Anda di halaman 1dari 14

Perspektif Teori Komunikasi

Persfektif Stephen W. Littlejohn

Littlejohn mengatakan, Ada lima jenis teori dalam kelompok teori-teori umum,
namun dimanfaatkan secara efektif dalam kancah-kancah komunikasi, yaitu:
1. teori Fungsional dan structural
2. teori Behavioral dan cognitive
3. teori Konvensional dan interaksional
4. teori Penafsiran
5. teori Kritis dan interpretatif.
1. Teori-teori Fungsional dan Struktural
Teori ini menjelaskan kategori-kategori umum dan hubungan di antara variablevariabel dalam berbagai macam sistem. Teori-teori struktual memandang komunikasi
sebagai proses dimana didalamnya individu-individu menggunakan bahasa untuk
menyampaikan makna pada individu lainnya. Selain itu, bahasa dan system simbol
yang digunakan dalam sistem komunikasi mempunyai dunia sendiri, tepisah dari orang
yang menggunakannya. Yang termaksud dalam kelompok ini adalah teori-teori mengenai
bahasa dan tanda-tanda, semiotic, teori struktur bahasa, teori komunikasi non verbal dan
discourse theory.
Beberapa teori ini lemah dalam menggunakan nada dan warna dari peristiwaperistiwa individual dan pengalaman-pengalaman khusus manusia. Contohnya teori
fungsional dalam organisasi dapat mengidentifikasikan secara umum akibat dari sejumlah
gaya pengelolaan seorang manajer dalam produktifitas kerja. Teori ini tidak membatu
anda memahami perasaan karyawan (pekerja individu) tentang atasannya (manajernya)
yang mungkin saja dirasakan oleh karyawan tersebut dan bagaimana cara manajer
berinteraksi dengan karyawannya.
Ciri dan jenis teori ini dibangun berdsarkan asumsi dasar teori, yaitu:
a) masyarakat adalah organisme kehidupan;
b) masyarakat memiliki sub-subsistem kehidupan;
c) masing-masing subsistem memiliki fungsi yang berbeda;
d) fungsi-fungsi subsistem saling memberi kontribusi kepada subsistem lainnya; dan
setiap fungsi akan terstruktur dalam masyarakat berdasarkan fungsi masing-masing.
Meskipun pendekatan fungsional dan struktural ini sering kali dikombinasikan,
namun masing-masing mempunyai titik penekanan yang berbeda. Pendekatan
srukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang
menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Pendekatan fungsionalisme
berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara pengorganisasian dan
mempertahankan sistem. Apabila ditelaah, kedua pendekatan ini sama-sama mempunyai
penekanan yang sama yakni tentang sistem sebagai struktur yang berfungsi.

Menurut Littlejohn (1996: 14), kedua pendekatan ini juga memiliki beberapa
persamaan karakteristik sebagai berikut:
a. a.
Baik pendekatan strukturalisme maupun pendekatan fungsionalisme,
keduanya sama-sama lebih mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu
tertentu) dari pada diachrony(perubahan dalam kurun waktu tertentu).
b. Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya
pada akibat-akibat yang tidak diinginkan (unintended consequences) daripada hasilhasil yang sesuai tujuan. Kalangan strukturalis tidak memercayai konsep-konsep
subjektivitas dan kesadaran. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah
faktor-faktor yang bearada di luar kontrol dan kesadaran manusia.
c. Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kepercayaan bahwa realitas itu pada
dasarnya objektif dan independen (bebas). Oleh karena itu, pengetahuan, menurut
pandangan ini, dapat ditemukan melalui ,metode pengamatan (observasi) empiris
yang cermat.
d. Pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme juga sama-sama bersifat dualistik,
karena keduanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan
objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia
hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk
mempresentasikan apa yang telah ada.
e. Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip the corrrespondence theory of
truth(teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan
realitas. Simbol-simbol harus memprestasikan sesuatu secara akurat.

v Pengkategorian
Teori Fungsional dan Struktural dalam Perspektif Little John termaksud dalam kategori
Konstruktivis.Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut memandang komunikasi
sebagai proses dimana didalamnya individu-individu menggunakan bahasa untuk
menyampaikan makna pada individu lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa teori ini berusaha untuk memahami suatu interaksi dengan menggunakan bahasa
yang mereka saling pahami antara satu dan lainnya sehingga terjadi suatu proses
komunikasi yang mereka kehendaki. Kemudian dalam teori ini juga jelas terlihat bahwa
adanya suatu relaitas yang dibentuk dalam komunikasi, yaitu bahasa atau symbol yang
mereka gunakan sesuai dengan kebutuhan atau pengalaman mereka, dengan begitu
mereka bisa berinteraksi dengan baik.

