TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu perubahan yang terjadi pada dinding arteri
yang ditandai dengan akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan akumulasi
leukosit, pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matrik
ekstra sel (misalnya: kolagen, kalsium), yang diakibatkan oleh multifaktor
berbagai patogenesis yang bersifat kronik progresif, fokal atau difus serta
memiliki manifestasi akut ataupun kronik yang menimbulkan penebalan dan
kekakuan pada pembuluh arteri.1 Penebalan dan kekakuan pembuluh darah yang
diakibatkan oleh aterosklerosis dapat menyebabkan iskemia dan infark jantung,
stroke, hipertensi renovaskular, maupun penyakit oklusi tungkai bawah tergantung
pembuluh darah yang terkena.2
2.2
Patogenesis Aterosklerosis
Berbagai teori telah dilontarkan untuk menerangkan patogenesis
scavenger yang berbeda seperti CD36 dan reseptor scavenger tipe A untuk
mengenali bentuk yang termodifikasi pada LDL; dampak dari pengambilan yang
diperantarai reseptor tidak teregulasi terhadap kelebihan lemak adalah
meningkatkan aterosklerosis itu sendiri.12 Berlanjutnya masuk, bertahan, dan
replikasi dari sel mononuklear dalam berbagai lesi bergantung sebagian pada
berbagai faktor seperti faktor menstimulasi-koloni makrofag dan faktor
menstimulasi-koloni granulosit-makrofag untuk monosit dan intereleukin-2 untuk
limfosit.13,14 Paparan terus menerus terhadap faktor menstimulasi-koloni makrofag
mengizinkan makrofag untuk bertahan secara in vitro dan kemungkinan berlipat
ganda dalam lesi. Sebaliknya, berbagai sitokin inflamasi seperti IFN-
mengaktifkan makrofaf dan dibawah keadaan-keadaan tertentu menginduksinya
untuk menjalani kematian sel yang terprogram (apoptosis). Apabila ini terjadi
secara in vivo, makrofag mungkin menjadi terlibat dalam sifat-sifat inti nekrotik
lebih jauh, dimana merupakan lesi yang membingungkan.4
Gambar 1. (a) peran inflamasi makrofag pada arteri; (b) efek aktivasi sel-T pada
Inflamasi Plak.
stres yang terletak di dinding sirkumferensial dinding arteri pada penutup fibrotik
dikarenakan adanya suatu penimbunan lipid serta adanya pengeluaran enzim
enzim yang dikeluarkan oleh makrofag untuk memecah matrik.17
2.3
Faktor Resiko
Faktor risiko aterosklerosis adalah adanya keadaan, kebiasaan atau
2.3.1
riwayat
keluarga
juga
menjadi
risiko
terjadinya
penyakit
faktor hemostasis seperti meningkatnya faktor VIII RAG dan agregasi trombosit
terhadap adenosine diphosphate.19
Kemudian
Hiperlipidemia
adalah
suatu
keadaan
dimana
terjadi
peningkatan kadar satu atau lebih lipid atau lipoprotein plasma. Namun oleh
karena abnormalitas dapat juga disebabkan karena rendahnya kadar lipid tertentu,
maka istilah yang dianjurkan adalah dyslipidemia.20 Dislipidemia sendiri adalah
suatu kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh adanya suatu kenaikan
maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, trigliserid, kolesterol LDL, dan penurunan
kadar kolesterol HDL. Hal ini memicu terjadinya oksidasi LDLberlebih dimana
akan di scavenging oleh makrofag sebagai awal mula terbentuknya sel busa (foam
cell) yang telah dijelaskan sebelumnya.21
Faktor lainnya yakni kurangnya aktivitas fisik secara langsung maupun
tidak langsung dapat memicu terjadinya aterosklerosis. Hal ini dikarenakan
kurangnya aktivitas fisik dapat memicu terjadinya keadaan obesitas. Obesitas
adalah suatu keadaan dimana ditemukan adanya kelebihan lemak dalam tubuh
dimana menurut WHO didefinisikan sebagai seseorang memiliki Indeks Masa
Tubuh (IMT) 30 kg/m2 atau 25 kg/m2 apabila mempergunakan kriteria AsiaPasifik.22 Keadaan obesitas ini terutama obesitas sentral memicu terjadinya
inflamasi kronis dimana berujung pada cedera fungsi endotel yang merupakan
cikal bakal terbentuknya lesi aterosklerosis.19
Kemudian baik keadaan diabetes mellitus tipe-2 (DM-2) dengan hipertensi
merupakan kedua hal yang saling berhubungan dan meningkatkan satu sama lain
resiko terjadinya aterosklerosis. Berdasarkan JNC 7 seseorang dikatakan
hipertensi apabila memiliki tekanan darah 140 mmHg untuk sistolik dan 90
mmHg untuk diastolik.23 Hipertensi dapat memicu lesi aterosklerosis baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Efek fecara langsung dari turbulensi yang
diakibatkan oleh tingginya tekanan darah terutama pada bifurcation pembuluh
darah dapat memicu terjadinya cedera fisik pada endotel sehingga kehilangan
faktor prokoagulannya. Alhasil akan terjadi agregasi platelet pada lokasi cedera
endotel yang berujung pada penarikan sel-sel proinflamasi lainnya seperti
makrofag dan lainnya.19 Sedangkan secara tidak langsung diakibatkan oleh faktor
2.3.2.1 Stres
Sudah diketahui bahwa stres menyebabkan pelepasan katekolamin, tetapi
masih dipertanyakan apakah stres masih bersifat aterogenik atau hanya
mempercepat serangan. Teori bahwa aterogenesis disebabkan oleh stres dapat
merumuskan pengaruh neuroendokrin terhadap dinamika sirkulasi, lemak serum,
dan pembekuan darah.19
2.3.2.2 Diet dan Nutrisi
Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko kejadian
aterosklerosis. Misalnya makanan yang tinggi lemak jenuh, lemak
berat
badan
yang
meningkatkan
risiko
Alkohol
Mengkonsumsi
alkohol
secara
berlebihan
dapat
Komplikasi
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya
penyakit
baik.
kardiovaskular
Oklusi
pada
apabila
pembuluh
tidak
darah
tertangani
arteri
yang
atau
spasme
atau
kombinasi
keduanya.
yang
berkembang
oleh
sebab
vaskular.
Gejala
ini
kematian.28
biasanya
Defisit
ditemukan
neurologis
beberapa
yang
gejala
bersifat
meliputi:
tiba-tiba
dysphasia,
setelah
arteri
tromboangitis
keluar
besar,
obliterans
dari
sedang
aortailiaka.29
maupun
(Buergers
kecil
disease),
PAP
dapat
antara
lain
fibromuscular