Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1

Latar Belakang..................................................................................................................

1.2

Rumusan Masalah.............................................................................................................

1.3

Tujuan Makalah................................................................................................................

BAB II.......................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.............................................................................................. 3

2.1

Kewajiban & Ekuitas Pemilik...........................................................................................

2.2

Proprietary and Entity Theory...........................................................................................

2.2.1

Teori Hak Milik (Proprietary Theory).................................................4

2.2.2

Teori Entitas (Entity Theory)............................................................7

2.3

Definisi Liabilitas............................................................................................................

2.3.1

Liabilitas Kini (Present Obligation)..................................................11

2.3.2

Transaksi Masa Lalu (Past Transaction)............................................12

2.3.3

Pengakuan Liabilitas (Liability Recognition)......................................13

2.3.4

Kerangka IASB (IASB Framework).................................................14

2.4

Pengukuran Liabilitas (Liability Measurement)..............................................................

2.4.1

Imbalan Kerja Rencana Pensiun....................................................16

2.4.2

Provisi dan Kontinjensi.................................................................17

2.4.3

Ekuitas Pemilik...........................................................................18

2.4.4

Hak Para Pihak...........................................................................19

2.4.5

Substansi Ekonomi......................................................................20

2.4.6

Konsep Modal............................................................................ 21

2.4.7

Klasifikasi Ekuitas Pemilik............................................................21

2.5
2.5.1

Challenges For Standard Setters.....................................................................................


Perbedaan Hutang dengan Ekuitas...................................................23

2.5.2

Penyelesaian Utang......................................................................24

2.5.3

Pembayaran Berbasis Saham (Employee Shares)..................................25

2.5.4

Masalah Auditor..........................................................................26

BAB III....................................................................................................... 27
PENUTUP................................................................................................... 27

3.1

Simpulan.........................................................................................................................

BAB IV....................................................................................................... 28
Daftar Pustaka............................................................................................... 28

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Liabilitas dan ekuitas pemilik merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan
dari laporan keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan
keuangan era IFRS dengan PSAK yang sebelumnya mengacu pada US GAAP.
Dimana sebelumnya menerapkan teori kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan
pada teori entitas. Proprietary theory adalah aktiva bersih (aktiva utang) yang
berarti pemilik lebih menekankan pada komponen laba rugi. Terdapat kekurangan
pada teori ini sehingga teori entitas muncul dengan maksud mengurangi kelemahankelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat
perhatian. Namun demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan
teori pendahulunya, proprietary theory.
Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang berbeda walaupun
keduanya mengarah kepada simpulan yang sama, yaitu pertanggungjawaban
(accountability). Versi pertama adalah versi tradisional yang memandang bahwa
perusahaan beroperasi untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-orang yang
menanamkan dananya dalam perusahaan. Dalam hal ini, entitas bisnis
memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham tentang status
dan konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu versi kedua, yaitu pandangan
yang lebih baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah entitas adalah
bisnis untuk dirinya sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan
perkembangannya.

Dalam pelaporan akuntansi, kewajiban membutuhkan definisi, pengukuran,


penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar laporan
keuangan yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat
digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Apakah yang dimaksud dengan proprietary theory dan entity theory?


Apa yang dimaksud dari liabilitas dan apa sajakah kriteria pengakuan liabilitas?
Bagaimana praktek pengukuran pada liabilitas dan ekuitas?
Apa yang menjadi tantangan dalam pembuatan standar terkait liabilitas dan ekuitas?

1.3 Tujuan Makalah


1.
2.
3.
4.

Menjelaskan mengenai proprietary theory dan entity theory.


Menjelaskan definisi dari liabilitas dan kriteria pengakuannya.
Menjelaskan praktek pengukuran liabilitas dan ekuitas.
Menjelaskan tantangan-tantangan dalam membuat standar terkait liabilitas dan
ekuitas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kewajiban & Ekuitas Pemilik
Aset (yang dipegang perusahaan) berasal dari pemilik ataupun pihak lain yang
memasok dana untuk mengakuisisi aset tersebut, nilai total aset bergantung pada
klaim satu atau beberapa pihak, umumnya agar dibayarkan uangnya. Ada dua macam
klaim (dengan hak yang berbeda), yaitu oleh:

Kreditor

Pemilik

disebut kewajiban (liabilities)

disebut ekuitas pemilik (owners equity)


entitas tidak diwajibkan mentransfer aset
kepada pemilik;

menjadi kewajiban entitas pelaporan


menjadi kewajiban saat dividen diumumkan
(muncul utang dividen/dividends payable)
memiliki klaim terlebih dahulu atas aset

klaim kemudian (setelah klain terhadap

(jika terjadi likuidasi)

kreditor dipenuhi)

hampir selalu lebih spesifik (dalam hal:


jumlah & waktu pembayarannya)
Dengan demikian, liabilities kewajiban saat ini di suatu entitas; owners equity klaim
atau kepentingan residu, namun bukan kewajiban untuk mentransfer aset.
Ada dua teori yang dikemukakan untuk membantu memahami akuntansi,
yaitu: Proprietary Theory

(Teori Hak Milik) dan Entity Theory (Teori

Entitas/Kesatuan). Teori pertama mendasarkan pada ide bahwa pemilik menjadi pusat
perhatian. Seluruh konsep, prosedur, aturan akuntansi dirumuskan dengan mengingat
kepentingan pemilik. Sebaliknya, teori kedua mengemukakan bahwa suatu bisnis
merupakan sebuah entitas terpisah dan akuntansi mencatat transaksi entitas.
2.2 Proprietary and Entity Theory
2.2.1

Teori Hak Milik (Proprietary Theory)


Kepemilikan (proprietorship/P) menggambarkan kekayaan bersih suatu

bisnis, disajikan dalam persamaan berikut:


P= A- L
dimana kepemilikan (ekuitas pemilik) sama dengan aset (assets/A) dikurangi
kewajiban (liabilities/L). P menunjukkan kekayaan bersih pemilik bisnis. Sprague
menyatakan bahwa:
Neraca kepemilikan adalah penjumlahan dari seluruh elemen pada beberapa
waktu tertentu yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kelompok
orang ... Tujuan keseluruhan perjuangan suatu bisnis adalah peningkatan
kekayaan, yaitu peningkatan hak milik.
Assets menjadi milik pemilik, dan liabilities menjadi kewajiban pemilik pula.
Berdasarkan keterangan ini, tampak bahwa tujuan akuntansi adalah untuk
menentukan kekayaan bersih pemilik. Teori ekonomi perusahaan mengambil
pandangan ini, dengan perluasan pada peran pengusaha-pemilik. Konsep pendapatan
(yang meningkatkan kekayaan bersih) dipandang sebagai pengembalian terhadap
enterpreneurship (upaya kewirausahaan).

