Anda di halaman 1dari 2

3371 mdpl: Great Moments with Great Team

Setelah beberapa kali pendakian yang terhitung dadakan, akhirnya kini pendakian yang aku
lakukan terbilang cukup well-prepared dan well-organized. Semua anggota tim menyatakan siap
berangkat seminggu sebelum hari-H. Padahal pendakian pertama ke Merbabu dulu pun malah
baru fixed H-1.
Dimas, Cesar, Edwin, Mba Azizah, Mas Aplik and me saling bahu membahu hunting
peralatan plus perlengkapan. Alhamdulillah, dapet 2 kompor, 2 tenda. Lebih dari cukup :D
Friday, 30 August 2013
Kami semua berangkat dari rumah Edwin di Solo jam 6.00 pagi, kecuali mas Aplik yang
udah nunggu duluan di basecamp, dia berangkat dari Bogor. Yoi, 3 motor capcus tanpa kendala
menuju basecamp Garung di Desa Butuh, Kalikajar, Wonosobo (sempet berhenti ngisi perut n
ambil pinjeman sleeping bag buat Dimas di Temanggung). We were arrived at 10.30!
Setelah registrasi di basecamp pengganti basecamp yang sebenarnya lagi dipake buat
jemur tembakau, maklum musim panen kami langsung berkenalan sama mas Aplik. Yeah, Mba
Azizahs boyfriend ternyata. FYI, ternyata hari itu terbilang sepi pendaki. Cuma ada satu tim
yang bakalan berangkat hari itu bareng kami, dan di atas pun ngga banyak rombongan.
Kebetulan sekali, I think.
Sehabis sholat Jumat plus makan gorengan, kami repacking and we were ready to go at
13.30!
Kami memilih jalur baru, karena menurut beberapa info, jalur lama rawan longsor.
Perjalanan awal masih menyusuri perkampungan dan jalan berbatu, its fine. Setelah melewati
jembatan pertama, jalan mulai menanjak dan menyusuri perladangan. Semuanya kaget, langsung
minta break. Maklum, pendakian pertamaku setelah istirahat puasa + lebaran, dan buat Dimas,
Edwin n Mba Azizah, pendakian pertama mereka. Sesekali break sambil manfaatin Canon EOS
550D pinjeman abang buat mengabadikan pemandangan sekitar. Cuaca berkabut membuat kami
enggan lama-lama berdiam diri.
Tak lama setelah melewati sungai yang kering dan batas ladang-hutan (Bosweisen), kami
tiba di Pos 1 jam 15.00. Break sekitar setengah jam, kami berangkat lagi. Trek tanah berdebu
mendominasi, mengingatkanku pada Merbabu via Selo. Sempat tukeran carrier antara aku dan
Edwin karena dia kepayahan, kami sampai di Pos 2 jam 16.15. Sembari nungguin mas Aplik
sholat Asar (yg lain udah jamak taqdim sama Dhuhur), mba Azizah ngluarin choki-chokinya.
Nikmat banget men, inget jaman SMA yang sering jajan choki-choki pas istirahat.
Setelah istirahat 15 menit, kami start lagi. Rencana awal, kami bakal ngecamp di Watu
Kotak (2763 mdpl) yang berjarak sekitar 1 jam dari Puncak Buntu. Tapi, kondisi tim udah mulai
kelelahan, mulai lapar, kami mulai berpikiran ngecamp di Pestan, pos berikutnya setelah Pos 2.
Benar saja, vegetasi yang mulai terbuka dan trek tanah berdebu mulai menyulitkan pergerakan
kaki. Jam tangan menunjukkan angka 17.10, niat ngecamp di Pestan semakin menguat. Akhirnya

kami membagi tim jadi dua kloter. Mas Aplik and me yang bawa tenda jalan duluan, biar ketika
yg lain nyampe Pestan, kondisi tenda udah siap untuk mereka.
Rencana dijalankan dan ternyata tak semudah yang aku bayangkan. Trek makin berat, hari
makin gelap, bikin aku ketinggalan cukup jauh dari mas Aplik. Temen2 dibelakangku pun udah
ngga kelihatan semua. Yeah, single fighter! Merangkak, merayap sendirian sembari senantiasa
menyebut asma-Nya. Kondisi depan-belakang ada beban bikin semuanya jadi tantangan
tersendiri. Depan ada kamera DSLR yang aku bawa, di punggung ada carriernya si Edwin yang
isinya tenda. Terbayang pula scene film 5 cm, sering banget merosot saat berpijak di tanah
berpasir. Cuma kali ini aku sendirian, hehe..
18.15, aku mendengar teriakan dari mas Aplik Wooyyy... Aku langsung jawab, Pestan
mas? Dia teriak, Pestan! Alhamdulillah, finally aku sampai di Pestan safely. Hari udah gelap,
cuaca mulai dingin. Kami segera mendirikan 2 tenda dome. Sekitar 15 menit kemudian, Cesar
dkk sampai di Pestan dan langsung membantu kami bikin tenda plus meramu hidangan santap
malam yang pastinya sangat kami tunggu. Semuanya selesai, kami makan, sholat jamak Maghrib
dan Isya, and tidur..
Unfortunately, tidur kami malam itu tidak senyaman yang dibayangkan. Cesar, Dimas,
Edwin and me yang ada di tenda pinjeman si Kidut sesekali merasakan percikan air yang datang
dari atas kami. Ah paling embun doang, I think. Semakin lama, percikan yang datang makin
intens. Ditambah deru badai yang menerpa tenda kami, dan mas Aplik tiba2 berteriak,
Flysheetmu kebuka! Diluar ternyata sedang hujan badai, mau ngga mau salah satu dari kami
harus keluar buat betulin flysheet. Akhirnya Dimas yang keluar, dibantu mas Aplik and finally it
was done. Saat itu, kami pasrah kalo seandainya kita harus mengakhiri perjalanan disini, ya kami
pikir jalur akan makin berat selepas hujan badai.
Saturday, 31 August 2013
Adzan Subuh sayup2 terdengar, aku mulai terbangun. Kubangunkan yang lain untuk sholat
Subuh, tapi semuanya tampaknya masih tepar. Aku tinggal aja mereka, toh mereka ntar bakal
bangun sendiri, I think.
Pukul 5.10, sang fajar mulai menampakkan cahayanya di ufuk timur. Aku langsung berlari
ke punggungan sebelah timur di Pestan sambil bawa si Canon 550D. Tak lama kemudian muncul
si Edwin, Dimas, and Cesar. Yeah, sesi foto pun dimulai.
Jam tangan menunjukkan angka 5.50. Cuaca yang sangat bagus membuat kami
memutuskan untuk jadi lanjut sampai puncak. Jam 6 tepat, kami mulai summit attack. Tujuan
utama kami Puncak Buntu. Puncak Rajawali saat itu hanya opsional, tergantung situasi dan
kondisi nanti.

Anda mungkin juga menyukai