Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.1

Sendi lutut
Anatomi Articulatio genu
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang yang di padukan

dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Terdapat tiga
tipe sendi yaitu, sendi fibrosa (sinartrodial), sendi kartilagoginosa (amfiartrodial),
dan sendi synovial (diartrodial). Sendi lutut termasuk tipe sendi synovial. Sendi
synovial adalah sendi yang dapat di gerakkan, sendi ini memiliki rongga sendi dan
permukaan sendi yang dilapisi kartilago hyalin.8
Articulation genu (sendi lutut) adalah persendian yang paling rumit pada
tubuh manusia. Sendi ini antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya
sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris di antara condyles femoris
medialis, lateralis dan condyles tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana, di
antara patella dan fascies patellaris femoris.Secara umum sendi lutut termasuk
kedalam golongan sendi synovial tipe ginglymus (sendi engsel), tetapi
mempunyai sedikit kemungkinan gerak rotasi. Sendi antara patella dan femur
adalah adalah sendi synovial jenis pelana.9
Pada bagian atas sendi lutut terdapat condylus femoris yang berbentuk
bulat, pada bagian bawah terdapat condylus tibiae dan artilago semilunaris. Pada
bagian bawah terdapat articulatio antara ujung bawah femur dengan patella.
Facies articularis femoris, tibiae dan patella diliputi oleh kartilago hyaline.
Facies articularis condylus medialis dan lateralis tibiae di klinik sering disebut
sebagai plateu tibialis medialis dan lateralis.9
Capsula melekat pada pinggir facies articularis dan di sekeliling sisi serta
aspek posterior sendi. Capsula tidak terdapat pada permukaan sendi, sehingga
memungkinkan membrane synovial membentuk kantung ke atas di bawah tendo
m. quardriceps, membentuk bursa suprapatellaris. Pada masing- masing sisi
patella, capsula di perkuat oleh pelebaran tendo m. vastus medialis dan lateralis.
Dibelakang sendi, capsula di perkuat oleh perluasan dari tendo M.
semimembranousus disebut ligamentum popliteum obliquum. Terdapatnya lubang

pada capsula bagian dorsal di pergunakan untuk tempat keluarnya tendo m.


popliteus.9

(sumber: Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia:


Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit.
Jakarta : EGC.)
Gambar 2. 1 Artivulatio genus. Sisi kanan : dengan Capsula articularis tertutup
(4.63), sebelah kiri (4.64) setelah Capsula articularis dibuka.
Membrana synovialis melapisi kapsul dan melekat pada pinggir-pinggir
facies articularis. Di depan dan atas sendi, membrane ini membentuk kantung
yang meluas ke atas sampai kira-kira tiga jari di atas patella dibawah m.
quardriceps femoris, membentuk bursa supralatellaris. Bursa ini dapat di
pertahankan pada posisinya oleh perlekatan sebagian kecil m. vastus intermedius
yang di sebut M. articularis genus.9
Di belakang sendi, membrane synovialis meluas ke bawah dan permukaan
dalam tendo m. popliteus membentuk bursa popliteus. Sebuah bursa yang terletak
diantara caput medial m. gastrocnemius dan condylus femoris medialis dan tendo
m. semimembranosus disebut bursa semimembranosus, dan sering berhubungan
dengan rongga synovial sendi.9

Membrane synovialis melipat ke depan dari bagian posterior capsula di


sekitar bagian ligamentum cruciatum. Akibatnya ligamentum curciatum terletak di
belakang rongga synovial dan tidak dibasahi oleh cairan synovial. Pada bagian
anterior sendi, membrane synovialis melipat ke belakang dari permukaan
posterior ligamentum patellae untuk membentuk plica infrapatellaris, pinggir
bebasnya disebut plica alaris.9

(sumber: Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia:


Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta :
EGC.)
Gambar 2. 2 Artivulatio genus. Sisi kanan : dengan Capsula articularis tertutup
(4.65), sebelah kiri (4.66) setelah Capsula articularis dibuka..
Sendi lutut di persyarafi oleh N. femoralis, n obturatorius, n. peroneus
communis, dan n. tibialis. Untuk perdarahannya tungkai bawah berasal dari arteri
popliteal dan vena saphena magna yang letaknya bisa di lihat pada Gambar 2.2 di
atas.9

2.1.2

Biomekanika Articulatio genu

(sumber: Snell, Richard S Seeley.2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
VI. )
Gambar 2. 3 struktur- struktur profunda yang terdapat di fossa popliteal.

