
tidak mau
berobat
sebelum
penyakit parah

Masyarak
at
mengoba
ti diri

Kesimpulan

Dr.Gudman seorang dokter praktek umum yang telah melakukan kontrak dengan
BPJS belum menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga dengan
lengkap dan benar

47

DAFTAR PUSTAKA
Arianto, A. 2013. Komunikasi Kesehatan (Komunikasi Dokter Pasien)
(Online).
(http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36,
diakses 2 Desember 2014).
Digilib. Tanpa tahun. Bab I (Online).
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-nurlailiko-5205-2bab1.pdf, diakses 2 Desember 2014)
Group Health Cooperative. 2014. Hypertension Diagnosis and Treatment
Guidelines (Online). (https://www.ghc.org/allsites/guidelines/hypertension.pdf, diakses 2 Desember 2014).
Lumbangaol, T. 2013. Pengaruh Faktor Sosiodemografi, Sosioekonomi dan
Kebutuhan Terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pencarian Pengobatan di
Kecamatan Medan Kota Tahun 2013 (Online).
(http://balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Tiomarni
%20Lumban%20Gaol.pdf. diakses 2 Desember 2014)
Metro7. 2013. Petani Rentan Terjangkit Malaria, Dihimbau Periksakan Diri
Usai Masuki Hutan (Online). (http://www.metro7.co.id/2013/10/petanirentan-terjangkit-malaria.html, diakses 2 Desember 2014)
Sahana, Cuk. 2010. Petani Rentan Terkena Leptospirosis (Online).
(http://news.okezone.com/read/2010/08/07/373/360717/petani-rentanterkena-leptospirosis, diakses 2 Desember 2014)
Tombeng, Melani, dkk. Tanpa tahun. Dermatitis Kontak Akibat Kerja pada
Petani (Online).
(http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/viewFile/4882/3668, diakses 2
Desember 2014)

48

Universitas Sumatera Utara. Tanpa tahun. Chapter II (Online).


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30875/4/Chapter%20II.pdf,
diakses 2 Desember 2014).

Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta


Sulastomo, 2008. Sistem Jaminan Sosial Nasional: Sebuah Introduksi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN
UU No 24 tahun 2011 tentang BPJS
Kemenkes RI. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Jakarta: Kemenkes RI. Qomariah.
2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku saku FAQ (Frequently Asked
Questions) BPJS Kesehatan (online).
(http://www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/files/BUKU%20SAKU
%20FAQ%20BPJS.pdf, diakses 25 November 2014)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan(http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=61&Itemid=102
Sugito Wonodirekso, Danny Pattiradjawane. 2010. Peran Depkes dalam
Pemberdayaan,Pendayagunaan, dan Pengembangan Karir Dokter Layanan
Primer dalam Rangka Mencapai Target MDGs. Majalah Kedokteran Indonesia
Vol 60: Nomor 3, Maret 2010. Dalam indonesia.digilabsjournal.org.
Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional, dalam http://www.djsn.go.id/Peta
%20Jalan%20Jaminan%20Kesehatan%20Nasional%20%202012-2019.pdf,
diakses 14 Oktober 2013
Sugito Wonodirekso, Kompetensi Dokter Layanan Primer. Dalam
http://www.scribd.com/doc/153709381/Kompetensi-Dokter-Layanan-Primer.
www.bimkes.org/peran-dokter-keluarga-dalam-upaya-kesehatan-kualitasprimary-health-care-di-era-jaminan-kesehatan-nasional/ , diakses pada Selasa,
2 Desember 2014.

49

50

Anda mungkin juga menyukai