Pendapatan dihasilkan dan beban dikeluarkan akibat dari keputusan dan


perilaku pemilik (atau perwakilan pemilik). Akun pendapatan dan beban merupakan
subsidiary account (akun pembantu/turunan) dari P, yang dipisahkan sementara
untuk menentukan keuntungan pemilik. Pendapatan adalah penambahan kepemilikan;
beban adalah pengurangan kepemilikan. Vatter menjelaskan:
Teori double entry (pembukuan berganda) didasarkan pada ide bahwa
akun beban dan pendapatan memiliki karakteristik aljabar yang sama dengan
kekayaan bersih, misalnya, akun yang cenderung meningkatkan kekayaan bersih
ditambahkan pada sisi kredit, akun yang cenderung menurunkan kekayaan bersih
ditangani secara sebaliknya (menambah sisi debit).
Sehingga, laba bersih merupakan kenaikan kekayaan pemilik selama periode
tertentu. Jika hal ini merupakan apa yang digambarkan sebagai pendapatan, maka
harus mencakup seluruh aspek yang memengaruhi perubahan kekayaan bersih
pemilik selama periode tersebut. Perubahan pada kekayaan bersih diturunkan dari
aktivitas yang menghasilkan pendapatan, berlaku juga pada perubahan nilai aset.
Contoh, nilai instrinsik dari judul surat kabar bisa jadi bertambah dan dapat menarik
premi signifikan kepada pemilik jika terealisasi (terjual). Argumen terkait kasus
tersebut, yaitu peningkatan kekayaan bersih pemilik seharusnya diakui, meski
perubahan kekayaan tersebut masih belum nyata hingga surat kabar terjual. Masalah
akuntansi yang dihadapi adalah mengukur perubahan nilai yang belum nyata tersebut.
Kebanyakan, praktik akuntansi saat ini berdasarkan pada teori kepemilikan.
Dividen lebih dianggap sebagai distribusi keuntungan ketimbang beban, karena
merupakan pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga utang maupun pajak
pendapatan dianggap sebagai beban karena mengurangi kekayaan pemilik. Bagi
pemilik tunggal maupun persekutuan, gaji yang dibayarkan kepada pemilik (yang
juga bekerja pada perusahaan) tidak dianggap sebagai beban, karena pemilik dan

perusahaan merupakan entitas yang sama/satu kesatuan (tidak dapat membayar


dirinya sendiri sehingga tidak dapat dikurangkan sebagai beban).
Metode ekuitas untuk investasi jangka panjang mengakui kepemilikan atau
kepentingan hak milik dari perusahaan investor. Hal itu mengizinkan perusahaan
investor untuk mencatat persentase bagian laba investee sebagai profit. Dalam laporan
keuangan konsolidasi, metode perusahaan induk adalah berdasarkan teori
kepemilikan. Perusahaan induk dipandang memiliki perusahaan anak. Hak
minoritas (dari sudut pandang pemilik perusahaan anak) menggambarkan klaim
sekelompok pihak luar. Perluasan hak minoritas dianggap sebagai pengurangan
kepemilikan.
Pandangan modal keuangan lebih tepat menganut teori kepemilikan
(ketimbang modal fisik). Pandangan modal keuangan memperluas investasi keuangan
pemilik; pandangan modal fisik berfokus pada kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan tingkat operasi fisiknya (tanpa memperhatikan klaim kepemilikan).
Pandangan kepemilikan tidak membedakan aset pemilik dengan aset entitas.
Sehingga, seluruh keuntungan perusahaan didistribusikan kepada pemilik. Jika
perusahaan membutuhkan sumber daya tambahan, dananya dapat diperoleh dari
sumber daya pribadi pemilik. Modal = jumlah kas yang diinvestasikan pemilik +
keuntungan (yang direinvestasi oleh simpanan dalam perusahaan). Banyak orang
mengadopsi pandangan keuangan atas modal, dan hal itu juga menjadi praktik
akuntansi konvensional tradisional.
Pandangan kepemilikan dalam akuntansi dikembangkan saat bisnis masih
kecil (saat masih berbentuk milik pribadi/persekutuan). Dengan munculnya
perusahaan, teori ini tidak cukup menjadi dasar untuk menjelaskan akuntansi
perusahaan. Secara hukum, perusahaan merupakan entitas terpisah dari pemiliknya
dan memiliki hak sendiri. Perusahaan (bukan pemegang saham) menguasai aset dan

menanggung kewajiban bisnis. Tidak hanya perusahaan memikul kewajiban bisnis,


namun dengan adanya ciri kewajiban terbatas, logis jika pemegang saham
bertanggung jawab atas kewajiban perusahaan. Jika para pemegang saham dari
perusahaan besar ingin menggunakan apa yang dianggap hak milik dengan menarik
(kembali) aset dari itu, mereka akan melanggar hukum. Penarikan kas (dividen)
benar-benar merupakan pendistribusian melalui prosedur legal yang formal.
Akuntabilitas (pertanggungjawaban) terhadap pemilik merupakan fungsi
signifikan dari suatu perusahaan besar, karena adanya gap antara manajemen dengan
pemegang saham. Bagi perusahaan kecil, pemilik mengetahui status keuangan
bisnisnya, gagasan tentang akuntabilitas/stewardship tidak begitu berarti. Sebaliknya,
pada perusahan, kontak antara pemegang saham dengan urusan terkait perusahaan
sangat minim. Pemegang saham bergantung pada informasi yang dilaporkan oleh
manajemen kepadanya.
Meski demikian, ada kasus-kasus di mana perusahaan besar terkait dengan
satu atau beberapa individu kunci atau sebuah organisasi pengendali, di mana dalam
praktiknya, kekayaan pemiliknya tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Dalam kasus
tersebut, teori kepemilikan masih relevan.
2.2.2

Teori Entitas (Entity Theory)


Teori entitas dirumuskan sebagai respon atas kekurangan dari pandangan

kepemilikan tentang status hukum terpisah dari suatu perusahaan. Teori ini dimulai
dari fakta bahwa perusahaan adalah sebuah entitas terpisah dengan identitasnya
sendiri. Teori ini melampaui asumsi entitas akuntansi mengenai pemisahan urusan
bisnis dan pribadi. Martin menguraikan dua asumsi terkait yang diwujudkan dalam
gagasan sebuah entitas akuntansi, yaitu:
1. Pemisahan, untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya;

2. sudut pandang, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.