(sumber: Snell, Richard S Seeley.2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa


Kedokteran Edisi VI. )
Gambar 2. 4 batas-batas dari isi popliteal dextra.
Articulation genue dapat melakukan fleksi, ekstensi, dan rotasi. Pada saat
sendi

lutut

dalam

keadaan

ekstensio

maksimal,

rotasi

medial

femur

mengakibatkan pemutaran dan peregangan semua ligamentum utama sendi lutut,


dan lutut berubah menjadi struktur yang secara mekanis kokoh, cartilage menisci
femoris dan tibiae.9
Gerakan fleksi dilaksanakan oleh m. biceps femoris, semimembranosus,
dan semitendinosus, serta dibantu oleh m. gracillis, m. Sartorius, m. popliteus.
Fleksi sendi lutut dibatasi oleh bertemunya tungkai bawah dan bagian belakang
dengan paha.9
Sebelum fleksi sendi lutut dapat terjadi, ligamentum-ligamentum, utama
harus mengurai kembali dalam mengendur untuk untuk memungkinkan terjadinya

gerakan gerakan diantara permukaan sendi. Proses mengurai dan melemas ini
terjadi oleh m. popliteus yang memutar femur ke lateral terhadap tibia. Sekali lagi
menisci

harus

menyesuaikan

bentuknya

terhadap

perubahan

bentuk

condylusfemoris. Perlekatan m. popliteus pada meniscus lateralis mengakibatkan


struktur ini tertarik juga ke belakang.9
Bila sendi lutut dalam keadaan fleksi Sembilan puluh derajat, dapat
dilakukan rotasi dalam derajat tertentu. Pada posisi fleksi, tibia secara pasif dapat
juga digerakkan kedepan dan kebelakang terhadap femur. Hal ini dimungkinkan
karena ligamentum ligamentum utama, terutama ligamentum cruciatum pada
posisi ini terdapat dalam keadaan lemas.9
Ekstensi dilaksanakan oleh m. quadriceps femoris dan di batasi mula-mula
oleh ligamentum craciatum yang menjadi tegang. Ekstensi sendi lutut lebih lanjut
disertai rotasi medial dari femur dan tibia serta ligamentum collaterale medial dan
lateral serta ligamentum popliteum obliqum menjadi tegang, serat-serat posterior
ligamentum cruciatum posterior juga di eratkan.9
Rotasi femur sebenarnya mengembalikan femur pada tibia, dan cartilage
semiulnaris di dapatkan mirip bantal karet diantaranya condylus femoris dan
condylus tibialis. Lutut berada dalam keadaan hiper-ekstensi dikatakan dalam
keadaan terkunci.9