2. Teori-teori Behavioral dan Kognitif


Teori behavioral dan kognitif merupakan gabungan dari dua tradisi yang
berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menemukan pengetahuan juga sama dengan
aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif
dengan aliran strukturalis dan fungsional hanya terletak pada fokus pengamatan serta
sejarahnya.
Dalam teori behavioral kognitif, komunikasi dipahami dalam term

pemikiran individual manusia dengan kata lain komunikasi dipandang sebagai


manifestasi dan tingkah laku, proses berfikir dan fungsi boi-neural dari individu.
Oleh karenanya, variable-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap
sarana kognisi seseorang (termaksud bahasa) berada di luar control atau kesadaran
tersebut. Yang termaksud dalam kelompok ini adalah teori-teori pembentukan pesan,
constructivism theory, serta teori-teori penerimaan dan pengelolahan pesan, seperti teori
atribusi, kognitif disonansi, dan teori konsistensi.
Teori-teori behavioral dan kognitif juga mengutamakan analisis variabel
(variable-analytic). Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan
variabel-variabel kognitif yang dianggap penting, serta mencari hubungan korelasi di
antara variabel. Analisi ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana variabelvariabel proses kognitif dan informasi menyebabkan atau menghasilkan tingkah laku
tertentu.

v Pengkategorian
Teori Behavioral dan Kognitif dalam Perspektif Little John termaksud dalam kategori
Konstruktivis.Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa
komunikasi dipahami dalam term pemikiran individual manusia dengan kata lain
komunikasi dipandang sebagai manifestasi dan tingkah laku, proses berfikir dan
fungsi boi-neural dari individu. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa teori ini di
bentuk oleh realitas yang di pahami oleh masing-masing individu. Tingkah laku yang
ataupun pemikiran yang ada dalam individu hanya berusaha untuk dipahami tanpa
bertanya lebih dalam akan sebab dan akibatnya. Kemudian proses berfikir dalam teori ini
merupakan hasil konstruksi dari lingkungan yang membentuk pola kehidupan mereka.

3. Teori Konvensional dan Interaksional


Teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi
yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk
dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol. Komunikasi, menurut teori ini, dianggap sebagai
alat perekat masyarakat (the glue of society). Kelompok teori ini berkembang dari aliran
pendekatan interaksionisme simbolis (symbolic interactionism) sosiologi dan filsafat
bahasa ordiner.
Bagi kalangan pendukung teori-teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui
metode interpretasi. Berbeda dengan teori-teori strukturalis yang memandang struktur
sosial sebagai penentu, teori-teori interaksional dan konvensional melihat struktur sosial
sebagi produk dari interaksi. Fokus pengamatan teori-teori ini tidak terhadap struktur,
tetapi tentang bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk struktur sosial serta
bagaimana bahasa dann simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara, serta diubah
dalam penggunaannya.
Makna, menurut pandangan kelompok teori ini, tidak merupakan suatu kesatuan
objektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi merupakan suatu kesatuan objektif
yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan melalui interaksi.

Dengan kata lain, makna merupakan produk dan interaksi. Menurut teori-teori
interaksional dan konvensional, makna pada dasarnya merupakan kebiasaankebiasaan yang diperoleh dari interaksi. Oleh karena itu, makna dapat berubah
dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu kelompok sosial ke
kelompok lainnya. Dengan demikian, sifat objektivitas dari makna adalah relatif
dan temporer.
Teori interaksionis di buat untuk menemukan proses sosial dan untuk
memperlihatkan bagaimana perilaku di pengaruhi oleh norma-norma dan aturanaturan kelompok. Teori ini juga menunjukkan bagaimana komunikasi dapat
mengubah konvensi social.
Menurut teori-teori ini komunikasi dianggap sebagai alat perekat masyarakat, di
mana bahasa dipergunakan untuk membentuk struktur social dan bagaimana bahasa serta
symbol-simbol lainnya di reproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaanya.
Kekeuatan dari teori ini adalah penggambaran dan penjelasan tentang dinamisme dan
hubungan antar pribadi. Kekuatan lainnya adalah dalam mengekspresikan cara orang dan
kelompok berubah dari satu situasi ke situasi lain, dan dari satu peristiwa ke peristiwa
lainnya.
Akan tetapi teori ini lemah dalam mengungkapkan struktur kehidupan manusia
yang ditemukan dalam berbagai situasi. Contohnya, teori interaksional bisa
memperlihatkan bagaimana konsep diri anda sendiri berubah dari satu peristiwa ke
peristiwa lainnya, tergantung dari nilai-nilai dan aturan-aturan kelompok di mana anda
berada. Tetapi teori ini tidak dapat membantu anda dalam memahami karakter
kepribadian anda yang abadi. Teori-teori yang termaksud dalam kelompok ini antara lain,
teori mengenai realitas social dan budaya, teori relatifitas linguistic safir, teori-teori
simbolik interaksionisme dari Blumer dan Mead.