Meski teori entitas secara khusus cocok untuk akuntansi perusahaan, pendukungnya
percaya teori ini dapat diterapkan pada organisasi milik perseorangan, persekutuan,
bahkan nirlaba, asalkan:
-

akun dan transaksi diklasifikasikan dan dianalisis dari sudut pandang entitas sebagai

sebuah unit operasi;


prinsip dan prosedur akuntansi tidak dirumuskan dalam hal kepentingan tunggal,
seperti pada organisasi milik perseorangan.
Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis:
Ini adalah bisnis dengan sejarah keuangan di mana petugas pembukuan dan
akuntannya sedang mencoba mencatat dan menganalisis; buku dan akun
merupakan catatan bisnis; laporan periodik operasi dan posisi keuangan
merupakan laporan bisnis.
Entitas bukanlah seseorang dan tidak dapat bertindak dengan sendirinya. Ia
adalah sebuah institusi, meski demikian ia merupakan suatu hal yang sangat nyata,
menurut Paton. Keberadaannya nyata dan terukur, bahkan memiliki kepribadian
sendiri. Bagi sebuah perusahaan, sekali modal sahamnya diterbitkan, kehidupan
perusahaan tidak bergantung pada kehidupan pemegang sahamnya. Dari sudut
pandang akuntansi, entitas dapat didefinisikan setiap area kepentingan ekonomi yang
keberadaannya terpisah dari pemiliknya (entitas sebagai unit independen).
Dalam sudut pandang ini, tujuan akuntansi boleh jadi untuk stewardship atau
akuntabilitas. Versi tradisional teori entitas, perusahaan bisnis beroperasi demi
keuntungan pemilik ekuitas, penyedia dana bagi entitas. Sehingga, kepada pemilik
ekuitas, entitas harus melaporkan status dan konsekuensi dari investasi mereka.
Interpretasi yang lebih baru memandang entitas seperti berbisnis untuk dirinya sendiri
dan tertarik pada kelangsungan hidupnya sendiri, sehingga entitas bisnis melapor

pada pemilik ekuitas dalam rangka memenuhi persyaratan hukum dan menjaga
hubungan baik (dengan pemilik ekuitas) jika suatu saat nanti dibutuhkan dana lebih.
Pandangan tradisional, pemilik ekuitas sebagai rekan bisnis; pandangan yang lebih
baru, pemilik ekuitas sebagai orang luar. Keduanya membuat muatan informasi
laporan keuangan untuk pengambilan keputusan (yang mana telah ditekankan dalam
beberapa tahun terakhir) dapat dengan mudah dicerna.
Dalam teori ini, fokus persamaan akuntansinya adalah aset dan ekuitas.
Kekayaan bersih pemilik tidak menjadi konsep yang berarti, karena entitaslah yang
menjadi pusat perhatian. Pemilik dan kreditor keduanya dipandang secara sederhana
sebagai pemilik ekuitas, penyedia dana. Persamaan akuntansinya:
Assets = Equities
Neraca menggambarkan aset entitas, di mana Paton merujuknya sebagai
penyajian kembali laporan langsung mengenai nilai entitas, dan ekuitas ia sebut
sebagai ungkapan tidak langsung dari total yang sama. Aset merupakan milik
perusahaan, dan liabilitas merupakan kewajiban perusahaan, bukan pemilik. Telah
dikemukakan bahwa karena jumlah yang diinvestasikan oleh pemilik ekuitas harus
diperhitungkan, mengarahkan pada penggunaan biaya historis aset-aset nonmoneter
(karena total pada sisi kanan laporan posisi keuangan harus sama dengan sisi kiri).
Setelah menerima dana dari pemilik ekuitas, perusahaan menginvestasikan dana
tersebut dalam bentuk aset. Untuk aset-aset nonmoneter, nilainya sebesar harga
pembelian aslinya. Sayangnya, akuntabilitas tidak memandang perlu pelacakan nilai
asli investasi. Pemilik ekuitas juga tertarik terhadap perubahan nilai investasi mereka.
Current value advocates (nilai pendukung saat ini) menunjukkan teori entitas
berasumsi bahwa investor tidak begitu dekat dengan bisnis untuk membuat sendiri
penyesuaian nilai. Sehingga, akuntabilitas meyiratkan bahwa penyesuaian tersebut

(yakni perubahan nilai) harus dilaporkan. Dapat dikatakan, entitas perlu mengetahui
nilai kini asetnya untuk membuat keputusan yang tepat.
Dalam pandangan entitas, pendapatan didefinisikan sebagai arus masuk aset
karena transaksi yang dilakukan oleh perusahaan; beban biaya aset dan pelayanan
lain yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan pada periode ybs
(mengurangi kekayaan aset entitas). Konsep kepemilikan berkonsentrasi pada
variabel P pada persamaan akuntansi. Konsep entitas berfokus pada sisi lain dari
persamaan tersebut, yaitu A. Hal ini karena aset dipandang sebagai sesuatu yang
nyata dikelola oleh perusahaan, sedangkan ekuitas lebih abstrak, yang berkaitan
dengan klaim atas aset suatu cara tidak langsung (sebagaimana disebutkan Paton)
dalam memandang nilai aset.
Aset dan beban pada dasarnya bersifat sama; keduanya menyediakan jasa.
Muncul pertanyaan sederhana, apakah jasa tersebut langsung habis atau disisakan
untuk penggunaan di masa depan. Karakteristik dasar pendapatan adalah
menghasilkan lebih banyak aset, sedangkan beban pada akhirnya mengurangi aset:
Dengan demikian, teori akuntansi mestinya menjelaskan konsep pendapatan dan
beban dalam hal perubahan aset perusahaan, bukan meningkat/menurunnya ekuitas
milik pemegang saham.
Laba bersih terutang pada perusahaan. Jika demikian, mengapa laba bersih
tersebut ditutup ke saldo laba, seolah-olah milik pemegang saham? Paton dan
Littleton berpendapat bahwa pemegang saham memiliki klaim residu kontraktual atas
aset, dan hal ini menjadi alasan mengapa laba bersih ditempatkan pada laba ditahan.
Pemegang saham memperoleh yang tersisa, setelah kreditor memperoleh pembayaran
saat likuidasi perusahaan (perkembangan versi konvensional teori ekuitas).
Interpretasi yang lebih baru, yaitu, akun laba ditahan sebagai ekuitas perusahaan/
investasi dalam dirinya sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang merupakan