2.2. Osteoartritis genu


2.2.1. Definisi OA genu
Definisi osteoarthritis genu menurut American Rheumatism Association
(ARA) adalah sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala
dan tanda pada lutut yang berhubungan dengan defek integritas kartilgo, dan
perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas sendi.10
Osteoartritis genu adalah penyakit kerusakan sendi lutut, yang mana seluruh
struktur sendi telah mengalami perubahan patologi. Masalahnya terdapat pada
hilangnya kartilago hialin sendi lutut. Hal ini disertai dengan bertambahnya
ketebalan dan sklerosis dari tulang subkondral, disebabkan oleh pertumbuhan
berlebihan osteofit pada bagian tepi sendi, peregangan kapsul sendi, sinovitis
ringan, dan kelemahan otot yang menghubungkan sendi. Pada lutut, degenerasi
meniskus adalah bagian dari penyakit. Terdapat banyak penyebab dari kerusakan
sendi, tapi langkah awal yang sering menginisialisasi terjadinya kerusakan sendi
ini adalah cedera yang menyebabkan gagalnya mekanisme protektif.10
2.2.2 Epidemiologi
Berdasarkan penilaian WHO 9.6% pria dan 18% wanita menderita
penyakit OA di dunia.Di regio Asia-Pasifik prevalensi OA lutut sebesar 7.5% di
China, 5.78% di daerah pedesaandan India dan 10.20% di Bangladesh . Di
Indonesia prevalensi OA lutut berdasarkan gambaran radiologis cukup tinggi,
yaitu pada wanita yang berusia <45 tahun sekitar 2%, usia 45-59 tahun sekitar
30%, dan lebih dari 60 tahun sekitar 68%. Insiden OA yang dialami pria 45-59
tahun sama dengan yang dialami wanita pada kelompok usia yang sama. Akan
tetapi, angka kejadian OA pada pria yang berusia lebih dari 60 tahun justru lebih
rendah dibandingkan dengan wanita pada kelompok usia yang sama.4,5
Sendi lutut menduduki urutan kedua tersering mengalami osteoartritis. Pada
tahun 2009, di antara penderita artritis yang mengunjungi Departemen
Rehabilitasi Medik RS Dr Cipto Mangunkusumo ditemukan sebanyak 62,8%
penderita OA lutut.12
Di Amerika, osteoartritis adalah penyakit sendi tersering. OA lutut
simptomatik terjadi pada 10% pria dan 13% wanita di atas 60 tahun. Jumlah
kejadian penyakit ini terus meningkat seiring dengan populasi yang bertambah tua
dan obesitas. Usia tua, wanita, obesitas, cidera lutut, penggunaan sendi yang

berlebihan, densitas tulang, kelemahan otot, pembebanan ada sendi, dan


kelemahan sendi mempengaruhi perkembangan penyakit ini.13
2.2.3

Faktor Risiko
Kerentanan dan beban sendi merupakan faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan penyakit osteoartritis. Pada sendi yang rentan, yang mana proteksi
tidak berfungsi dengan baik, dengan beban yang minimal dapat menyebabkan
perkembangan penyakit osteoartritis. Di sisi lain, pada sendi yang tidak rentan
dengna proteksi baik namun terkena cidera berat atau pembebanan yang
berlebihan dalam waktu lama, dapat pula meningkatkan risiko terjadinya penyakit
ini.10
Umur merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh. Penyakit
osteoartritis jarang terjadi pada umur di bawah 40 tahun, dan banyak ditemui pada
umur di atas 60 tahun. Penuaan menyebabkan bertambahnya kerentanan sendi.
Selain itu, pada wanita di atas 60 tahun, kejadian OA lebih rentan akibat
hilangnya hormon saat menopause.10
Pemberian beban pada sendi merangsang pembentukan matriks kartilago
oleh kondrosit pada usia muda. Namun pada usia tua, mekanisme ini menjadi
kurang memberikan respon terhadap stimuli. Ligamen pun semakin merenggang
seiring pertambahan usia, menyebabkan kurangnya daya absorbsi terhadap
tekanan. Begitu pula otot dan kerja saraf sensoris yang semakin melemah dan
mereson lambat impuls menyebabkan mekanisme pertahanan terhadap tekanan
dan posisi melemah.10
Obesitas menyebabkan bertambahnya beban sendi dehingga meningkatkan
risiko terjadianya OA, baik OA lutut maupun panggul. Penambahan 1 kg
meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi orang yang obes, setiap
penurunan berat walau hanya 5 kg akan mengurangi fakor risiko OA di kemudian
hari sebesar 50%. Penambahan beban lainnya disebabkan oleh penggunaan sendi
yang berlebihan sehingga beban pada sendi pun bertambah.10
OA merupakan penyakit herediter. Pada OA panggul dan tangan,
kebanyakan penyakit juga dimiliki oleh anggota keluarga pasien. Namun pada OA
lutut hanya sekitar 30% yang diturunkan, bahkan banyak dikatakan bahwa tidak
ada kaitan dengan hereditas sama sekali.10