v Pengkategorian
Teori Konvensional dan Interaksional dalam Perspektif Little John termaksud dalam
kategoriKonstruktivis. Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan
bahwa teori interaksional dan konvensional, pada dasarnya merupakan kebiasaankebiasaan yang diperoleh dari interaksi. Oleh karena itu, makna dapat berubah
dari waktu ke waktu, dari konteks ke konteks, serta dari satu kelompok sosial ke
kelompok lainnya. Dengan demikian, sifat objektivitas dari makna adalah relatif
dan temporer.
Teori interaksionis di buat untuk menemukan proses sosial dan untuk
memperlihatkan bagaimana perilaku di pengaruhi oleh norma-norma dan aturanaturan kelompok. Teori ini juga menunjukkan bagaimana komunikasi dapat
mengubah konvensi social. Dari makna tersnut dapat di ambil kesimpulan bahwa dalam
teori ini masuk dalam kategori konstruktivis karena adanya suatu realitas yang dibentuk
oleh kelompok social untuk memperlihatkan bagaimana perilaku di pengaruhi oleh
norma-norma atau aturan dalam kelompok social tersebut. Suatu realitas yang berusaha di
pahami oleh kelompok social bahwa mereka harus mengikuti dan mematuhi peraturan
yang berlaku tanpa bertanya lebih dalam sebab dan akibat dari peraturan ataupun norma

yang dientuk tersebut untuk kelompok dalam kehidupan social mereka.

4. Teori-teori Kritis
Teori kekritisan menekankan nilai-nilai atau keinginan untuk menilai atau
mengkritik peristiwa-peristiwa, situasi-situasi dan institusi-institusi. Teori-teori kritis
memusatkan perhatian pada konflik kepentingan dalam masyarakat dan bagaimana
komunikasi mengabdikan dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya. Yang
termaksud dalam kelompok ini adalah teori Marxist, Habermas, danCultural Feminist
Theory.
Beberapa teori dapat menjadi agen perubahan yang kuat dimana aliran yang
lainnya tidak. Tetapi teori penafsiran dan teori kekritisan tidak sesuai dalam membuat
pernyataan ilmiah tentang hokum yang berlaku dan mengatur hubungan antar manusia.
Contohnya teori kekritisan bisa membatu seorang peneliti menganalisa cara
berbicara dari beberapa kelompok dan mengungkapkan pengaruhnya dalam
menekan kelompok lain dalam suatu masyarakat yang luas. Beberapa teori juga
berkesimpulan tentang perubahan institusi yang diperlukan untuk mengurang dan
menghapuskan tekanan. Di lain pihak, teori ini tidak memberitahukan kita tentang
proses umum persuasi dan bagaimana hal itu bekerja.
Meskipun ada beberapa perbedaan di antara teori-teori yang termasuk dalam
kelompok ini, namun terdapat dua karakteristik umum. Pertama, penekanan terhadap
peran subjektivitas yang sidasarkan pada pengalaman individual. Kedua, makna atau
meaning merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai
meaning centered atau dasar pemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu
pengalaman, seseorang menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa
menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan
pengalaman manusia. Di samping persamaan umum, juga terdapat perbedaan yang
mendasar antara teori-teori kritis dalam hal pendekatannya
v Pengkategorian
Teori Kritis dalam Perspektif Little John termaksud dalam kategori Kritis. Mengapa
demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa teori kekritisan bisa
membatu seorang peneliti menganalisa cara berbicara dari beberapa kelompok dan
mengungkapkan pengaruhnya dalam menekan kelompok lain dalam suatu
masyarakat yang luas. Beberapa teori juga berkesimpulan tentang perubahan
institusi yang diperlukan untuk mengurang dan menghapuskan tekanan. Dapat
dilihat bahwa teori ini melihat sesuatu berdasarkan sejarah dan berusaha memberdayakan
yang tertindas sehingga tidak ditindas atau di dominasi lagi oleh pihak yang lebih kuat.
Kemudian dalam teori ini juga ada suatu penekanan terhadap peran subjektivitas yang
didasarkan pada pengalaman individual. Sehingga memandang sesuatu berdasarkan
pihak yang tertindas dan bertujuan untuk menghilangkan dominasi dari yang kuat ke
yang lemah.