10

beban (karena kreditor maupun pemegang saham dianggap sebagai pihak eksternal).
Sehingga, beban bunga, dividen, maupun pajak pendapatan merupakan beban bisnis,
karena mengurangi nilai ekuitas milik entitas itu sendiri.
Jadi, teori kepemilikan maupun teori entitas keduanya berpengaruh dalam
praktik. Teori akuntansi konvensional berdasarkan pada konsep entitas, dan laporan
keuangan mencerminkan pandangan entitas (fokusnya pada dividen dan earnings per
share). Perusahaan memperdagangkan sahamnya sendiri yang menunjukkan pasar
menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah. Meski demikian, pandangan
kepemilikan juga berpengaruh, misal, (berdasarkan konsep kepemilikan) beban bunga
dianggap sebagai expense dan dividen sebagai distribusi keuntungan.
2.3 Definisi Liabilitas
Liabilitas adalah elemen kunci dalam akuntansi. Bagaimana mendefinisikan,
bagaimana pengakuan dan pengukuran kewajiban dalam akuntansi. IASB Kerangka
Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan liabilitas adalah:
Sebuah Kewajiban dimasa kini atas perusahaan yang timbul dari peristiwa masa
lalu, dimana ketika jatuh tempo dapat mengakibatkan arus keluar atas sumber daya
dari perusahaan yang mempunyai suatu manfaat ekonomis.
Definisi tersebut mengandung dua komponen arti:
- Keberadaan liabilitas sekarang, membutuhkan penyerahan di masa mendatang
- Hasil dari transaksi masa lampau atau kegiatan lain yang lewat.
2.3.1

Liabilitas Kini (Present Obligation)


Definisi dari The Framework menegaskan bahwa liabilitas sudah diperkirakan

akan mengurangi manfaat ekonomis. Definisi ini berfokus pada kejadian dimasa
depan seperti pengorbanan yang belum dilakukan. Pertimbangan yang mendasarinya
adalah liabilitas muncul terkait dengan pengorbanan di masa depan.

11

Paragraf 62 dari The Framework menyatakan bahwa "penyelesaian" dari


liabilitas kini dapat terjadi dalam berbagai cara, misalnya dengan (1) pembayaran
tunai, (2) transfer aset lainnya, (3) penyediaan jasa, (4) penggantian atau replacement
liabilitas dengan liabilitas lainnya, (5) konversi dari liabilitas ke ekuitas, atau (6)
kreditur menghapuskan liabilitas tersebut.
Dari metode penyelesaian liabilitas diatas, hanya poin 1 (satu) dan 2 (dua)
yang melibatkan arus keluar atas aset yang diakui oleh entitas. Misalnya, hutang akan
diselesaikan secara tunai (pendapatan yang dibayar di muka) diselesaikan dengan
pemberian barang atau jasa.
2.3.2

Transaksi Masa Lalu (Past Transaction)


Syarat dari sebuah liabilitas adalah keharusan bahwa liabilitas tersebut

merupakan hasil dari transaksi di masa lalu memastikan bahwa hanya liabilitas
muncul di masa kinilah yang dicatat, bukan liabilitas yang muncul di masa depan.
Tetapi, kondisi dari kejadian di masa lalu mungkin sulit ditafsirkan. Transaksi masa
lalu seperti apakah yang memenuhi persyaratan agar diakui sebagai liabilitas?
Persyaratan sangat penting dalam menentukan apakah suatu transaksi akan
menimbulkan sebuah liabilitas atau tidak.
Ketika perusahaan menempatkan pesanan dengan pemasok untuk membeli
persediaan, aturan ini menentukan bahwa tidak ada liabilitas sampai barang diterima
atau hak kepemilikannya berpindah. Oleh karena itu, peristiwa masa lalu dalam hal
ini adalah penerimaan barang, bukan penempatan pesanan.

12

2.3.3

Pengakuan Liabilitas (Liability Recognition)


Saat definisi liabilitas terpenuhi, akuntan membutuhkan peraturan sebagai

dasar dalam penentuan atas pengakuan liabilitas tersebut. Jenis peraturan yang telah
digunakan di masa lalu mirip dengan yang digunakan dalam pengakuan aset. Empat
peraturan yang digunakan adalah:
- Kepercayaan pada hukum yang berlaku.
- Penentuan substansi ekonomis atas suatu transaksi.
- Kemampuan untuk mengukur nilai liabilitas tersebut.
- Penggunaan prinsip konservatisme.
Kriteria pertama, jika ada klaim yang berkekuatan hukum resmi, tidak ada
keraguan bahwa terdapat sebuah kewajiban didalamnya. Walaupun equitable or
constructive obligation terdapat di dalam definisi kewajiban, kebanyakan kewajiban
tersebut ditentukan atas dasar klaim yang sah terhadap entitas yang wajib memenuhi
kewajiban tersebut. Kriteria ini menyebabkan terjadinya liabilitas yang merupakan
syarat legal untuk mengakuinya. Sebagian besar liabilitas ditentukan berdasarkan
apakah ada tuntutan hukum terhadap entitas yang wajib untuk memenuhi.
Kriteria kedua mensyaratkan bahwa harus ada pertimbangan atas substansi
ekonomis atas suatu transaksi. Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonomi
yang telah terjadi, maka liabilitas dapat segera diakui dan dilaporkan dalam laporan
keuangan. Substansi ekonomi berkaitan dengan relevansi informasi akuntansi.
Kriteria ketiga terkait dengan penentuan nilai kewajiban. Untuk beberapa
kewajiban, nilai kewajiban ditentukan berdasarkan contract price, seperti jumlah kas
yang dibayarkan untuk barang dan jasa yang diterima. Tetapi, nilai kewajiban
mungkin berbeda dengan nilai nominalnya. Sebagai contoh, jika kewajiban jatuh
tempo lebih dari 12 bulan, kita harus mempertimbangkan time value of money. Oleh
karena itu, perhitungan nilai kewajiban harus berdasarkan present value dari expected