Cidera besar, seperti fraktur, nekrosis avaskular, robeknya ligamen, dan


robeknya meniskus, dapat meningkatkan kerentanan terhadap OA. Deformitas
lutut pun merupakan resiko OA. Varus (bow-legged) lutut dengan OA
meningkatkan risiko hilangnya kartilago lutut pada bagian medial dalam dalam
lutut, sedangkan valgus (knocked-kneed) memicu hilangnya kartilago di bagian
lateral lutut. Sudut lutut yang tidak normal ini menyebabkan pertambahan beban
atau focal stress pada daerah lutut.10
2.2.4 Patogenesis
Perubahan awal pada osteoartritis genue berawal dari perubahan susunan
dan ukuran serat kolagen pada kartilago. Protease menyebabkan hilangnya
matriks kartilago. Sintesis proteoglikan memacu kompensasi peningkatan namun
akhirnya turun dan menyebabkan kartilago kehilangan ketebalannya.10
Karena kartilago yang bersifat aneural atau tidak memiliki jaringan saraf,
hilangnya kartilago pada sendi tidak menyebabkan nyeri. Nyeri pada osteoartritis
genue disebabkan oleh struktur lain di luar kartilago, termasuk sinovium, ligamen,
kapsul sendi, otot, dan tulang subkondrial. Nyeri sendi lutut pada pasien
Osteoartritis genue dapat disebabkan oleh banyak proses, yaitu gesekan
permukaan sendi karena degenerasi rawan sendi, peradangan oleh zat-zat algogen
yang menyebabkan iritasi, regangan jaringan lunak yang kontraktur, dan iritasi
jaringan lunak oleh osteofit.10
Proses degenerasi berperan besar dalam terjadinya Osteoartritis genue.
Dalam proses degenerasi, terjadi perusakan rawan sendi yang progresif. Tulang
rawan yang menipis akan menyebabkan terjadinya gesekan pada permukaan sendi
saat lutut digerakkan. Gesekan ini akan mengiritasi ujung syaraf permukaan sendi
sehingga terjadila nyeri.10
Perlunakan dan perusakan rawan sendi akibat proses degenerasi tadi juga
diikuti oleh pemadatan tulang subkodral, sehingga terbentuklah osteofit. Osteofit
merupakan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan atau pada tepi
persendian. Adanya osteofit menyebabkan kekakuan sendi.

Selain itu,

pembebanan kerja yang berlebihan pada sendi lutut juga dapat menyebabkan
perubahan pada rawan sendi. Kerusakan pada rawan sendi menghasilkan struktur
sendi yang tidak beraturan dan terbentuklah osteofit.10

Osteofit akan mengiritasi membran sinovial. Pada membran ini terdapat


banyak reseptor-reseptor nyeri. Terjepitnya ujung-ujung saraf polimodal yang
terdapat di sekitar sendi akibat osteofit tadi, akan menyebabkan pembengkakan
dan penebalan jaringan lunak di sekitar sendi. Proses ini akan menyebabkan
nyeri.10
2.2.5

Manifestasi Klinik
Gambaran klinis osteoartritis genue umumnya adalah berupa nyeri. Nyeri

ini berkurang jika pasien bersitirahat, dan bertambah bila sendi digerakkan atau
bila memikul beban tubuh. Dapat pula terjadi kekakuan sendi jika sendi tersebut
lama tidak digerakkan. Kekuan dapat terjadi pada pagi hari, namun hanya
bertahan beberapa menit. Spasme otot atau tekanan pada saraf di daerah sendi
yang terganggu adalah sumber nyeri. Gambaran lainnya adalah keterbatasan
dalam gerakan (terutama tidak dapat berekstensi penuh), nyeri tekan lokal,
pembesaran tulang di sekitar sendi, sedikit efusi sendi, dan krepitasi.10
Nyeri sendi pada osteoartritis genue berkaitan dengan aktifitas. Nyeri datang
selama dan hanya setelah sendi digunakan dan berangsur membaik. Salah satu
contoh nyeri pada pasien osteoartritis genue adalah ketika menaiki atau menuruni
tangga dan nyeri sendi saat menyokong berat tubuh saat berjalan. Pada awal
penyakit, nyeri bersifat episodik, terkadang dipicu oleh pemakaian sendi yang
berlebihan 1 atau 2 hari sebelumnya. Seiring dengan progresivitas menyakit, nyeri
terjadi terus-menerus atau kontinyu, bahkan mulai mengganggu saat malam hari.
Kekakuan sendi yang terpengaruh bisa jadi sangat mencolok, namun kekakuan
pada pagi hari biasanya hanya berlangsung sebentar (<30 menit).10
Pada lutut, sering terjadi buckling. Buckling atau tekukan lutut ini dapat
terjadi akibat kelemahan dari otot yang menjembatani sendi. Gejala mekanik
lainnya adalah catching atau locking, juga dapat menandakan perubahan letak
interna dari lutut yang perlu dievaluasi. Pada lutut, nyeri karena aktivitas yang
menyebabkan lutut fleksi, seperti menaiki tangga dan memanjat, kadang berasal
dari bagian patelofemoral lutut, yang mana tidak berartikulasi secara aktif hingga
lutut mengalami pembengkokan hingga 35o.10
2.2.6