5. Interpretatif

Teori-teori interpretif mencoba mengungkapkan makna dalam tindakan dan


teks. Teori-teori ini menguraikan proses terjadinya pemahaman. Tujuan
interpretasi adalah untuk mengungkapkan bagaimana cara orang-orang secara
actual memahami pengalaman mereka. Teori ini memiliki kekuatan dalam
mengungkapkan hakikat dari pengalaman individu dan struktur social.
Teori ini menganggap bahasa sebagai pusat dari pengalaman dan percaya bahwa
menciptakan dunia makna tempat orang hidup didalamnya dan memahami semua
pengalaman karenanya. Yang termaksud dalam kelompok ini antara lain teori-teori
interpretasi studi fenomenologi, hermeneutika, interpretasi budaya, interpretasi tekstual
dan etnografi komunikasi.
Pendekatan teori interpretatif cenderung menghindarkan sifat-sifat preskriptif dan
keputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang diamatai. Pengamatan (observation)
menurut teori interpretatif, hanyalah sesuatu yang bersifat tertatif dan relatif. Sementara
teori-teori kritis (critical theories) lazimnya cenderung menggunakan keputusankeputusan absolut, preskriptif, dan juga politis sifatnya.

v Pengkategorian
Teori Interpretatif dalam Perspektif Little John termaksud dalam kategori Konstruktivis.
Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa teori interpretif
mencoba mengungkapkan makna dalam tindakan dan teks. Teori-teori ini
menguraikan proses terjadinya pemahaman. Tujuan interpretasi adalah untuk
mengungkapkan bagaimana cara orang-orang secara actual memahami
pengalaman mereka. Teori ini memiliki kekuatan dalam mengungkapkan hakikat
dari pengalaman individu dan struktur social. Dalam terori ini sudah sangat jelas
masuk dalam kategori konstruktivis karena adanya suatu proses untuk memahami suatu
proses terjadinya bagaimana orang-orang mencoba paham akan pengalaman meraka
tanpa bertanya lebih dalam sebab dan akibatnya. Dengan demikian, adanya suatu realitas
yang dibentuk oleh setiap individu dalam tindakannya untuk mengungkapkan makna
yang ada.

Perspektif Infante

1.

Covering Law Perspective (Pendekatan Hukum/Law Approach)


Prediksi adalah karakter penting dari perspektif hukum liputan dalam human
communication. Perspektif hukum liputan banyak digunakan pada bidang pemasaran dan
peiklanan. Faktor penting dari perspektif hukum liputan adalah generalizability of law
like statements. Salah satu penelitian yang mencoba menguak tabir human
communication dengan berdasarkan perspektif hukum liputan adalah penelitian mengenai
pengaruh persuasi dari suatu pesan, yang dilakukan oleh Carl I Hovland, Janis dan Kelley
di Universitas Yale pada tahun 1953.
Kelebihan perspektif hokum liputan adalah pertama, membantu kita membuat

prediksi tentang perilaku human communication. Pendekatan hokum liputan pada


komunikasi telah banyak mengungkap hubungan sebab diantara variable-variabel
komunikasi. Kedua, telah banyak teori komunikasi yang diperkuat dengan hadirnya
perspektif hokum liputan.
Konsep utama dari perspektif ini adalah mengenai kausalitas atau hubungan
sebab akibat. Menurut perspektif ini, kita akan bisa memahami tentang perilaku
komunikasi manusia apabila kita mampu faktor antesenden (faktor pendahulu) yang
nantinya akan menyebabkan konsekuensi-konsekuensi tertentu sebagai efeknya.
Pendekatan hukum ini (law approach) ini menegaskan tentang hubungan sebab akibat,
seperti yang barusan di sebutkan di atas. Orang-orang berkomunikasi dengan seperti
adanya disebabkan adanya kondisi yang mendahului perilaku komunikasi mereka, yang
membuat mereka merespon pesan dengan cara-cara tertentu.
Covering Law memandang fenomena komunikasi seperti fenomena alam, yang
mana terdapat hukum pasti yang menaunginya. Seperti contoh, hukum alam, gravitasi.
Hukum alam gravitasi adalah hukum yang pasti di bumi ini. Siapapun dia, orang jahat
orang baik, dia pasti jatuh ke bawah mengikuti hukum gravitasi. Terdapat sesuatu yang
mutlak pada hukum ini.
Begitu juga dengan covering law, disebutkan apabila kita sudah berhasil
menemukan muasal dari suatu peristiwa komunikasi, maka dapat dipastikan kita bisa
membuat kembali peristiwa itu dengan menimbulkan muasal yang sama, karena kita bisa
melakukan prediksi, dan karenanya kita bisa berupaya untuk mengontrol lingkungan
sekitar kita.Sama halnya dengan hukum alam, pada perspektif ini pun berlaku
generalisasi, yang artinya, if the law-like generalization holds true for one group of
people, then it should also hold true for many different groups of people as well.