13

future cash flow, bukan berdasarkan nilai nominalnya. Kriteria ini berkaitan dengan
realibilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap liabilitas sangat subjektif, maka
lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat dalam neraca.
Berdasarkan sejarah, akuntan menggunakan pedekatan konservatif untuk
mengakui aset dan kewajiban. Secara umum, kewajiban seringkali dicatat terlebih
dahulu daripada aset karena lebih aman apabila aset understated daripada
kewajiban yang understated. Tetapi, terdapat masalah dengan keputusan perusahaan
dalam mengadopsi pendekatan konservatif dalam mengukur kewajiban. Di titik
manakah perusahaan dianggap terlalu konservatif, sehingga terdapat bias dalam
pengukuran kewajiban tersebut? Padahal para pembuat keputusan membutuhkan
informasi yang netral, tidak bias, dalam membuat keputusan. Jika sebuah informasi
menyesatkan karena perusahaan ingin memunculkan image tertentu atas laporan
keuangannya, akan menyesatkan para decision maker dalam mengambil keputusan
karena keputusan tersebut didasarkan atas informasi yang bias ini. Lain halnya jika
informasi tersebut netral (tidak menyesatkan) keputusan yang diambil pun mungkin
berbeda dan netral. Kriteria ini mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian daripada
keuntungan. Jadi rugi atau hutang akan segera diakui jika ada kemungkinan terjadi.
2.3.4

Kerangka IASB (IASB Framework)


Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan

neraca dan unsur-unsur laporan laba rugi. Paragraf 82 menyatakan bahwa item yang
memenuhi definisi elemen harus diakui jika:
1.

Besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item

yang akan mengalir ke atau dari entitas,


2.
Item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.

14

Paragraf 91 menyatakan bahwa kewajiban diakui dalam neraca apabila


besarmkemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat
ekonomi akan dihasilkan dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana
penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal. Oleh karena itu, isu-isu
penting yang harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pengakuan atas
liabilitas adalah (a) arus keluar atas kemungkinan manfaat ekonomi dan (b) keandalan
pengukuran liabilitas.
Dalam prakteknya, mungkin sulit untuk menerapkan kriteria tersebut.
Misalnya, apa maksud dari kemungkinan? Bisa dikatakan bahwa more likely rathen
than less likely. Namun, perbedaan individu dalam memperkirakan probabilitas dari
suatu peristiwa dapat bervariasi, menyebabkan inkonsistensi dalam pengukuran.
Kerangka paragraf 31 menyatakan bahwa pengukuran yang dapat diandalkan
adalah yang bebas dari kesalahan materi dan bias, lebih lanjut, bahwa item diukur
sehingga item tersebut mewakili dengan tepat apa yang dimaksudkan untuk mewakili.
Kerangka paragraf 86 menyatakan secara khusus bahwa kewajiban tidak dapat
dimasukkan jika mereka tidak dapat diukur secara andal. Beberapa orang
menganggap bahwa pengukuran yang andal berarti bahwa pengukuran tersebut dapat
diverifikasi. Hal ini berarti pengukuran kewajiban bisa dihubungkan dengan bukti
yang objektif seperti nilai kontrak atau nilai pasar. Tetapi, dalam kebanyakan kasus,
akuntan harus menggunakan judgement dalam melakukan estimasi kewajiban.
2.4 Pengukuran Liabilitas (Liability Measurement)
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran liabilitas yang paling umum
digunakan adalah biaya historis (historical cost). Sedangkan pengukuran dengan
menggunakan nilai wajar digunakan pada pengukuran awal transaksi liabilitas yang
berkaitan dengan IAS 17 Leases, IAS 39 Recognition and Measurement of Financial
Instruments, IFRS 2 Share-Based Payment, IFRS 3 Business Combination.
15

Liabilitas yang timbul dalam transaksi financial lease diakui di awal


berdasarkan nilai wajar leasing (dalam hal ini dapat berupa harga pasar untuk aset
leasing) atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilainya lebih rendah
( IAS 17, paragraf 20). Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah liabilitas diukur
berdasarkan metode amortisasi biaya, yaitu biaya dari liabilitas pada pengukuran
awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah)
disesuaikan secara tahunan untuk mencerminkan estimasi nilainya saat ini. Nilai
saldo liabilitas yang masih beredar didasarkan pada metode effective interest rate of
amortization (paragraf 25).
Biaya historis adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran
kewajiban setelah pengukuran awal. Dua contoh penggunaan nilai wajar untuk
pengukuran setelah pengukuran awal adalah kewajiban setelah berakhirnya masa
kerja (seperti pensiun) dan provisi jangka panjang. Kedua liabilitas ini bersifat jangka
panjang dan sangat dipengaruhi oleh nilai waktu uang.

2.4.1

Imbalan Kerja Rencana Pensiun


Di banyak negara, rencana dana pensiun ditetapkan oleh pemberi kerja untuk

memberikan manfaat bagi pekerja di saat sudah tidak bekerja. Perusahaan membayar
dana pensiun kepada suatu lembaga hukum terpisah yang memegang aset yang
nantinya akan digunakan sebagai pembayaran kepada pekerja yang pensiun.
Dana pensiun dapat seluruhnya didanai (fully funded), sebagian didanai
(partially funded), atau tidak didanai (unfunded). Rencana dana pensiun yang
sepenuhnya didanai memiliki kas atau investasi yang cukup untuk memenuhi
liabilitas dana pensiun anggota. Sebaliknya, rencana yang tidak didanai tidak
memiliki kas atau investasi untuk menutupi potensi pembayaran yang belum