Diagnosis

Diagnosis OA lutut menggunakan kriteria klasifikasi dari American


College of Rheumatology seperti tercantum pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Kriteria Diagnosis Osteoartritis Lutut menurut The American Collage of
Rheumatology (ACR) 1986
Klinis
Nyeri lutut + minimal 3

Klinis dan Laboratorik


Nyeri lutut + minimal 5

Klinis dan Radiografi


Nyeri lutut + minimal 1

dari 6 kriteria berikut :

dari 9 kriteria berikut :

dari 3 kriteria berikut :

1. Umur > 50 tahun

1. Umur > 50 tahun

1. Umur > 50 tahun

2. Kaku pagi < 30

2. Kaku pagi < 30 menit 2. Kaku pagi < 30 menit

menit

3. Krepitus

3. Krepitus + Osteofit

3. Krepitus

4. Nyeri tekan

4. Nyeri tekan

5. Pembesaran tulang

5. Pembesaran tulang

6. Tidak panas pada

6. Tidak panas pada


perabaan

perabaan
7. LED < 40 mm / jam
8. RF < 1 : 40
9. Analisis cairan sendi
normal

92% sensitive

91% sensitive

95% sensitive

75% spesifik

86% spesifik

69% spesifik

Keterangan : LED Laju Endap Darah (Westergen); RF : Rhematoid Factor, tanda


cairan sendi osteoarthritis adalah jernih, viskus atau hitung sel darah putih kurang
dari 2.000/mm3.
Diagnosis OA selain berdasarkan gejala klinis juga didasarkan pada hasil
radiologi. Namun pada awal penyakit , radiografi sendi seringkali masih normal.
Berikut klasifikasi radiografi osteoartritis menurut kriteria Kellgren-Lawrence.
Tabel 2. Klasifikasi Radiografi Osteoartritis menurut Kriteria Kellgren-Lawrence
Derajat
0

Klasifikasi
Normal

Tidak

Gambaran Radiografis
ada gambaran radiografis

abnormal

yang

Meragukan

Tampak osteofit kecil

Minimal

Tampak osteofit, celah sendi normal

Sedang

Osteofit jelas, penyempitan celah sendi

Berat

Penyempitan celah sendi berat dan adanya


sklerosis

( Sumber : AI Pratiwi. Diagnosis and treatment osteoarthritis. J Majority Vol 4 No


4. 2015 Feb: 10)
Periksaan penunjang laboratorium OA biasanya tidak banyak berguna.
Darah tepi (Hb, leukosit, laju endap darah) dalam batas batas normal kecuali OA
generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan cairan
sendi pasien negatif tidak ditemukan adanya bakteri.16,17
2.2.7

Penatalaksanaan
Pengelolaan osteoartritis didasarkan atas distribusinya (sendi mana yang

terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Osteoartritis genu merupakan
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, terapi pada pasien osteoartritis genu
berfungsi untuk memaksimalkan fungsi yang ada. Pengelolaannya terdiri dari 3
hal:7
a. Terapi non farmakologis, terdiri dari:
a) Edukasi atau penerangan.
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui tentang
penyakitnya, bagaimana menjaga penyakitnya agar tidak bertambah
parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.
b) Terapi fisik dan rehabilitasi
Perinsip-perinsip penatalaksanaan
1) Menghilanhkan nyeri.
2) Meningkatkan mobilitas.
3) Meningkatkan tenaga otot.
4) Nasihat tentang perawatan diri/ untuk
ketergantungan.
5) Terapi pembefahan.
Metode terapi