Perspektif hukum ini fokus pada teori sebagai perangkat peraturan, untuk meramal
respon komunikasi.
(1) kita dapat melihat, menyentuh, mencium, atau mendengar hal itu; atau
(2) kita dapat menemukannya melalui beberapa bentuk asal usul logika.
Peneliti hukum percaya bahwa mayoritas tingkah laku manusia dipengaruhi oleh
peristiwa yang lampau atau stimuli sebelumnya. Pemahaman peristiwa itu dan stimuli
adalah jalan yang terbaik untuk meramalkan perilaku. Hubungan sebab akibat antar
variabel komunikasi.
+ manusia itu pasif
+ menganggap manusia itu reaktif (baru bereaksi kalau ada stimulus)
+ menganggap manusia itu tidak berpikir

v Pengkategorian
Covering Law Perspective dalam Perspektif Ifante termaksud dalam kategori Positive.
Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa Konsep utama dari
perspektif ini adalah mengenai kausalitas atau hubungan sebab akibat. Menurut
perspektif ini, kita akan bisa memahami tentang perilaku komunikasi manusia apabila

kita mampu faktor antesenden (faktor pendahulu) yang nantinya akan menyebabkan
konsekuensi-konsekuensi tertentu sebagai efeknya. Pendekatan hukum ini (law
approach) ini menegaskan tentang hubungan sebab akibat, seperti yang barusan di
sebutkan di atas. Orang-orang berkomunikasi dengan seperti adanya disebabkan adanya
kondisi yang mendahului perilaku komunikasi mereka, yang membuat mereka merespon
pesan dengan cara-cara tertentu.

2. Human Action Perpective (Pendekatan Aturan/Rule Approach)


Perspektif human action lebih menyukai membagi objek penelitiannya
berdasarkan bagaimana penafsiran individu terhadap pesan. Seorang sosiolog bernama
Schutz (1967), mengatakan bahwa perilaku manusia dapat diterangkan dalam dua tipe
motif, yaitu a because motives and in-order-to-motives. in-order-to-motives berkaitan
dengan keberhasilan yang anda harapkan terjadi di masa depan. Sedangkan a because
motives adalah sebuah alasan atas tindakan yang di dasarkan pada kejadian di masa lalu.
Perpektif human action menekankan pentingnya keberhasilan di masa
depan. Intinya perspektif ini menganggap manusia proaktif dalam memilih
tindakannya untuk mencapai keberhasilan. Para peneliti human action tidak
mengingkari pengaruh dari pengalaman di masa lalu tetapi mengakui bahwa
pengaruh keberhasilan di masa depan lebih kuat. Perilaku anda tidak berdasarkan
realitas yang absolute, tetapi pada persepsi anda akan realita. Kunci dari
pemahaman yang ingin di peroleh para peneliti human action adalah mencoba
memahami realitas subyektif orang untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku
mereka.
Kelebihan perspektif human action adalah pertama, cara pandang perspektif
human action yang menganggap manusia sebagai pemilih yang menentukan pilihan lebih
tepat untuk studi human communication. Banyak peneliti dan orang-orang yang
mempelajari komunikasi tertarik pada perspektif human action disebabkan karena
perspektif human action memberikan tempat untuk pilihan dan penafsiran individu.
Kedua, teori yang dikembangkan melalui perspektif human action secara khusus sangat
berguna untuk memahami bagaimana komunikasi mengambil peranan pada saat ini.
Pengikut dari pendekatan aturan atau human action ini percaya bahwa kebenaran
yang sesungguhnya berasal dari pengalaman yang subjektif, artinya bahwa kebenaran itu
tergantung dari masing-masing individu. Dalam rangka memahami peristiwa komunikasi,
kita harus memahami perspesi individu tentang peristiwa tersebut, bukan hanya
peristiwanya saja.
Cara memahami kebenaran oleh Perspektif human action adalah melalui
pemahaman tentang pengalaman subjektif dari tindakan orang dalam sebuah situasi. Ahli
teori human action akan mencoba memahami perilaku komunikasi seperti yang dialami
oleh anggota audiens, yang diasumsikan memiliki keinginan tertentu, atau makhluk yang
penuh tujuan daripada sekadar reaktor terhadap stimulus atau peristiwa. Setelah itu ahli
teori ini akan membuat prediksi untuk orang-orang yang sudah menginterpretasikan
pesan-pesan dalam cara-cara tertentu.

Perspektif tindakan manusia, fokusnya arti /maksud the why mengapa suatu tindakan
komunikasi terjadi. Human is different with other natural being (eksakta). Dalam rangka
memahami suatu peristiwa komunikasi, kamu harus memahami persepsi individu itu
menyangkut peristiwa itu, tidak hanya peristiwa itu sendiri. kenyataan alami yang benar
terdapat di pola teladan reguler yang terjadi secara alami.
+ manusia bertindak karena memiliki kemampuan untuk memilih
+ menganggap manusia itu proaktif
+ perilaku manusia merupakan hasil pemaknaan terhadap objek