16

direncanakan. Sejauh jumlah yang dibayarkan untuk dana pensiun tidak cukup untuk
memenuhi liabilitas mereka saat program jatuh tempo, maka dana pensiun tersebut
dikatakan tidak didanai.
Karena pensiun dikelola oleh entitas legal yang terpisah, maka dapat
diasumsikan bahwa rencana komitmen unfunded bukan merupakan liabilitas dari
perusahaan yang membayar kepada lembaga pengelola pensiun tersebut. Namun,
pandangan tersebut dapat dibantah dengan pendapat lain yang menyebutkan bahwa
perusahaan memiliki kewajiban untuk memenuhi komitmen unfunded, sehingga
timbul liabilitas. Whittred, Zimmer, dan Taylor mendukung pendapat tersebut.
Meskipun secara tradisional beberapa perusahaan tidak mengakui komitmen
unfunded sebagai liabilitas, tetapi berdasarkan pada kerangka konseptual dan IAS
37/AASB 137, sulit untuk mengatakan bahwa komitmen tersebut bukan merupakan
liabilitas.
2.4.2

Provisi dan Kontinjensi


Provisi dan liabilitas kontinjensi muncul dimana terdapat ketidakjelasan

antara liabilitas saat ini dan liabilitas waktu mendatang. IAS 37/AASB 137 paragraf
10 mendefinisikan liabilitas kontinjensi sebagai:
a. Liabilitas yang terjadi karena peristiwa masa lalu dan akan terjadi hanya jika terjadi
atau tidak terjadinya satu atau beberapa peristiwa di masa depan yang belum pasti
keterjadiannya dimana peristiwa di masa depan tersebut diluar kendali dari entitas,
atau
b. Liabilitas saat ini yang terjadi karena peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:
i.
Hal ini tidak mungkin mengakibatkan arus keluar atau sumber daya yang memiliki
ii.

manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan liabilitas tersebut; atau


Jumlah liabilitas tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.

17

Paragraf 10 IAS 37/AASB 137 paragraf 14 tentang kriteria pengakuan untuk


provisi sesuai dengan kriteria pada kerangka konseptual untuk pengakuan liabilitas.
Yaitu, liabilitas dan provisi boleh untuk diakui hanya saat ada kewajiban masa kini,
dimungkinkan adanya arus keluar dari sumber daya, yang mendatangkan manfaat
ekonomi, yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut, dan jumlahnya
dapat diukur dengan andal. Liabilitas kontijensi tidak memenuhi kriteria tersebut,
sehingga pada paragraf 27 disebutkan bahwa liabilitas kontijensi tidak diakui dalam
laporan keuangan.
2.4.3

Ekuitas Pemilik
Ekuitas Pemilik adalah konsep ketiga dari dasar akuntansi yang ada dalam

persamaan akuntansi. Ekuitas merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi liabilitas)


dari entitas. Dengan demikian, pemilik ekuitas (atau usaha) akan mengklaim aktiva
bersih entitas, yang tidak memiliki liabilitas untuk membayar. Hal ini mewakili
kepentingan pemilik modal dalam perusahaan. Ekuitas Pemilik (bunga sisa) adalah
sebuah klaim aktiva bersih entitas. Kerangka konseptual mendefinisikan ekuitas
dalam ayat 49 (C) sebagai berikut:
Ekuitas adalah kepentingan sisa dalam aset perusahaan setelah dikurangi
semua liabilitasnya.
Oleh karena itu, ekuitas pemilik tidak berliabilitas untuk melakukan
pengalihan aset, namun klaim sisa. Selanjutnya, hal itu tidak dapat didefinisikan
secara terpisah dari aktiva dan liabilitas. Ada dua fitur penting yang dapat membantu
kita untuk membedakan antara liabilitas dan ekuitas pemilik, yaitu:
Hak para pihak
Pengaturan substansi ekonomi

18

Hak hukum merupakan pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka


tidak boleh menjadi dasar satu-satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik. Pada
dasarnya, pengertian liabilitas mencakup kewajiban yang konstruktif dan wajar serta
kewajiban hukum itu sendiri. Alasan lain adalah bahwa fokus sudut pandang hukum
terlalu sempit untuk digunakan dalam mencapai tujuan akuntansi sebagai alat dalam
pengambilan keputusan. Sehingga, substansi ekonomi juga harus dipelajari.

2.4.4

Hak Para Pihak


Salah satu hak yang diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik

berdasar hukum maupun kebijakan perusahaan, berkaitan dengan hak prioritas untuk
pembayaran (kembali) jika perusahaan bangkrut. Dalam teori akuntansi, apapun
bentuk hukum dari organisasi, entitas diakui sebagai sebuah unit akuntabilitas atau
pertanggungjawaban. Dengan demikian, kreditor memiliki hak atas entitas, terutama
atas asetnya.
Kreditor memiliki hak-hak berikut:

Penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang

atau jasa).
Prioritas dari pemilik dalam penyelesaian klaim mereka saat likuidasi.
Perlu dicatat bahwa hak kreditor terbatas pada jumlah tertentu (yang dapat bervariasi
dari waktu ke waktu, tergantung kesepakatan), sedangkan pemilik hanya memiliki
hak sisa, meskipun secara perjanjian kontraktual dimungkinkan adanya perbedaan
tingkatan pemilik yang membedakan prioritas dalam penerimaan pengembalian
modal.

19

Aspek lain terkait hak kreditor dan pemilik berhubungan dengan penggunaan
aset atau peran dalam operasi perusahaan. Kreditor tidak memiliki hak untuk
menggunakan sebagian aset perusahaan selain yang disebutkan dalam kontrak.
Kreditor tidak secara langsung dapat turut campur dalam pengambilan keputusan
pada operasi bisnis, tetapi dapat pula secara kontrak terlibat misalnya kebijakan
bahwa aset tidak dapat dijual tanpa persetujuannya. Di sisi lain, pemilik memiliki hak
dan otoritas dalam operasi bisnis perusahaan.
2.4.5