mandiri

tidak

1) Untuk mengurangi nyeri dan spasme otot dapat dilakukan


terapi:
a pemberian obat.
b Bungkusan es
c Diatermi Gelombang Pendek, Ultrasound/inferential
d Hidroterapi
e Latihan suspensi, Traksi dengan hati-hati.
2) Untuk mobilisasi dapat dilakukan terapi:
a Mobilisasi Pasif (maitland)
b Memberi posisi tertentu pada pasien misalnya
berbaring tengkurap
c Latihan dengan katrol
d Traksi
e Latihan suspensi
f Gerakan-gerakan aktif
g Hidroterapi
h PNF- pertahankan/relaksasi
i Latihan bandul
3) Untuk meningkatkan tenaga otot dapat dilakukan terapi:
a Tehnik-tehnik fasilitas neuromuskuler proprioseptif
b Latihan isotonic dan isometric
c Latihan dengan katrol
d Latihan dengan tahanan bertahap
e Hidroterapi
4) Untuk meningkatkan fungsi dapat dilakukan terapi
a Latihan latihan postural
b Latihan gaya berjalan
c) Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan merupakan faktor yang akan
memperberat osteoartritis. Oleh karenanya berat badan harus selalu
dijaga agar tidak berlebihan
b. Terapi farmakologis
a) Analgesik oral non opiat
Obat ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
sakit
b) Analgesik topikal
Merupakan penghilang rasa nyeri yang digunakan secara topikal
c) Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
Obat golongan ini disamping mempunyai efek analgetik juga
mempunyai efek anti inflamasi
d) Chondroprotective agent

Chondroprotective agent adalah obat obatan yang dapat menjaga


atau merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada pasien
osteoarthritis.
c. Terapi bedah
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil
untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila
terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari.7
a) Osteotomi
b) Atroplasti eksisi
c) Artoplasti dengan interposisi
d) Penggantian sendi partial atau seluruhnya
e) Arthrodesis
a)

2.3 Indeks Massa Tubuh


2.3.1

Definisi
Indeks Massa Tubuh (IMT) ialah formula matematis yang bertalian

dengan lemak tubuh orang dewasa, yaituberat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi
badan (m2). Formula ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia 19-70
tahun, dan pada orang yang mempunyai struktur tulang punggung normal, bukan
bekerja sebagai atlet atau binaragawan, juga bukan wanita yang sedang hamilatau
Klasifikasi
IMT
Berat Badan kurang (underweight)

< 18.5

Berat Badan normal

18.5-22.9

Berat Badan lebih (overweight) beresiko

23 .0-24.9

Obesitas I

25.0 -29.9

Obesitas II

30.0

menyusui.18
Untuk mengetahui nilai IMT ini diukur berat badan dan tinggi badannya
kemudian hasilnya di masukkan kedalam rumus:
Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut Kriteria Asia Pasifik Berdasarkan WHO.

IMT=

Berat Badan(kg)
2
Tinggi Badan (meter )

Referensi: Sugondo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV Jilid III.

2.4 Kerangka Teori

Metabolik (obesitas) IMT >


25

Penuaan (usia > 50


tahun)
Demorafi ( Jenis
Kelamin)

Biomekanika : resultan
gaya bergeser ke
medial sehingga beban
yang di terima sendi
llutut tidak seimbang

Perubahan struktur
rawan sendi

Terbentuk osteofit yang akan


mengiritasi membrane
synovial

Terjepitnya syaraf-syaraf primordial akibat


osteofit terjadi pembengkakan dan
penebalan jaringan lunak di sekitar sendi
lutut

Nyeri dan
kaku Sendi
lutut

Osteoarthritis Genue

Keterangan :
: variabel tambahan
: variabel bebas
: variabel terikat

2.5 Kerangka Konsep

IMT > 25
(obesitas)

Usia
Jenis kelamin
Riwayat
keluarga
Osteoarthritis
genu (+)

IMT 18.5 - 22.9


(normal)

IMT > 25
(obesitas)

Usia
Jenis kelamin
Riwayat
keluarga

Osteoarthritis
genu (-)

IMT 18.5 - 22.9


(normal)

Anda mungkin juga menyukai