v Pengkategorian
Human Action Perpective (Pendekatan Aturan/Rule Approach) dalam Perspektif Ifante
termaksud dalam kategori Konstruktivis. Mengapa demikian, karena dalam teori
tersebut mengatakan bahwaPerpektif human action menekankan pentingnya
keberhasilan di masa depan. Intinya perspektif ini menganggap manusia proaktif
dalam memilih tindakannya untuk mencapai keberhasilan. Para peneliti human
action tidak mengingkari pengaruh dari pengalaman di masa lalu tetapi mengakui
bahwa pengaruh keberhasilan di masa depan lebih kuat. Perilaku anda tidak
berdasarkan realitas yang absolute, tetapi pada persepsi anda akan realita. Kunci
dari pemahaman yang ingin di peroleh para peneliti human action adalah mencoba
memahami realitas subyektif orang untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku
mereka.Kelebihan perspektif human action adalah cara pandang perspektif human action
yang menganggap manusia sebagai pemilih yang menentukan pilihan lebih tepat untuk
studi human communication. Banyak peneliti dan orang-orang yang mempelajari
komunikasi tertarik pada perspektif human actiondisebabkan karena perspektif human
action memberikan tempat untuk pilihan dan penafsiran individu.

3. System Perspective
Kontribusi teori system adalah sebuah konsep yang membantu untuk mengerti
komunikasi sebagai proses yang terpadu, bukan sebagai proses yeng terpisah. Sebuah
system adalah sebuah set unit yang interdepedensi dan bekerja bersama-sama untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah. Sebuah system adalah bersifat
hierarkis, system dapat dipecah-pecah menjadi unit-unit yang lebih kecil, yang disebut
subsystem. Atau digabungkan dengan sistem-sistem lainnya menjadi system yang lebih
besar, yang disebut suprasistem.
Kelebihan perspektif system adalah pertama, pendekatan system bersifat fleksibel
dan merupakan perspektif yang terbuka untuk mempelajari human communication. Teori
system memberikan nafas baru bagi perspektif hukum liputan dan perspektif human
communication. Kedua, pendekatan system digunakan untuk mempelajari semua factor
yang terlibat sendiri dan dalam interkasi.
Teori sistem nampaknya berbeda dengan pespektif hukum dan human action,
yang ahli-ahli teorinya tidak menentukan way of knowing dengan cara-cara tertentu.

Sebuah sistem bisa digabungkan dengan hukum, atau dengan aturan, atau dihubungkan
dengan keduanya. Kontribusi dari teori sistem ini merupakan serangkaian konsep yang
membantu kita untuk memahami komunikasi sebagai proses yang terintegrasi,
bukan sebagai peristiwa yang terpisah.
Teori sistem ini, merupakan penggabungan dari dua perspektif di atas. Artinya, ia
memandang proses komunikasi itu bukan semata suatu peristiwa yang terpisah
komponen-komponennya, melainkan sebuah proses yang terintegrasi. Artinya, suatu
peristiwa komunikasi itu senantiasa melibatkan komponen-komponen yang saling
berhubungan satu sama lain.
Apabila covering law memahami komunikasi dari hubungan sebab akibatnya,
atau dengan kata lain, segala sesuatu itu baru bisa dipahami apabila ada sebabnya atau
faktor antesendennya (faktor pendahulu). Sedangkan human action berkata bahwa cara
memahaminya lewat apa yang dipersepsi oleh individu, maka perspektif sistem,
menggabungkan keduanya sebagai komponen (sub-sistem) yang saling mempengaruhi
satu sama lain, yang menjadi faktor penentu dari individu untuk nantinya bertindak.
Selain, faktor penyebab (yang mungkin termasuk di antaranya stimulus masa lalu, atau
kebiasaan) dan persepsi individu, mungkin saja keadaan lingkungan, noise, keadaan
fisiologis peserta komunikasi, menjadi komponen lainnya yang turut andil dalam entitas
event komunikasi secara integral atau keseluruhan.
Perspektif Sistem dalam komunikasi adalah kompleks, mencerminkan komunikasi yang
rumit secara alami. Fokus penelitian kepada hubungan dan interaksi dari tiap individu
dengan yang lainnya sebagai bagian dari sistem dan dengan lingkungan. Kontribusi teori
sistem adalah satu set konsep yang membantu kita untuk memahami komunikasi sebagai
suatu proses terintegrasi, bukan sebagai suatu peristiwa terisolasi.
1.
sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian, elementelement, unsur-unsur, yang masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri.
2.
Sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah
3.
Sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan
4.
Sistem merupakan koordinasi dan hierarki.

v Pengkategorian
System Perspective dalam Perspektif Ifante termaksud dalam kategori Konstruktivis.
Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa Kontribusi dari teori
sistem ini merupakanserangkaian konsep yang membantu kita untuk memahami
komunikasi sebagai proses yang terintegrasi, bukan sebagai peristiwa yang terpisah.
Teori sistem ini, merupakan penggabungan dari dua perspektif di atas. Artinya, ia
memandang proses komunikasi itu bukan semata suatu peristiwa yang terpisah
komponen-komponennya, melainkan sebuah proses yang terintegrasi. Artinya, suatu
peristiwa komunikasi itu senantiasa melibatkan komponen-komponen yang saling
berhubungan satu sama lain. Kemudian teori ini juga berusaha memahami realitas yang
dibentuk dan tidak memihak.