Substansi Ekonomi
Baik liabilities maupun owners equity sama-sama menggambarkan klaim

terhadap entitas. Semua yang menuntut entitas menanggung risiko kerugian, tetapi
karena kreditor berhak melakukan klaim lebih awal, risikonya tidak sebanyak
pemilik. Pemilik harus menanggung seluruh kerugian yang berasal dari aktivitas
perusahaan. Pemilik memikul beban atas risiko bisnis.
Di tiap perusahaan, derajat risiko bagi kreditor dan pemilik bergantung pada
hak mereka. Kunci perbedaan hak tersebut terletak pada kreditor memiliki hak
penyelesaian, sedangkan pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi dalam profit
(residual profit). Perbedaan keduanya menggambarkan risiko ekonomi dan metode
pengembalian, kreditor menanggung lebih sedikit risiko dan menerima pengembalian
tetap relatif (relatively fixed return) dalam bentuk bunga dan pengembalian pokok.
Sementara pemilik menanggung lebih banyak risiko, oleh karena itu akan menerima
tingkat pengembalian keuntungan variabel yang sering kali lebih besar.
Pemilik atau perwakilannya memiliki kontrol terhadap akuisisi, komposisi,
penggunaan, dan pengaturan aset perusahaan. Mereka juga memiliki kontrol terhadap
operasional dan bertanggung jawab dalam menjalankan bisnis untuk bertahan dan
memperoleh keuntungan. Secara umum, pemilik mendelegasikan sebagian besar
tanggung jawab dan kontrol tersebut kepada direktur dan manajer.
20

2.4.6

Konsep Modal
Kerangka akuntansi menjelaskan bahwa fungsi kegiatan pemeliharaan modal

tidak hanya dapat mendefinisikan modal sebagai residual interest dari entitas,
melainkan juga menjelaskan konsep modal. Modal dikonsepkan sebagai uang atau
purchasing power yang diinvestasikan (financial capital) atau sebagai kapasitas
produksi entitas (physical capital). Lebih lanjut, modal dapat diukur sebagai nominal
mata uang ataupun skala riil (purchasing power).
Tujuan lainnya dari keharusan pemeliharaan modal adalah untuk melindungi
kreditor dengan menyedakan bemper. Contohnya, sebuah entitas memiliki legal
capital sebesar $10.000,00. Jika total aset sebesar $100.000,00, maka nilai laibilitas
adalah sebesar $90.000,00.
A=L+P
$ 100.000 = $ 90.000 + $ 10.000
Jika entitas tersebut dilikuidasi dan carrying amount aset yang direalisasikan
hanya sebesar $80.000,00, maka akan cukup untuk membayar seluruh hak kreditor.
Hal ini menjadi mungkin karena eksistensi modal sebesar $10.000,00. Tanpa modal
tersebut, kreditor mungkin tidak akan dibayar/ dilunasi penuh. Modal bukanlah
garansi bagi perlindungan kreditor, namun cukup menawarkan keamanan.
2.4.7

Klasifikasi Ekuitas Pemilik


Perbedaan antara nilai yang diinvestasikan (contributed capital-CC) dan nilai

yang direinvestasikan (earned capital-EC) dianggap sangat bermanfaat bagi akuntan.


Rasionalisasi dari pemisahan tersebut adalah CC terkait transaksi pembiayaan,
sedangkan EC berasal dari akifitas profit.

21

Laba ditahan (retained earnings/unappropriated profits) menjadi bagian dari


EC. Retained earnings mungkin tidak dibatasi/dicadangkan untuk tujuan khusus
(karena retained earnings bukanlah aset dan bukan ditujukan untuk aset tertentu).
Pada tahun 1950, sebuah komite khusus dari American Accounting Association
menjelaskan bahwa alokasi modal semestinya berasal dari tiga jenis:
1. Dirancang untuk menjelaskan kebijakan manajerial tentang reinvestasi laba.
2. Dimaksudkan untuk membatasi dividen sebagaimana disyaratkan oleh hukum atau
kontrak.
3. Menyediakan cadangan untuk antisipasi kerugian.
Komite AAA menambahkan bahwa tujuan pencadangan harus tidak
mempengaruhi penentuan profit. Beberapa perusahaan yang tertuduh menggunakan
pencadangan sebagai cara untuk mengurangi nilai yang tersedia untuk dividen,
dengan harapan hanya sedikit komplen dari pemegang saham mengenai tingkat
pembayaran dividen.
2.5 Challenges For Standard Setters
Saat ini IASB sedang menangani proyek konvergensi standar IASB dengan
US GAAP, tujuannya untuk memperbaiki standar yang berlaku terkait identifikasi
dan pengakuan liabilitas.
Tantangan yang dihadapi oleh penyusun standar dapat dijelaskan dalam tiga topik
utama, yaitu :
1. Perbedaan antara liabilitas dengan ekuitas;
2. Penyelesaian utang; dan
3. Pembayaran berbasis saham dan efeknya terhadap laibilitas dan ekuitas.

22

2.5.1

Perbedaan Hutang dengan Ekuitas


Saham yang diterbitkan untuk investor merupakan bagian dari ekuitas,
sedangkan pinjaman dari kreditor adalah liabilitas. Pertanyaan muncul dari instrumen
campuran (hibrid) yang memiliki karakteristik keduanya (ekuitas dan liabilitas).
Misalnya, saham preferen yang dicatat sebagai modal (menjadi bagian dari owner
equity) namun juga memiliki karakteristik seperti liabilitas, yaitu :

o Fixed claim,
o pre-specified rate (mirip dengan bunga) ,
o menjadi prioritas dibanding saham biasa dalam pengembalian modal (seperti halnya
kewajiban),
o umumnya tidak memiliki hak suara.
Meskipun disebut saham, kemungkinan bahwa mereka kadang-kadang memenuhi
definisi kewajiban, dan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban.
Menurut IAS 32, substansi dari instrumen keuangan, lebih diakui daripada
bentuk legalnya. Beberapa instrumen keuangan memiliki bentuk legal suatu ekuitas,
namun memiliki substansi liabilitas. Saham preferen yang memberikan mandat
penebusan pada nilai dan waktu yang telah ditentukan, akan tergolong sebagai
liabilitas keuangan. Begitupula instrumen keuangan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengembalikan instrumen tersebut kepada penerbitnya sejumlah
uang atau aset keuangan, maka disebut juga liabilitas keuangan.
Klasifikasi instrumen keuangan berupa liabilitas atau ekuitas berdampak pada
neraca yang akan mempengaruhi bunga, dividen, keuntungan, dan kerugian
tergantung pada sudut pandang instrumen tersebut terhadap laba bersih. Komponen
instrumen keuangan yang melibatkan liabilitas merupakan bagian dari pendapatan
dan beban. Adapun komponen instrumen keuangan yang melibatkan ekuitas
diperlakukan sebagai distribusi keuntungan setelah laba bersih dihitung.