Perspektif Aubrey Fisher

1.

Perspektif Mekanistis
Pada dasarnya perbedaan antara perspektif yang satu dengan yang lain yang
dibuat oleh Fisher terletak pada konseptualisasi komunikasi. Perspektif mekanistis yang
berkembang sebagai pengaruh fisika, mengkonseptualisasi komunikasi sebagai proses
yang mekanistis antara manusia. Sebagai proses mekanistis maka dalam komunikasi
terdapat sesuatu (pesan) mengalir melintasi ruang dan waktu dari suatu titik
(sumber/penerima) kepada titik yang lain (sumber/penerima) secara simultan. Eksistensi
empiris (lokusnya) terletak pada saluran. Fisher menggambarkannya sebagai ban
berjalan.
Komponen-komponen dalam mekanisme ini sangat jelas, yaitu sumber/penerima,
saluran, dan pesan/umpan balik/ efek. Dalam perspektif mekanistik doktrin yang
digunakan adalah berdasarkan cara berfikir sebab-akibat, maka titk berat kajian
pada efek. Doktrin mekanistis juga mengajarkan bahwa selain efek itu bisa
diramalkan juga bisa diciptakan (direkayasa), dengan menghilangkan kendala atau
rintangan yang mungkin terjadi melalui suatu perencanaan pada awal. Hal ini
merupakan idealisme mekanistis dari proses, yag menggambarkan suatu urutan temporer
dari suatu peristiwa dalam sistem yang tertutup.

v Pengkategorian
Perspektif Mekanistik dalam Perspektif Fisher termaksud dalam kategori Positive.
Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa Dalam perspektif
mekanistik doktrin yang digunakan adalah berdasarkan cara berfikir sebab-akibat,
maka titk berat kajian pada efek. Doktrin mekanistis juga mengajarkan bahwa
selain efek itu bisa diramalkan juga bisa diciptakan (direkayasa), dengan
menghilangkan kendala atau rintangan yang mungkin terjadi melalui suatu
perencanaan pada awal. Hal ini merupakan idealisme mekanistis dari proses, yag
menggambarkan suatu urutan temporer dari suatu peristiwa dalam sistem yang tertutup.

2.

Perspektif Psikologis
Banyak penelitian komunikasi dalam tradisi empiris ilmu sosial
kontemporer telah meminjam secara besar-besaran dari psikologi. Peminjaman
yang dilakukan komunikasi dari psikologi bersifat agak dangkal dan sporadis. Ini
tidak berarti bahwa studi komunikasi dari perspektif psikologi lalu bersikap
dangkal. Perspektif psikologis itu merupakan tambahan pada perspektif mekanistis,
akan tetapi dalam melengkapi mekanisme, para pengikut perspektif psikologis
cenderung menghindari banyak keterbatasan teoritis dari perspektif yang
terdahulu.
Dalam perspektif psikologis, komunikasi dikonseptualisasi atau dipahami sebagai
proses dan mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi pada diri manusia.

Eksistensi empiris dari perspektif ini tentu saja terletak pada diri manusia (bukan pada
saluran sebagaimana dalam model mekanistis), yaitu pada kepala individu yang
dinamakan filter konseptual (seperti sikap, persepsi, keyakinan, dan keinginan). Iulah
sebabnya komponennya bukan lagi sumber/penerima, saluran, pesan/umpan balik/efek,
melainkan stimulus dan respons, dengan fokus kajian pada individu.
v Pengkategorian
Perspektif Psikologi dalam Perspektif Fisher termaksud dalam kategori Post-Positive.
Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa banyak penelitian
komunikasi dalam tradisi empiris ilmu sosial kontemporer telah meminjam secara
besar-besaran dari psikologi. Peminjaman yang dilakukan komunikasi dari
psikologi bersifat agak dangkal dan sporadis. Ini tidak berarti bahwa studi
komunikasi dari perspektif psikologi lalu bersikap dangkal. Perspektif psikologis itu
merupakan tambahan pada perspektif mekanistis, akan tetapi dalam melengkapi
mekanisme, para pengikut perspektif psikologis cenderung menghindari banyak
keterbatasan teoritis dari perspektif yang terdahulu.

3.