23

Konsisten dengan teori dan definisi, IAS 32 membutuhkan klasifikasi dari


instrumen keuangan yang berbasis substansi ekonomi, bukan bentuk legal.
Konsekuensinya, saham preferen yang dapat ditebus diklasifikasikan sebagai
liabilitas. Begitupula dengan convertible debts, yang menyediakan hak bagi
pemegangnya untuk mengkonversi hutang menjadi saham, masing-masing memiliki
komponen liabilitas dan ekuitas di dalamnya. Oleh karena itu, pengembalian kepada
pemegangnya diklasifikasikan sebagai bunga atau dividen, tergantung proporsi surat
berharga yang didefinisikan sebagai hutang maupun saham.
2.5.2

Penyelesaian Utang
Utang dapat diselesaikan dengan cara selain dengan melakukan pembayaran
langsung atau pemberian jasa kepada kreditur. Contohnya dengan In-Subsance
Defeseance. In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang
debitur menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang bebas resiko
pada kuasa badan perwakilan (trust) tertentu untuk digunakan sebagai pembayaran
hutang di masa mendatang.
Contoh kasus :
PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8%
per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas hutang tersebut PT. A membeli
sertifikat bank Indonesia senilai Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun,
jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai
dengan total pengeluaran Rp. 7.500.000. sertifikat Bank Indonesia kemudian
diserahkan pada badan perwakilan untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.
Investasi dalam Obligasi Pemerintah
Kas

$ 7.500.000
$ 7.500.000

24

Hutang Obligasi

$ 10.000.000

Investasi dalam Surat Utang

$ 7.500.000

Keuntungan Hutang Obligasi

$ 2.500.000

Keuntungan bagi perusahaan adalah :


1.
2.
3.
4.

Hutang akan berkurang sehingga rasio debt equity menjadi lebih baik.
Laba bersih tahun berjalan akan meningkat.
Untuk tujuan pajak, untung tidak dapat diakui.
Pendapatan bunga dari Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan untuk menutup
biaya bunga atas hutang obligasi.

2.5.3

Pembayaran Berbasis Saham (Employee Shares)


IASB telah

memutuskan

untuk memperlakukan

saham berdasarkan

pembayaran sebagai beban. Berdasarkan IFRS 2/AASB 2 Pembayaran Saham


membedakan antara pembayaran saham yang diselesaikan berbasis kas dan mereka
yang diselesaikan berbasis ekuitas. Ketika barang dan jasa yang diterima atau
diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham, entitas mencatat kejadian
ketika barang atau jasa tersebut diterima. Jika barang atau jasa yang diterima dalam
transaksi pembayaran diselesaikan dengan berbasis saham, sisi kredit adalah ekuitas
pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi yang akan
diselesaikan secara tunai, sisi kredit yang sesuai adalah kewajiban.

25

2.5.4

Masalah Auditor
Kelengkapan kewajiban yang diakui pada neraca dan pengungkapan catatan

tentang kontinjensi dan kewajiban lainnya merupakan isu utama bagi para auditor.
Mereka diwajibkan untuk mengumpulkan bukti hutang, akrual, dan kewajiban
lainnya mencakup semua jumlah yang terhutang oleh entitas kepada pihak lain.
Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan penyimpangan waktu, di mana
kewajiban yang timbul sebelum akhir periode keuangan tidak dicatat oleh entitas
sampai

dimulainya

periode

akuntansi

baru. Tes

cut-off

dirancang

untuk

mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat dalam periode yang tepat. Di samping
itu, auditor perlu menguji apakah kewajiban dicatat sebesar nilai yang tepat.
Penyembunyian oleh manajer dari kewajiban entitas, seperti kewajiban kontinjensi,
jaminan pinjaman, dan komitmen sehubungan dengan perjanjian kontraktual berbagai
kewajiban menciptakan kesan solvabilitas yang lebih besar bagi perusahaan. Dalam
kasus ekstrim, seperti penyembunyian berarti bahwa hal tersebut tidak pantas untuk
laporan keuangan yang akan disiapkan secara langsung, dan auditor akan gagal untuk
memenuhi syarat opini audit. Audit standar ASA 570 mengharuskan auditor untuk
secara khusus mempertimbangkan apakah penggunaan manajemen terhadap asumsi
kelangsungan usaha ini sesuai dan, jika ada keraguan, apakah keadaan yang relevan
telah diungkapkan dengan benar. Jika auditor menyimpulkan bahwa entitas tidak akan
dapat mempertahankan kelangsungan usaha, auditor akan mengeluarkan pendapat
merugikan jika laporan keuangan telah disusun berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha (ASA 570 ayat 63).

26

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut IASB Framework, liabilitas adalah sebuah kewajiban dimasa kini
atas perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, dimana ketika jatuh tempo
dapat mengakibatkan arus keluar atas sumber daya dari perusahaan yang mempunyai
suatu manfaat ekonomis. Terdapat dua teori akuitas (modal) yaitu teori kepemilikan
(poprietary), teori ini memberikan penekanan pada laba-rugi dan teori entitas, teori ini
memberikan penekanan pada neraca (laporan posisi keuangan).
Berdasarkan IFRS, metode pengukuran liabilitas yang paling umum
digunakan adalah biaya historis (historical cost). Biaya historis adalah metode yang
paling umum digunakan untuk pengukuran kewajiban setelah pengukuran awal.
Dalam pengakuan liabilitas, terdapat empat peraturan yang harus dipenuhi,
diantaranya kepercayaan pada hukum yang berlaku, penentuan substansi ekonomis
atas suatu transaksi, kemampuan untuk mengukur nilai liabilitas tersebut, dan
penggunaan prinsip konservatisme. Adapula tantangan yang dihadapi oleh penyusun
standar yang dijelaskan dalam tiga topik utama, yaitu perbedaan antara liabilitas
dengan ekuitas, penyelesaian utang, dan pembayaran berbasis saham dan efeknya
terhadap laibilitas dan ekuitas.

27

BAB IV
Daftar Pustaka
Godfrey, Jayne., et al. 2010. Accounting Theory, 7th Edition. Australian: John
Wiley & Sons Australia, Ltd.

28

Anda mungkin juga menyukai