Perspektif Interaksional
Perspektif interaksional berbeda dengan dua perspektif sebelumnya yang telah
lebih dahulu dikemukakan oleh Fisher. Dalam perspektif interaksional komunikasi
dikonseptualisasi sebagai interaksi manusiawi pada masing-masing individu.
Eksistensi empirisnya (fokusnya) berada pada pengambilan peran individu,
sehingga komponennya berlainan sama sekali dari dua model terdahulu, yaitu
peran, orientasi, kesearahan, konteks kulturan dan adaptasi.
Titik berat pengkajian dari paradigma atau perspektif ini adalah tindakan,
khususnya tindakan social atau tindakan bersama. Pada waktu individu berperilaku dalam
tindakan sosial, ia mengembangkan definisi tentang diri. Hal ini bisa dipahami karena
perspektif ini yang biasa juga disebut sebagai komunikasi dialogis berkembang secara
tidak langsung dari cabang sosiologi, yang dikenal sebagai interaksi simbolis. Penelitian
yang berkembang dari model ini adalah mengenai pengungkapan diri, persuasi, dan lainlain. Metodologi jelas bukan eksperimental, melainkan lebih condong pada
enomenologis, analisis kontekstual dengan menggunakan data kualitatif. Baik teori
maupun metodologi dari aliaran ini masih sedang bertumbuh dan merupakan revolusi
yang belum selesai.

v Pengkategorian
Perspektif Interaksional dalam Perspektif Fisher termaksud dalam kategori
Konstruktivis.Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa
dalam perspektif interaksional komunikasi dikonseptualisasi sebagai interaksi
manusiawi pada masing-masing individu. Eksistensi empirisnya (fokusnya) berada
pada pengambilan peran individu, sehingga komponennya berlainan sama sekali
dari dua model terdahulu, yaitu peran, orientasi, kesearahan, konteks kulturan dan

adaptasi.

4.

Perspektif Pragmatis
Perspektif pragmatif merupakan perspektif yang paling baru di antara semua
perspektif yang ada, dengan menerapkan teori sistem sosial dan teori informasi dalam
komunikasi. Dalam perspektif ini, komunikasi dipahami sebagai sistem perilaku.
Eksistensi empirisnya berada pada perilaku yang berurutan, sehingga
komponennya meliputi pola, interaksi, sistem, struktur, dan fungsi. Fokus
pengkajiannya sendiri adalah pada perilaku interaktif.
Perspektif pragmatis komunikasi manusia adalah yang paling berbeda dalam arti
asal-mula filosofinya dan asumsi fundamental yang melandasinya. Tampaknya, pada
prinsipnya, ia merupakan alternatif bagi perspektif makanistik dan psikologis, dengan
fokusnya pada urutan perilaku yang sedang berlangsung dalam ruang lingkup filosofi
dan metodologis teori sistem umum dan teori informasi. Penekanannya pada urutan
interaksi yang sedang berjalan, yang membatasi dan mendefinisiskan sistem sosial,
merupakan pemindahan dari penekanan perspektif interaksional pada pengambilan peran
yang internalkan.
Yang fundamental bagi setiap studi komunikasi manusia yang serius dalam
perspektif pragmatis adalah daftar kategori yang menyatakan fungsi yang dilakukan oleh
komunikasi manusia dan yang memungkinkan tindakan komunikatif untuk diulang
kembali pada saat yang berlainan. Penelitian pragmatis dalam komunikais manusia
mencerminkan pertumbuhan yang pesat dari sistem kategori untuk menganalisa fungsi
komunikatif dan lebih mencerminkan perhatian yang khusus dan unik dari setiap peneliti
daripada sekedar suatu pengkajian paradigmatis yang jelas tegas tentang fenomena
komunikatif yang dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat ilmiah.
Untuk mengkonseptualisasikan komunikasi dari perspektif pragmatis sama saja
dengan memperbaharui secara drastis pola pikiran yang semula tentang komunikasi.
Sebagai contoh, mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai melakukan sesuatu
seperti, mengirimkan atau menerima pesan, mengekspresikan sikap, atau melihat objek,
telah agak dikenal dan konsisten dengan cara kita berfikir yang konvensional tentang
proses komunikasi. Akan tetapi untuk mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai suatu
tindakan partisipasi atau memasuki suatu sistem komunikasi ataupun hubungan
memerlukan goncangan pada cara berfikir kita yang tradisional. Meskipun demikian,
kemampuan untuk mengenal cara kita berfikir dan menggunakan berbagai perspetif
merupakan suatu tanda seorang yang terpelajar, dan kemapuan untuk
mengkonseptualisasikan, termaksud kemapuan untuk merekonseptualisasikan, adalah
isyarat adanya pemahaman yang meningkat.

v Pengkategorian
Perspektif Pragmatis dalam Perspektif Fisher termaksud dalam kategori Positive.

Mengapa demikian, karena dalam teori tersebut mengatakan bahwa dalam perspektif
ini, komunikasi dipahami sebagai sistem perilaku. Eksistensi empirisnya berada
pada perilaku yang berurutan, sehingga komponennya meliputi pola, interaksi,
sistem, struktur, dan fungsi. Fokus pengkajiannya sendiri adalah pada perilaku
interaktif.

Anda mungkin juga menyukai